Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
P E R K E M B A N G A N T R I W U L A N P E R E K O N O M I A N
INDONESIA
Terbitlah Terang
September 2009
Pengantar
Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia menyajikan dan menggabungkan perkembangan utama ekonomi Indonesia dalam tiga bulan terakhir. Laporan ini menempatkan perkembangan itu dalam konteks jangka panjang dan global serta menilai implikasinya terhadap prospek ekonomi dan kesejahteraan sosial Indonesia. Pokok bahasan mencakup makroekonomi, pasar keuangan sampai indikator pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Laporan ini ditujukan untuk khalayak ramai, termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan profesional yang terlibat dalam ekonomi Indonesia.
Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia disiapkan dan dikompilasi oleh tim analisis makroekonomi kantor perwakilan Bank Dunia di Jakarta. Kontribusi diberikan oleh Ian Amalo (ekonomi internasional), Andrew Blackman bersama Fitria Fitrani dan Sjamsu Rahardja (arus perdagangan dan neraca pembayaran), Andrew Carter (pendapatan pemerintah), Andrew Ceber dan Preya Sharma (indikator kegiatan dan akun nasional), Faya Hayati (harga), serta Ahya Ihsan dan Dhanie Nugroho (pengeluaran pemerintah), Diva Singh (indikator sektor perbankan dan pasar keuangan), dan Matt Wei-Poi (analisis pasar tenaga kerja dan kemiskinan). Magda Adriani dan Fitria Fitrani menyediakan dukungan data untuk tim. Tim Bulman melakukan koordinasi dan suntingan. Tim ini disupervisi oleh Shubham Chaudhuri, Ekonom Senior, di bawah pimpinan Kepala Ekonom William E. Wallace.
U n t u k m en d a pa t kan l eb i h ban ya k a n a li s is B an k D u n i a
m e n ge na i e ko n om i I n d on e si a…
Tim makroekonomi Bank Dunia di Indonesia telah mulai menulis blog. Baca komentar terakhir Nalar Ekonomi Indonesia mengenai perkembangan ekonomi Indonesia, dan ikuti diskusi melalui link berikut http://eapblog.worldbank.org/
Untuk mendaftarkan diri dalam daftar distribusi email untuk rangkaian Perkembangan Triwulan ini dan publikasi terkait, silakan hubungi [email protected]. Untuk mengajukan pertanyaan dan komentar terkait publikasi ini, silakan hubungi [email protected]. Untuk informasi mengenai Bank Dunia dan kegiatannya di Indonesia, silakan kunjungi www.worldbank.org/id
Daftar isi
Pengantar
i
Ringkasan: Menuju pemulihan
i
A .
INFORMASI TERBARU EKONOMI
1
1. Pertumbuhan di Indonesia, dan secara global, pulih di kuartal kedua 1
2. Inflasi berada pada titik balik 4
3. Arus perdagangan Indonesia mulai pulih 7
4. …dan arus keuangan eksternal telah kembali ke pola yang lebih normal 8
5. Sejalan dengan ekonomi riil, pasar uang Indonesia telah mencetak prestasi yang baik dan
menemukan pijakan yang kokoh pada kuartal kedua. 9
a. Pasar saham dan mata uang rupiah telah pulih dengan meyakinkan sejak bulan Maret ... 9 b. Hasil dari obligasi pemerintah Indonesia telah menyusut baik untuk jangka pendek maupun
panjang, walaupun nilainya masih relatif tinggi dibanding hasil yang dicatat oleh obligasi lain di wilayah yang sama ... 10 c. Siklus pemotongan suku bunga acuan telah berakhir, tetapi suku bunga kredit perbankan
masih bertahan relatif tinggi ... 12 d. Sektor perbankan bertahan relatif perkasa selama krisis, walaupun ditengah meningkatnya
biaya dana ... 13 6. Pertumbuhan belanja dan pendapatan pemerintah mendapat dukungan di paruh pertama 15 a. Stimulus fiskal dan stabilisator otomatis memberi kontribusi pada ketahanan perekonomian Indonesia ... 15 b. Pemotongan pajak dan perekonomian yang lebih lemah menurunkan pendapatan, tapi
sudah ada tanda-tanda mulai pulihnya pertumbuhan pendapatan. ... 15 c. Pencairan dana untuk program inti pemerintah meningkat di paruh pertama 2009, walaupun
hanya sekitar 10 persen paket stimulus yang telah dibelanjakan. ... 16 7. Lapangan kerja meningkat walaupun terjadi perlambatan, sementara kemiskinan terus turun 18
B .
MELIHAT KE DEPAN: PEMULIHAN BERTAHAP
20
1. Prospek ekonomi Indonesia telah membaik 20
2. Neraca pembayaran Indonesia diproyeksikan tetap mendekati keseimbangan, dengan kondisi neraca saat ini dan kebutuhan pembiayaan eksternal yang berkelanjutan 22 a. Pemulihan pertumbuhan di tujuan ekspor Indonesia ditambah harga komoditas yang tinggi
diperkirakan akan mendongkrak arus perdagangan Indonesia ... 22 b. Pembiayaan eksternal harus berkelanjutan, dan risiko modal mengalir keluar dalam jumlah
besar dan secara mendadak telah berkurang ... 23 3. Inflasi kemungkinan akan meningkat seiring dengan penguatan permintaan dn naiknya harga
komoditas global 25
4. Semua faktor ini menunjukkan bahwa defisit pemerintah kemungkinan lebih sedikit daripada
yang dianggarkan 27
5. Penurunan terbatas dalam tingkat kemiskinan kemungkinan berlanjut 29
APENDIKS: RINGKASAN GAMBARAN EKONOMI INDONESIA
32
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Ekonomi Indonesia mengalami depresi di kuartal akhir 2008, namun kembali naik mendekati rata-rata terakhirnya ... 1 Gambar 2: …dan ekonomi global menjadi stabil dan mulai pulih di kuartal kedua ... 1 Gambar 3: Pemulihan dalam ekspor terhadap impor dan konsumsi pemerintah yang terus naik
mendukung pengeluaran ... 2 Gambar 4: …sementara kegiatan jasa memberi lebih banyak kontribusi terhadap pertumbuhan
PDB di KUARTAL KEDUA daripada di KUARTAL PERTAMA ... 2 Gambar 5: Tiga versi pertumbuhan PDB Indonesia ... 3 Gambar 6: Indikator sentimen konsumen sangat kuat ... 4
Gambar 7: …dan hal ini terbukti pada penjualan aktual ... 4 Gambar 8: Peningkatan harga yang berarti pada beberapa bulan terakhir menunjukkan titik
balik dari tingkat laju inflasi IHK ... 5 Gambar 9: Harga rata-rata konsumen sangat sedikit bergerak pada paruh awal tahun 2009 ... 5 Gambar 10: Peningkatan Rupiah mengimbangi peningkatan harga komoditas belakangan ini.... 6 Gambar 11: Laju inflasi Indonesia tetap lebih tinggi dari hampir seluruh negara tetangga dan
mitra dagangnya… ... 6 Gambar 12: …walaupun penurunan laju inflasi Indonesia sejalan dengan ekonomi lain ... 6 Gambar 13: Arus perdagangan membaik… ... 7 Gambar 14: bersama-sama dengan harga komoditas, yang telah meningkatkan harga ekspor
perdagangan Indonesia ... 7 Gambar 15: IHSG mencatat penguatan lebih di banding kebanyakan indeks lainnya sejak
pertengahan April ... 10 Gambar 16: Karena indeks broad USD FRB melemah sejak awal maret, Rupiah terapresiasi
dengan cepat terhadap dolar Amerika ... 10 Gambar 17: Surplus perdagangan membantu mendorong penguatan rupiah belakangan ini .... 11 Gambar 18: Hasil obligasi 5 tahun Indonesia telah menyusut sejak bulan Maret tetapi tetap lebih
tinggi dan lebih mudah berubah dibanding hasil obligasi pemerintah negara-negara Asia lainnya ... 11 Gambar 19: Kurva hasil menjadi lebih curam setelah dimulai dengan datar yang tidak lazim
karena hasil jangka pendek yang sangat tinggi ... 12 Gambar 20: Sebaran obligasi Indonesia dalam dolar Amerika telah menyusut sejak Februari dan
kini lebih rendah dari rata-rata pasar berkembang dunia ... 12 Gambar 21: Dampak pemotongan suku bunga acuan sangatlah minim terhadap suku bunga
kredit perbankan ... 13 Gambar 22: Rata-rata CAR, ROA dan LDR menunjukkan sektor perbankan yang relatif kokoh . 13 Gambar 23: Rasio kredit macet jatuh di bulan Juni dan tetap berada di bawah angka tahun
2006-2007, sementara kredit pada umumnya stabil sejak akhir tahun 2008 ... 14 Gambar 24: Pertumbuhan kredit lebih melambat di Indonesia dibanding tempat lain, relatif
terhadap pertumbuhan kredit yang sangat cepat pada tahun sebelumnya ... 14 Gambar 25: Saldo fiskal yang lebih memberikan stimulus dan simpanan pemerintah di BI yang
lebih rendah menanggapi perlambatan ... 15 Gambar 26: Pendapatan pajak turun lebih cepat daripada perlambatan PDB nominal ... 15 Gambar 27: Penerimaan pajak biasanya lebih lemah yang mencerminkan harga komoditas yang
rendah, permintaan yang lemah ditambah pemotongan pemerintah atas tingkat pajak ... 17 Gambar 28: Jatuhnya harga minyak di akhir tahun 2008 dan awal 2009 memberi kontribusi
signifikan kepada pemotongan pendapatan nonpajak ... 17 Gambar 29: Penurunan belanja subsidi lebih dari sekadar menyeimbangkan peningkatan
belanja program pemerintah pusat ... 17 Gambar 30: Lapangan kerja terus meningkat, walaupun terjadi penurunan secara global,
dengan jumlah pekerja di sektor perdagangan dan industri jasa lain mencatatkan peningkatan terbesar ... 18 Gambar 31: ...tapi sebagian besar pertumbuhan ini terjadi dalam jenis lapangan kerja yang
kurang formal ... 18 Gambar 32: Kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka turun dari awal 2008 sampai awal
