• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sebelum Stock split

Harga pasar relatif dihitung berdasarkan aktivitas yang terjadi di bursa saham setiap harinya. Walaupun penelitian ini mengambil jangka waktu lima tahun sebelum melakukan stock split, namun untuk sampel menggunakan data aktifitas saham yang terjadi pada kurun waktu 90 hari sebelum stock split. Hal ini dilakukan untuk mendapat data yang aktual. Berikut adalah contoh perhitungan harga pasar relatif tiga hari sebelum PT Semen Indonesia Tbk melakukan stock split.

; dengan

2. Setelah Stock split

Harga pasar saham relatif setelah melakukan stock split sama dengan nilai harga saham setelah melukan stock split, berikut adalah perhitungan harga saham relatif tiga hari setelah melakukan stock split.

Perhitungan harga pasar saham relatif hingga 90 hari closing price tersebut dapat dapat dilihat pada lampiran 1.

B. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam penentuan statistik akan menggunakan statistik parametik atau nonparametik, jika α > 0,05 maka sample berasal dari populasi yang terdistribusi normal yang kemudian di uji dengan uji beda, sedangkan α < 0,05 maka sampel berasal dari populasi yang terdistribusi tidak normal yang kemudian di uji dengan wilcoxon dua sampel berpasangan. Pengujian menggunakan SPSS 17 dengan rentang 90 hari sehari sebelum dan 90 hari sesudah stock split, hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Hasil perhitungan uji normalitas

Periode Uji Significance α Keterangan Alat Analisis

H-10 0.200 0.05 Normal Uji Wilcoxon dua sample berpasangan H+10 0.001 0.05 Tidak normal

H-20 0.200 0.05 Normal Uji Wilcoxon dua sample berpasangan H+20 0.000 0.05 Tidak normal

H-30 0.200 0.05 Normal Uji wilcoxon dua sample berpasangan H+30 0.001 0.05 Tidak normal

H-40 0.001 0.05 Tidak Normal Uji wilcoxon dua sample berpasangan H+40 0.041 0.05 Tidak normal

H-50 0.000 0.05 Tidak normal Uji wilcoxon dua sample berpasangan H+50 0.049 0.05 Tidak normal

H-60 0.001 0.05 Tidak normal Uji wilcoxon dua sample berpasangan H+60 0.039 0.05 Tidak normal

H-70 0.001 0.05 Tidak normal Uji wilcoxon dua sample berpasangan H+70 0.030 0.05 Tidak normal

H-80 0.001 0.05 Tidak normal Uji wilcoxon dua sample berpasangan H+80 0.011 0.05 Tidak normal

H-90 0.000 0.05 Tidak normal Uji wilcoxon dua sample berpasangan H+90 0.001 0.05 Tidak normal

Hasil uji normalitas pada tabel 4 menunjukkan bahwa semua sampel terdistribusi tidak normal, hanya pada H-10, H-20, dan H-30 yang terdistribusi normal. Sehingga jika salah satu dari pasangan tersebut tidak terdistribusi normal, maka alat analisis yang digunakan adalah uji wilcoxon dua sample berpasangan.

C. Uji Wilcoxon

Uji wilcoxon digunakan ketika membandingakan dua sampel yang berhubungan untuk mengetahui apakah sampel tersebut terdapat perbedaan atau tidak. Uji ini dilakukan jika populasi tidak terdistribusi dengan normal, jika α > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan pada saat saham sebelum dan sesudah stock split, namun jika α < 0,05 maka terdapat perbedaan sebelum dan sesudah stock split.

