LAPORAN TUGAS AKHIR
PELAKSANAAN PROSEDUR PENYITAAN BARANG WAJIB PAJAK AKIBAT DARI UTANG PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
(KPP) PRATAMA MEDAN PETISAH
O L E H
NAMA : RAUDIA SATIFA DAMANIK
NIM : 112600059
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat berupa iman dan kesehatan serta nikmat lain yang tak terhingga yang dirasakan oleh penulis, tak lupa pula shalawat beriring salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,keluarga dan para sahabatnya hingga akhir jaman sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Dengan mengucapkan Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan ridha-Nya jugalah yang disertai dengan usaha-usaha dan kemampuan yang ada pada penulis,maka penulis telah dapat menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir ini dengan judul “Pelaksanaan Prosedur Penyitaan Barang Wajib Pajak Akibat Dari Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
Petisah”.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis merasa berkewajiban menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan laporan ini khususnya kepada Ayahanda Rukiat Damanik dan Ibunda Jumarani, dan Adik-adik saya yang saya sayangi Ursila Fazrin Damanik, Ismu Maulana Kamil Damanik dan (Alm) Isna
Asmarani Damanik yang telah memberikan do’a, nasehat, dukungan moril serta
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang telah
membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini,
yaitu :
1. Bapak Prof. Dr. dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K),
selaku Rektor Universitas Sumatra Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. H. Alwi Hashim Batubara, M. Si selaku Ketua Jurusan
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Arlina, S.H. M.Hum selaku sekretaris Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A selaku Dosen Pembimbing
6. Bapak Reonald SRH Hutagalung, selaku Kepala Subbagian Umum Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah
7. Bapak Johan Marlon, selaku Supervisor yang membantu saya untuk
mengumpulkan data pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
Petisah
8. Bapak dan Ibu Dosen beserta Pegawai yang berada di Program Studi
9. Kepada kekasih hati yang InshaAllah calon Imamku kelak Agung Baskoro
Suhatsah yang selalu memberikan semangat serta memberi motivasi dan
membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini
10.Kepada Sahabat saya Fanny Ratika Suri yang selalu menghibur saya ,serta
Senior saya Nur Saadah Rangkuti yang telah mengajari saya dan
memberikan arahan-arahan yang bermanfaat dalam menyelesaikan Tugas
Akir ini
11.Kepada Semua teman-teman saya stambuk 2011 Program Studi D-III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara
12. Kepada teman-teman yang sering saya kesalin terkhususnya TAX B 2011,
Gadis-gadis dan Lajang-Lajang, Astari Ramadhani,Dahlia Syahputri,Ihdan
Mayandri,Ipak Purnama Sari,Dian Rahma Sari ,Giezla Muttaqien,Mega
yuristira,Mira Febriani dan Putri Ulandari, ade wahyuni, reza haridsyah dan
yang lain yang tidak bisa saya sebutkan namanya disini, terimakasih telah
menghibur,memberikan motivasi serta semangat untuk saya dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini, Harapan Saya Semoga kita Sukses
Kedepannya, AMIN.
Akhir kata penulis mohon maaf jika didalam penulisan Tugas Akhir
ini banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, semoga Tugas Akhir
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, rekan-rekan mahasiswa,dan para
pembaca sekalian.
Medan, Juli 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... ... 1
A. Latar Belakang PKLM ... 1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4
1. Tujuan PKLM ... 4
2. Manfaat PKLM ... 4
C. Uraian Teoritis ... 6
1. Definisi Pajak ... 6
2. Definisi Penyitaan ... 7
3. Fungsi Pajak ... 8
D. Ruang Lingkup PKLM ... 8
E. Metode PKLM ... 9
1. Tahap Persiapan ... 9
2. Studi Literatur ... 9
3. Pengumpulan Data Primer dan Sekunder ... 9
4. Analisis Data dan Evaluasi ... 10
F. Metode Pengumpulan Data ... 10
1. Metode Wawancara (Interview) ... 10
G. Sistematika Penulisan Laporan... 11
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PKLM ... 13
A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Petisah ... 13
B. Sruktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah ... 21
C. Uraian Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah ... 22
1. Kepala KPP (Kepala Kantor) ... 22
2. Sub Bagian Umum ... 23
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ... 23
4. Seksi Pelayanan... 24
5. Seksi Penagihan ... 25
6. Seksi Pemeriksaan... 25
7. Seksi Ekstensifikasi... 26
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi ... 26
BAB III GAMBARAN DATA PKLM ... 28
A. Pelaksanaan Penyitaan Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 ... 28
B. Prosedur Penyitaan Tehadap Barang Wajib Pajak ... 29
C. Barang-Barang Wajib Pajak yang DapatDisita dan Pengecualiannya ... 35
D. Penyitaan Tambahan ... 37
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 42
A. Pelaksanaan Prosedur Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Petisah ... 42
B. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penyitaan Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 43
C. Cara Penyelesaian Masalah Dalam Pelaksanaan Prosedur
Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
A. Kesimpulan ... 47
B. Saran ... 49
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
TABEL 2.1 Tabel Pembagian Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yang Bernaung Dibawah Lingkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak SUMUT I ... 14
TABEL 2.2 Jumlah Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah ... 16
BAGAN 2.1 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditentukan dari
kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh
pemerintah, khususnya dalam sektor perpajakan. Pada dasarnya negara adalah sebuah
rumah tangga yang besar dan memerlukan biaya yang besar pula dalam menjalankan
fungsi kenegaraannya. Fungsi kenegaraan tersebut mencakup secara umum, baik pada
pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan
pembangunan. Ini semua ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk membiayai semua itu diperlukan dana yang cukup besar, dan dana tersebut
dapat diperoleh dari penerimaan minyak dan gas (migas), bantuan luar negeri dan
penerimaan pajak.