2009, walaupun ekonomi melemah di sekitar pergantian tahun ... 19 Gambar 33: Pertumbuhan Indonesia naik menuju tingkat potensialnya di tahun 2011 ... 20 Gambar 34: Mitra dagang utama Indonesia diproyeksikan terus pulih secara bertahap dalam
dua tahun mendatang ... 20 Gambar 35: …dan hal ini menghasilkan distribusi jalur potensial yang luas untuk ekonomi
Indonesia ... 22 Gambar 36: Tingkat perpanjangan utang eksternal Indonesia tinggi di paruh pertama 2009 ... 24 Gambar 37: Indonesia satu-satunya kekuatan ekonomi utama di wilayahnya dengan laju inflasi
yang lebih tinggi dari rata-rata sejak krisis Asia tahun 1997/98, dibandingkan dengan inflasi sebelum krisis ... 26 Gambar 38: Penurun laju inflasi PDB tumbuh lebih cepat dibanding harga-harga konsumen, dan
pemisahan ini diperkirakan akan terus berlanjut ... 26 Gambar 39: Anggaran pemerintah pusat memproyeksikan pergeseran sumber daya dari subsidi ke biaya gaji, pembayaran bunga dan bahan ... 30
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Pertumbuhan diproyeksikan secara bertahap kembali ke tingkat sebelumnya di tahun-tahun mendatang ... iii Tabel 2: Tingkat pertumbuhan kuartalan yang disesuaikan secara musiman memberikan
perspektif yang sangat berbeda atas ekonomi Indonesia dibandingkan dengan pertumbuhan tahun-ke-tahun ... 3 Tabel 3: Surplus neraca berjalan menutupi arus keluar modal bersih mini pada kuartal kedua,
memberikan surplus tipis pada neraca pembayaran dan cadangan yang
meningkat tipis ... 9 Tabel 4: Perkembangan dalam pendapatan dan belanja ... 16 Tabel 5: Indikator fiskal dan makroekonomi Indonesia ... 21 Tabel 6: Distribusi luas lingkungan pertumbuhan potensial diprediksikan terjadi tahun 2010…22 Tabel 7: Surplus Neraca Pembayaran diperkirakan menyempit karena transaksi berjalan
menjadi defisit ... 23 Tabel 8: Pembiayaan eksternal terjadwal Indonesia saat ini memerlukan 22 miliar dolar Amerika dalam 12 bulan mendatang ... 24 Tabel 9: Proyeksi sumber pembiayaan menghasilkan surplus Neraca Pembayaran sekitar 10
miliar dolar Amerika ... 24 Tabel 10: Proyeksi defisit anggaran pemerintah tahun 2009 dan 2010 sensitif terhadap tingkat
pertumbuhan ekonomi nominal yang diasumsikan, dengan pertumbuhan harga yang lebih cepat yang menunjukkan defisit yang lebih kecil ... 28 Tabel 11: Tingkat kemiskinan diproyeksikan terus turun ... 29 Tabel 12: El Niño yang lebih parah dari proyeksi saat ini untuk 2009/10 akan menghapuskan
penurunan kemiskinan yang belakangan ini terjadi... 31 DAFTAR KOTAK
Kotak 1: Penyesuaian secara musiman dan peningkatan pengawasan ekonomi ... 3 Kotak 2: Usulan anggaran pemerintah 2010 ... 30 Kotak 3: Estimasi dampak El Niño terhadap kemiskinan ... 31
Ringkasan: Menuju pemulihan
Pada pertengahan 2009,ekonomi Indonesia mulai pulih dari guncangan ekonomi yang terjadi pada awal tahun
Pada pertengahan 2009, ekonomi Indonesia telah memasuki siklus tahap pemulihan ekonomi. Pertumbuhan kuartalan berakselerasi sejak awal 2009, setelah terhenti di kuartal akhir 2008, walaupun tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun terus melambat menjadi 4,0 persen sampai KUARTAL KEDUA. Tren pemulihan bertahap yang relatif stabil ini diproyeksikan berlanjut sampai 2011.
Pemulihan Indonesia terjadi bersamaan dengan membaiknya lingkungan eksternal. Pertumbuhan PDB KUARTAL KEDUA di seluruh negara tujuan ekspor utama lebih baik daripada yang diperkirakan dan sebagian besar telah keluar dari resesi pada pertengahan tahun. Harga internasional sebagian besar komoditi ekpor Indonesia telah menembus penurunan yang terjadi akhir 2008. Perkembangan ini mendukung ekonomi Indonesia dengan ekspor pulih lebih cepat daripada impor.
Konsumsi domestik tetap kuat
Konsumsi domestik terus memberi kontribusi kepada pertumbuhan di kuartal kedua. Di kuartal pertama, sejumlah besar belanja kampanye untuk pemilihan legislatif mengangkat konsumsi swasta. Belanja untuk kampanye pemilihan presiden tampaknya jauh lebih kecil dan konsumsi swasta tidak terlalu banyak berubah dibandingkan KUARTAL PERTAMA. Namun, konsumsi pemerintah yang tinggi menyeimbangkan hal ini karena pemerintah mempercepat pencairan anggaran 2009. Berlanjutnya ketahanan dalam konsumsi domestik terutama mendukung industri jasa yang outputnya mengalami akselerasi dibandingkan KUARTAL PERTAMA. Sebagian besar indikator kondisi ekonomi domestik juga menguat mulai dari awal tahun, dengan tingkat keyakinan konsumen mencapai rekor historis dan terus naik, penjualan ritel dan kendaraan membaik, serta kegiatan industri mulai pulih dari penurunan yang terjadi di akhir 2008.
…walaupun investor menjadi sangat berhati-hati
Walaupun ada daya tahan dalam ekonomi secara keseluruhan dan peningkatan lingkungan bisnis, investor tetap waspada di pertengahan 2009. Pembelian barang modal tetap terbatas, walaupun pertumbuhan dalam investasi bangunan baru tetap kuat. Perlambatan dalam investasi secara keseluruhan ini sejalan dengan tidak bergeraknya pemberian pinjaman untuk investasi dan modal kerja sejak akhir 2008, yang berlawanan dengan pertumbuhan cepat dalam pemberian pinjaman pada awal tahun itu.
Sektor perbankan terbukti jauh lebih kuat daripada perkiraan sebagian besar pengamat walaupun pinjaman baru tetap terbatas
Sektor perbankan Indonesia tetap dalam keadaan sehat secara keseluruhan. Rasio kredit macet stabil walaupun diperkirakan naik pada pergantian tahun karena pengambil pinjaman yang terpengaruh oleh perlemahan ekonomi tidak akan dapat memenuhi komitmen pembayaran mereka. Di bulan September, Bank Indonesia tidak mengubah suku bunga acuan setelah melakukan pemotongan sejumlah 300 basis poin dalam 9 bulan terakhir. Hanya sedikit dari pemotongan suku bunga acuan ini yang diterapkan oleh bank, sehingga pada akhir Agustus BI meminta 14 bank terbesar untuk menurunkan suku bunga tabungan mereka secara progresif sampai 200 basis poin di atas suku bunga acuan BI. BI berharap hal ini akan mengurangi biaya dana sehingga memampukan bank untuk memberikan lebih banyak pinjaman pada suku bunga yang lebih rendah.
Pasar keuangan terus menguat sepanjang pertengahan 2009
Sepanjang pertengahan 2009 pasar keuangan Indonesia terus menguat, pada umumnya lebih besar dibandingkan dengan pasar lain di wilayah ini. Rupiah terus mengalami apresiasi terhadap dolar Amerika yang melemah, walaupun lebih lambat, dan stabil di sekitar 10.000 per dolar Amerika pada awal September. Pasar saham terus menguat, naik lebih dari 20 persen dari akhir Mei sampai awal September. Pada awal Juni, imbalan obligasi rupiah pemerintah kembali ke tingkat awal 2008, sementara sebaran obligasi dolar Amerika pemerintah Indonesia turun melampaui rata-rata pasar negara berkembang global. Dalam tiga bulan berikut, imbalan obligasi dalam mata uang setempat sangat stabil, sementara sebaran obligasi dolar Amerika kembali turun satu poin persentase. Peningkatan kondisi pasar ini memampukan pemerintah untuk terus membiayai anggarannya melalui pasar obligasi, mengakses dana untuk jangka panjang dan dengan imbalan yang terus turun.
…dan portofolio investor kembali ke pasar Indonesia. Tingkat perpanjangan utang tinggi
Peningkatan kondisi pasar keuangan terjadi bersamaan dengan arus transaksi modal Indonesia yang tidak bergejolak, dan posisi eksternal Indonesia di bulan September 209 lebih kuat daripada awal tahun. Secara keseluruhan, neraca pembayaran tetap surplus di kuartal kedua walaupun lebih sedikit dibandingkan kuartal pertama. Surplus transaksi
sehingga neraca pembayaran mengalami sedikit defisit di KUARTAL KEDUA
berjalan sedikit naik karena membaiknya lingkungan eksternal mengangkat ekspor lebih daripada impor. Walaupun investor asing kembali sebagai pembeli bersih atas aset keuangan Indonesia, transaksi berjalan mengalami defisit terutama karena investasi langsung asing bersih lebih lambat setelah mengalami arus masuk yang besar dalam beberapa kuartal. Sebagian besar utang eksternal terjadwal Indonesia diperpanjang di paruh pertama 2009 yang mengatasi kekhawatiran di awal tahun bahwa tingkat perpanjangan akan rendah dan jumlah utang lebih besar daripada laporan resmi. Devisa stabil di sepanjang pertengahan 2009, sekitar 58 miliar dolar Amerika.
Inflasi, setelah lebih rendah daripada perkiraan di awal tahun, mulai naik di bulan Agustus
Setelah tertahan lebih lama daripada yang diperkirakan, inflasi mulai naik di bulan Juli dan Agustus, sementara inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) sedikit naik menjadi 2,8 persen tahun-ke-tahun dan inflasi masyarakat miskin naik menjadi 3,8 persen. Inflasi inti, yang tidak menyertakan efek pemotongan dalam harga bahan bakar pada pergantian tahun dan stabilnya harga pangan sepanjang semester pertama, tetap jauh lebih tinggi daripada IHK yaitu 4,8 persen. Inflasi Indonesia turun lebih dari sebagian besar mitra dagangnya, tapi tetap tinggi.