Tabel 5 Hasil uji Wilcoxon

Periode Statistik

uji significance α Keterangan

10 hari -1.784 0.074 0.05 Tidak Berbeda 20 hari -3.174 0.002 0.05 Berbeda 30 hari -2.692 0.007 0.05 Berbeda 40 hari -0.544 0.586 0.05 Tidak Berbeda 50 hari -2.532 0.011 0.05 Berbeda 60 hari -3.970 0.000 0.05 Berbeda 70 hari -5.073 0.000 0.05 Berbeda 80 hari -5.967 0.000 0.05 Berbeda 90 hari -6.724 0.000 0.05 Berbeda

Tabel 5 menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada harga saham sebelum dan sesudah melakukan stock split pada periode 10 hari dan 40 hari. Sedangkan untuk periode 20 hari, 30 hari, 50 hari, 60 hari, 70 hari, 80 hari, dan 90 hari terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat terjadi karena adanya penurunan atau kenaikan harga saham relatif pada PT Semen Indonesia Tbk. Perbedaan harga tersebut dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6 Perbedaan rata-rata harga saham relatif PT Semen Indonesia Tbk sebelum dan sesudah stock split

Periode

Rata-rata harga saham relatif Selisih Keterangan Sebelum Stock split Setelah Stock split 20 hari 5,316 4,924 -392 Menurun 30 hari 5,217 4,994 -222 Menurun 50 hari 4,912 5,215 303 Meningkat 60 hari 70 hari 4,791 4,658 5,325 5,414 535 756 Meningkat Meningkat 80 hari 4,563 5,470 907 Meningkat 90 hari 4,497 5,496 1,000 Meningkat Tabel 6 menunjukkan bahwa pada periode 20 hari dan 30 hari, keputusan stock split dapat menurunkan harga saham dipasaran, namun pada periode 50 hari, 60 hari, 70 hari, 80 hari dan 90 hari terjadi kenaikan harga saham. Kenaikan harga ini membuktikan bahwa dengan melakukan stock split, perusahaan mampu menaikan haga sahamnya di pasaran. Sehingga hal ini akan menarik investor untuk membeli saham di PT Semen Indonesia Tbk.

Analisis perbedaan Volume Penjualan Saham PT Semen Indonesia Tbk Sebelum dan Setelah Stock split

Analisis perbedaan volume penjualan saham dilakukan dengan menghitung Trading Volume Activity untuk mengetahui jumlah saham yang beredar pada periode tertentu, setelah mengetahui jumlah saham yang beredar, selanjutnya dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data volume saham yang diperdagangkan tersebar normal atau tidak, jika data saham tersebar normal, maka dilakukan dengan uji beda sedangkan jika tidak tersebar normal maka selanjutnya diuji dengan pengujian wilcoxon. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara volume penjualan saham sebelum dan setelah melakukan stock split.

A. Perhitungan Trading Volume Activity

Trading volume activity merupakan perbandingan antara jumlah saham yang beredar dalam selang waktu yang sama. Adapun rumus Trading volume activity pada h-1 hingga h+1 dapat dilihat dibawah ini.

Perhitungan tersebut dilakukan pada saat 90 hari sebelum dan sesudah stock split. Hasil perhitungan tersebut dapat terlihat pada lampiran 2.

B. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan sebelum uji beda trading volume activity untuk mengetahui alat analisis apa yang akan dipakai, dan seperti pada uji normalitas pada harga saham sebelum dan sesudah stock split, jika α > 0,05 maka sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal yang kemudian di uji dengan uji beda, sedangkan jika α < 0,05 maka sampel berasal dari populasi yang terdistribusi tidak normal yang kemudian di uji dengan wilcoxon dua sampel berpasangan. Pengujian menggunakan SPSS 17 dengan rentang 90 hari sehari sebelum dan 90 hari sesudah stock split, hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 7. Hasil uji normalitas pada Trading Volume Activity

Periode uji Significance α Keterangan Alat analisis

H-10 0.154 0.05 Normal

Uji beda H+10 0.101 0.05 Normal

Lanjutan Tabel 7

Periode uji Significance α Keterangan Alat analisis

H-20 0.008 0.05 Tidak normal Uji wilcoxon dua sample berpasangan H+20 0.143 0.05 Normal

