1.Pendekatan kepada “orang-orang” kunci di masyarakat. Orang-orang kunci bi-asanya adalah orang-orang yang dipercaya oleh masyarakat dan memiliki kekuatan untuk memobilisasi masyarakat. Orang-orang ini bisa berasal dari kelompok karang taruna, ketua RT atau RW, PKK, tokoh masyarakat, atau warga biasa yang memiliki kemampuan sosial atau dianggap pandai. Di kemudian hari, orang-orang ini akan memainkan peran yang signifikan terhadap keberhasilan program, atau bahkan dalam mengurangi konflik. Pastikan mereka merupakan keterwakilan dari seluruh kelompok masyarakat, termasuk kelompok minoritas. Pendekatan yang baik dimulai dari pen-genalan terhadap organisasi, fasilitator lapangan, serta apa saja perubahan positif yang diharapkan dalam sebuah program. Pendekatan ini yang nantinya menghasil-kan komitmen masyarakat yang lebih kuat. Upaya ini tidak dapat dilakumenghasil-kan hanya dalam satu kali pertemuan, perlu waktu untuk membuat ikatan dengan unsur-unsur masyarakat, terutama di perkotaan dimana masyarakatnya cukup sibuk bekerja dan rasa kepemilikan terhadap lingkungan tidak terlalu tinggi.
2. Setiap upaya PRB, termasuk mendirikan struktur Manajemen Bencana di
masyarakat akar rumput harus didasarkan pada kebutuhan dan aspirasi lokal, agar masyarakat memiliki ikatan dengan upaya tersebut. Apabila ada organisasi ber-basis masyarakat yang terbentuk, contohnya Satlinmas, kontribusi dan partisipasi masyarakat harus didukung, opini mereka harus dihormati, karena pada dasarnya merekalah aktor dari inisiatif ini.
3. Kembangkan metode monitoring dan evaluasi. Indikator-indikator keberhasilan harus dapat diobservasi atau paling tidak disepakati bersama secara objektif. Tetap-kan jadwal rutin untuk melakuTetap-kan monitoring dan sepakati waktu spesifik untuk men-gadakan evaluasi.
4. Masyarakat umum juga harus dilibatkan dan diberdayakan untuk men-supervisi sebuah program, salah satunya adalah dengan melibatkan masyarakat dalam moni-toring dan evaluasi dengan memberikan informasi dan progres, mengundang per-wakilan RW/RT dalam pertemuan evaluasi, serta memastikan komunikasi berjalan dua arah.
5. Apabila tujuan program lebih ke penguatan organisasi berbasis masyarakat, con-tohnya Satlinmas, fokus nomor satu adalah pada pelatihan manajemen organisasi dan pengembangannya.
6. Penguatan organisasi merupakan hal penting, tolak ukurnya adalah keberhasilan organisasi masyarakat melekatkan diri dengan masyarakat akar rumput, memiliki struktur yang konkrit dengan melibatkan perwakilan warga dari berbagai unsur, di-akui oleh kelurahan melalui SK Lurah-secara legal sudah terbentuk, job desc anggota jelas, memiliki prosedur administrasi yang dipatuhi seluruh anggota (prosedur keuan-gan, dokumentasi, database, dll.), rencana kerja, monitoring, pendanaan, dan memi-liki rencana berkelanjutan.
7. Koordinasi internal antar divisi dalam Satlinmas perlu ditingkatkan agar informasi, mobilitas, dan alokasi sumber daya dapat dilakukan dengan efektif.
8. Capacity building dan pelatihan yang berkaitan dengan kebencanaan merupakan hal yang vital, dan penting dilakukan di awal ketika memperkenalkan Penguran-gan Risiko Bencana (PRB) kepada masyarakat, terutama bagi kelompok masyarakat yang lebih rentan terhadap bencana. Pada dasarnya ketika melakukan analisis risiko, masyarakat sudah lebih didekatkan dengan pendidikan kebencanaan, apabila diper-siapkan dan dijalankan dengan baik, hal ini merupakan hal yang baik dan menambah nilai bagi upaya PRB.