Lapangan kerja
meningkat, lebih daripada peningkatan populasi usia kerja, walaupun hanya sedikit lapangan kerja formal yang baru
Lapangan kerja meningkat lebih cepat daripada populasi usia kerja sampai bulan Februari, dan tingkat pengangguran turun walaupun sebagian besar populasi usia kerja memasuki angkatan kerja. Namun, sebagian besar pekerjaan baru adalah informal, terutama bagi perempuan. Lapangan kerja yang tinggi, harga yang stabil, tahap akhir program Bantuan Langsung Tunai (BLT) pemerintah, dan perlambatan pertumbuhan yang terbatas menghasilkan penurunan 1,2 poin persentase pada tingkat kemiskinan sampai bulan Maret 2009, menjadi 14,2 persen.
Keuangan publik lebih memberikan stimulus daripada tahun-tahun sebelumnya
Keuangan publik lebih memberikan stimulus daripada tahun-tahun sebelumnya Sampai bulan Juli, anggaran pemerintah mengalami defisit. Biasanya anggaran mencatatkan surplus besar di semester pertama. Pendapatan menurun karena pemotongan tingkat pajak yang dijadwalkan dalam paket stimulus pemerintah dan laba yang lebih rendah karena turunnya harga komoditas dan permintaan eksternal walaupun data bulan Juli menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pada periode yang sama, pemerintah membelanjakan lebih banyak program inti dibandingkan periode yang sama tahun 2008. Penurunan subsidi energi menurunkan belanja pemerintah secara keseluruhan. Setelah berjalan sangat lambat di awal, belanja pemerintah untuk paket stimulus mengalami akselerasi pada pertengahan Juli.
…dan ada peluang untuk belanja yang lebih ambisius di tahun 2010 daripada yang diperkirakan usulan anggaran pemerintah
Realisasi defisit anggaran kemungkinan lebih kecil daripada yang dianggarkan, sekitar 2,2 persen PDB. Usulan anggaran pemerintah untuk 2010 memproyeksikan defisit 1,6 persen PDB, tapi pertumbuhan PDB nominal dan asumsi harga minyak yang konservatif menunjukkan bahwa realisasi defisit mungkin jauh lebih kecil daripada usulan rencana belanja yang menciptakan peluang untuk belanja yang lebih ambisius.
Tren pemulihan ekonomi secara bertahap terus berlanjut ke 2011 melalui akselerasi output dan harga sementara akhir bantuan langsung tunai pemerintah
memperlambat penurunan tingkat kemiskinan
Pemulihan bertahap di pertengahan 2009 akan berlanjut selama satu setengah tahun. Pertumbuhan kuartalan diperkirakan naik secara perlahan dari tingkat di KUARTAL KEDUA dan pertumbuhan tahun-ke-tahun akan mulai naik pada akhir tahun dan secara bertahap mencapai sedikit di atas 6 persen tahun 2011. (Tabel 1) Permintaan domestik kemungkinan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan karena pemerintah terus mencairkan stimulusnya dan tahun 2010 kepercayaan investor akan pulih. Ekspor bersih kemungkinan tidak akan terus memberi kontribusi kepada pertumbuhan di 2010 karena ekonomi Indonesia kemungkinan akan terus tumbuh lebih cepat daripada mitra dagangnya tapi akan lebih mendukung di tahun 2011 karena ekonomi global secara perlahan kembali ke tren pertumbuhan. Melemahnya surplus perdagangan dan pemulihan dalam harga komoditas membuat transaksi berjalan kemungkinan mendekati keseimbangan atau bahkan mencatatkan sedikit defisit di tahun 2011. Namun, neraca pembayaran akan tetap surplus dan cadangan devisa secara perlahan bertambah karena pembiayaan terjadwal Indonesia tetap berlanjut dan kondisi pasar keuangan global menjadi lebih mendukung pasar negara berkembang. Naiknya permintaan domestik dan harga komoditas global diperkirakan mendorong naik inflasi IHK dan masyarakat miskin, kecuali BI mengubah kebijakan menjadi lebih agresif dalam membatasi inflasi dan ekspektasi inflasi dari sebelumnya. Perkembangan ini, ditambah selesainya program BLT, kemungkinan akan memperlambat penurunan tingkat kemiskinan dalam 18 bulan mendatang.
Tabel 1: Pertumbuhan diproyeksikan secara bertahap kembali ke tingkat sebelumnya di tahun-tahun mendatang
(perubahan persentase tahunan)
2008 2009 2010 2011
Gross domestic product 6.1 4.3 5.4 6.0
Consumer price index 9.8 4.7 5.6 6.5
Major trading partner growth 2.1 -1.8 3.3 3.4
Poverty rate 15.4 14.2 13.6 11.5
1
A. INFORMASI TERBARU EKONOMI
1. Pertumbuhan di Indonesia, dan secara global, pulih di kuartal kedua
Pertumbuhan naik diseluruh dunia, termasuk Indonesia, di KUARTAL KEDUA
Ekonomi Indonesia berakselerasi sejak awal tahun ini setelah terhenti di KUARTAL KEEMPAT 2008. (Gambar 1) Kenaikan ini seiring dengan pertumbuhan di sebagian besar perekonomian besar. (Gambar 2) Hasil KUARTAL KEDUA yang didapat mitra dagang utama Indonesia melampaui perkiraan, dan hampir semua mitra dagang Indonesia sekarang telah keluar dari resesi. Amerika Serikat tetap merupakan penghambat besar pertumbuhan global, namun tingkat penurunannya telah berkurang dan ada semakin banyak bukti bahwa resesi pascaperang terpanjang sepertinya telah berakhir.1
Estimasi yang disesuaikan secara musiman menunjukkan bahwa depresi dalam pertumbuhan Indonesia telah berlalu
Ekonomi Indonesia tampaknya telah melewati depresi dalam pertumbuhan. Di KUARTAL KEDUA, output naik sebesar 1,2 persen kuartal-ke-kuartal (disesuaikan secara musiman) sedikit di bawah tingkat pertumbuhan rata-rata di tahun-tahun terakhir. Pertumbuhan kuartalan naik dari KUARTAL PERTAMA, setelah tidak mengalami perubahan di KUARTAL KEEMPAT 2008 saat gejolak ekonomi dan keuangan mencapai puncaknya. Namun, tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun (tahun-ke-tahun) terus menurun. Di KUARTAL KEDUA, pertumbuhan tahun-ke-tahun adalah 4,0 persen, turun dari 6,4 persen di KUARTAL KETIGA 2008. Berlanjutnya penurunan dalam tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun sebagian disebabkan ekonomi yang kuat di awal 2008. (Kotak 1 menjelaskan penyesuaian musiman atas data berfrekuensi tinggi.)
Gambar 1: Ekonomi Indonesia mengalami depresi di kuartal akhir 2008, namun kembali naik mendekati rata-rata terakhirnya
(persen pertumbuhan)
Gambar 2: …dan ekonomi global menjadi stabil dan mulai pulih di kuartal kedua
(persen pertumbuhan per kuartal disesuaikan secara musiman) 0 2 4 6 8 0 1 2 3 4
Jun-02 Mar-04 Dec-05 Sep-07 Jun-09
Per cent Per cent
Year on year (RHS) QoQ seasonally adjusted (LHS) -9 -6 -3 0 3 6 -9 -6 -3 0 3 6 Ch in a In d ia In do ne s ia Philip. U. S . Euro Area M a lay s ia Ja p a n T h ailand Q4 2008 Q1 2009 Q2 2009
Per cent Per cent
Sumber: BPS melalui CEIC. Penyesuaian musiman Bank Dunia.
Sumber: Badan statistik nasional melalui CEIC dan penyesuaian musiman Bank Dunia jika data dipublikasikan tanpa disesuaikan secara musiman
Pertumbuhan KUARTAL KEDUA Indonesia didorong pemulihan dalam ekspor dan konsumsi pemerintah, sementara konsumsi swasta stabil
Pendorong pertumbuhan utama di kuartal kedua berasal dari pemulihan volume ekspor yang lebih cepat daripada impor. (Gambar 3). Konsumsi pemerintah melanjutkan pertumbuhannya yang kuat, naik 2,7 persen kuartal-ke-kuartal menjadi 17,0 persen lebih tinggi tahun-ke-tahun, jauh di atas rata-rata 5 tahunnya. Konsumsi swasta hanya naik 0,1 persen kuartal-ke-kuartal, mengikuti pertumbuhan kuat (2,4 persen) di KUARTAL PERTAMA, terkait dengan tingkat belanja tinggi untuk kampanye pemilu anggota DPR dan panen yang baik. Konsumsi rumah tangga nonpangan, sebagian besar didukung belanja terkait pemilihan umum di KUARTAL PERTAMA, sedikit mengalami penurunan di KUARTAL KEDUA, sementara konsumsi pangan naik 0,4 persen. Hal ini menunjukkan
1
Untuk informasi lebih lanjut mengenai ekonomi global dan regional, baca East Asia and Pacific
Economic Update Bank Dunia yang akan datang, yang akan diluncurkan di minggu pertama
jeda dalam pertumbuhan konsumsi swasta di KUARTAL KEDUA kemungkinan hanya sementara.
…sementara investasi tetap menghambat pertumbuhan
Pengeluaran investasi tumbuh lebih kecil dari rata-rata lima tahunnya, tumbuh sebesar 0,3 persen dari KUARTAL PERTAMA sampai KUARTAL KEDUA menjadi 2,7 persen lebih tinggi dari satu tahun sebelumnya. Ini merupakan titik balik dari kuartal pertama saat total investasi mengalami penurunan. Di kuartal kedua, belanja untuk mesin dan peralatan serta barang transportasi dikurangi lebih lanjut. Komponen mesin dan peralatan impor turun dalam dua kuartal berturut-turut, mencatatkan penurunan terbesar sejak akhir 2005 (turun 7,7 persen dari KUARTAL PERTAMA ke KUARTAL KEDUA). Pertumbuhan investasi bangunan tidak melambat secara drastis dan pertumbuhan kuartalan sedikit naik di KUARTAL KEDUA dibandingkan tiga kuartal sebelumnya. Berlanjutnya perlambatan dalam investasi secara keseluruhan di kuartal kedua konsisten dengan rendahnya investasi oleh bisnis sejak awal tahun (didiskusikan di bawah).