H-30 0.000 0.05 Tidak normal Uji wilcoxon dua sample berpasangan H+30 0.027 0.05 Tidak normal

H-40 0.004 0.05 Tidak normal Uji wilcoxon dua sample berpasangan H+40 0.001 0.05 Tidak normal

H-50 0.000 0.05 Tidak normal Uji wilcoxon dua sample berpasangan H+50 0.000 0.05 Tidak normal

H-60 0.000 0.05 Tidak normal Uji wilcoxon dua sample berpasangan H+60 0.000 0.05 Tidak normal

H-70 0.000 0.05 Tidak normal Uji wilcoxon dua sampel berpasangan H+70 0.000 0.05 Tidak normal

H-80 0.000 0.05 Tidak normal Uji wilcoxon dua sampel berpasangan H+80 0.000 0.05 Tidak normal

H-90 0.000 0.05 Tidak normal Uji wilcoxon dua sampel berpasangan H+90 0.000 0.05 Tidak normal

Tabel 7 menunjukkan bahwa hanya pada H-10 dan H+10 yang menggunakan uji beda karena populasi terdistribusi normal. Sedangkan untuk hari ke 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 menggunakan uji wilcoxon dua sample berpasangan karena populasi pada sample tidak terdistribusi normal.

C. Uji Beda Volume Penjualan Saham Sebelum Dan Sesudah Stock split

Uji ini digunakan untuk mengetahui ada perbedaan yang signifikan atau tidak antara volume penjualan saham sebelum dan sesudah melakukan stock split,

jika α > 0,05 maka tidak ada perbedaan volume penjualan sebelum dan sesudah stock split, sedangkan jika α < 0,05 maka terdapat perbedaan volume penjualan saham sebelum dan sesudah melakukan stock split. Pengujian menggunakan SPSS 17. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini.

Tabel 8 Hasil uji beda volume penjualan saham sebelum dan sesudah Stock Split

T-Value Significance Α Keterangan

0,304 0.768 0.05 Tidak Berbeda

Tabel 8 menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada volume penjualan saham sebelum dan sesudah melakukan stock split karena α < 0,05, yakni 0.001.

D. Uji Wilcoxon Dua Sampel Berpasangan

Hasil uji normalitas trading volume activity menunjukkan bahwa pada hari ke 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, dan 90 populasi tidak terdistribusi normal, sehingga untuk pengujian ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan pada volume penjualan saham sebelum dan sesudah stock split digunakan uji wilcoxon dua sampel berpasangan dengan menggunakan SPPS 17, sehingga dapat diperoleh hasil.

Tabel 9 Hasil uji Wilcoxon dua sampel berpasangan

Periode Statistik uji Significance Α Keterangan

20 hari -1.307 0,191 0,05 Tidak Berbeda 30 hari -2,170 0,030 0,05 Berbeda 40 hari -2,137 0,033 0,05 Berbeda 50 hari -0,806 0,420 0,05 Tidak Berbeda 60 hari -0,685 0,494 0,05 Tidak Berbeda 70 hari -1,290 0,197 0,05 Tidak berbeda 80 hari -1,928 0,054 0,05 Tidak Berbeda 90 hari -1,958 0,050 0,05 Tidak berbeda

Hasil uji tabel 9 diatas menunjukkan bahwa adanya perbedaan hanya terdapat pada hari ke 30 dan 40, sedangkan untuk hari ke 20, 50, 60, 70, 80, dan 90 tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara volume penjualan saham sebelum dan sesudah stock split, untuk dapat mengetahui apakah perbedaan tersebut berupa penurunan atau kenaikan dalam volume penjualan saham pada PT Semen Indonesia Tbk, dapat dilihat pada table 10 dibawah ini.