9. Pendampingan langsung setelah pelatihan biasanya merupakan upaya pengua-tan yang efektif. Pendampingan ini ibarat Training of Trainer, untuk mempraktikan langsung ilmu yang didapat dan juga memberikan kesempatan bagi partisipan un-tuk menurunkan ilmunya kepada orang lain. Baiknya orang-orang kunci masyarakat diperkenalkan kepada manajemen organisasi profesional, bangun ekspektansi dan target yang ingin dicapai. Apabila ada program-program magang di organisasi atau LSM, berikan kesempatan orang-orang kunci untuk terlibat dalam program ke-masyarakatan.
10. Pembuatan SOP harus memenuhi persyaratan dan mengikuti peraturan pemerin-tah. Pengembangan atau revisi SOP harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan disetujui oleh kecamatan.
11. Simulasi bencana harus dilakukan. Sempatkan untuk membuat sebuah ske-nario bencana dengan melibatkan sebanyak mungkin anggota masyarakat bahkan anak-anak agar mereka juga dapat merasakan pengalaman memecahkan masalah. Simulasi merupakan praktik yang baik untuk membiasakan suatu prosedur sekaligus mengetes seluruh kemampuan PRB masyarakat dan melihat apakah SOP yang dibuat sesuai dan tepat dengan kondisi masyarakat; dengan konteks sebelum, saat, dan setelah bencana.
12. Koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan, terutama Satlinmas/STPB dengan kelompok masyarakat lain di kelurahan yang sama harus ditingkatkan. Hal
ini penting juga untuk memastikan kelompok masyarakat yang didampingi tidak menjadi kelompok eksklusif. Manfaatkan pertemuan-pertemuan yang sudah ada, mis-alnya pertemuan RT setiap minggu, atau pertemuan di kelurahan untuk berkoordinasi dan menyampaikan progres kegiatan yang dilakukan Satlinmas/STPB.
13. Bantu sosialisasikan organisasi masyarakat yang memiliki mandat PRB, apakah itu Satlinmas, STPB, atau SIBAT yang didirikan oleh PMI. Kampanye PRB penting un-tuk dilakukan terus menerus, mudah tetapi vital, agar semua orang mengerti bahwa ada upaya-upaya PRB yang sudah ada di wilayah mereka, dan setiap orang dapat berpartisipasi di dalamnya.
14. Lakukan pendekatan dengan pemerintah di tingkat kelurahan, kecamatan, atau propinsi di awal ketika mengenalkan program, berikan informasi progres yang sudah dilakukan bersama dengan masyarakat, biasanya pemerintahan sampai tingkat lurah masih terlibat dalam perencanaan bersama dengan masyarakat. Banyak data-data kependudukan yang mengandalkan sumber dari kelurahan. Pihak kelurahan tidak hanya Lurah dan sekretaris, Dewan Kelurahan dan atau Paguyuban RW merupa-kan instansi penting dalam sebuah kelurahan, dan biasanya mau turut terlibat dan membantu upaya apapun demi kebaikan masyarakat, tidak ada salahnya melakukan pendekatan kepada instansi-instansi tersebut. Di budaya Indonesia, pendekatan yang bersifat silaturahmi, walaupun seperti pertemuan informal, merupakan suatu adat-istiadat bersahabat dengan itikad baik, ada baiknya jadwalkan pertemuan ini secara reguler. Jangan lupa untuk menganggarkan kegiatan ini, tidak banyak, hanya untuk makanan kecil. Seringkali bagian ini tidak dianggarkan dan hanya mengandalkan uang saku pribadi, padahal biasanya hal ini yang menentukan kelancaran kegiatan. 15. Setelah kebutuhan-kebutuhan di masyarakat teridentifikasi, lanjutkan dengan mendorong kelompok masyarakat untuk membuat proposal dengan dibantu oleh fasilitator masyarakat. Dorong mereka untuk membuat laporan dan dokumentasi, hal ini memberikan pengalaman berorganisasi bagi masyarakat.
16. Mendanai kegiatan merupakan hal penting dan vital bagi kelanjutan upaya PRB, oleh sebab itu, kreativitas untuk mencari pendanaan perlu didukung sejak pertama kali mendirikan organisasi berbasis masyarakat.
17. Transparansi dalam manajemen, laporan finansial, atau prosedur organisasi harus dikuatkan agar tiap orang dalam organisasi mengetahui apa yang terjadi di tubuh organisasi mereka sendiri. Hal ini akan meningkatkan rasa kepemilikan.