Prospek 2009 pemerintah tentang pendapatan yang sedikit melemah dan pengurangan belanja menunjukkan defisit sedikit di bawah anggaran
Dalam revisi usulan anggaran tengah tahun, pemerintah memproyeksikan pendapatan 2009 mendekati anggaran awal walaupun pertumbuhan diperkirakan lebih lemah dalam ekonomi riil dan harga. Pemerintah memperkirakan realisasi belanja sedikit berkurang dari anggaran awal walaupun perbedaannya kemungkinan lebih kecil daripada tahun-tahun sebelumnya. Asumsi harga minyak mentah yang lebih tinggi (rata-rata 61 dolar Amerika per barel terhadap proyeksi awal 45 dolar Amerika) akan mengangkat proyeksi pendapatan minyak dan gas tapi hal ini kemungkinan lebih dari sekadar menyeimbangkan biaya subsidi energi dan transfer dana ke pemerintah daerah. Semua faktor ini menunjukkan bahwa defisit anggaran untuk 2009 mungkin sedikit lebih kecil daripada proyeksi APBN-P di bulan Februari sebagai persentase PDB dan sekitar 20 triliun Rupiah lebih kecil dalam nominal, karena perkiraan terakhir pemerintah atas nominal PDB 2009 berada di bawah asumsi anggaran (Tabel 10).
Pemerintah mengusulkan defisit yang lebih kecil di tahun 2010
Usulan anggaran 2010 pemerintah yang dipresentasikan kepada DPR di awal Agustus memproyeksikan defisit anggaran akan berkontraksi menjadi 1,6 persen PDB. (Lihat Kotak 3) Hal ini sejalan dengan ekspektasi pemulihan sedang dalam pertumbuhan PDB nominal menjadi 11,5 persen yang berarti titik balik total pendapatan hanya 4,5 persen. Pertumbuhan yang relatif rendah dalam proyeksi pendapatan didorong ekspektasi Pemerintah Indonesia atas pendapatan nonpajak yang lebih sedikit daripada 2009 terutama dari minyak dan gas dengan penurunan 17,6 persen dari 2009 ke 2010. Pendapatan pajak, yang lebih mirip dengan PDB nominal diperkirakan tumbuh sekitar 12 persen dengan pemulihan dalam ekonomi riil dan pertumbuhan harga. Di sisi pengeluaran, pemerintah mengusulkan pertumbuhan belanja hanya 0,4 persen. Pertumbuhan yang rendah ini tercapai melalui pemotongan subsidi agregat (-9,8 persen), bantuan sosial (-11,2 persen) dan pengeluaran 'lain' (-40,3 persen), yang diimbangi oleh pertumbuhan kuat dalam pengeluaran untuk gaji pemerintah (21,0 persen).
Tabel 10: Proyeksi defisit anggaran pemerintah tahun 2009 dan 2010 sensitif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi nominal yang diasumsikan, dengan pertumbuhan harga yang lebih cepat yang menunjukkan defisit yang lebih kecil
Catatan dan sumber: Proyeksi Pemerintah Indonesia untuk 2009 dan 2010 merupakan presentasi anggaran resmi kepada DPR. Presentasi ini direvisi berkonsultasi dengan DPR pada saat laporan ini dicetak. Revisi akhir anggaran 2009 dan 2010 kemungkinan berbeda dari angka yang disajikan di atas. Proyeksi Depkeu dan Bank Dunia.