Tabel 10 Perbedaan TVA PT Semen Indonesia Tbk sebelum dan sesudah Stock Split

Periode

Rata-rata TVA saham relative Selisih Keterangan Sebelum Stock split Setelah Stock split 30 hari 0.0000377 0.0000236 -0.0000141 Menurun 40 hari 0.0000138 0.0000115 -0.0000023 Menurun

Table 10 menunjukkan bahwa pada hari ke 30, dan 40 terdapat penurunan dalam penjualan saham. Hal ini tidak sejalan dengan harapan perusahaan, bahwa dengan melakukan stock split likuiditas penjualan saham akan lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum melakukan stock split, namun jika dilihat dari keadaan ekonomi di Indonesia, hal ini terjadi karena hari ke 30 dan 40 yang dijadikan sampel jatuh pada pertengahan tahun 2007, dimana pada pertengahan tahun 2007 ekonomi Indonesia terjadi kenaikan harga minyak dunia dan gejolak pasar uang internasional yang dipicu oleh krisis surat utang subprime mortgage di Amerika yang mulai terjadi di akhir juli 2007. Krisis ini berpengaruh pada menurunnya penjualan saham dipasaran karena penarikan dana investasi asing dari pasar keuangan Indonesia, namun apakah penurunan penjualan saham ini hanya dipengaruhi oleh keadaan eksternal perusahaan saja atau terdapat faktor internal juga, maka harus dilihat pula kondisi internal perusahaan sebelum dan sesudah melakukan stock split dengan membandingkan kinerja keuangan PT Semen Indonesia Tbk pada saat sebelum dan sesudah terjadi pemecahan saham.

Kinerja Keuangan PT Semen Indonesia Tbk

Kinerja keuangan PT Semen Indonesia Tbk yang dijadikan bahan penelitian adalah kinerja keuangan pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 sebelum

stock split, dan tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 setelah stock split. Penilaian ini dilakukan dengan menganalisis rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas. Analisis ini akan memberikan keterangan bagaimana kinerja keuangan PT Semen Indonesia Tbk sebelum dan sesudah melakukan stock split, apakah menunjukkan penurun atau kenaikan pada setiap tahunnya.

A. Rasio Likuiditas

Rasio ini menganalisa kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban hutang jangka pendek. Rasio likuiditas PT Semen Indonesia yang telah go public akan memberikan informasi bagi investor seberapa mampu perusahaan untuk membayar kewajiban atau hutang jangka pendeknya yang sudah jatuh tempo. Mengukur likuiditas perusahaan dapat dilakukan dengan menganalisa rasio lancar dan rasio cepat dari laporan keuangan PT Semen Indoensia Tbk tahun 2003 hingga 2012.

1. Rasio lancar

Rasio lancar merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio lancar dapat memberikan informasi pada perusahaan sejauh mana aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan dapat menutupi kewajiban jangka pendeknya. Umumnya perusahaan yang dapat dikatakan lancar dalam pembayaran hutangnya adalah perusahaan yang memiliki nilai rasio lancar di atas satu, sedangakan jika nilainya rendah atau dibawah satu, maka perusahaan tersebut tidak dapat membayar hutang-hutangnya, sehingga perusahaan dapat dikatakan tidak sehat. Rasio lancar PT Semen Indonesia Tbk sebelum dan sesudah melakukan stock split dapat dilihat pada table 11 dan gambar 3 di bawah ini.

Tabel 11 Perhitungan rasio lancar PT Semen Indonesia Tbk tahun 2003-2012.