Pembangunan di segala bidang yang sedang dilaksanakan oleh bangsa
Indonesia dewasa ini memerlukan dana yang tidak sedikit. Kota Medan, sebagai ibu
kota provinsi Sumatera Utara dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
wilayah Republik Indonesia, tidak luput dari keikut sertaan dalam melaksanakam
pembangunan tersebut. Untuk itu pemerintah berusaha mencari dana dengan
mengganti sumber kekayaan alam dan berbagai potensi lainnya yang dimiliki
Indonesia. Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah yang digunakan untuk
Waluyo dalam bukunya Perpajakan Indonesia (2011:4) Pajak merupakan
masalah keuangan negara. Dasar yang digunakan pemerintah untuk mengatur
keuangan negara yaitu pasal 23A Amandemen UUD 1945 (pajak dan pungutan lain
yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang). Pajak
merupakan salah satu sumber dana bagi pembiayaan pembangunan, dimana jumlah
dana yang diperlukan bagi pembangunan setiap tahunnya meningkat. Oleh karena itu
diperlukan suatu sistem dan prosedur perpajakan, agar penerimaan Negara terus dapat
ditingkatkan. Dengan demikian peranan masyarakat sangat berpengaruh dalam
pemenuhan kewajiban pajaknya kepada Negara. Akan tetapi tidak semua masyarakat
menyadari kewajibannya tersebut, bahkan mereka berusaha mengurangi utang
pajaknya dan menunda pembayaran pajak selambat mungkin.
Pemerintah dalam hal ini sebagai aparat perpajakan, sesuai dengan fungsinya
berkewajiban melakukan pembinaan, penelitian, dan pengawasan terhadap
pelaksanaan kewajiban perpajakan dari wajib pajak berdasarkan ketentuan yang
digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam sistem sekarang
ini yang menganut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan
tata cara perpajakan telah diubah beberapa kali terakhir dengan undang-undang No.
16 Tahun 2009 tentang perubahan undang-undang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan, masyarakat sebagai wajib pajak diberi kepercayaan untuk dapat
melaksanakan gotong royong nasional melalui self assessment system dimana Wajib
Membayar pajak sekarang ini merupakan syarat mutlak apabila pemerintah
ingin memelihara kesinambungan gerak pembangunan nasional,untuk menutupi
penurunan sumbangan dari sektor migas. Namun, masih banyak Wajib Pajak yang
lalai dalam melaksanakan tugasnya untuk menjadi Wajib Pajak yang taat dan patuh,
sehingga aparat pemerintah dalam hal ini harus secara tegas mengingatkan Wajib
Pajak yang tidak membanyar utang pajaknya. Apabila Wajib Pajak masih tidak
menanggapi peringatan dari fiskus melalui Surat teguran, Surat Paksa, maka pihak
fiskus akan melakukan penyitaan terhadap barang-barang yang dimiliki oleh Wajib
Pajak.
Sesuai pasal 4 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 135 Tahun 2000 diatur bahwa
melaksanakan penyitaan, juru sita pajak harus memperlihatkan kartu tanda pengenal
Juru Sita Pajak, memperlihatkan surat perintah melaksanakan penyitaan dan
memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan. Dalam pasal 4 ayat 1
Peraturan Pemerintah No.135 Tahun 2000 penyitaan dilaksanakan oleh juru sita pajak
dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya oleh 2 (dua) orang yang telah dewasa,
penduduk Indonesia, dikenal oleh juru sita pajak dan dapat dipercaya.
Dalam hal ini, barang yang akan disita terdiri dari barang yang bergerak dan
barang tidak bergerak. Selain itu, setiap melakukan penyitaan juru sita pajak
membuat berita acara pelaksanaan sita dan ditandatangani oleh juru sita pajak,
penanggung pajak dan saksi.
Berdasarkan dengan hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka penulis
Barang Wajib Pajak Akibat dari Utang Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Kegiatan PKLM yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Diploma
III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan
PKLM yaitu :
1.1 Untuk mengetahui kendala-kendala pelaksanaan penyitaan tersebut.
1.2 Untuk mengetahui upaya-upaya yang ditempuh fiskus dalam mengatasi
kendala-kendala dalam pelaksanaan penyitaan tersebut.
1.3 Untuk mengetahui bagaimana Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
2.1 Bagi mahasiswa yaitu :
a. Memahami prosedur pelaksanaan penyitaan Barang Wajib Pajak Akibat dari
Utang Pajak
b. Menambah wawasan tentang prosedur pelaksanaan penyitaan
2.2 Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fisip Universitas Utara yaitu :
a. Meningkatkan hubungan kerja sama antara pihak universitas dengan instansi
pemerintah khususnya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
b. Mendapatkan masukan berupa ide, saran, dan gagasan untuk evaluasi kurikulum
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan bagi penyempurnaan revisi
kurikulum
c. Mempromosikan sumber daya manusia yang dimiliki Universitas Sumatera Utara
khususnya Program Studi Diploma III Aministrasi Perpajakan
2.3 Bagi kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
a. Sebagai bahan masukan bagi Direktorat Jenderal pajak Sumatera Utara I
khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dalam menangani
administrasi perpajakan
b. Mendapatkan masukan berupa ide, saran, dan gagasan dari perguruan tinggi
menyangkut penanganan masalah perpajakan
c. Mempererat hubungan antara Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I dengan
C. Uraian Teoritis
1. Definisi Pajak
Menurut Prof.Dr.H.Rochmat Soemitro SH dalam Waluyo (2011:3), Pajak
ialah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan
menurut undang-undang nomor 6 tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan
undang-undang nomor 9 tahun 1994 dan undang-undang nomor 16 tahun 2000
sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 28 tahun 2007 dan terakhir
Undang-undang No.16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
Pajak adalah Kontribusi Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh Orang
Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi kemakmuran rakyat.
Dalam pelaksanaan pemungutan pajak, walaupun fiskus telah melakukan
tindakan penagihan sampai menerbitkan dan menyampaikan Surat Paksa terhadap
Wajib Pajak/Penanggung Pajak, tetapi masih banyak Wajib Pajak/ Penanggung pajak
yang tidak melunasi utang pajaknya. Oleh karena itu, fiskus melaksanakan tindakan
penyitaan terhadap Wajib pajak/Penanggung Pajak yang tidak membayar utang
2. Defenisi Penyitaan
Menurut Pasal 1 angka 14 Undang-undang No. 19 Tahun 2000 tentang
perubahan atas Undang-undang No.19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa. Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak
untuk menguasai barang Wajib pajak/Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan
untuk melunasi utang pajak tersebut. Penyitaan dilaksanakan apabila utang pajak
tidak dilunasi dalam waktu 2 X 24 jam sejak Surat Paksa disampaikan kepada wajib
pajak/penanggung pajak.
Berdasarkan Keputusan Mentri Keuangan No. 561/KMK.04/2000
menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan tata cara dan waktu penagihan pajak
apabila Wajib Pajak/Penanggung pajak tetap tidak melunasi utang pajaknya, maka
fiskus akan menjual barang yang telah disita tersebut dengan cara dilelang, dengan
maksud hasil dari pelelangan tersebut akan digunakan untuk melunasi utang pajak
dan biaya penagihan Wajib Pajak/Penanggung Pajak.
