• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN DATA PKLM

E. Segel Sita

Setelah melakukan penyitaan, maka barang yang disita tersebut dapat ditempeli atau diberi Segel Sita. Penempelan atau pemberian Segel Sita pada barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang telah disita dimaksudkan sebagai pengumuman bahwa penyitaan telah dilaksanakan, baik dihadiri maupun tidak dihadiri oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Penempelan segel sita dilaksanakan dengan menperhatikan jenis, sifat, dan bentuk barang sitaan. Segel sita memuat sekurang-kurangnya :

a. Kata “DISITA”

b. Nomor dan tanggal Berita Acara pelaksanaan Sita

c. Larangan untuk memindahtangankan, memindahkan hak, meminjamkan, dan merusak barang yang disita

d. Ditandatangani oleh Juru Sita Pajak

F. Pencabutan Sita

Dalam kenyataannya masih banyak dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak dilunasinya utang pajak sebagaimana mestinya. Dalam rangka pencarian tunggakan pajak maka terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang belum melunasi utang pajaknya dilakukan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dalam bentuk tindakan penyitaan terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak untuk dijadikan jaminan pelunasan utang pajak dan biaya penagihan pajak. Untuk melaksanakan penyitaan barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut diperlukan suatu prosedur yang mengatur secara rinci, jelas dan tegas yang meliputi status, nilai, serta tempat penyimpanan atau penitipan barang sitaan milik Wajib pajak

Penanggung Pajak dengan tetap memberikan perlindungan kepentingan pihak ketiga maupun masyarakat Wajib Pajak/Penanggung pajak.

Apabila setelah dilaksanakan penyitaan namun Wajib Pajak/Penanggung Pajak telah melunasi pajaknya serta biaya pelaksanaannya maka penyitaan dapat dicabut dengan mengirimkan surat pencabutan sita oleh Kepala Kantor Pajak kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang dibuat rangkap 2 (dua), lembar pertama (asli) untuk Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan lembar kedua untuk arsip seksi penagihan dan verifikasi yang akan dimasukkan kedalam berkas penagihan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan. Sedangkan tanggal dan nomor surat pencabutan sita, buku register pengawasan penagihan, buku register tindakan penagihan, kartu pengawasan tunggakan pajak dan Surat Tagihan Pajak/Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan/SK Pembetulan/SK Keberatan/Putusan Banding yang bersangkutan, Surat Pencabutan Sita disampaikan oleh Juru Sita Pajak kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan instansi yang terkait, diikuti dengan pengembalian penguasaan barang yang disita kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

Pencabutan sita dilaksanakan apabila Wajib pajak/Penanggung Pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajaknya atau berdasarkan putusan pengadilan atau berdasarkan putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan putusan lain oleh Menteri Keuangan, Gubernur atau Bupati/Walikota.

Berikut ini Pencabutan sita terhadap barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak :

Pencabutan Sita kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang kemudian akan disampaikan kepada bank yang bersangkutan

b. Surat berharga berupa obligasi, saham atau sejenisnya baik yang diperdagangkan maupun yang tidak diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan akan disampaikan kepada pihak terkait yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Pengalihan Hak Atas Surat Berharga tersebut

c. Piutang dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan akan disampaikan kepada pihak yang berutang yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Persetujuan Pengalihan Hak Menagih Piutang

d. Penyertaan modal pada perusahaan lain dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan disampaikan kepada pihak terkait serta membuat Akte pembatalan Penagihan Hak.

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Pada dasarnya penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang bergerak, namun dalam keadaan tertentu penyitaan dapat dilaksanakan langsung terhadap barang tidak bergerak tanpa melaksanakan penyitaan terhadap barang bergerak. Keadaan tertentu misalnya Juru Sita Pajak tidak mempunyai barang bergerak yang dapat dijadikan objek sita atau barang bergerak dijumpai tidak mempunyai nilai dan harganya tidak memadai jika dibandingkan dengan utang pajaknya.