No Tahun Aktiva lancar Kewajiban

lancar Rasio lancar

1 2003 2,462,718,466.00 1,848,137,873.00 1.33 2 2004 2,823,535,197.00 1,720,657,971.00 1.64 3 2005 3,740,622,983.00 2,165,374,197.00 1.73 4 2006 4,153,262,738.00 1,460,082,635.00 2.84 5 2007 5,267,911,660.00 1,455,874,275.00 3.62 6 2008 7,083,421,705.00 2,090,588,965.00 3.39 7 2009 8,207,041,215.00 2,294,842,315.00 3.58 8 2010 7,345,867,929.00 2,517,518,619.00 2.92 9 2011 7,646,144,851.00 2,889,137,195.00 2.65 10 2012 8,231,297,105.00 4,825,204,637.00 1.71

Gambar 3. Grafik rasio lancar PT Semen Indonesia dari tahun 2003-2012 Gambar 3 menunjukkan bahwa setelah perusahaan melakukan stock split pada tahun 2007, hanya pada tahun 2009 saja, perusahaan mampu meningkatkan rasio lancarnya, namun setelah itu rasio lancar perusahaan terus mengalami penurunan. Hal ini terjadi dikarenakan pada tabel 13 bahwa hutang perusahaan terus meningkat lebih tinggi dari pada peningkatan aktiva perusahaan. Sehingga perusahaan belum dapat membayar hutang-hutangnya dengan aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan, namun hal ini belum dapat menentukan apakah rasio ini lebih rendah dibandingkan dengan saat perusahaan belum melakukan stock split. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian perbandingan rasio lancar sebelum dan sesudah perusahaan melakukan stock split.

2. Rasio Cepat

Rasio cepat merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Aktiva cepat menunjukkan seberapa cepat kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar atau jangka pendek. Persediaan diabaikan pada perhitungan rasio cepat karena persediaan dianggap memerlukan waktu yang lama untuk dapat diubah menajdi uang. Aktiva cepat suatu perusahaan dapat dikatakan baik jika memiliki nilai lebih dari satu. Perhitungan aktiva cepat PT Semen Indoensia Tbk dapat dilihat pada tabel 12 dan gambar 4 dibawah ini.

Tabel 12 Perhitungan rasio cepat PT Semen Indonesia Tbk tahun 2003-2012

No Tahun Aktiva lancar Persediaan Kewajiban

lancar Rasio cepat 1 2003 2,462,718,466.00 769,902,944 1,848,137,873.00 0.92 2 2004 2,823,535,197.00 919,561,236 1,720,657,971.00 1.11 3 2005 3,740,622,983.00 1,040,199,087 2,165,374,197.00 1.25 4 2006 4,153,262,738.00 1,025,981,780 1,460,082,635.00 2.14 5 2007 5,267,911,660.00 1,047,871,704 1,455,874,275.00 2.90 6 2008 7,083,421,705.00 1,637,853,000 2,090,588,965.00 2.60 7 2009 8,207,041,215.00 1,407,577,516 2,294,842,315.00 2.96 8 2010 7,345,867,929.00 1,624,219,125 2,517,518,619.00 2.27 9 2011 7,646,144,851.00 2,006,660,281 2,889,137,195.00 1.95 10 2012 8,231,297,105.00 2,284,905,292 4,825,204,637.00 1.23 1.33 1.64 1.73 2.84 3.62 3.39 3.58 2.92 2.65 1.71 0 1 2 3 4 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Rasio Lancar

0.92 1.11 1.25 2.14 2.9 2.6 2.96 2.27 1.95 1.23 0 1 2 3 4 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Rasio Cepat

Gambar 4. Grafik rasio cepat PT Semen Indonesia dari tahun 2003-2012 Gambar 4 menunjukkan persamaan dengan rasio lancar perusahaan, karena pada rasio cepat perusahaan mengalami penurunan setelah perusahaan melakukan stock split. Penurunan ini juga karena adanya peningkatan hutang perusahaan dari pinjaman bank dibandingkan dengan aktiva setelah dikurangi persediaan perusahaan, sehingga perusahaan belum dapat membayar hutang-hutangnya saat jatuh tempo, agar dapat diketahui apakah benar rasio cepat ini lebih rendah jika dibandingkan dengan sebelum perusahaan melakukan stock split, maka perlu dilakukan perbandingan rasio sebelum dan sesudah perusahaan melakukan stock split.