Adapun tujuan dari penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang
pajak pajak Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Tindakan penyitaan tersebut sangat
diperlukan sebagai alat paksa yang dapat dilakukan oleh fiskus untuk memaksa Wajib
Pajak/Penanggung Pajak agar melunasi utang pajaknya.
3. Fungsi Pajak
Waluyo dalam bukunya Perpajakan Indonesia (2011:6) sebagaimana telah
diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat
2.1 Fungsi Anggaran
Sebagai sumber pendapatan Negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran Negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin Negara dan
melaksanakan pembangunan, Negara membutuhkan biaya, Biaya ini dapat diperoleh
dari penerimaan pajak.
2.2 Fungsi Mengatur (Reguler)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari PKLM ini antara lain :
1. Mengetahui pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Petisah.
2. Faktor penghambat pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Petisah.
3. Cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor
Pelayanan Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1. Persiapan
Yaitu kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan PKLM
ke objek lokasi yang meliputi kegiatan seperti pemilihan objek, pengajuan
proposal dan surat pengantar PKLM.
2. Studi Literatur
Yaitu kegiatan mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori yang
meliputi; Buku-buku, Undang-undang, dan bahan tertulis lainnya yang ada
hubungannya dengan laporan PKLM.
3. Pengumpulan Data
Pada waktu pelaksanaan PKLM, penulis mengumpulkan data yang diperlukan untuk
menyusun laporan akhir. Dalam mengumpulkan data,penulis menggunakan data
primer dan skunder.
3.1 Data Primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan orang
yang untuk memberikan masukan data dan informasi.
3.2 Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari Studi Literatur pendukung
4. Analisa data dan Evaluasi
5. Analisa data yang digunakan adalah analisa kualitatif yaitu menjelaskan dengan
kata-kata secara sistematis sehingga permasalahan dalam penelitian ini terungkap
secara objektif.
F. Metode Pengumpulan Data
Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan
dalam pelaksanaan PKLM, terdapat beberapa cara untuk pengumpulan data yaitu :
1. Wawancara (Interview)
Dengan cara melakukan wawancara langsung kepada 4 (empat) orang juru Sita Pajak
pada Kantor Pelayanan Pratama Medan Polonia yang kita anggap mampu
memberikan masukan data dan informasi bagi penyusunan laporan ini.
2. Daftar Dokumentasi
Dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
pelaksanaan prosedur penyitaan barang-barang Wajib Pajak pada KPP Pratama
Medan Petisah, dan data-data lain yang berhubungan dengan objek pembahasan.
G. Sistematika Penulisan Laporan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup,
metode penelitian, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM
Pada bab ini diuraikan tentang sejarah singkat berdirinya KPP Pratama Medan
Petisah, uraian tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, dan keadaan pegawai
KPP Pratama Medan Petisah.
BAB III : GAMBARAN DATA PENYITAAN
Pada bab ini diuraikan tentang kerangka teoritis, dan gambaran mengenai penyitaan
terhadap Wajib Pajak.
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis menganalisa data yang sudah dikumpulkan terlebih dahulu dan
menyederhanakan data yang banyak dalam bentuk yang lebih sederhana
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan dengan uraian
pada bab-bab sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
GAMBARAN UMUM/OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
yang semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara. Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara didirikan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Keuangan Nomor : 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian
diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 dan
dengan adanya modernisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perpajakan (DJP),
maka sejak tanggal 27 Mei 2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Petisah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor :
191/KMK.01/2008 yang merupakan gabungan dari kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, yang akan melayani Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), serta melakukan pemeriksaan tetapi bukan lembaga yang memutuskan
keberatan.
Tabel 2.1
Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang Bernaung di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I
No Nama Kantor Kode Alamat Kantor No. Telp No. fax
1 KPP Pratama
Medan Barat 111 Jln. Asrama no. 7 A 8467967 8467439
2 KPP Pratama
Medan Belawan 112
Jln. K.L. Yos Sudarso KM.
8,2 Tanjung Mulia
6642764
6642763
6643695
6642764
3 KPP Pratama
Medan Timur
113
Jln. Suka Mulya No. 17 A 4536897
4567093 4512635
4 KPP Pratama
Medan Polonia 114
Jln. P Diponegoro No.30 A
GKN II 4529353 4529343
5 KPP Pratama
Medan Kota 122 Jln. Suka Mulya No. 17 A 4529379 4529403
6 KPP Pratama
Medan Petisah 124 Jln. Asrama No. 7-A
8467616
8467568
8467951
8467744
Sumber
Adapun ruang lingkup wilayah kerja dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah meliputi :
1. Kecamatan Medan Petisah
2. Kecamatan Medan Helvetia
Semenjak reorganisasi, wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Petisah meliputi antara lain :
1. Kelurahan Petisah Tengah
2. Kelurahan Sei Putih Tengah
3. Kelurahan Sei Putih Timur
4. Keluraha Sei Putih Barat
5. Kelurahan Sekip
6. Kelurahan Cinta Damai
7. Kelurahan Simpang Tanjung
8. Kelurahan Sei Sikambing
9. Kelurahan Tanjung Rejo
10. Kelurahan Tanjung Gusta
11. Kelurahan Helvetia Tengah
12. Kelurahan Helvetia Timur
13. Kelurahan Babura Sunggal
14. Kelurahan Lalang
15. Kelurahan Sunggal
16. Kelurahan Dwikora
KPP Pratama adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada
dibawah naungan dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah.
Atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Bumi da Bangunan yang saat ini hanya
menangani sektor Perkebunan, Perhutanan, dan Perikanan (P3) dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun jumlah Wajib Pajak yang terdftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
[image:24.612.167.462.279.418.2]Medan Petisah 01 Januari 2014 sebagai berikut :
Tabel 2.2
Jumlah Wajib Pajak Di KPP Pratama Medan Petisah Per 01 Januari 2014
Jenis WP Jumlah
Orang Pribadi 80.212 Orang
Badan 10.608 Orang
Bendaharawan 606 Orang
Jumlah 91.426 Orang
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Petisah
Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat
membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP, tetapi lebih
jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan
penerapan praktek-praktek good governance pada institusi pemerintah secara
keseluruhan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah
Adapun Visi dan Misi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Visi KPP Pratama Medan Petisah
Menjadi institusi pemerintahan yang menyelenggarakan sistem admisitrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan
integritas dan profisionalisme yang tinggi.
