memperhatikan batasan produksi golongan pengusaha pabrik; atau
b. dalam hal data rata-rata per bulan jumlah yang dipesan dengan CK-1 dalam kurun waktu tiga bulan terakhir sebelum P3C Pengajuan Awal untuk jenis pita cukai yang diajukan tidak tersedia, jumlah pita cukai yang dapat diajukan sesuai kebutuhan per bulan dengan memperhatikan batasan produksi golongan pengusaha pabrik.
6. Dalam hal jumlah pita cukai yang dapat diajukan dengan P3C Pengajuan Awal kurang dari 10 (sepuluh) lembar, maka jumlah pengajuan pita cukai dalam P3C Pengajuan Awal adalah 10 (sepuluh) lembar.
BIAYA :
Tidak dipungut biaya.
NORMA WAKTU LAYANAN :
Pelayanan P3C Pengajuan Awal Hasil Tembakau dilaksanakan paling lama 90 (sembilan puluh) menit.
Mengetahui :
Sekretaris Direktorat Jenderal, ttd
Azhar Rasyidi
NIP 19630321 199103 1 002
NO. AKTIVITAS PENGUSAHA PEJABAT PENERIMA DOKUMEN
SISTEM APLIKASI
CUKAI SENTRALISASI KASI PERBENDAHARAAN PELAKSANA PADA SEKSI PERBENDAHARAAN
1.Pengusaha mengisi dengan lengkap dan mengajukan P3C Pengajuan Awal kepada Kantor Bea dan Cukai.
2 Pejabat Penerima Dokumen menerima P3C Pengajuan Awal dari pengusaha, meneliti kelengkapan pengisian P3C Pengajuan Awal
3 Dalam hal lengkap Pejabat Penerima Dokumen merekam data P3C Pengajuan Awal di aplikasi cukai, dalam hal tidak lengkap Pejabat Penerima Dokumen mengembalikan hard copy P3C Pengajuan Awal kepada pengusaha dengan Nota Penolakan
4 Pejabat Penerima Dokumen merekam data P3C Pengajuan Awal di aplikasi cukai dan membandingkan pengisian hard copy P3C Pengajuan Awal dengan data P3C Pengajuan Awal yang telah direkam, sistem aplikasi cukai akan meneliti dan memberi respon menerima atau menolak data P3C Pengajuan Awal. Dalam hal berkas permohonan diterima, sistem aplikasi cukai mengirimkan respons tanda terima dan memberikan nomor P3C Pengajuan Awal, dalam hal tidak diterima sistem aplikasi cukai mengirimkan respon penolakan dan Pejabat Penerima Dokumen mengembalikan hard copy P3C Pengajuan Awal kepada pengusaha dengan nota penolakan
5 Pejabat Penerima Dokumen membuat konsep nota penolakan dan menyampaikan Konsep Nota Penolakan beserta P3C Pengajuan Awal kepada Kepala Seksi Perbendaharaan untuk ditandatangani
6 Pejabat Penerima Dokumen mengembalikan hard copy P3C Pengajuan Awal kepada pengusaha dengan nota penolakan
7 Pengusaha mengajukan kembali P3C Pengajuan Awal setelah dilengkapi/diperbaiki
PENGAJUAN AWAL DAN TAMBAHAN SECARA ELEKTRONIK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
STANDAR PROSEDUR OPERASI
PELAYANAN PERMOHONAN PENYEDIAAN PITA CUKAI (P3C) HASIL TEMBAKAU DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
KPPBC TIPE MADYA CUKAI
MULAI PENOLAKAN & P3C PENGAJUAN AWAL NOMOR : 074/SOP-BC/KPP MC/2011 TANGGAL : 28 Desember 2011 REVISI :
TANGGAL :
NO. AKTIVITAS PENGUSAHA PEJABAT PENERIMA DOKUMEN
SISTEM APLIKASI
CUKAI SENTRALISASI KASI PERBENDAHARAAN PELAKSANA PADA SEKSI PERBENDAHARAAN
8 Sistem aplikasi cukai mengirimkan respon tanda terima
9 Pejabat Penerima Dokumen meneruskan hard copy P3C Pengajuan Awal ke Kepala Seksi Perbendaharaan
10Kasi Perbendaharaan menerima hard copy P3C Pengajuan Awal dari Pejabat Penerima Dokumen dan mendisposisi kepada pelaksana
11Pelaksana pada Seksi Perbendaharaan menerima P3C Pengajuan Awal dan membandingkan pengisian hard copy P3C Pengajuan Awal dengan data P3C Pengajuan Awal yang telah direkam, kemudian mencetak tanda terima untuk diberrikan kepada pengusaha untuk ditandatangani apabila data P3C Pengajuan Awal telah lengkap
12Pengusaha menerima respons berupa tanda terima P3C Pengajuan Awal dalam hal data telah lengkap, memeriksa dan mencocokkan data P3C Pengajuan Awal dengan data yang tertera pada tanda terima, menandatangani tanda terima dalam hal data P3C Pengajuan Awal dan data yang tertera pada tanda terima telah sesuai dan kemudian menyerahkan kembali tanda terima untuk mendapatkan nomor P3C Pengajuan Awal
13Sistem aplikasi cukai memberi nomor P3C Pengajuan Awal. SAC Sentralisasi akan meneruskan data P3C Pengajuan Awal yang telah diberi nomor secara elektronik ke kantor Pusat.