B. Rasio Solvabilitas

Rasio Solvabilitas mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh perusahaan dengan dana yang dipinjam dari pihak luar. Rasio ini untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini menunjukkan tingkat keamanan dari para pihak luar yang meminjamkan dananya, dimana dengan rasio ini pemegang saham dapat mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka panjangnya pada pihak luar. Mengetahui solvabilitas perusahaan dapat dilakukan dengan perhitungan Total Debt to Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio.

1. Total Debt to Asset Ratio

Rasio ini merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur solvabilitas perusahaan. Rasio ini merupakan perbandingan total hutang dengan jumlah seluruh aktiva diketahui, jika nilai rasio ini tinggi, maka perusahaan tidak mampu untuk membayar kewajibannya, karena rasio yang tinggi akan membuat perusahaan lebih banyak mengalokasikan pendapatannya untuk membaya hutang- hutangnya terlebih dahulu. Berikut adalah perhitungan dan grafik Total Debt to Asset Ratio PT Semen Indonesia tahun 2003 sampai dengan tahun 2012.

Tabel 13 Perhitungan DAR PT Semen Indonesia Tbk tahun 2003-2012

No Tahun Total

Hutang Total Aktiva DAR

1 2003 3,168,286,785 6,559,495,832 48.30 2 2004 2,917,554,730 6,640,561,143 43.94 3 2005 2,716,748,634 7,297,859,559 37.23

Lanjutan Tabel 13

No Tahun Total

Hutang Total Aktiva DAR

4 2006 1,915,242,938 7,496,419,127 25.55 5 2007 1,795,640,393 8,515,227,431 21.09 6 2008 2,429,248,657 10,602,963,724 22.91 7 2009 2,633,214,059 12,951,308,161 20.33 8 2010 3,423,246,058 15,562,998,946 22.00 9 2011 5,046,505,788 19,661,602,767 25.67 10 2012 8,414,229,138 26,579,083,786 31.66

Gambar 5. Grafik DAR PT Semen Indonesia dari tahun 2003-2012

Gambar 5 menunjukkan bahwa setelah perusahaan melakukan stock split rasio DAR terus mengalami kenaikan. Hal ini dapat diartikan bahwa hutang yang dimiliki oleh perusahaan semakin meningkat setiap tahunnya, tidak sebanding dengan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, untuk melihat apakah peningkatan ini lebih besar dibandingkan saat perusahaan sebelum melakukan stock split, maka harus dilihat perbandingan rasio DAR sebelum dan sesudah perusahaan mengumumkan pemecahan sahamnya.

2. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini menggambarkan perbandingan hutang dengan ekuitas untuk mendanai perusahaan. Rasio ini menunjukkan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin rendah DER suatu perusahaan, maka semakin bagus kondisi perusahaan tersebut. Namun jika semakin tinggi DER Suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan. Berikut adalah perhitungan DER PT Semen Indonesia Tbk.

Tabel 14 Perhitungan DER PT Semen Indonesia Tbk tahun 2003-2012

No Tahun Total

Hutang Total Ekuitas DER

1 2003 3,168,286,785 3,333,774,250 95.04 2 2004 2,917,554,730 3,660,355,954 79.71 3 2005 2,716,748,634 4,466,931,546 60.82 4 2006 1,915,242,938 5,499,614,451 34.83 48.3 43.94 37.23 25.55 21.09 22.91 20.33 22 25.67 31.66 0 10 20 30 40 50 60 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

DAR

Lanjutan Tabel 14

No Tahun Total

Hutang Total Ekuitas DER

5 2007 1,795,640,393 6,627,262,565 27.09 6 2008 2,429,248,657 8,069,585,873 30.10 7 2009 2,633,214,059 10,197,679,028 25.82 8 2010 3,423,246,058 12,139,752,888 28.20 9 2011 5,046,505,788 14,615,096,979 34.53 10 2012 8,414,229,138 18,164,854,648 46.32