2. Misi KPP Pratama Medan Petisah
a. Misi Fiskal : Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor
pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah
berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan
efisiensi yang tinggi.
b. Misi Ekonomi : Mendukung kebijaksanaan pemerintahan dalam
mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan
dengan meminimalkan distorsi.
c. Misi Politik : Mendukung proses demokratisasi bangsa
d. Misi Kelembagaan : Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan
aspirasi masyarakat dan teknologi perpajakan serta administrasi perpajakan
mutakhir.
C. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah
Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama Medan Petisah
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek
pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pembritahuan, serta penerimaan surat lainnnya.
4. Penyuluhan perpajakan.
5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.
6. Pelaksanaan ekstensifikasi.
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.
10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
11. Pelaksanaan intensifikai.
12. Pembetulan ketetapan pajak.
13. Pengurangan pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan/ atau Bangunan
14. Pelaksanaan administrasi Kantor
D. Struktur Organisasi dan Tugas KPP Pratama Medan Petisah
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan secara sistematis
mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab
masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut
dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal. Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Petisah di pimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara
operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor wilayah Direktorat Jenderal
Pajak.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah terdiri dari 11 (sebelas)
seksi yang masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Struktur
organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak pratama Medan Petisah dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
11. Kelompok Jabatan Fungsional
STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN PETISAH
KEPALA KANTOR Rizal Fahmi S.T M.M
KASUBBAG UMUM Reonald SRH
Hutagalung
PELAKSANA
1. Attia Ardah
2. Karina Cita GDS
3. Agek.
4. Pagarudi Naibaho
5. Isa Dirgantara
6. Henna Betty
FUNGSIONAL PEMERIKSA
PAJAK
1. Andri
2. M. Nasaruddin
3. Rahmat H
4. Irwan S
5. Hotman
6. Bernawati S
7. Yerry Novie
8. Boby Joseph
9. Junarto S
10. Ridwan
11. M. Rizal 12. Hanna Friska S 13. Erta Tio Dame S
KASIE PDI Dian Kuswarjanti PELAKSANA 1. Rosida Siregar 2. Kastria Pinem 3. Dionisus CHB 4. Elvi suraya 5. Adinata prastio 6. Marupa 7. Hendhik KASIE PELAYANAN Yohanes Jehadu PELAKSANA
1. Saut Sinaga 2. M Ridhona
S 3. Fuad
Wicaksono 4. Ros Pandia 5. Eli Nafsiah 6. Lamhot
Susanti 7. Tonni
Ambarita 8. Chintya T
Y N 9. Rosdiana 10. Theresia octaviani KASIE PEMERIKSAA N Edi Usamah PELAKSANA 1. Nurdiana Tanjung 2. Rommel Sihotang 3. Heru Erlangga 4. Ahmad Putra Jaya KASIE PENAGIHA N PELAKSANA 1. Wijaya 2. Parning otan 3. Johan Marlon KASIE EKSTENSIFIKA SI PELAKSANA
1. Primson P 2. Joice M R 3. Rohani 4. Endar Kharul
D KASIE WASKON I Sakti Bonara ACCOUNT REPRESENTA TIVE 1. Nur ward ani 2. Sari Ulina P 3. Saba r Dona l 4. Iskan KASIE WASKON II Yana Setiana KASIE WASKON III M. Dzirji Zaidan ACCOUNT REPRESENTAT IVE
1. Juniaty pinem 2. Nurain i Lubis 3. Muan
Ridhan i 4. Kristop
horus H 5. Rianto
ACCOUNT REPRESENTAT
IVE
1. Santi Liasari 2. Buyun
g Adhi P 3. Yenny
Rachm ad 4. Rico
M. Hutape
KASIE WASKON IV Catur Ari W
ACCOUNT REPRESENTAT
IVE
1. Nasrun S 2. Menaw
astuny 3. Rijonn y P 4. Ellis 5. Lili
E. Uraian Tugas dan Fungsi KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Medan Petisah
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang terletak di Jl.
Asrama No. 7 A Medan. Adapun gambaran tugas dari masing-masing bagian kerja
yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah sebagai berikut:
1. Kepala KPP (Kepala Kantor)
Kepala kantor mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja kantor sebagai bahan penyusunan
rencana strategi kantor wilayah
b. Menkoordinasi penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak
berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi, keuangan, dan
realsisasi penerimaan tahun lalu.
c. Mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman (MOU) sesuai
arahan kepala kantor wilayah
d. Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka
intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
e. Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial
f. Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan atau
pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil penghitungan
ketetapan pajak.
g. Mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan.
h. Mengkoordinasi pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan
Pph, pembayaran masa PPN/PPnBM dan PBB sektor Perkebunan, Perhutanan,
dan Perikanan (P3) untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta
mengndalikan pelaksanaan pemeriksaan pajak.
2. Sub Bagian Umum
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan urusan tata usaha
b. Melakukan uruasan kepegawaian
c. Melakukan urusan keuangan
d. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Tugas dan fungsi:
c. Merekam SSP lembar 3
d. Merekam SPT Masa PPN 1107,1107A dan 1107B
e. Merekam PPh Pasal 21
f. Merekam PPh Pasal 23/26
g. Merekam PPh Final Pasal 4 ayat
h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan
i. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan
j. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer
k. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing
l. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG,
m. Penyiapan laporan kinerja.
4. Seksi Pelayanan
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan
c. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan dari Wajib
Pajak dan surat-surat lainnya
d. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak
dan surat lainnya
f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan
pencabutan identitas Wajib Pajak
g. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak
h. Melakukan Kerjasama Perpajakan.
