LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
PELAKSANAAN PROSEDUR PENYITAAN BARANG-BARANG WAJIB PAJAK AKIBAT DARI UTANG PAJAK
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH
O L E H
NAMA : NUR SAADAH RANGKUTI NIM : 092600046
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam
semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabatnya
hingga akhir jaman.
Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan ridha-Nya jugalah yamg disertai
dengan usaha-usaha dan kemampuan yang ada pada penulis, maka penulis telah dapat
menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir ini dengan judul “Pelaksanaan Prosedur Penyitaan Barang-Barang Wajib Pajak Akibat dari Utang Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah”.
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya
bahasa yang digunakan dalam tugas akhir ini masih belum sempurna dan banyak
terdapat kekurangan-kekurangan yang disebabkan keterbatasan kemampuan serta
pengalaman penulis, maka dari itu penulis berharap sungguh kepada Bapak / Ibu
Dosen pada Program Studi D-III Administrasi Perpajakan maupun dari segala pihak
untuk dapat memberikan saran-saran dan kritikan serta bimbingan yang bersifat
membangun demi lebih sempurnanya penulisan tugas akhir ini.
Pada kesempatan ini, penulis merasa berkewajiban menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak
khususnya kepada ayahanda Anwar Rangkuti, Ibunda Nasri Wati Lubis, Abang saya
Hidayah Rangkuti yang telah memberikan dukungan moril dan materil maupun do’a
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang
telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas
akhir ini, yaitu :
1. Bapak Prof. Dr. dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. H. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program
Strudi D-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Arlina, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Program Studi D-III Administrasi
Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Tetty Marlina, S.H, MKn selaku Dosen Pembimbing.
6. Bapak Hery Ramadhani, S.E. selaku Supervisor dan selaku Kepala Subbagian
Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah.
7. Bapak dan Ibu Dosen beserta pegawai yang berada di Program Studi D-III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
8. Kepada sahabat penulis M.Galuh Hanapi yang telah membantu penulis dalam
9. Kepada sahabat yang menemani saya dalam suka dan duka yaitu Vicky Zolanda.
10. Kepada sahabat saya Debby Mayasari, Mega Mahdiani, Iyoo Reanita yang telah
mensupport saya dalam membuat Tugas Akhir ini.
11. Kepada semua teman-teman saya Stambuk 2009 Program Studi D-III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
12. Kepada teman-teman seperjuangan aku, Intan Riza Sipahutar, Lince Sitanggang,
Harris Kristanta, Marina Nainggolan, dan Melyana Panggabean yang telah
memberikan motivasi, memberikan semangat, dan membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Makasih banyak semuanya.
Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, rekan-rekan mahasiswa, dan para pembaca sekalian.
Medan, Juni 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PKLM ... 1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 3
1. Tujuan PKLM ... 3
2. Manfaat PKLM ... 4
C. Uraian Teoritis ... 5
1. Definisi Umum …... 5
2. Dasar Hukum Penyitaan ... 7
3. Saat Terutang Pajak ... 8
4. Cara Penyelesaian Utang Pajak ... 8
D. Ruang Lingkup PKLM ... 8
E. Metode PKLM ... 9
1. Tahap Persiapan ... 9
2. Studi Literatur ... 9
3. Pengumpulan Data Primer dan Sekunder ... 9
F. Metode Pengumpulan Data ... 10
1. Metode Wawancara (Interview) ………... 10
2. Daftar Dokumentasi ... 10
G. Sistematika Penulisan Laporan ... 10
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK / LOKASI PKLM ... 12
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 12
B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah ... 18
C. Uraian Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah ... 19
1. Subbagian Umum ... 19
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ... 19
3. Seksi Pelayanan ... 20
4. Seksi Penagihan ... 21
5. Seksi Pemeriksaan ... 21
6. Seksi Ekstensifikasi ... 21
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi ... 21
BAB III GAMBARAN DATA PKLM ... 23
B. Prosedur Penyitaan Terhadap Barang-Barang Wajib Pajak ... 24
C. Barang-Barang Wajib Pajak yang Dapat Disita dan Pengecualiannya ... 30
D. Penyitaan Tambahan ... 32
E. Segel Sita ... 33
F. Pencabutan Sita ... 33
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 36
A. Pelaksanaan Prosedur Penyitraan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 36
B. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 37
C. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah 39 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41
A. Kesimpulan ... 41
B. Saran ... 43
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Pada dasarnya negara adalah sebuah rumah tangga yang besar dan
memerlukan biaya yang besar pula dalam menjalankan fungsi kenegaraannya. Fungsi
kenegaraan tersebut mencakup secara umum, baik pada pelayanan dan fasilitas umum
maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan pembangunan. Ini semua ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk membiayai semua itu diperlukan
dana yang cukup besar, dan dana tersebut dapat diperoleh dari penerimaan minyak
dan gas migas, bantuan luar negri dan penerimaan pajak.