Penguatan dalam kegiatan sektor jasa mendukung kenaikan PDB di KUARTAL KEDUA
Sepanjang KUARTAL KEDUA, akselerasi dalam kegiatan sektor jasa mendukung kenaikan pertumbuhan PDB agregat. Ini merupakan titik balik perlambatan yang dimulai di pertengahan 2008. Akselerasi sebagian besar dihasilkan oleh sektor ritel yang merupakan bagian terbesar sektor jasa dan didukung oleh kenaikan bertahap dalam indeks penjualan ritel bulanan. Pertumbuhan di sektor industri tetap stabil walaupun diperkirakan mengalami perlambatan, naik mendekati tingkat pertumbuhan rata-rata lima tahunnya di kuartal ini. Sebagian besar sektor industri mengalami pertumbuhan yang kuat, yang diimbangi pertambangan yang terus mengalami penurunan kegiatannya. Setelah mengalami pertumbuhan cepat di KUARTAL PERTAMA, total produksi pertanian melambat bersamaan dengan kontraksi output pertanian pangan dan nonpangan (Gambar 4).
Gambar 3: Pemulihan dalam ekspor terhadap impor dan konsumsi pemerintah yang terus naik mendukung pengeluaran
(kontribusi poin persentase kuartal-ke-kuartal terhadap pertumbuhan PDB agregat, disesuaikan secara musiman)
Gambar 4: …sementara kegiatan jasa memberi lebih banyak kontribusi terhadap pertumbuhan PDB di KUARTAL KEDUA daripada di KUARTAL PERTAMA
(kontribusi poin persentase kuartal-ke-kuartal terhadap pertumbuhan PDB agregat, disesuaikan secara musiman)
-2 -1 0 1 2 -2 -1 0 1 2 Q1 Q2 Priv cons Govt cons
Percentage points Percentage points
Investment Net exports Discrepancy GDP 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Agriculture Mining Industry Services
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Q1 Q2
Per cent Per cent
Catatan dan sumber: Kontribusi poin persentasei yang disesuaikan secara musiman mungkin tidak setara dengan pertumbuhan PDB agregat. BPS melalui CEIC dan Bank Dunia
Indikator ekonomi lain juga melaporkan perbaikan kondisi sejak awal tahun
Penguatan dalam konsumsi swasta didukung oleh indikator belanja dan keyakinan konsumen terbaru (Gambar 6). Survei BI tentang sentimen konsumen menunjukkan hasil yang kuat tahun ini - data bulan Juli merupakan hasil tertinggi kedua dalam sejarah rangkaian - sementara indeks penjualan ritel BI kembali ke tingkat pertengahan 2008 setelah jatuh di awal tahun. Penjualan kendaraan bermotor dan sepeda motor tetap lemah dibandingkan pertengahan 2008, tapi mulai pulih sejak awal tahun dan telah mencapai tingkat awal 2008. (Gambar 7)
Indikator produksi juga menunjukkan bahwa ekonomi mulai pulih dari perlambatan di akhir 2008. Indeks produksi industri menunjukkan bahwa kedalaman kontraksi di akhir 2008
L a p o r a n K u a r t a l a n E k o n o m i I n d o n e s i a T e r b i t l a h T e r a n g
T H E W O R L D B A N K | B A N K D U N I A S e p t e m b e r 2 0 0 9
3 hanyalah sementara, dan indeks melaporkan naiknya kegiatan di perusahaan menengah dan besar yang disurvei sejak awal tahun. Konsumsi semen, yang sangat terkait dengan produksi industri, juga terus menunjukkan tren naik yang dimulai awal tahun ini. Produksi sekarang lebih tinggi dari satu tahun sebelumnya. Satu indikator parsial yang tetap lemah adalah kredit bank (lihat bagian 5d di bawah).
Kotak 1: Penyesuaian secara musiman dan peningkatan pengawasan ekonomi
Data rangkaian waktu makroekonomi, seperti produk domestik bruto atau indeks harga, cenderung bergerak dengan tiga proses utama: komponen siklus tren, komponen musiman dan komponen iregular. Komponen siklus tren adalah gerakan jangka panjang dan jangka menengah rangkaian ini - dalam hal PDB riil, hal ini mencakup tingkat pertumbuhan rata-rata dan fluktuasi siklus bisnis. Komponen musimannya adalah fluktuasi dalam setahun yang berulang dengan cara yang sama di bulan atau kuartal yang sama dari tahun ke tahun, misalnya musim panen yang menghasilkan peningkatan hasil pertanian jangka pendek, masa liburan yang sama mengurangi kegiatan industri, atau penyesuaian kembali harga pada awal tahun sekolah atau tahun kalender baru. Komponen iregular adalah yang tersisa setelah komponen musiman dan siklus tren dihilangkan. Mungkin hal ini dikarenakan fluktuasi pengambilan sampel dalam proses pengumpulan data atau fluktuasi dalam kegiatan karena suatu kejadian khusus. Saat menganalisis perkembangan dalam ekonomi, komponen siklus tren suatu rangkaian dapat menyediakan informasi berguna bagi pembuat keputusan. Sebagai contoh, apakah suatu perekonomian sedang mengalami perlambatan atau akselerasi, apakah tingkat pertumbuhan saat ini berada di atas atau di bawah tren yang sedang berjalan, atau apakah tekanan inflasi sedang terbentuk. Pengidentifikasian gerakan tersebut dalam tingkat pertumbuhan per kuartal atau per bulan dalam data yang tidak disesuaikan secara musiman dapat sangat sulit dilakukan. (Gambar 5) Penyesuaian musiman membantu tugas ini dengan menghilangkan komponen musiman dari data rangkaian waktu ekonomi, menyisakan komponen siklus tren dan variasi acak dalam data.
Pendekatan paling sederhana untuk perhitungan musiman adalah memeriksa tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun. Pertumbuhan tahun-ke-tahun (tahun-ke-tahun) menjelaskan siklus musiman rutin dengan membandingkan tingkat dalam suatu periode dalam setahun (misalnya, kuartal Maret 2009 saat terjadi panen raya) dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini akan menyertakan pergerakan kumulatif di bulan Maret yang sedang berjalan, ditambah kuartal Desember, September dan Juni sebelumnya. Hal ini menghilangkan sebagian volatilitas per kuartal. Namun, tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun juga dapat menghilangkan titik balik dalam rangkaian mendasar. Hal ini terlihat pada rangkaian PDB agregat terbaru. (Gambar 5) Tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia terus melambat dari 6,4 persen di KUARTAL KETIGA 2008 menjadi 4,0 persen di kuartal terbaru KUARTAL KEDUA 2009. Penurunan ini sebagian diakibatkan oleh tingkat pertumbuhan kuartalan yang tinggi di akhir 2007 dan awal 2008 yang 'keluar' dari perhitungan tahun-ke-tahun, dan keberadaannya yang masih terasa dalam perhitungan pertumbuhan yang hampir nol tahun-ke-tahun di akhir 2008. Interpretasi ini dapat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan kuartal-ke-kuartal yang telah disesuaikan secara musiman, yang menunjukkan pertumbuhan stabil dan relatif kuat sampai KUARTAL KETIGA 2008, pertumbuhan nyaris nol di KUARTAL KEEMPAT terjadi di puncak guncangan keuangan dan ekonomi, yang kemudian disusul oleh pemulihan pertumbuhan yang progresif di kuartal pertama dan kedua 2009. Hal ini pun terjadi sepanjang paruh pertama 2009 pada indikator ekonomi utama Indonesia lainnya. (Tabel 2)Sebagai contoh, ekspor dan impor menunjukkan tanda-tanda pemulihan dalam data KUARTAL KEDUA tapi tetap rendah dalam tahun-ke-tahun. Secara singkat, penyesuaian musiman memampukan peningkatan pengawasan atas ekonomi Indonesia, terutama sekitar titik balik dalam ekonomi.
Gambar 5: Tiga versi pertumbuhan PDB Indonesia (persen pertumbuhan)
Tabel 2: Tingkat pertumbuhan kuartalan yang
disesuaikan secara musiman memberikan perspektif yang sangat berbeda atas ekonomi Indonesia dibandingkan dengan pertumbuhan tahun-ke-tahun
(persen pertumbuhan) -2 0 2 4 6 8 -4 -2 0 2 4 6
Jun-05 Jun-06 Jun-07 Jun-08 Jun-09
Per cent Per cent
QoQ NSA (LHS) QoQ SA (LHS) YoY (RHS) 2008 2008 Q4 Q1 Q2 Q4 Q1 Q2 GDP 0.2 1.0 1.2 5.2 4.4 4.0 Domestic Private consumption 1.1 2.4 0.1 4.8 6.0 4.8 Gov Consumption 4.1 2.7 -1.2 16.4 19.2 17.0 Investment 1.3 -1.6 0.3 9.1 3.4 2.7 External Exports -5.2 -14.4 4.8 1.8 -18.7 -15.7 Imports -6.7 -19.5 9.9 -3.5 -26.0 -23.9 2009 QoQ growth 2009 YoY growth
Sumber: BPS melalui CEIC dan Bank Dunia
Badan statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS), tidak mempublikasikan estimasi rangkaian makroekonimi yang disesuaikan secara musiman. Ada beberapa pendekatan untuk mengestimasi dan menghilangkan komponen musiman dalam rangkaian ekonomi. Cara paling sederhana adalah melakukan regresi atas dummy untuk setiap periode rutin pada rangkaian sebenarnya. Pendekatan ini berasumsi bahwa pergerakan musiman dalam periode tertentu tidak berubah secara signifikan
bersamaan dengan berjalannya waktu. Pendekatan lain yang lebih canggih tidak terlalu memperhitungkan asumsi ini dengan memperbolehkan faktor musiman untuk berubah secara berkala. Pendekatan yang segera dapat digunakan dan umum digunakan adalah paket X12-ARIMA. Pendekatan ini digunakan untuk menghitung data Indonesia yang disesuaikan secara musiman yang dilaporkan dalam Perkembangan Triwulan ini.