5. Seksi Penagihan
Tugas dan fungsi: .
a.Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak
b.Penundaan dan angsuran tunggakan pajak
c.Penagihan aktif
d.Memberikan usulan penghapusan piutang pajak
e.Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan
6. Seksi Pemeriksaan
Tugas dan fungsi:
a.Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan
b.Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan
c.Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
7. Seksi Ekstensifikasi
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan pengamatan potensi perpajakan
b. Pendataan objek dan subjek paja
c. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam
menunjang ekstensifikasi
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak
b. Membimbing/menghimbau kepada wajib pajak dan konsultasi teknis
perpajakan
c. Melakukan penyusunan profil wajib pajak
d. Menganalisis kinerja wajib pajak
e. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketenuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
f. Memberikan usulan pembentukan ketetapan pajak, pengurangan pajak bumi
dan bangunan serta bea perolehan hak atas tanah dan / atau bangunan
g. Melakukan evaluasi hasil banding
h. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan
F. Gambaran Pegawai KPP Pratama Medan Petisah
Telah dijelaskan diatas bahwa wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah adalah Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Sunggal, dan
Kecamatan Medan Helvetia. Berdasarkan data hingga Januari 2014, Jumlah Pegawai
KPP Medan Petisah adalah sebanyak 81 Orang, dengan perincian sebagai berikut :
1. Berdasarkan Pendidikan:
a. Master (S2) 5 Orang
b. Sarjana 27 Orang
c. D-IV 1 Orang
d. D-III/Sarjana Muda 18 Orang
e. D-1 19 Orang
f. SLTA 9 Orang
g. SLTP 2 Orang
2. Berdasarkan Pangkat :
a. Golongan IV 2 Orang
b. Golongan III 45 Orang
c. Golongan II 35 Orang
3. Berdasarkan Esselon :
a. Eselon III 1 Orang
b. Eselon IV 9 Orang
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Pelaksanaan Penyitaan Menurut Undang-undang No. 19 Tahun 2000
Dalam pelaksanaan pemungutan pajak, walaupun fiskus telah melakukan
tindakan penagihan sampai menerbitkan dan menyampaikan Surat Paksa terhadap
Wajib Pajak/Penanggung pajak, tetapi masih banyak Wajib Pajak/Penanggung Pajak
yang tidak melunasi utang pajaknya. Oleh karena itu, fiskus melaksanakan tindakan
penyitaan terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak membayar utang
pajaknya. Mulai dari Wajib Pajak tidak taat dan patuh, lalu fiskus mencatat Surat
Teguran dan Surat Paksa tapi Wajib Pajak tetap tidak melaksanakan ada
kewenangannya fiskus untuk melalukan penyitaan.
Penyitaan dilaksanakan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam waktu 2 x
24 jam sejak Surat Paksa disampaikan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak.
Apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak tetap tidak melunasi utang pajaknya, maka
fiskus akan menjual barang yang telah disita tersebut dengan cara dilelang, dengan
maksud hasil dari pelelangan tersebut akan digunakan untuk melunasi utang pajak
dan biaya penagihan pajak Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Tindakan Penyitaan tidak
mengakibatkan penundaan kewajiban dalam pembayaran/pelunasan utang pajak
Wajib Pajak/Penanggung Pajak.
Adapun tujuan dari penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang
Sebagai alat paksa yang dapat dilakukan oleh fiskus untuk memaksa Wajib
Pajak/Penanggung Pajak agar melunasi utang pajaknya.
B. Prosedur Penyitaan Terhadap Barang-Barang Wajib Pajak
Pada prinsipnya penyitaan dalam hukum pajak tidak mengubah status
kepemilikan atas suatu barang, bahkan barang yang telah disita atau dititipkan kepada
Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut masih dapat dipergunakan oleh Wajib
Pajak/Penanggung Pajak. Adapun tahapan prosedur penyitaan terhadap
barang-barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak adalah sebagai berikut :
1.Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak apabila dalam waktu 2 x 24 jam
sejak surat paksa diberitahukan, namun Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak
melunasi utang pajak dan biaya penagihannya.
2.Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita berdasarkan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh pejabat.
3.Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak dengan disaksikan oleh
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dan
dikenal oleh Juru Sita Pajak serta dapat dipercayai.
4. Dalam melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus :
a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Juru Sita Pajak
b. Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
5. Setiap melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara
Pelaksanaan Sita dan ditandatangani oleh Juru Sita pajak, Wajib
Pajak/Penanggung Pajak serta para saksi.
6. Dalam hal Wajib Pajak/Penaggung Pajak menolak untuk menandatangani
Berita Acara Pelaksanaan Sita, Juru Sita Pajak harus mencantumkan
penolakan tersebut dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan ditandatangani
oleh Juru Sita Pajak dan sanksi-sanksi. Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut
tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.
7. Penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun Wajib Pajak/Penanggung Pajak
tidak hadir, sepanjang salah seorang saksi berasal dari pemerintah Daerah
setempat, sekurang-kurangnya setingkat dengan Sekretaris Kelurahan atau
Sekretaris Desa.
8. Dalam hal pelaksanaan penyitaan tidak dihadiri oleh Wajib Pajak/Penanggung
Pajak, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh Juru Sita Pajak dan
saksi-saksi, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan
mempunyai kekuatan mengikat.
9.Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang
bergerak atau barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang
bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita berada atau
ditempat-tempat umum.
10.Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada :
a. Wajib Pajak/Penanggung Pajak
c. Badan Pertanahan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah
terdaftar
d. Pemerintah Daerah dan Pengadilam Negeri setempat, untuk tanah yang
kepemilikannya belum terdaftar
e. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, untuk kapal
Dalam melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara
Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Juru Sita Pajak, Wajib pajak/Penanggung
pajak, dan saksi-saksi, selanjutnya diberitahukan kepada Wajib Pajak/Penanggung
Pajak dan masyarakat bahwa penguasaan barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak
telah berpindah dari Wajib Pajak kepada pejabat. Dalam pembuatan Berita Acara
Pelaksanaan Sita paling memuat tentang :
a. Hari dan tanggal Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
b. Nomor, hari dan tanggal Pelaksanaan Penyitaan
c. Nama Juru Sita Pajak, Wajib Pajak/Penanggung Pajak,para saksi
d. Nama dan jenis barang yang disita
e. Tempat dilakukan penyitaan
Penandatanganan Berita Acara Pelaksanaan Sita :
a. Untuk Perseroan Terbatas oleh pengurus meliputi Direksi, komisaris,
pemegang saham tertentu, dan orang-orang nyata yang mempunyai
wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan atau mengambil
Komisaris. Yang dimaksud dengan pemegang saham tertentu adalah
pemegang saham pengendali atau pemegang saham mayoritas dari
Perseroan Terbatas terbuka dan seluruh pemegang saham dari Perseroan
Terbatas tertentu.
b. Untuk Bentuk Usaha Tetap oleh kepala, kepala cabang atau penanggung
jawab perusahaan.
c. Untuk badan usaha lainnya Seperti Persekutuan, Perseroan Komaditer,
Firma oleh direktur, pemilik modal atau orang yang ditunjuk untuk
melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas
perusahaan dimaksud.
d. Untuk Yayasan oleh ketua, atau orang yang melaksanakan dan
mengendalikan serta bertanggung jawab atas yayasan dimaksud.
Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang
bergerak dan barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang bergerak dan
atau barang tidak bergerak yang disita berada, atau ditempat-tempat umum. Yang
dimaksud dengan tempat-tempat umum seperti kantor kelurahan/desa, papan
pengumuman dikantor Pejabat dan instansi terkait. Pada dasarnya terhadap barang
yang disita harus ditempeli salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kecuali jika sesuai
dengan sifatnya barang yang disita tidak dapat ditempeli salinan Berita Acara
Pelaksanaan Sita, misalnya uang tunai atau sebidang tanah.
Pada dasarnya prosedur penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak
terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak sama dengan prosedur yang
Pajak yang prosedur Penyitaannya terlebih dahulu dilakukan pemblokiran, seperti
kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang disimpan di bank berupa deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Setelah melakukan pemblokiran, selanjutnya penyitaan
terhadap kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut dilakukan sesuai dengan
prosedur yang telah dijelaskan diatas.
Penyitaan terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak dilaksanakan
sampai dengan jumlah nilai barang yang disita diperkirakan cukup untuk melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak. Penyitaan terhadap barang yang telah disita
oleh Kejaksaan atau Kepolisian sebagai barang bukti dalam kasus pidana, baru dapat
dilaksanakan setelah barang bukti tersebut dikembalikan kepada Wajib
Pajak/Penanggung pajak.
Barang yang telah disita dapat dititipkan kepada Wajib Pajak/Penanggung
Pajak, kecuali apabila menurut pertimbangan Juru Sita Pajak barang sitaan tersebut
perlu disimpan dikantor pejabat atau di tempat lain. Tempat lain yang dapat
digunakan sebagai tempat penitipan barang yang telah disita adalah kantor Pegadaian,
Bank, Kantor Pos atau tempat lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Setelah semua prosedur penyitaan diatas dilaksanakan, maka dilanjutkan
dengan pengumuman yang dilakukan oleh Pemerintah daerah atas permintaan Juru
Sita Pajak. Hal ini dilakukan untuk menyatakan atau memberitahukan kepada
Pelaksanaan Sita tersebut Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak boleh memindahkan
hak, menggadaikan atau menyewakan barang-barang yang telah disita.
Dalam melaksanakan penyitaan, adakalanya barang-barang Wajib
Pajak/Penanggung Pajak yang menjadi objek sita berada diluar wilayah kerja kantor
Pelayanan pajak, dimana Wajib Pajak/Penanggung Pajak berdomisili. Dalam hal ini,
pelaksanaan prosedur penyitaan adalah sebagai berikut :
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan meminta bantuan
kepada Kepala Kantor Pajak dimana terdapat barang-barang Wajib
Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan dengan melampirkan salinan
Surat Paksa dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut.
2. Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang menerima permintaan melakukan
tindakan seperti Membuat Surat Perintah melaksanakan Penyitaan dengan
mencantumkan tanggal dan nomor Surat Paksa yang dikeluarkan oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak/Penanggung Pajak
berdomisili.
Prosedur penyitaan atas barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak guna
dijadikan jaminan untuk melunasi utang dilaksanakan oleh Juru Sita, dimana Berita
Acara pelaksanaan Sita yang telah ditandatangani dikirim Kepala Kantor Pelayanan
Pajak yang meminta bantuan penyitaan.
C. Barang-Barang Wajib Pajak yang Dapat Disita dan Pengecualiannya
Barang-barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang dapat disita adalah
lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan
sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa :
1. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening Koran,giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang,
dan penyertaan modal pada perusahaan lain dan atau
2. Barang yang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi
kotor tertentu 920 m)
3. Hak lainnya yang dapat disita yang diatur dengan peraturan pemerintah.
Ketentuan ini diperlukan untuk menampung kemungkinan perluasan objek sita
berupa hak lainnya.
Terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak Orang Pribadi penyitaan dapat
dilaksanakan atas barang milik pribadi yang bersangkutan, istri, dan anak yang masih
dalam tanggungan, kecuali dikehendaki secara tertulis oleh suami atau istri
berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. Selain itu,Wajib
Pajak/Penanggung Pajak Badan penyitaan dapat dilaksanakan atas barang milik
perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik
modal, baik di tempat kedudukan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka
maupun ditempat lain. Penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang-barang
bergerak kecuali dalam keadaan tertentu dapat dilaksanakan langsung terhadap
dikecualikan dari penyitaan yaitu barang bergerak milik Penanggung Pajak yang
berupa :
1. Pakaian dan tempat tidur beserta pelengkapannya yang digunakan oleh Wajib
Pajak/Penaggung Pajak dan keluarga menjadi tanggungannya
2. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta
peralatan masak yang berada dirumah
3. Perlengkapan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang
diperoleh dari Negara
4. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Wajib
Pajak/Penanggung Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk
pendidikan,kebudayaan dan keilmuan
5. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari
Rp.20.000.000 (dua puluh juta rupiah)
6. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Wajib Pajak/Penanggung
Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.
Dalam melakukan penyitaan, Juru Sita Pajak berwenang memasuki dan
memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk
menemukan objek sita pajak ditempat usaha, ditempat kedudukan atau tempat tinggal
Wajib pajak/Penanggung Pajak atau temapt lain yang diduga sebagai tempat
penyimpanan sebagai objek sita pajak. Juru Sita Pajak dapat menjalankan tugasnya
diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan
Sewaktu-waktu Juru Sita Pajak dapat diberhentikan apabila :
a. Meninggal dunia
b. Pensiun
c. Pengalihan tugas atau keperluan dinas lainnya
d. Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugasnya
e. Melanggar sumpah atau janji Juru Sita Pajak
D. Penyitaan Tambahan
Dalam penyitaan tertentu walaupun juru Sita Pajak telah melakukan penyitaan
barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak, tetapi apabila dianggap perlu Juru Sita
Pajak masih dapat melakukan penyitaan tambahan terhadap barang lainnya milik
Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila :
a. Nilai barang yang disita belum mencukupi untuk pelunasan utang pajak dan
penagihan pajak
b. Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan
pajak dan utang pajak.