Gambar 6 Grafik DER PT Semen Indonesia dari tahun 2003-2012

DER perusahaan pada gambar 6 menandakan bahwa hutang perusahaan masih lebih besar dibandingkan dengan modal yang dimiliki oleh perusahaan, dengan arti bahwa kegiatan perusahaan masih bergantung pada pinjaman dari pihak luar dan belum dapat dibiayai oleh modal sendiri yang miliki oleh perusahaan.

C. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga semakin tinggi nilai profitabilitas suatu perusahaan, maka akan semakin baik pula perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan. Rasio profitabilitas penting untuk diketahui oleh pemegang saham dan perusahaan emiten wajib untuk memberikan informasi mengenai profitabilitas pada pemegang saham, karena dengan mempublikasikan laporan profitabilitas investor dapat mengetahui apakah perusahaan tersebut dapat memberikan keuntungan jika menginvestasikan dananya di perusahaan tersebut. Profitabilitas perusahaan dapat dihitunga dengan beberapa cara, yaitu dengan menghitung net profi margin, Return on Equity, dan Return on Asset.

1. Net Profit Margin

Net profit margin merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini penting untuk diketahui oleh perusahaan, karena dengan mengetahui rasio ini, perusahaan juga mengetahui apakah strategi penerapan harga yang ditentukan oleh perusahaan, mampu untuk mengendalikan beban usahanya. Semakin besar net profit margin, maka akan semakin efisien pula

95.04 79.71 60.82 34.83 27.09 30.1 25.82 28.2 34.53 46.32 0 20 40 60 80 100 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

DER

perusahaan dalam melaksanakan operasionalnya. Perhitungan rasio net profit margin PT Semen Indonesia Tbk, dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini.

Tabel 15 Perhitungan net profit margin PT Semen Indonesia Tbk tahun 2003- 2012

No Tahun Laba Bersih Penjualan Net Profit

Margin 1 2003 372,508,552 5,449,940,816 6.84 2 2004 520,589,860 6,067,557,724 8.58 3 2005 1,001,772,122 7,532,208,191 13.30 4 2006 1,295,520,421 8,727,857,819 14.84 5 2007 1,775,408,324 9,600,800,642 18.49 6 2008 2,523,544,472 12,209,846,050 20.67 7 2009 3,326,487,957 14,387,849,799 23.12 8 2010 3,659,114,098 14,344,188,706 25.51 9 2011 3,955,272,512 16,378,793,758 24.15 10 2012 4,926,639,847 19,598,247,884 25.14

Gambar 7. Grafik net profit margin PT Semen Indonesia Tbk tahun 2003- 2012

Tabel 15 dan Gambar 7 menunjukkan bahwa setiap tahunnya PT Semen Indonesia Tbk dapat terus meningkatkan Net Profit Mariginnya karena pada setiap tahunnya perusahaan mampu untuk meningkatkan penjualannya. Peningkatan penjualan ini didapat dari adanya peluang perusahaan dalam memasarkan produknya yang tinggi di pulau jawa. Kebutuhan akan semen yang terus meningkat didasari oleh banyaknya pembangunan yang terjadi di dalam dan di luar pulau jawa. Perusahaan dapat menjual semen lebih banyak juga karena perusahaan masih menguasi pangsa pasar semen di Indonesia.

2. Return On Equity (ROE)

ROE merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total ekuitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi pihak luar. Hal ini menunjukkan apakah perusahaan mampu untuk memanfaatkan modal yang diberikan oleh investor. Berikut adalah perhitungan ROE PT Semen Indonesia Tbk. 6.84 8.58 13.3 14.84 18.49 20.67 23.12 25.51 24.15 25.14 0 5 10 15 20 25 30 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Dokumen terkait