Jika ekonomi nominal tumbuh lebih cepat daripada proyek pemerintah, defisit anggaran kemungkinan lebih rendah di tahun ini dan berikutnya
Proyeksi pertumbuhan ekonomi riil, penurun laju inflasi PDB, dan harga minyak mentah disajikan yang dalam Tabel 5 berbeda dari proyeksi pemerintah. Proyeksi ini menunjukkan bahwa ekonomi nominal akan tumbuh lebih cepat dariapda proyeksi pemerintah dalam revisi usulan anggaran 2009 (RAPBN-P) dan usulan anggaran (RAPBN) 2010. Penggunaan pengukuran harga yang berbeda mendasari proyeksi pertumbuhan PDB nominal yang lebih kuat. Proyeksi dalam Tabel 5 mendasarkan pertumbuhan PDB nominal pada total proyeksi pertumbuhan dalam PDB riil ditambah pertumbuhan dalam penurun laju inflasi PDB. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan PDB nominal sebagai total proyeksi pertumbuhan riil ditambah peningkatan inflasi harga konsumen. Walaupun lebih dikenal dan lebih umum dipahami, IHK merupakan indikator harga yang lebih sempit daripada penurun laju inflasi PDB. Penurun laju inflasi PDB melaporkan perubahan bukan hanya dalam harga konsumen, tapi juga harga dagang, biaya investasi, dan bahkan biaya penyediaan layanan pemerintah. Pertumbuhan dalam
2007 2008 2009 2009 (f) 2010 2010 (p) Actual Actual Proposed
revised WB estimate Proposed (RAPBN) WB estimate A. State revenues and grants 707,808 981,609 872,632 854,609 911,476 974,698 1. Tax revenues 490,989 658,701 652,122 642,827 729,165 753,695 a. Domestic tax 470,053 622,359 632,099 622,915 702,034 726,432
i. Income tax 238,431 327,498 340,376 332,885 340,322 377,852
- Oil and gas 44,000 77,019 49,500 52,627 39,883 56,073
- Non oil and gas 194,431 250,479 290,876 280,257 300,439 321,779 ii. Other domestic tax 231,622 294,861 291,723 290,030 361,712 348,580
b. International trade tax 20,936 36,342 20.023 19,912 27,131 27,263
i. Import duties 16,699 22,764 18,624 18,612 19,498 20,692
ii.Export tax 4,237 13,578 1,400 1,300 7,634 6,571
2. Non Tax Receipts 215,121 320,605 219,518 210,789 180,889 219,581
o/w natural resources 132,893 224,463 139,997 125,979 111,454 141,094 i. Oil and gas 124,784 211,617 129,088 115,498 101,259 129,443
ii. Non Oil and gas 8,109 12,846 10,909 10,481 10,195 11,651
B. Expenditures 757,651 985,731 1,005,674 979,827 1,009,486 1,020,437 1. Central government 504,625 693,356 696,101 670,254 699,688 710,640 - Personnel 90,425 112,830 133,709 127,113 161,736 153,757 - Material expenditure 54,511 55,964 87,004 75,903 100,170 87,389 - Capital expenditure 64,289 72,773 74,281 72,366 76,893 74,911 - Interest payments 79,808 88,430 110,051 110,051 115,595 115,595 - Subsidies 150,215 275,292 159,951 156,924 144,355 179,964 - Grants expenditure 0 0 32 32 34 34 - Social expenditure 49,756 57,741 77,765 77,765 69,078 69,078 - Other expenditures 15,621 30,328 53,309 50,101 31,827 29,912
2. Transfers to the regions 253,026 292,434 309,572 309,572 309,798 309,798
C. Primary Balance 29,965 84,309 (22,991) (15,167) 17,585 69,856
D. SURPLUS / DEFICIT (49,843) (4,122) (133,042) (125,218) (98,010) (45,739)
Deficit (% of GDP) (1.3) (0.1) (2.5) (2.2) (1.6) (0.7)
Economic assumptions/outcomes
Domestic product (Bruto) 3,957,404 4,954,029 5,425,405 5,635,502 6,050,055 6,604,772
Economic growth (%) 6.3 6.1 4.3 4.3 5.0 5.4
Inflation (%) 6.6 11.1 5.0 9.0 5.0 11.3
Exchange rate (Rp/US$) 9,419 9,691 10,600 10,516 10,000 10,000
Crude-oil price (US$/Barrel) 78.0 97.0 61.0 60.2 60.0 74.1
Oil production (barrel per day) 0.9 0.9 1.0 1.0 1.0 1.0
% of civil service wages increase 15.0 20.0 15.0 15.0 5.0 5.0
I n d o n e s i a E c o n o m i c Q u a r t e r l y C l e a r i n g s k i e s
T H E W O R L D B A N K | B A N K D U N I A S e p t e m b e r 2 0 0 9
2 9 pendapatan pemerintah tergantung pertumbuhan nominal faktor-faktor ini. Dalam tahun-tahun terakhir, defaltor PDB tumbuh lebih cepat daripada IHK, dan perbedaan ini tampaknya akan berlanjut (Gambar 38).
Pendekatan yang berbeda dalam memperkirakan pertumbuhan PDB nominal menunjukkan bahwa pendapatan kemungkinan tumbuh lebih kuat daripada proyeksi pemerintah saat ini untuk 2009 dan 2010. Di tahun 2009, dengan berasumsi bahwa belanja mendekati rencana yang diumumkan pemerintah, dengan pengecualian pada subsidi energi yang kemungkinan akan lebih sedikit daripada yang diumumkan karena harga minyak dunia diasumsikan lebih rendah, pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat mengurangi defisit anggaran di tahun 2009 menjadi 2,2 persen PDB. Proyeksi ini menjelaskan realisasi pendapatan dan belanja sampai Juli 2009 dengan proyeksi hanya untuk lima bulan terakhir tahun ini. Di bulan-bulan ini, alokasi diberikan untuk perkiraan kenaikan dalam ekonomi nominal.