Penyesuaian data Indonesia untuk faktor musiman memiliki komplikasi tambahan dengan memperhitungkan hari libur umat Muslim. Hari libur ini mengikuti kalender bulan yang maju sekitar 11 hari setiap tahunnya terhadap kalender Masehi. Ramadan dan Idul Fitri memiliki dampak signifikan terhadap perilaku ekonomi melalui peningkatan konsumsi makanan, pengurangan jam kerja dan penggunaan hari libur. Untuk data kuartalan, dampak Ramadan terhadap pola musiman tidak signifikan, terutama jika faktor musiman dapat disesuaikan secara perlahan, misalnya melalui teknik X12-ARIMA. Untuk data bulanan, jika liburan umat Muslim memiliki dampak signifikan, dampak tersebut dapat dihitung dengan melakukan regresi terhadap rangkaian yang disesuaikan secara musiman untuk beragam hari libur.
Gambar 6: Indikator sentimen konsumen sangat kuat (indeks)
Gambar 7: …dan hal ini terbukti pada penjualan aktual (pembelian bulanan) 60 70 80 90 100 110 120
Jul-05 Jul-06 Jul-07 Jul-08 Jul-09
110 130 150 170 190 210 230 Index Index BI Retail sales (RHS) BI Consum er Survey Index (LHS) 0 100 200 300 400 500 600 700
Jul-05 Jul-06 Jul-07 Jul-08 Jul-09
0 10 20 30 40 50 60 70 '000 '000 Motor cycles (LHS) Motor vehicles (RHS)
Catatan dan sumber: Indeks keyakinan konsumen BI berada pada tingkat 100 yang menunjukkan jumlah responden bersih yang memiliki pandangan positif sama dengan jumlah yang memiliki pandangan negatif. BI melalui CEIC.
Sumber: GAI dan Astra melalui CEIC
2. Inflasi berada pada titik balik
Tingkat laju inflasi IndeksHarga Konsumen (IHK) telah meningkat untuk pertama kali sejak 10 bulan
Harga-harga konsumen masih tetap tertekan pada pertengahan tahun 2009, sebelum mencatat sedikit peningkatan pada bulan Juli dan Agustus. (Gambar 8) Inflasi tahun-ke-tahun tampaknya telah mencapai dasarnya, menyentuh 2,7 persen pada bulan Juli (tahun-ke-tahun) dan meningkat menjadi 2,8 persen pada bulan Agustus, peningkatan pertama dalam 10 bulan terakhir. Peningkatan harga bahan pangan, yang sebagian disebabkan oleh bulan Ramadan,2 mendorong peningkatan ini. Dampaknya paling dirasakan oleh keluarga berpenghasilan rendah, yang terus menghadapi peningkatan harga yang lebih cepat dari rata-rata. Biaya yang harus mereka keluarkan untuk konsumsi meningkat sebesar 3,8 persen pada tahun berjalan sampai Agustus, sedikit lebih tinggi dibanding pada bulan Juli. Tanpa menyertakan harga bahan pangan yang cepat berubah, dan penurunan harga bahan bakar bersubsidi pada pergantian tahun, telah terjadi inflasi yang jauh lebih tinggi, sebesar 4,8 persen selama tahun berjalan sampai bulan Agustus. Pengukuran inflasi 'inti' ini, seperti inflasi IHK, telah menurun dengan cepat sejak awal tahun 2009 sampai bulan Juli, tetapi kini tampaknya telah mendekati titik paling rendahnya.
2
Perhitungan bulan Ramadan berdasarkan peredaran bulan, yang maju sekitar 11 hari setiap tahun dari kalender Masehi.
L a p o r a n K u a r t a l a n E k o n o m i I n d o n e s i a T e r b i t l a h T e r a n g
T H E W O R L D B A N K | B A N K D U N I A S e p t e m b e r 2 0 0 9
5 Gambar 8: Peningkatan harga yang berarti pada beberapa
bulan terakhir menunjukkan titik balik dari tingkat laju inflasi IHK
(inflasi harga konsumen tahun-ke-tahun dan bulan-ke-bulan)
Gambar 9: Harga rata-rata konsumen sangat sedikit bergerak pada paruh awal tahun 2009
(pertumbuhan kumulatif dalam inflasi IHK)
-4 0 4 8 12 16 20 24 -1 0 1 2 3 4 5 6
Aug-07 Feb-08 Aug-08 Feb-09 Aug-09
Per cent Per cent
Food (RHS) Inflation - monthly (LHS) Poverty basket (RHS) Inflation (RHS) -3 0 3 6 9 12 -3 0 3 6 9 12
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Per cent Per cent
2008
2009
2007 2006
Sumber: Bank Indonesia, BPS dan Bank Dunia Sumber: BPS dan Bank Dunia Harga bahan bakar dan
bahan pangan yang lebih rendah menyebabkan turunnya inflasi IHK
Faktor-faktor utama yang menurunkan inflasi IHK tahun-ke-tahun pada kuartal terakhir tidak disertakan dalam pengukuran inti. Inflasi IHK tahun-ke-tahun mencatat penurunan yang besar pada bulan Juni dan Juli, dengan meningkatnya harga bahan bakar bersubsidi pada akhir bulan Mei 2008 dan keseimbangan harga-harga baru tidak disertakan dalam perhitungan. Dengan harga-harga dunia yang lebih rendah, harga bahan bakar diturunkan pada pergantian tahun, dan harga bahan pangan segar turun setiap bulan pada kuartal kedua. Sejak awal tahun hingga bulan Agustus, Indeks Harga Konsumen (IHK) hanya meningkat tipis sebesar 1,2 persen, jauh lebih rendah dibanding 8 bulan pertama tahun-tahun yang lalu. (Gambar 9) Jatuhnya harga-harga bahan pangan pada paruh awal tahun-tahun 2009 telah membawa berkah terutama bagi rumah tangga berpenghasilan rendah, dengan besarnya proporsi bahan pangan pada keseluruhan pengeluargan mereka, dengan perkiraan Bank Dunia yang menunjukkan laju inflasi mereka telah turun lebih dari setengahnya antara bulan Maret hingga Agustus. (Gambar 8)
Peningkatan Rupiah sejak bulan Maret telah mengimbangi sebagian besar peningkatan pada harga-harga dunia
Harga komoditas dunia telah meningkat sejak awal tahun. Peningkatan rupiah memberikan pengimbang yang lebih dari cukup bagi peningkatan sebagian besar komoditas bahan pangan—dengan gula sebagai pengecualian yang penting—yang menyebabkan jatuhnya harga bahan-bahan pangan dalam hitungan rupiah. (Gambar 10) Akan tetapi, harga bahan bakar dunia telah meningkat lebih cepat dari peningkatan nilai Rupiah. Sementara sistem subsidi bahan bakar pemerintah telah, untuk sementara waktu, melindungi biaya energi rumah tangga dari dampak langsung peningkatan tersebut, biaya untuk energi yang harus dibayar industri telah meningkat. Sebagai akibatnya, harga dari barang-barang perdagangan, yang sangat peka pada pergerakan harga dunia dan kurs tukar, mulai beranjak naik. (Gambar 10)
Gambar 10: Peningkatan Rupiah mengimbangi peningkatan harga komoditas belakangan ini
(persentase perubahan harga komoditas kuartal-ke-kuartal dalam rupiah; laju inflasi tahun-ke-tahun)
Harga komoditas dunia telah meningkat sejak awal tahun. Peningkatan rupiah memberikan pengimbang yang lebih dari cukup bagi peningkatan sebagian besar komoditas bahan pangan—dengan gula sebagai pengecualian yang penting—yang menyebabkan jatuhnya harga bahan-bahan pangan dalam hitungan rupiah. (Gambar 10) Akan tetapi, harga bahan bakar dunia telah meningkat lebih cepat dari peningkatan nilai Rupiah. Sementara sistem subsidi bahan bakar pemerintah telah, untuk sementara waktu, melindungi biaya energi rumah tangga dari dampak langsung peningkatan tersebut, biaya untuk energi yang harus dibayar industri telah meningkat. Sebagai akibatnya, harga dari barang-barang perdagangan, yang sangat peka pada pergerakan harga dunia dan kurs tukar, mulai beranjak naik. (Gambar 10)
-20 -10 0 10 20 -20 -10 0 10 20
Aug-06 Aug-07 Aug-08 Aug-09
Tradeable Inflation Global energy prices Global food prices
IDR per USD Per cent
Sumber: BPS melalui CEIC dan Bank Dunia Laju inflasi Indonesia
masih cukup tinggi
Laju inflasi Indonesia masih tetap lebih tinggi dibanding mitra-mitra dagangnya—yang sebagian besar sedang menghadapi deflasi—seperti yang umum terjadi sebelumnya. (Gambar 11) Akan tetapi, laju inflasi Indonesia telah turun lebih banyak dibanding hampir seluruh mitra dagangnya sejak akhir tahun 2008. (Gambar 12) Ini terjadi di tengah keprihatinan bahwa penurunan nilai rupiah di akhir tahun 2008, dan peningkatan perkiraan inflasi ke tingkat yang lebih tinggi pada awal tahun 2008 sewaktu laju inflasi meningkat pesat, mungkin telah menggeser laju inflasi struktural Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi lagi.