14Pelaksana pada Seksi Perbendaharaan menerima tanda terima dan P3C Pengajuan Awal, memberi nomor P3C Pengajuan Awal, kemudian menyerahkan kepada Kasi Perbendaharaan untuk ditandatangani
15Kasi Perbendaharaan menandatangani P3C Pengajuan Awal, kemudian menyerahkan kembali kepada pelaksana
16Pelaksana pada Seksi Perbendaharaan membukukan P3C Pengajuan Awal dalam buku bambu P3C Pengajuan Awal dan mengarsipkan hard copy P3C Pengajuan Awal, serta menyerahkan tanda terima dan P3c lembar kedua kepada pemohon/pengusaha
Mengetahui:
Sekretaris Direktorat Jenderal
Azhar Rasyidi
NIP 19630321 199103 1 002
MERESPON
Nomor : 015/SOP-BC/KPP MP/2011 Tanggal : 28 Desember 2011
Revisi : Tanggal :
DASAR HUKUM :
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006.
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 51/PMK.04/2008 tentang Tata Cara Penetapan Tarif, Nilai Pabean, dan Sanksi Administrasi, serta Penetapan Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.04/2011.
3. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 25/BC/2009 tentang Bentuk dan Isi Surat Penetapan, Surat Keputusan, Surat Teguran, dan Surat Paksa.
DESKRIPSI :
1. SOP ini menggambarkan proses penerbitan surat teguran, dimulai sejak adanya SPTNP, SPP, SPSA, SPKTNP atau Keputusan Direktur Jenderal, yang telah melewati jangka waktu, sampai dengan diterbitkannyanya Surat Teguran.
2. Keputusan Direktur Jenderal sebagaimana disebut pada butir (1) bukan merupakan Keputusan Direktur Jenderal terkait keputusan atas keberatan.
3. Surat teguran diterbitkan dalam hal orang yang berutang sebagaimana tercantum dalam surat penetapan atau surat keputusan tidak melunasi kewajibannya dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal jatuh tempo pembayaran dan tidak mengajukan keberatan atau tidak mengajukan banding.
4. Unit pelaksana SOP ini adalah Seksi Perbendaharaan.
PERSYARATAN :
Adanya Surat SPTNP, SPKTNP, SPP, SPSA, Keputusan Direktur Jenderal, yang telah melewati jangka waktu 60 (enam puluh) hari ditambah 7 (tujuh) hari namun belum dilunasi kewajiban pembayaran oleh Penanggung Pajak dan tidak sedang dalam proses pengajuan keberatan atau banding.
BIAYA :
Tidak dipungut biaya.
NORMA WAKTU :
SOP ini dilaksanakan dalam waktu paling lama 1 (satu) hari kerja, terhitung sejak adanya SPTNP, SPP, SPSA, SPKTNP atau Keputusan Direktur Jenderal yang tidak dilunasi dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal jatuh tempo sampai dengan diterbitkannya Surat Teguran.
Mengetahui
Sekretaris Direktorat Jenderal
ttd
Azhar Rasyidi
NIP 19630321 199103 1 002
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KPPBC TIPE MADYA PABEAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENERBITAN SURAT TEGURAN DALAM RANGKA PENAGIHAN
1 Pelaksana meneliti SPTNP, SPP, SPSA, SPKTNP, Keputusan Direktur Jenderal (KDJ), yang tidak dilunasi dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal jatuh tempo dan tidak sedang dalam proses pengajuan keberatan atau banding, dan membuat Konsep Surat Teguran
2 Kasubsi Penagihan meneliti dan memaraf konsep Surat Teguran (ST).
3 Kepala Seksi Perbendaharaan meneliti dan memaraf konsep Surat Teguran (ST).
4 Kepala Kantor meneliti dan menandatangani Surat Teguran.
5 Pelaksana mengarsip dan mengirimkan Surat Teguran Kepada Penanggung Pajak dengan tembusan Direktur Jenderal, Eselon II yang menerbitkan Surat Penetapan dan Kepala Kantor Wilayah
Mengetahui:
Kepala Kantor ttd Azhar Rasyidi
NIP 19630321 199103 1 002
PENANGGUNG
PAJAK KEPALA KANTOR PELAKSANA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KANTOR PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN
STANDAR PROSEDUR OPERASI
PENERBITAN SURAT TEGURAN DALAM RANGKA PENAGIHAN
KEPALA SEKSI
PERBENDAHARAAN KASUBSI PENAGIHAN
NO. AKTIVITAS
MULAI
SPTNP, SPP, SPSA, SPKTNP, KDJ, YANG JATUH TEMPO
NOMOR : 015/SOP-BC/KPP MP/2011 TANGGAL : 28 Desember 2011 REVISI :
TANGGAL :
Nomor : 016/SOP-BC/KPP MP/2011 Tanggal : 28 Desember 2011
Revisi : Tanggal :
DASAR HUKUM :
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006.
2. Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 51/PMK.04/2008 tentang Tata Cara Penetapan Tarif, Nilai Pabean, dan Sanksi Administrasi, serta Penetapan Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.04/2011.
4. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 25/BC/2009 tentang Bentuk dan Isi Surat Penetapan, Surat Keputusan, Surat Teguran, dan Surat Paksa.
DESKRIPSI :
1. SOP ini menggambarkan proses penerbitan surat paksa, dimulai sejak adanya Surat Teguran yang jatuh tempo dan Penanggung Pajak belum melunasi Kewajibannya sampai dengan penerbitan Surat Paksa.
2. Apabila orang yang berutang sebagaimana tercantum dalam surat penetapan atau surat keputusan tidak melunasi kewajibannya dalam jangka waktu 7(tujuh) hari setelah tanggal jatuh tempo pembayaran dan tidak mengajukan keberatan atau tidak mengajukan banding, Kepala Kantor Pabean menerbitkan Surat Teguran.
3. Apabila dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak dikeluarkan Surat Teguran orang yang berutang belum melunasi kewajibannya, Kepala Kantor Pabean pada hari kerja berikutnya harus menerbitkan Surat Paksa untuk penagihan piutang bea masuk, cukai dan/atau sanksi administrasi berupa denda dan/ atau bunga kepada orang yang berutang dan menyampaikan Surat Pemberitahuan Piutang Pajak Dalam Rangka Impor berupa Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Barang Mewah, dan Pajak Penghasilan Pasal 22, kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di wilayah orang yang berutang.
4. Unit pelaksana SOP ini adalah Seksi Perbendaharaan.
PERSYARATAN :
Adanya Surat Teguran yang jatuh tempo dan Penanggung Pajak belum melunasi Kewajibannya BIAYA :
Tidak dipungut biaya.
NORMA WAKTU :
Norma waktu layanan SOP ini adalah 1 (Satu) hari kerja sejak Surat Teguran jatuh tempo.
Mengetahui :
Sekretaris Direktorat Jenderal, -ttd-
Azhar Rasyidi
NIP 19630321 199103 1 002
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KANTOR PELAYANAN UTAMA BEA DAN CUKAI TIPE B
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENERBITAN SURAT PAKSA DAN SURAT PEMBERITAHUAN PIUTANG PAJAK
1 a. Pelaksana Sub Seksi Penagihan meneliti Surat Teguran yang telah melewati jangka waktu 21 hari sejak tanggal Surat Teguran dan Penanggung Pajak belum melunasinya.
b. Pelaksana membuatkan konsep Surat Paksa (SP) dan konsep Surat Pemberitahuan Piutang Pajak (SPPP). Selanjutnya mengajukan konsep Surat Paksa (yang dilampiri Surat Teguran (ST) dan SPTNP/SPP/SPSA/SPKTNP/Keputusan Direktur Jenderal) dan konsep Surat Pemberitahuan Piutang Pajak (SPPP) kepada Kasubsi Penagihan dengan.
2 Kasubsi Penagihan meneliti dan memaraf konsep Surat Paksa (SP) dan konsep Surat Pemberitahuan Piutang Pajak (SPPP).
3 Kepala Seksi Perbendaharaan meneliti dan memaraf konsep Surat Paksa (SP) dan konsep Surat Pemberitahuan Piutang Pajak (SPPP).
4 Kepala Kantor meneliti dan menandatangani Surat Paksa (SP) dan Surat Pemberitahuan Piutang Pajak (SPPP).
5 a. Pelaksana mengarsip copy Surat Paksa (SP) dan Surat Pemberitahuan Piutang Pajak (SPPP).
b. Pelaksana mengirimkan asli Surat Paksa kepada Juru Sita, tembusan Surat Paksa dikirimkan kepada Direktur Jenderal, Eselon II yang menerbitkan Surat Penetapan dan Kepala Kantor Wilayah.
c. Pelaksana mengirimkan asli Surat Pemberitahuan Piutang Pajak (SPPP) kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di wilayah domisili Penanggung Pajak, tembusan Surat Pemberitahuan Piutang Pajak (SPPP) dikirimkan kepada Direktur Jenderal, Eselon II yang menerbitkan Surat Penetapan dan Kepala Kantor Wilayah.
Mengetahui
Sekretaris Direktorat Jenderal
-ttd-Azhar Rasyidi
NIP 19630321 199103 1 002
KEPALA KANTOR PELAKSANA
KANTOR PELAYANAN
PAJAK
JURU SITA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KPPBC TIPE MADYA PABEAN
STANDAR PROSEDUR OPERASI
PENERBITAN SURAT PAKSA DAN SURAT PEMBERITAHUAN PIUTANG PAJAK
KEPALA SEKSI DILAMPIRI ST &
SPTNP/SPP/SPSA/
SPPP
SURAT PAKSA
SURAT PAKSA
NOMOR : 016/SOP-BC/KPP MP/2011 TANGGAL : 28 Desember 2011 REVISI :
TANGGAL :