Pertumbuhan PDB nominal yang lebih kuat dan harga minyak yang lebih tinggi diproyeksikan terjadi di tahun 2010 (Tabel 5), menghasilkan proyeksi defisit yang lebih rendah tahun itu, yaitu 0,7 persen PDB. Proyeksi pertumbuhan dalam PDB nominal lebih cepat daripada proyeksi pemerintah menunjukkan bahwa pendapatan juga akan tumbuh lebih cepat. Asumsi harga minyak yang lebih tinggi juga kemungkinan akan mengangkat pendapatan. Proyeksi defisit yang lebih kecil ini mengasumsikan bahwa realisasi belanja 2010 mendekati rencana yang diumumkan pemerintah, kecuali subsidi energi yang disesuaikan utnuk menjelaskan asumsi harga minyak mentah yang tinggi.
5. Penurunan terbatas dalam tingkat kemiskinan kemungkinan berlanjut
Kemiskinan kemungkinan terus turun walaupun penurunan tersebut cenderung terbatas setelah pengakhiran program BLT
Perkiraan pertumbuhan PDB dan inflasi yang disajikan di Tabel 5, ditambah usulan anggaran pemerintah untuk 2010, menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan akan terus turun walaupun lebih lambat daripada tahun lalu. (Tabel 11) Perlambatan penurunan kemiskinan sebagian besar dikarenakan penghentian program BLT tapi pendapatan riil dan pertumbuhan lapangan kerja diproyeksikan terus berlanjut. Berdasarkan skenario pertumbuhan alternatif yang disajikan di Tabel 6 dan Gambar 35, tingkat kemiskinan kemungkinan tetap terus turun tapi dengan kecepatan yang lebih lambat dan lebih cepat secara berurutan untuk kasus lemah dan kuat.
Tabel 11: Tingkat kemiskinan diproyeksikan terus turun
2008 2009 2010 2011
Reference projection 15..4 14.2 13.6 11.5 High scenario 15..4 14.2 13.9 11.8
Low scenario 15..4 14.2 13.4 11.3
Kotak 2: Usulan anggaran pemerintah 2010
Pemerintah mengumumkan proposal anggaran 2010 dalam pidato kepresidenan tanggal 3 Agustus. Total anggaran mencapai 1.009 triliun Rupiah dalam nominal (atau 16,7 persen PDB), 0,5 persen lebih tinggi dari revisi anggaran 2009. Proyeksi defisit fiskal adalah sebesar 1,6 persen PDB. Dua pertiga anggaran akan dilaksanakan pemerintah pusat dan sepertiga sisanya akan diimplementasikan oleh pemerintah daerah. Beberapa fitur utama usulan anggaran 2010 mencakup:
Pengeluaran gaji dan bahan diantisipasi naik 21 persen dan 15 persen dibandingkan tahun 2009, mencerminkan reformasi birokrasi yang sedang berjalan dan peningkatan gaji secara keseluruhan sebesar 5 persen. Dua poin anggaran ini akan meningkatkan konsumsi pemerintah menjadi 4,3 persen PDB dari 4,1 persen tahun lalu.
Pengeluaran modal hanya naik 3,5 persen, menjadi 1,3 persen PDB.
Subsidi tetap besar dan akan menghabiskan sekitar 20 persen anggaran pemerintah psuat walaupun jumlah (yang diproyeksikan dengan buruk dalam draf anggaran di bawah sistem subsidi energi saat ini)
yang dianggarkan diproyeksikan turun sebesar
10 persen dibandingkan 2009. Komposisi belanja sektoral
tidak berubah. Administrasi pemerintah tetap merupakan poin terbesar yang mengonsumsi 15 persen anggaran pemerintah pusat, diikuti dengan pendidikan (11 persen), dan infrastruktur (6,3 persen). Pertahanan akan mendapat 44 persen peningkatan anggaran sementara kesehatan hanya mendapatkan tambahan 7,4 persen dibandingkan dengan revisi anggaran 2009.