Berdasarkan analisa dan evaluasi penulis, bahwa pelaksanaan penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah sudah baik dan hingga saat ini Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah berjumlah 2 orang. Pelaksanaan penyitaan yang dilakukan sudah memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang tertera dalam buku Undang-Undang dibidang penagihan pajak ( Peraturan Pemerintah, 2008:12). Dimana Juru Sita Pajak tidak boleh langsung menyita barang-barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak sebelum dikeluarkannya Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, kemudian dilengkapi dengan

mengeluarkan Surat Paksa dalam jangka waktu 7 hari setelah Surat Teguran diterbitkan, dan terakhir Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita. Dalam pelaksanaan penyitaan tersebut harus disaksikan oleh sekurang- kurangnya dua orang saksi. Dengan dilakukan penyitaan tersebut maka diharapkan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak agar melunasi utang pajaknya tersebut.

Dalam hal penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak terhadap harta kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tersimpan di bank, maka Juru Sita Pajak terlebih dahulu melakukan pemblokiran. Pelaksanaan pemblokiran yang dilakukan Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000. Jadi, setiap pelaksanaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan atau Peraturan Pemerintah atau Ketetapan lain yang telah diatur oleh Menteri Keuangan.

B. Faktor Penghambat/Kendala dalam Pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Dalam melaksanakan penyitaan, faktor penghambat/kendala yang sering dihadapi oleh Juru Sita Pajak adalah sebagai berikut :

a. Adanya perlawanan dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak berupa penolakan untuk dieksekusi penyitaan.

b. Aset yang ditemukan tidak potensial untuk disita, (contoh : barang yang sudah rusak, usia barang yang akan disita sudah tua).

d. Beberapa Aset bukan atas nama Wajib Pajak/Penanggung pajak melainkan atas nama orang lain.

e. Wajib Pajak tidak jujur dalam melakukan identitasnya, sehingga Juru Sita Pajak kesulitan dalam melakukan penyitaan terhadap barang-barang milik Wajib Pajak tersebut.

f. Sedikitnya jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

g. Kurangnya fasilitas kendaraan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang dapat digunakan Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya.

h. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran Wajib pajak/Penanggung Pajak mengenai kewajiban Perpajakannya.

Dalam hal ini, meskipun Juru Sita Pajak tidak diperbolehkan masuk kedalam rumah Wajib Pajak/Penanggung Pajak, maka Juru Sita Pajak tetap dapat memasuki rumah Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut tetapi tidak dengan kekerasan, seperti merusak pintu atau dengan cara lain tanpa izin penghuninya, karena akan diancam hukuman pidana, yaitu dengan ancaman penjara paling lama 1 tahun 4 bulan. Barang- barang yang telah disita tersebut,dapat dikembalikan apabila Wajib melunasi seluruh utangnya kepada Negara.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan pihak lain yang terkait dalam melakukan penyitaan pajak seperti kepolisian Lurah,

Pajak/Penanggung Pajak, dan berusaha melakukan tindakan yang dapat memungkinkan agar barang-barang tersebut tidak disita, misalnya dengan menyembunyikan dan sebagainya, maka Juru Sita Pajak harus berusaha memberikan penjelasan dan pengertian kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak mengenai maksud penyitaan ini. Dan apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang disita tersebut melunasi utang pajaknya, maka barang-barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang disita tersebut tidak akan dilelang dan akan dikembalikan kepada Penanggung Pajak.

Kendala lain yang juga sering dihadapi Juru Sita Pajak adalah Wajib Pajak/Penanggung Pajak atau wakilnya tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita. Dalam hal ini Juru Sita Pajak harus mencantumkan alasan penolakan tersebut di dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita dan untuk menjaga barang-barang sitaan tersebut agar tidak hilang atau dipindahtangankan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan pihak kepolisian atau membawa barang sitaan tersebut sebagian atau seluruhnya.

C. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Untuk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan penyitaan tersebut, maka cara atau upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut hal :

a. Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak berusaha menghalangi Juru Sita Pajak untuk melakukan penyitaan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan dari pihak kepolisian, Camat atau Lurah.

b. Menambah jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, karena Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah berjumlah 2 (dua) orang. Hal ini dilakukan agar tindakan penyitaan dapat dilakukan lebih maksimal.

c. Mengalokasikan dan memberikan kenderaan dinas yang dapat digunakan oleh Juru Sita Pajak dalam pelaksanaan tugasnya.

d. Mencari aset lain yang dinilai potensial seperti aset pribadi

e. Melakukan sosialisasi yang lebih banyak tentang Hak dan Kewajiban Wajib Pajak/Penanggung Pajak dibidang perpajakan, baik kepada masyarakat secara umum maupun kepada Wajib pajak/Penanggung Pajak. Hal ini dapat dilakukan secara langsung melalui semiar tanya jawab maupun melalui media massa agar Wajib Pajak/Penanggung pajak lebih menyadari akan kewajiban perpajakannya.

e. Memberikan penghargaan/reward/insentif kepada Juru Sita Pajak jika yang bersangkutan berhasil melampaui Standar Prestasi Kerja yang telah ditetapkan.

BAB V

KESIMPULAN & SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah melihat, menguraikan, membahas secara umum mengenai pelaksanaan prosedur penyitaan, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Petisah sudah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, namun dalam pelaksanaan penyitaan tersebut Juru Sita Pajak menghadapi kendala/faktor penghambat. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan lagi baik dari segi kualitas (jumlah pelaksanaannya) maupun segi (nilai nomor).

2. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Petisah adalah Wajib Pajak tidak jujur dalam melakukan identitasnya ataupun menolak untuk dilakukan penyitaan, sehingga Juru Sita Pajak kesulitan dalam melakukan penyitaan terhadap barang- barang milik Wajib Pajak tersebut. Sedikitnya jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah. Kurangnya fasilitas kendaraan pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang dapat digunakan Juru Sita Pajak dalam pelaksanaan tugasnya. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran Wajib Pajak/Penanggung Pajak mengenai kewajiban Perpajakannya.

3. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak berusaha menghalangi Juru Sita Pajak untuk melakukan penyitaan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan dari pihak lain yang terkait seperti Kepolisian, Camat atau Lurah. Menambah jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, karena Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah berjumlah 2 (dua) orang. Hal ini dilakukan agar tindakan penyitaan dapat dilakukan lebih maksimaldan lebih baik lagi. Mengalokasikan dan memberikan kendaraan dinas yang dapat digunakan oleh Juru Sita Pajak dalam pelaksanaan tugasnya. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi yang lebih banyak tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak/Penanggung Pajak dibidang perpajakan, baik kepada masyarakat secara umum maupun kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Hal ini dapat dilakukan secara langsung melalui seminar tanya jawab maupun melalui media massa. Memberikan penghargaan/reward/insentif kepada Juru Sita Pajak jika bersangkutan berhasil melampaui Standar Prestasi Kerja yang telah ditetapkan.

B. SARAN

Adapun saran-saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut : 1. Perlu ditingkatkan penyuluhan kepada masyarakat, Wajib Pajak/Penanggung

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah sehingga dapat mengurangi terjadinya penyitaan yang merupakan tindak lanjut dari penagihan pajak.

2. Antara pihak Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan Juru Sita Pajak sebaiknya dapat saling mengerti, sehingga pelaksanaan penyiaan pajak dapat berjalan dengan baik dan lancar.

3. Diharapkan kepada Juru Sita Pajak agar menjalankan tugasnya secara profesional dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

4. Setelah penulis melakukan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, maka penulis menganggap bahwa cara kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah telah dilakukan dengan baik. Namun masih perlu ditingkatkan sistem kerja yang lebih baik lagi sehingga dapat menguntungkan bagi Negara maupun masyarakat dan khususnya bagi Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Bastari, Drs, MM, BKP, 2011, Hand Out Kuliah Penagihan Pajak dan Lelang, Medan.

Hadi, Moeljo, 2001, Dasar-dasar Penagihan Pajak dan Surat Paksa oleh Jurusita Pajak Pusat dan Daerah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sihaloho, Cyrus, 2002, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT. Rajawali Grafindo Persada, Jakarta.

Waluyo, 2011, Perpajakan Indonesia Edisi 10-Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang No.19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Undang-undang No.16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Keputusan Menteri keuangan No.563/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Undang-undang Pemerintah 135 tahun 2000 Tentang Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Keputusan Menteri Keuangan No. 561/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Penagihan seketika dan Sekaligus dengan Surat Paksa.

Dokumen terkait