Gambar 11: Laju inflasi Indonesia tetap lebih tinggi dari hampir seluruh negara tetangga dan mitra dagangnya… (inflasi harga konsumen tahun-ke-tahun)
Gambar 12: …walaupun penurunan laju inflasi Indonesia sejalan dengan ekonomi lain
(perubahan persentase dalam inflasi harga konsumen tahun-ke-tahun, puncak tahun 2008 sampai pengamatan paling akhir) -5 0 5 10 15 20 -5 0 5 10 15 20
Aug-05 Aug-06 Aug-07 Aug-08 Aug-09
Per cent Per cent
Indonesia China Japan Thailand India -15 -10 -5 0 -15 -10 -5 0
Percentage point Percentage point Sumber: Badan statistik nasional melalui CEIC dan Bank Dunia
Harga-harga sektor hulu tetap stabil sejak bulan Februari
Harga grosir mengalami sedikit perubahan di kuartal pertama 2009. Harga sebagian besar subkomponen tetap datar, termasuk harga di bidang pertambangan, di tengah meningkatnya harga komoditas tersebut di dunia internasional pada periode tersebut. Peningkatan sebesar 5 persen harga di bidang pertanian diimbangi oleh penurunan tipis pada harga ekspor yang dilaporkan. Harga-harga sektor hulu tetap lebih lemah dibanding harga pada pertengahan tahun 2008, secara keseluruhan lebih rendah 7,7 persen, terutama karena harga industri dan perdagangan yang lebih rendah.
L a p o r a n K u a r t a l a n E k o n o m i I n d o n e s i a T e r b i t l a h T e r a n g
T H E W O R L D B A N K | B A N K D U N I A S e p t e m b e r 2 0 0 9
7 …sementara harga-harga
pada keseluruhan ekonomi terus meningkat dengan cukup kuat
Melambatnya inflasi harga konsumen pada tahun lalu telah menurunkan pertumbuhan harga keseluruhan ekonomi, seperti diukur dengan penurunan laju inflasi PDB, menjadi 6,8 persen tahun berjalan pada kuartal kedua tahun 2009—tingkat pertumbuhan paling rendah dalam 5 tahun. Tetapi penurunan laju inflasi PDB tetap lebih tinggi secara signifikan dibanding IHK, karena ia menyertakan harga barang-barang investasi dan layanan pemerintah (seperti gaji pegawai negeri), yang tetap tumbuh relatif cepat.
3. Arus perdagangan Indonesia mulai pulih
Arus perdagangan mulaipulih sejak kuartal kedua, yang didukung oleh peningkatan dalam harga komoditas dan
permintaan eksternal
Arus perdagangan Indonesia mulai bangkit bulan-ke-bulan pada pertengahan tahun berjalan 2009, walaupun masih di bawah puncaknya pada tahun 2008. (Gambar 13) Sejak bulan Februari, arus perdagangan telah didukung oleh pemulihan bertahap dalam harga komoditas dan peningkatan yang berarti dalam permintaan eksternal. (Gambar 13 dan Gambar 14)
Pada bulan Juli, nilai ekspor sudah 35 persen lebih tinggi dari nilainya di bulan Februari, tetapi masih seperempat di bawah nilai yang dicatat satu tahun yang lalu. Sementara semua golongan ekspor telah mencatat pertumbuhan yang positif sejak bulan Februari, pemulihan pada umumnya didorong oleh peningkatan dalam ekspor pertambangan dan mineral (hampir 80 persen lebih tinggi) dan ekspor minyak dan gas bumi (naik 44 persen). Harga komoditas dunia yang lebih tinggi ditambah permintaan dalam negeri yang kokoh mendorong nilai impor barang dagangan naik hampir 50 persen dari nilai terendah di bulan Februari. Impor telah menorehkan peningkatan pada seluruh golongan. Produk minyak dan gas bumi mencatatkan peningkatan tertinggi (naik lebih dari 90 persen), barang setengah jadi (masukan yang telah diproses untuk proses lebih lanjut) (naik 40 persen) dan barang-barang konsumsi (naik 47 persen). Investasi yang lebih rendah pada pabrik dan peralatan terlihat jelas pada minimnya impor barang-barang modal pada kuartal dua. Tetapi tampaknya akan mulai pulih pada pertengahan tahun, dengan meningkatnya impor hampir sebesar 20 persen di bulan Juli.
Gambar 13: Arus perdagangan membaik… (nilai dan neraca perdagangan, juta dolar Amerika)
Gambar 14: bersama-sama dengan harga komoditas, yang telah meningkatkan harga ekspor perdagangan Indonesia (diindeks sampai 100 pada bulan Juli 2007)
-6 -4 -2 0 2 4 6
Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Jul-09
-15 -10 -5 0 5 10 15
USD billion USD billion
Exports Trade Balance (LHS) Im ports 40 70 100 130 160 190
Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Jul-09
40 70 100 130 160 190 Index Index Energy Non-energy Exports
Sumber: BPS dan Bank Dunia Sumber: Harga komoditas dunia Bank Dunia. Harga ekspor Indonesia yang dihitung oleh Bank Dunia dari data perdagangan BPS.
Perdagangan jasa juga mulai pulih
Arus perdagangan jasa juga mulai pulih pada kuartal kedua dari penyusutan yang parah pada pergantian tahun. Pemulihan pada impor jasa jauh lebih kuat dibanding ekspornya, berlawanan dengan perdagangan barang. Setelah menyusut hampir 16 persen pada kuartal pertama, ekspor jasa meningkat tipis sebesar 3,3 persen pada kuartal kedua,
terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah dan belanja turis. Impor jasa meningkat cukup kuat pada kuartal kedua (naik 11,8 persen)—terutama didorong oleh belanja transportasi yang lebih tinggi untuk perdagangan minyak dan gas bumi Indonesia yang meningkat, dan dengan meningkatnya perjalanan ke luar negeri oleh penduduk Indonesia.
4. …dan arus keuangan eksternal telah kembali ke pola yang lebih normal
Surplus neracapembayaran menyusut pada kuartal kedua
Arus neraca luar negeri Indonesia mulai pulih pada kuartal kedua, setelah melewati pergerakan yang liar pada masa pergantian tahun. Perubahan haluan menjadi defisit neraca keuangan menyusutkan neraca pembayaran Indonesia dari dari 4,0 miliar dolar Amerika pada kuartal satu menjadi 1,1 milyar dolar Amerika pada kuartal dua. (Tabel 3) Perubahan haluan dibanding kuartal pertama disebabkan banyaknya likuiditas aktiva asing yang dibeli oleh orang Indonesia (misalnya saham dan tabungan pada rekening bank) untuk menurunkan investasi bersih di Indonesia oleh pihak asing dan untuk menyesuaikan arus kuartalan, seperti jadwal pembayaran utang luar negeri.
Surplus perdagangan yang lebih besar memperluas surplus rekening berjalan
Pemulihan yang lebih kuat dalam ekspor relatif kepada impor pada kuartal kedua meningkatkan surplus perdagangan Indonesia dan keseluruhan surplus neraca berjalan. Walaupun mendorong surplus perdagangan, harga komoditas yang lebih tinggi menyebabkan defisit penerimaan bersih yang lebih besar dengan meningkatnya keuntungan dari operasi investor-investor asing. Pada kuartal kedua, kiriman uang dari pekerja Indonesia di luar negeri sudah mendekati nilai rata-ratanya pada beberapa tahun terakhir, pulih dari suatu penyusutan yang berarti pada kuartal pertama.
Arus liar pada neraca permodalan telah bergeser menuju pola yang lebih umum
Arus pada rekening keuangan telah kembali ke pola yang lebih normal setelah bergerak liar selama setengah tahun, terutama bagi perkiraan-perkiraan yang mudah berubah. Investor portofolio asing telah kembali sebagai pembeli bersih pada pasar-pasar modal dan obligasi pemerintah setelah sempat menurunkan kegiatan mereka selama setengah tahun yang lalu. Sementara itu penduduk Indonesia hanya memindahkan tabungan mereka ke luar negeri pada tingkat yang hanya sedikit lebih tinggi dari tingkat normalnya. Kredit perdagangan berlipat ganda dari kuartal pertama—sejalan dengan peningkatan kegiatan perdagangan—tetapi tetap sangat kecil dibanding tingkat yang pernah dicapai pada tahun-tahun terakhir. Juga terdapat selentingan bahwa banyak perusahaan mulai kembali meningkatkan utang luar negeri mereka setelah lama menghilang dari pasar surat utang.
Pengecualian terbesar dari kecenderungan umum 'normalisasi' arus keuangan Indonesia ini terletak pada penurunan drastis pada masuknya penanaman modal asing, yang disebabkan oleh rendahnya investasi pada bidang-bidang selain minyak dan gas bumi. Penurunan ini terjadi setelah titik tertinggi penanaman modal asing di Indonesia tercapai pada dua kuartal sebelumnya. Walau demikian, rangkaian pengumuman rencana investasi asing yang mulai meningkat pada bulan Mei masih belum berkurang hingga bulan September.
Cadangan telah kembali pada tingkat sebelum krisis
Cadangan devisa Indonesia meningkat hingga 60,3 miliar dolar Amerika pada awal bulan September, mendekati nilai puncaknya yang tercatat sebelum krisis pada bulan Juli 2008. Surplus dalam neraca pembayaran mendorong peningkatan bertahap ini, seperti juga tambahan 1,74 miliar alokasi hak penarikan khusus (senilai 2,7 miliar dolar Amerika) oleh IMF pada tanggal 21 Agustus.