Gambar 39: Anggaran pemerintah pusat
memproyeksikan pergeseran sumber daya dari subsidi ke biaya gaji, pembayaran bunga dan bahan
(triliun Rupiah)
Notes and source: * proposed mid-year revised budget. ** proposed budget. Ministry of Finance
I n d o n e s i a E c o n o m i c Q u a r t e r l y C l e a r i n g s k i e s
T H E W O R L D B A N K | B A N K D U N I A S e p t e m b e r 2 0 0 9
3 1 Kotak 3: Estimasi dampak El Niño terhadap kemiskinan
El Niño adalah peningkatan suhu permukaan bagian timur Samudra Pasifik yang signifikan dan berkepanjangan yang mengakibatkan pola cuaca ekstrem yang mengganggu produksi dan harga pertanian. Hal ini menimbulkan risiko signifikan terutama bagi masyarakat miskin yang sebagian besar sangat rentan terhadap guncangan di sektor pertanian. Penilaian terbaru Australian Bureau of Meteorology mengindikasikan bahwa tahun 2009 akan menjadi tahun El Niño. Namun, nilai Southern Oscillation Index untuk bulan September yang mengukur tekanan ketinggian laut relatif antara Tahiti dan Darwin mengindikasikan bahwa perkembangan El Niño di awal September 2009 tidak seakut di bulan Juli.
Walaupun tahun-tahun El Niño yang ekstrem, misalnya 1997/98 dan 2006 yang tidak terlalu ekstrem, dapat memiliki dampak serius terhadap sektor pertanian, 2009/10 tidak dianggap masuk dalam kategori tersebut. Tahun 2009/10 diperkirakan akan ada El Niño yang tidak terlalu kuat dengan dampak terbatas pada hasil ekonomi dan sosial. Walaupun begitu, dampak harga dan kemiskinan patut dipertimbangkan dalam kejadian yang tidak terduga jika El Niño ternyata lebih parah daripada yang diperkirakan.
Di antara dampak lain, El Niño cenderung mengakibatkan cuaca kering di Indonesia yang menunda musim tanam padi. Panen di musim kemarau, setelah panen musim hujan, cenderung memberikan hasil yang lebih baik daripada biasanya. Walaupun demikian, penurunan sementara pada produksi beras dapat mengakibatkan peningkatan harga jangka pendek. Hal ini akan mengurangi daya beli konsumen, terutama mereka yang memiliki alokasi pangan besar dalam keseluruhan konsumsi mereka - mereka yang berada di bawah atau di sekitar garis kemiskinan.
Panen lain yang memerlukan irigasi dan sensitif terhadap curah hujan yang rendah juga akan terkena dampaknya, misalnya pohon sawit muda. Departemen Pertanian memperkirakan produksi kelapa sawit mentah dapat turun 15 sampai 20 persen dari target jika El Niño mengakibatkan kerusakan menengah atau parah, walaupun total produksi diperkirakan masih terus naik tahun ini karena peningkatan area perkebunan.
Simulasi atas dampak berulangnya kondisi cuaca El Niño tahun 1998 dan 2006 pada harga beras di tahun 2009/10 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan 2010 akan naik menjadi 16,3 dan 15,5 persen secara berurutan dari perkiraan dasar. (Tabel 12) Dalam mengantisipasi El Niño, Pemerintah Indonesia telah menggandakan cadangan beras daruratnya untuk menjaga harga. Biaya peredaman efek El-Niño terhadap kemiskinan, sebelum memperhitungkan penjagaan harga dari cadangan darurat, menggunakan program BLT adalah 62.000 Rupiah per rumah tangga/bulan berdasarkan skenario El Niño 2006. Dalam kedua skenario, biaya pemulihan dampak lebih kecil dari BLT awal sebesar 100.000 Rupiah per rumah tangga/bulan.
Tabel 12: El Niño yang lebih parah dari proyeksi saat ini untuk 2009/10 akan menghapuskan penurunan kemiskinan yang belakangan ini terjadi
Base 2010 forecast given current EL Niño projection
El Niño (1998)
El Niño (2006)
Southern Oscillation Index(a) -0.5 -5.4 -2.7
Poverty Basket Inflation(b) 4.8 10.1 8.5
Poverty rate 13.6 16.3 15.5
BLT per household per month that would be
needed to maintain poverty at base levels (IDR) - 91,000 62,000 Scenarios
a) Pembacaan puncak SOI saat terjadi El-Niño. b) Tingkat year on year Maret 2010. Sumber dan catatan: Bank Dunia. Skenario mengasumsikan kondisi cuaca yang sama seperti yang diukur Southern Oscillation Index pada saat terjadi El Niño tahun 1998 dan 2006. Model mengukur dampak perubahan dalam SOI dan dampak terkait pada harga beras kualitas rendah di Indonesia dan dampak berikutnya pada inflasi masyarakat miskin dan tingkat kemiskinan.
Sumber: ‘Using El Niño/Southern Oscillation Climate Data to predict rice production in Indonesia’. Naylor, R.L., Falcon, W.P., Rochberg, D., Wada, N. Climatic Change 50: 255–265, 2001.