Penyitaan tambahan ini dimaksudkan agar Juru Sita Pajak dapat
Melaksanakan penyitaan terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak
yang ditemukanatau diketahui kemudian apabila barang yang telah disita terdahulu
E. Segel Sita
Setelah melakukan penyitaan, maka barang yang disita tersebut dapat
ditempeli atau diberi Segel Sita. Penempelan atau pemberian Segel Sita pada barang
Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang telah disita dimaksudkan sebagai pengumuman
bahwa penyitaan telah dilaksanakan, baik dihadiri maupun tidak dihadiri oleh Wajib
Pajak/Penanggung Pajak. Penempelan segel sita dilaksanakan dengan menperhatikan
jenis, sifat, dan bentuk barang sitaan. Segel sita memuat sekurang-kurangnya :
a. Kata “DISITA”
b. Nomor dan tanggal Berita Acara pelaksanaan Sita
c. Larangan untuk memindahtangankan, memindahkan hak, meminjamkan, dan
merusak barang yang disita
d. Ditandatangani oleh Juru Sita Pajak
F. Pencabutan Sita
Dalam kenyataannya masih banyak dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai
akibat tidak dilunasinya utang pajak sebagaimana mestinya. Dalam rangka pencarian
tunggakan pajak maka terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang belum melunasi
utang pajaknya dilakukan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dalam bentuk
tindakan penyitaan terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak untuk
dijadikan jaminan pelunasan utang pajak dan biaya penagihan pajak. Untuk
melaksanakan penyitaan barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut
diperlukan suatu prosedur yang mengatur secara rinci, jelas dan tegas yang meliputi
Penanggung Pajak dengan tetap memberikan perlindungan kepentingan pihak ketiga
maupun masyarakat Wajib Pajak/Penanggung pajak.
Apabila setelah dilaksanakan penyitaan namun Wajib Pajak/Penanggung
Pajak telah melunasi pajaknya serta biaya pelaksanaannya maka penyitaan dapat
dicabut dengan mengirimkan surat pencabutan sita oleh Kepala Kantor Pajak kepada
Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang dibuat rangkap 2 (dua), lembar pertama (asli)
untuk Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan lembar kedua untuk arsip seksi penagihan
dan verifikasi yang akan dimasukkan kedalam berkas penagihan Wajib
Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan. Sedangkan tanggal dan nomor surat
pencabutan sita, buku register pengawasan penagihan, buku register tindakan
penagihan, kartu pengawasan tunggakan pajak dan Surat Tagihan Pajak/Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan/SK Pembetulan/SK Keberatan/Putusan
Banding yang bersangkutan, Surat Pencabutan Sita disampaikan oleh Juru Sita Pajak
kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan instansi yang terkait, diikuti dengan
pengembalian penguasaan barang yang disita kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak.
Pencabutan sita dilaksanakan apabila Wajib pajak/Penanggung Pajak telah
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajaknya atau berdasarkan putusan
pengadilan atau berdasarkan putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan putusan
lain oleh Menteri Keuangan, Gubernur atau Bupati/Walikota.
Berikut ini Pencabutan sita terhadap barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak :
Pencabutan Sita kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang kemudian
akan disampaikan kepada bank yang bersangkutan
b. Surat berharga berupa obligasi, saham atau sejenisnya baik yang
diperdagangkan maupun yang tidak diperdagangkan di bursa efek
dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Wajib
Pajak/Penanggung Pajak dan akan disampaikan kepada pihak terkait yang
sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Pengalihan Hak Atas
Surat Berharga tersebut
c. Piutang dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada
Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan akan disampaikan kepada pihak yang
berutang yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara
Persetujuan Pengalihan Hak Menagih Piutang
d. Penyertaan modal pada perusahaan lain dilaksanakan dengan
menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Wajib Pajak/Penanggung
Pajak dan disampaikan kepada pihak terkait serta membuat Akte
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
Pada dasarnya penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang
bergerak, namun dalam keadaan tertentu penyitaan dapat dilaksanakan langsung
terhadap barang tidak bergerak tanpa melaksanakan penyitaan terhadap barang
bergerak. Keadaan tertentu misalnya Juru Sita Pajak tidak mempunyai barang
bergerak yang dapat dijadikan objek sita atau barang bergerak dijumpai tidak
mempunyai nilai dan harganya tidak memadai jika dibandingkan dengan utang
pajaknya.
Berdasarkan analisa dan evaluasi penulis, bahwa pelaksanaan penyitaan yang
dilakukan oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
sudah baik dan hingga saat ini Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah berjumlah 2 orang. Pelaksanaan penyitaan yang dilakukan sudah
memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa yang tertera dalam buku Undang-Undang dibidang
penagihan pajak ( Peraturan Pemerintah, 2008:12). Dimana Juru Sita Pajak tidak
boleh langsung menyita barang-barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak sebelum
mengeluarkan Surat Paksa dalam jangka waktu 7 hari setelah Surat Teguran
diterbitkan, dan terakhir Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan
Sita. Dalam pelaksanaan penyitaan tersebut harus disaksikan oleh
sekurang-kurangnya dua orang saksi. Dengan dilakukan penyitaan tersebut maka diharapkan
kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak agar melunasi utang pajaknya tersebut.
Dalam hal penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak terhadap harta
kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tersimpan di bank, maka Juru Sita
Pajak terlebih dahulu melakukan pemblokiran. Pelaksanaan pemblokiran yang
dilakukan Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah telah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000. Jadi, setiap pelaksanaan
yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Petisah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan atau Peraturan
Pemerintah atau Ketetapan lain yang telah diatur oleh Menteri Keuangan.
B. Faktor Penghambat/Kendala dalam Pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
Dalam melaksanakan penyitaan, faktor penghambat/kendala yang sering
dihadapi oleh Juru Sita Pajak adalah sebagai berikut :
a. Adanya perlawanan dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak berupa penolakan
untuk dieksekusi penyitaan.
b. Aset yang ditemukan tidak potensial untuk disita, (contoh : barang yang
sudah rusak, usia barang yang akan disita sudah tua).
d. Beberapa Aset bukan atas nama Wajib Pajak/Penanggung pajak melainkan
atas nama orang lain.
e. Wajib Pajak tidak jujur dalam melakukan identitasnya, sehingga Juru Sita
Pajak kesulitan dalam melakukan penyitaan terhadap barang-barang milik
Wajib Pajak tersebut.
f. Sedikitnya jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah.
g. Kurangnya fasilitas kendaraan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah yang dapat digunakan Juru Sita Pajak dalam melaksanakan
tugasnya.
h. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran Wajib pajak/Penanggung Pajak
mengenai kewajiban Perpajakannya.