L a p o r a n K u a r t a l a n E k o n o m i I n d o n e s i a T e r b i t l a h T e r a n g
T H E W O R L D B A N K | B A N K D U N I A S e p t e m b e r 2 0 0 9
9 Tabel 3: Surplus neraca berjalan menutupi arus keluar modal bersih mini pada kuartal kedua, memberikan surplus tipis pada neraca pembayaran dan cadangan yang meningkat tipis (miliar dolar Amerika kecuali disebutkan lain)
2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Balance of payments 0.6 13.9 14.1 -1.8 1.0 1.3 -0.1 -4.2 4.0 1.1 % GDP 0.2% 3.8% 3.3% -0.4% 0.8% 1.0% -0.1% -3.8% 3.5% 0.8% Current account 0.3 10.9 10.5 0.3 2.8 -1.0 -0.9 -0.7 2.9 3.1 % GDP 0.1% 3.0% 2.4% 0.1% 2.3% -0.7% -0.6% -0.6% 2.6% 2.4% Goods balance 17.5 29.7 32.8 22.9 7.5 5.4 5.8 4.2 7.0 8.7 Services balance -9.1 -9.9 -11.8 -12.7 -3.0 -3.3 -3.2 -3.3 -2.5 -3.1 Net income & transfers -8.1 -8.9 -10.4 -9.9 -1.7 -3.1 -3.5 -1.6 -1.5 -2.5 Capital & financial account 0.3 3.0 3.6 -2.1 -1.4 2.5 0.9 -3.3 1.7 -2.4
% GDP 0.1% 0.8% 0.8% -0.4% -1.2% 1.9% 0.6% -3.0% 1.6% -1.8%
Direct investment (net) 5.3 2.2 2.3 2.0 -0.3 0.6 0.4 2.1 1.7 0.0
Inflows 8.3 4.9 6.9 7.9 1.5 2.0 1.9 3.3 2.5 1.0
Outflows -3.1 -2.7 -4.7 -5.9 -1.7 -1.4 -1.5 -1.2 -0.8 -1.0 Portfolio investment (net) 4.2 4.3 5.6 1.7 2.0 4.2 -0.1 -4.4 1.9 2.0 Inflows 21.7 22.0 43.7 47.9 12.5 13.7 13.1 8.6 11.9 9.3 Outflows -11.6 -15.3 -36.2 -41.8 -10.2 -9.2 -13.0 -9.4 -7.4 -7.5 Other investment (net) -9.4 -3.8 -4.8 -6.2 -3.2 -2.3 0.4 -1.1 -1.8 -4.5 Government -0.8 -2.5 -2.4 -1.4 -0.4 -1.5 -0.1 0.5 0.0 -2.0 Private -8.6 -1.3 -2.4 -4.7 -0.6 0.3 0.2 -1.5 -1.0 0.2 Reserves 34.7 42.6 56.9 51.6 59.0 59.5 57.1 51.6 54.8 57.6
2009 2005 2006 2007 2008
Sumber: BI, BPS melalui CEIC dan Bank Dunia
5. Sejalan dengan ekonomi riil, pasar uang Indonesia telah mencetak prestasi
yang baik dan menemukan pijakan yang kokoh pada kuartal kedua.
a. Pasar saham dan mata uang rupiah telah pulih dengan meyakinkan sejak bulan Maret
Indeks harga saham gabungan (IHSG) meningkat lebih tajam dibanding indeks-indeks Asia lain sejak bulan Juli sampai Agustus
Pasar keuangan Indonesia terus melanjutkan kecenderungan penguatan yang dimulai pada bulan Maret sampai ke kuartal ketiga tahun 2009. Pada awal bulan September, pasar saham Indonesia telah meningkat 89 persen dibanding nilai rendahnya pada bulan Maret. Ledakan bom tanggal 17 Juli di hotel Ritz-Carlton dan Marriott di Jakarta tidak menggoyahkan kepercayaan investor dan IHSG mencatat penguatan tertinggi dibanding indeks-indeks negara Asia lain dari pertengahan April hingga Agustus (Gambar 15). Tanpa mengurangi optimisme, penting dicatat bahwa jumlah saham yang diperdagangkan dan total kapitalisasi pasar IHSG tetap relatif kecil, sehingga dibutuhkan kecermatan yang tinggi untuk menghubungkan antara gerakan pasar saham yang positif dan pembangunan ekonomi riil.
Rupiah telah menguat secara berarti sejak bulan Maret, dan cukup stabil berada pada tingkat sekitar 10.000 setelah menguat menjadi 9.850 per 1 dolar Amerika pada awal bulan Agustus
Seperti saham-saham, rupiah juga terus menguat terhadap dolar Amerika sejak bulan April. Setelah melemah melebihi Rp 12.000 per dolar Amerika pada bulan Maret, rupiah telah bangkit dan diperdagangkan pada kisaran 10.100-10.300 pada sebagian besar bulan Juni dan Juli. Angka-angka neraca perdagangan yang kuat membantu mendorong kurs tukar hingga sedikit di bawah Rp 10.000 per dolar Amerika di bulan Agustus. Menuju ke depan, pergerakan pada pasar Amerika Serikat pada musim gugur di belahan Utara akan menjadi penunjuk penting akan kekuatan pemulihan Amerika, dan apakah pemulihan itu akan tetap positif atau merosot untuk kedua kalinya. Kebangkitan Amerika Serikat yang kuat dan menguatnya dolar Amerika terhadap berbagai mata uang dapat kembali menekan kurs tukar rupiah/dolar Amerika, yang telah mengikuti kecenderungan penguatan dan pelemahan dolar Amerika sejak krisis dimulai (Gambar 16). Selain itu, karena penguatan rupiah yang baru terjadi juga disebabkan oleh saldo positif neraca perdagangan Indonesia, suatu penurunan pada surplus perdagangan Indonesia karena terus berlangsungnya pemulihan ekonomi secara relatif terhadap mitra-mitra dagang Indonesia juga dapat menekan rupiah (Gambar 17).
Gambar 15: IHSG mencatat penguatan lebih di banding kebanyakan indeks lainnya sejak pertengahan April (diindeks sampai 100 pada 2 Januari 2008)
Gambar 16: Karena indeks broad USD FRB melemah sejak awal maret, Rupiah terapresiasi dengan cepat terhadap dolar Amerika
(Rupiah per dolar Amerika; indeks dolar Bank Sentral Amerika terhadap berbagai mata uang, diindeks sampai 100 pada 21 Jan 1997) 25 40 55 70 85 100 115 25 40 55 70 85 100 115
2-Jan-08 2-Apr-08 2-Jul-08 2-Oct-08 2-Jan-09 2-Apr-09 2-Jul-09 Jakarta JCI Bombay BSE Shanghai Composite July 17 Jakarta Bombings Thailand SET Singapore SGX Index Index 80 90 100 110 120 8,500 9,500 10,500 11,500 12,500
2-Jan-08 2-Apr-08 2-Jul-08 2-Oct-08 2-Jan-09 2-Apr-09 2-Jul-09 IDR/USD
(LHS)
Dollar Index (RHS)
IDR per USD Index
Sumber: CEIC dan Bank Dunia Sumber: FRB dan BI lewat CEIC dan Bank Dunia Pengangkatan kabinet
baru di bulan November dapat berdampak pada rupiah dan pasar uang di Indonesia
Pengangkatan kabinet baru pada awal bulan November mungkin akan membawa dampak pada pasar saham dan uang di Indonesia. Pada titik ini, terdapat nuansa ketidakpastian yang menyelubungi jajaran departemen-departmen utama, seperti pertanian, kesehatan, perdagangan dan badan usaha publik, yang semuanya berperan dalam pengelolaan ekonomi riil. Masuknya tokoh koalisi dan pengangkatan mereka sebagai menteri utama dapat memicu fluktuasi pasar uang.
b. Hasil dari obligasi pemerintah Indonesia telah menyusut baik untuk jangka pendek maupun panjang, walaupun nilainya masih relatif tinggi dibanding hasil yang dicatat oleh obligasi lain di wilayah yang sama
Hasil dari obligasi pemerintah dalam mata uang rupiah dan dolar Amerika telah pulih setara dengan tingkat yang dicapai pada awal tahun 2008
Seperti pada saham dan perdagangan valuta asing, pasar pendapatan tetap di Indonesia juga terus memulihkan diri hingga pertengahan tahun 2009. Hasil yang diterima dari obligasi pemerintah dalam rupiah 5 tahun menyusut dari hampir 14 persen di bulan Maret menjadi sedikit di bawah 10 persen pada bulan Agustus—tingkat yang terakhir dicatat pada bulan Maret 2008. (Gambar 18) Selain itu, hasil dari obligasi jangka pendek dan panjang telah mulai menyusut sejak bulan Maret, dan kurva hasil makin menjadi curam setelah sempat mendatar (dan meningkat) di luar kebiasaan pada periode Desember-Januari (Gambar 19). Sebaran pada obligasi pemerintah Indonesia dalam dolar Amerika juga telah menyusut, dan pada bulan Juli jatuh di bawah rata-rata pasar negara berkembang dunia untuk pertama kali sejak bulan Agustus 2007 (Gambar 20). Walaupun merupakan perkembangan yang positif, sebaran rata-rata EMBI dunia belum pulih ke tingkat sebelum krisis.
L a p o r a n K u a r t a l a n E k o n o m i I n d o n e s i a T e r b i t l a h T e r a n g
T H E W O R L D B A N K | B A N K D U N I A S e p t e m b e r 2 0 0 9
1 1 Gambar 17: Surplus perdagangan membantu mendorong
penguatan rupiah belakangan ini
(Rupiah per dolar Amerika; neraca perdagangan dalam juta dolar Amerika)
Gambar 18: Hasil obligasi 5 tahun Indonesia telah menyusut sejak bulan Maret tetapi tetap lebih tinggi dan lebih mudah berubah dibanding hasil obligasi pemerintah negara-negara Asia lainnya
(persentase hasil obligasi pemerintah 5 tahun dalam mata uang lokal) -1 0 2 3 4 8,500 9,500 10,500 11,500 12,500
Jan-07 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Jul-09
IDR/USD (LHS) Trade Balance (RHS) trade surplus trade deficit
IDR per USD USD billions
0 3 6 9 12 15 18 21 24 0 3 6 9 12 15 18 21 24
2-Jan-08 2-Apr-08 2-Jul-08 2-Oct-08 2-Jan-09 2-Apr-09 2-Jul-09
Indonesia
Philippines
Thailand
Malaysia
Per cent Per cent
Sumber: BPS dan BI lewat CEIC dan Bank Dunia Sumber: Bursa-bursa nasional lewat CEIC …tetapi tetap lebih tinggi
dan lebih mudah berubah dibanding ekonomi negara tetangganya
Walaupun terjadi penguatan harga untuk obligasi dalam rupiah pada beberapa bulan terakhir, hasil dari obligasi Indonesia masih lebih tinggi dan lebih mudah berubah dibanding obligasi pemerintah lain di wilayah itu. (Gambar 18) Tambahan risiko dan kepekaan ini, terutama pada hasil jangka panjang, berasal dari beberapa faktor, terutama inflasi dan keberanian investor asing dalam menanggung risiko.3 Inflasi di Indonesia umumnya lebih tinggi dibanding kebanyakan negara (Gambar 11), dan juga meningkatkan risiko perubahan dengan adanya penyesuaian besar kepada harga bahan bakar di bawah sistem subsidi bahan bakar yang berlaku sekarang. Penetapan penyesuaian itu tidak dapat dipastikan, dan ketidakpastian ini berdampak pada hasil jangka panjang. Arus dana dan selera risiko investor asing juga berdampak pada hasil jangka panjang, tetapi biasanya tidak erat hubungannya dengan hal-hal pokok di Indonesia dan lebih peka terhadap kecenderungan dan peristiwa ekonomi global.