Dalam hal ini, meskipun Juru Sita Pajak tidak diperbolehkan masuk kedalam
rumah Wajib Pajak/Penanggung Pajak, maka Juru Sita Pajak tetap dapat memasuki
rumah Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut tetapi tidak dengan kekerasan, seperti
merusak pintu atau dengan cara lain tanpa izin penghuninya, karena akan diancam
hukuman pidana, yaitu dengan ancaman penjara paling lama 1 tahun 4 bulan.
Barang-barang yang telah disita tersebut,dapat dikembalikan apabila Wajib melunasi seluruh
utangnya kepada Negara.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan
Pajak/Penanggung Pajak, dan berusaha melakukan tindakan yang dapat
memungkinkan agar barang-barang tersebut tidak disita, misalnya dengan
menyembunyikan dan sebagainya, maka Juru Sita Pajak harus berusaha memberikan
penjelasan dan pengertian kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak mengenai maksud
penyitaan ini. Dan apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang disita tersebut
melunasi utang pajaknya, maka barang-barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang
disita tersebut tidak akan dilelang dan akan dikembalikan kepada Penanggung Pajak.
Kendala lain yang juga sering dihadapi Juru Sita Pajak adalah Wajib
Pajak/Penanggung Pajak atau wakilnya tidak mau menandatangani Berita Acara
Pelaksanaan Sita. Dalam hal ini Juru Sita Pajak harus mencantumkan alasan
penolakan tersebut di dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita dan untuk menjaga
barang-barang sitaan tersebut agar tidak hilang atau dipindahtangankan, maka Juru
Sita Pajak dapat meminta bantuan pihak kepolisian atau membawa barang sitaan
tersebut sebagian atau seluruhnya.
C. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
Untuk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan penyitaan tersebut,
maka cara atau upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut hal :
a. Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak berusaha menghalangi Juru Sita
Pajak untuk melakukan penyitaan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta
b. Menambah jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah, karena Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Petisah berjumlah 2 (dua) orang. Hal ini dilakukan agar
tindakan penyitaan dapat dilakukan lebih maksimal.
c. Mengalokasikan dan memberikan kenderaan dinas yang dapat digunakan
oleh Juru Sita Pajak dalam pelaksanaan tugasnya.
d. Mencari aset lain yang dinilai potensial seperti aset pribadi
e. Melakukan sosialisasi yang lebih banyak tentang Hak dan Kewajiban
Wajib Pajak/Penanggung Pajak dibidang perpajakan, baik kepada
masyarakat secara umum maupun kepada Wajib pajak/Penanggung Pajak.
Hal ini dapat dilakukan secara langsung melalui semiar tanya jawab
maupun melalui media massa agar Wajib Pajak/Penanggung pajak lebih
menyadari akan kewajiban perpajakannya.
e. Memberikan penghargaan/reward/insentif kepada Juru Sita Pajak jika yang
bersangkutan berhasil melampaui Standar Prestasi Kerja yang telah
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah melihat, menguraikan, membahas secara umum mengenai
pelaksanaan prosedur penyitaan, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Petisah sudah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000, namun dalam pelaksanaan penyitaan tersebut Juru
Sita Pajak menghadapi kendala/faktor penghambat. Oleh karena itu, perlu
ditingkatkan lagi baik dari segi kualitas (jumlah pelaksanaannya) maupun segi
(nilai nomor).
2. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Petisah adalah Wajib Pajak tidak jujur dalam
melakukan identitasnya ataupun menolak untuk dilakukan penyitaan, sehingga
Juru Sita Pajak kesulitan dalam melakukan penyitaan terhadap
barang-barang milik Wajib Pajak tersebut. Sedikitnya jumlah Juru Sita Pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah. Kurangnya fasilitas
kendaraan pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang dapat
digunakan Juru Sita Pajak dalam pelaksanaan tugasnya. Kurangnya
pengetahuan dan kesadaran Wajib Pajak/Penanggung Pajak mengenai
3. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah Dalam hal Wajib
Pajak/Penanggung Pajak berusaha menghalangi Juru Sita Pajak untuk
melakukan penyitaan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan dari pihak
lain yang terkait seperti Kepolisian, Camat atau Lurah. Menambah jumlah
Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, karena
Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
berjumlah 2 (dua) orang. Hal ini dilakukan agar tindakan penyitaan dapat
dilakukan lebih maksimaldan lebih baik lagi. Mengalokasikan dan
memberikan kendaraan dinas yang dapat digunakan oleh Juru Sita Pajak
dalam pelaksanaan tugasnya. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi yang
lebih banyak tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak/Penanggung Pajak
dibidang perpajakan, baik kepada masyarakat secara umum maupun kepada
Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Hal ini dapat dilakukan secara langsung
melalui seminar tanya jawab maupun melalui media massa. Memberikan
penghargaan/reward/insentif kepada Juru Sita Pajak jika bersangkutan
berhasil melampaui Standar Prestasi Kerja yang telah ditetapkan.
B. SARAN
Adapun saran-saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah sehingga dapat mengurangi
terjadinya penyitaan yang merupakan tindak lanjut dari penagihan pajak.
2. Antara pihak Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan Juru Sita Pajak sebaiknya
dapat saling mengerti, sehingga pelaksanaan penyiaan pajak dapat berjalan
dengan baik dan lancar.
3. Diharapkan kepada Juru Sita Pajak agar menjalankan tugasnya secara
profesional dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.
4. Setelah penulis melakukan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah, maka penulis menganggap bahwa cara kerja di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah telah dilakukan dengan baik. Namun
masih perlu ditingkatkan sistem kerja yang lebih baik lagi sehingga dapat
menguntungkan bagi Negara maupun masyarakat dan khususnya bagi Wajib
DAFTAR PUSTAKA
Bastari, Drs, MM, BKP, 2011, Hand Out Kuliah Penagihan Pajak dan Lelang,
Medan.
Hadi, Moeljo, 2001, Dasar-dasar Penagihan Pajak dan Surat Paksa oleh Jurusita
Pajak Pusat dan Daerah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sihaloho, Cyrus, 2002, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT.
Rajawali Grafindo Persada, Jakarta.
Waluyo, 2011, Perpajakan Indonesia Edisi 10-Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang No.19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa.
Undang-undang No.16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Keputusan Menteri keuangan No.563/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pemblokiran
dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan pada Bank
dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Undang-undang Pemerintah 135 tahun 2000 Tentang Cara Penyitaan Dalam Rangka
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Keputusan Menteri Keuangan No. 561/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Penagihan