3
R Goyal dan M Ruiz-Arranz, ‘Explaining Indonesia’s Sovereign Sebarans’, IMF Indonesia Selected
Gambar 19: Kurva hasil menjadi lebih curam setelah dimulai dengan datar yang tidak lazim karena hasil jangka pendek yang sangat tinggi
(persentase hasil 1 sampai 15 tahun obligasi pemerintah dalam rupiah)
Gambar 20: Sebaran obligasi Indonesia dalam dolar Amerika telah menyusut sejak Februari dan kini lebih rendah dari rata-rata pasar berkembang dunia
(Sebaran EMBI Indonesia terhadap Bendahara Amerika Serikat dan perbedaan antara sebaran Indonesia dan rata-rata pasar berkembang dunia, dalam poin)
7 8 9 10 11 12 13 14 7 8 9 10 11 12 13 14
1Y 2Y 3Y 4Y 5Y 6Y 7Y 8Y 9Y 10Y 11Y 12Y 13Y 14Y 15Y 28 August 2009
5 January 2009
1 May 2009
Per cent Per cent
-200 -100 0 100 200 300 400 0 200 400 600 800 1000 1200
Jan-05 Sep-05 May-06 Jan-07 Sep-07 May-08 Jan-09 Indonesian EMBI USD Bond Spreads (LHS)
Indonesian Spreads Less Global EMBI Average (RHS)
Basis points Basis points
Sumber: FRB, CEIC dan Bank Dunia Sumber: JP Morgan, Datastream dan Bank Dunia Reformasi subsidi bahan
bakar, bila diterapkan, dapat membuahkan inflasi yang lebih jinak dan penyusutan ketidakpastian sehingga membawa hasil ke jangka menengah-panjang
Jika pemerintah melanjutkan langkah menuju pengundangan reformasi subsidi bahan bakar, seperti disinggung pada pidato presiden mengenai anggaran tahunan, maka hal itu dapat memangkas sumber utama bagi ketidakpastian dan pergerakan liar inflasi yang mendorong hasil obligasi. Defisit fiskal yang diperkirakan untuk tahun 2009 dan 2010 juga berdampak pada harga-harga obligasi, sesuai dengan kebutuhan pendanaan pemerintah untuk sisa tahun ini dan setahun berikutnya. Defisit yang lebih rendah dari yang diperkirakan akan menurunkan kebutuhan penerbitan obligasi di tahun 2010 sehingga akan menopang harga.
c. Siklus pemotongan suku bunga acuan telah berakhir, tetapi suku bunga kredit perbankan masih bertahan relatif tinggi
Dengan suku bunga acuan berada 300 poin di bawah puncaknya dan dengan mulai
meningkatnya laju inflasi, BI telah memberi sinyal untuk menghentikan pemotongan suku bunga acuan
Dengan jatuhnya inflasi dan kondisi ekonomi yang melemah, Bank Indonesia memotong suku bunganya sebanyak 300 poin antara Desember 2008 dan Agustus 2009, termasuk pemotongan 25 poin pada rapat-rapat Dewannya pada bulan Juni sampai Agustus. Selanjutnya, dengan makin menguatnya tanda-tanda pemulihan kondisi ekonomi dan harga-harga dunia meningkat dari titik rendahnya di akhir 2008, BI memberi sinyal bahwa siklus pemotongan suku bunga tahun 2009 telah berakhir, dan mempertahankan suku bunga acuan pada 6,50 persen pada rapatnya di bulan September. Dalam risalah rapat dewan di bulan September, BI menyerukan kewaspadaan untuk prospek inflasi di tahun 2010. Pengamat pasar sedang berspekulasi kapan suku bunga akan meningkat, dengan harapan peningkatan itu akan mengangkat hasil jangka pendek obligasi pemerintah dalam rupiah dan memicu pendataran kurva hasil.
…tetapi suku bunga tabungan dan kredit kokoh bertahan walaupun suku bunga rujukan telah turun
Dampak pemotongan suku bunga acuan sangatlah minim terhadap suku bunga tabungan dan kredit perbankan. (Gambar 21) Untuk mempercepat proses ini, bank sentral telah menandatangani suatu perjanjian dengan 14 bank umum terbesar pada bulan Agustus untuk membatasi suku bunga tabungan mereka tidak lebih dari 150 basis poin di atas suku bunga acuan pada bulan November. Bersama-sama, bank-bank itu memiliki sekitar empat per lima dari dana tabungan Indonesia.
Hal ini didorong oleh dua hal yang berhubungan: untuk menurunkan persaingan antar-bank untuk tabungan yang telah meningkatkan biaya dana secara berarti bagi perantar-bankan; dan dengan turunnya biaya dana, perbankan dapat menurunkan suku bunga tabungan. Perjanjian ini menimbulkan keprihatinan pada sebagian pengamat bila tabungan akan lari ke bank-bank yang lebih besar di tempat lain yang menawarkan hasil yang lebih tinggi, tetapi gerakan ini mungkin hanyalah kecil karena tampaknya terdapat porsi tabungan yang
L a p o r a n K u a r t a l a n E k o n o m i I n d o n e s i a T e r b i t l a h T e r a n g
T H E W O R L D B A N K | B A N K D U N I A S e p t e m b e r 2 0 0 9
1 3 besar yang dimiliki oleh badan usaha milik negara yang tidak memiliki rencana untuk memindahkan dana mereka, dan para penabung besar lainnya juga telah meragamkan penempatan tabungan mereka sehingga kemungkinan mereka memindahkan dananya cukup kecil.
d. Sektor perbankan bertahan relatif perkasa selama krisis, walaupun ditengah meningkatnya biaya dana
Berbagai indikator agregat seperti tingkat CAR, ROA dan NPL menunjukkan bahwa kesehatan keseluruhan sektor perbankan masih utuh
Secara keseluruhan sektor perbankan tampak berada dalam keadaan baik, seperti diukur dengan berbagai indikator agregat resmi, seperti kecukupan modal dan tingkat pengembalian aktiva (Gambar 22). Persentase kredit macet pada bank-bank umum tetap stabil di tengah krisis. Setelah meningkat sedikit di atas 4 persen pada bulan April dan Mei, kredit macet menyusut kembali menjadi 3,94 persen pada bulan Juni. Walaupun sedikit lebih tinggi dari rasio rata-rata kredit macet di tahun 2008, nilainya jauh lebih rendah dibanding angka di tahun 2006-2007 dan bahkan angka pada awal tahun 2008. (Gambar 23) Likuiditas antar bank juga cukup perkasa pada bulan Juni dan Juli. Berpijak pada daerah yang rentan pada bulan Desember 2008, tampaknya sektor perbankan Indonesia telah berhasil melalui titik terberat dari krisis tanpa guncangan yang berarti. Pada awal Agustus, Moody’s menurunkan prospek sektor perbankan Indonesia dari stabil
menjadi negatif. Moody’s menurunkan penilaiannya karena berbagai faktor, termasuk peningkatan pinjaman yang cepat pada beberapa tahun terakhir, meningkatnya biaya dana, dan kelebihan kapasitas pada sistem perbankan. Akan tetapi, Moody’s tetap mempertahankan peringkat kekuatan keuangan bank (BFSR) dari 10 bank Indonesia yang dinilainya pada nilai rata-rata berbobot D. Selain itu, Moody's juga menurunkan peringkat berbagai negara lainnya, dan penurunan itu mungkin lebih banyak disebabkan oleh penyesuaian internal pada model pemeringkatan dari lembaga itu dibanding keadaan Indonesia. Kemudian di bulan itu juga, Fitch menegaskan peringkat stabilnya untuk prospek masa depan sektor perbankan Indonesia.
Gambar 21: Dampak pemotongan suku bunga acuan sangatlah minim terhadap suku bunga kredit perbankan (rata-rata berbobot suku bunga kredit bank umum untuk modal kerja dan suku bunga acuan)
Gambar 22: Rata-rata CAR, ROA dan LDR menunjukkan sektor perbankan yang relatif kokoh
(rata-rata Rasio Kecukupan Modal, Rasio Pinjaman terhadap Tabungan dan Tingkat Pengembalian atas Aktiva untuk seluruh bank umum, dalam persen)
0 3 6 9 12 15 18
Sep-04 Sep-05 Sep-06 Sep-07 Sep-08 Sep-09
0 300 600 900 1,200 1,500 1,800 Working capital lending rate (LHS) BI policy rate (LHS) Lending rate less policy rate (bps, RHS)
Per cent Basis points
1 1.5 2 2.5 3 3.5 15 30 45 60 75 90
Jan-06 Jul-06 Jan-07 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Capital Adequacy Ratio
(LHS)
Return on Assets (RHS)
Loan to Deposits Ratio (LHS)
Per cent Per cent
Catatan dan sumber: Suku bunga acuan adalah suku bunga SBI satu bulan untuk kuartal kedua tahun 2008, dan suku bunga overnight. BI lewat CEIC dan Bank Dunia
Sumber: BI dan Bank Dunia
Bank-bank Indonesia membatasi pemberian kredit baru pada paruh awal tahun 2009, berbeda jauh dengan peningkatan pemberian kredit yang
Kredit bank umum adalah satu dari sedikit indikator yang belum meningkat pada beberapa bulan terakhir. Jumlah kredit yang berputar berkisar pada Rp 1,3 triliun pada bulan Juni. Angka ini lebih tinggi 3 persen dari angka pada awal tahun, setelah melalui penurunan tajam dalam persetujuan kredit baru pada akhir tahun 2008, semester dengan pertumbuhan paling lambat pada dekade ini. Beberapa indikator kembali ke posisi yang