Pembangunan di segala bidang yang sedang dilaksanakan oleh bangsa
Indonesia dewasa ini memerlukan dana yang tidak sedikit. Kota Medan, sebagai ibu
kota provinsi Sumatera Utara dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
wilayah Republik Indonesia, tidak luput dari keikut sertaan dalam melaksanakam
pembangunan tersebut. Untuk itu pemerintah berusaha mencari dana dengan
mengganti sumber kekayaan alam dan berbagai potensi lainnya yang dimiliki
Indonesia.Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah yang digunakan untuk
membiayai pembangunan.
Sebelumnya, kekayaan alam dari sektor minyak dan gas bumi (migas)
merupakan penerimaan terbesar dari negara, akan tetapi pada kenyataannya
karena itu, pemerintah sekarang lebih menekankan penerimaan dari sumber yang
potensial, yaitu pajak. Pajak merupakan salah satu sumber dana bagi pembiayaan
pembangunan, dimana jumlah dana yang diperlukan bagi pembangunan setiap
tahunnya meningkat. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem dan prosedur
perpajakan, agar penerimaan Negara terus dapat ditingkatkan. Dengan demikian
peranan masyarakat sangat berpengaruh dalam pemenuhan kewajiban pajaknya
kepada Negara. Akan tetapi tidak semua masyarakat menyadari kewajibannya
tersebut, bahkan mereka berusaha mengurangi utang pajaknya dan menunda
pembayaran pajak selambat mungkin.
Pemerintah dalam hal ini sebagai aparat perpajakan, sesuai dengan
fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, penelitian, dan pengawasan terhadap
pelaksanaan kewajiban perpajakan dari wajib pajak berdasarkan ketentuan yang
digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam sistem sekarang
ini, masyarakatsebagai wajib pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan
gotong royong nasional melalui self assessment system dimana Wajib Pajak
menghitung , membayar serta melaporkan jumlah pajaknya yang terutang.
Membayar pajak sekarang ini merupakan syarat mutlak apabila
pemerintah ingin memelihara kesinambungan gerak pembangunan nasional,untuk
menutupi penurunan sumbangan dari sektor migas. Namun, masih banyak Wajib
Pajak yang lalai dalam melaksanakan tugasnya untuk menjadi Wajib Pajak yang taat
dan patuh, sehingga aparat pemerintah dalam hal ini harus secara tegas mengingatkan
menanggapi peringatan dari fiskus melalui Surat teguran,Surat Paksa, maka pihak
fiskus akan melakukan penyitaan terhadap barang-barang yang dimiliki oleh Wajib
Pajak.
Penyitaan akan dilakukan oleh juru sita yang sebelumnya telah ditunjuk
dan diambil sumpahnya dan didampingi oleh dua orang saksi. Penyitaan ini dilakukan
sebagai serangkaian tindak penyindik untuk mengambil alih atau menyimpan
dibawah penguasaan Negara. Dalam hal ini, barang yang akan disita terdiri dari
barang yang bergerak dan barang tidak bergerak. Selain itu, setiap melakukan
penyitaan juru sita pajak membuat berita acara pelaksanaan sita dan ditandatangani
oleh juru sita pajak, penanggung pajak dan saksi.
Berdasarkan dengan hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka penulis
berminat membuat suatu karya tulis mengenai “Pelaksanaan Prosedur Penyitaan Barang-Barang Wajib Pajak Akibat dari Utang Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Kegiatan PKLM yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan
1.1 Untuk mengetahui Pelaksanaan Prosedur Penyitaan Barang-Barang Wajib Pajak
Akibat dari Utang Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.
1.2 Untuk mengetahui faktor penghambat dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan
Barang-Barang Wajib Pajak Akibat dari Utang Pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Petisah.
1.3 Untuk mengetahui upaya-upaya yang ditempuh oleh fiskus dalam mengatasi
kendala-kendala dalam pelaksanaan penyitaan Barang-Barang Wajib Pajak
Akibat dari Utang Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1 Bagi mahasiswa yaitu :
a. Memahami prosedur pelaksanaan penyitaan Barang-Barang Wajib Pajak
Akibat dari Utang Pajak
b. Menambah wawasan tentang prosedur pelaksanaan penyitaan
c. Sebagai sarana latihan berfikir mahasiswa dalam menyusun suatu karya
ilmiah berdasarkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan
2.2 Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fisip Universitas Utara yaitu :
a. Meningkatkan hubungan kerja sama antara pihak universitas dengan instansi
pemerintah khususnya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
b. Mendapatkan masukan berupa ide, saran, dan gagasan untuk evaluasi
kurikulum Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan bagi
c. Mempromosikan sumber daya manusia yang dimiliki Universitas Sumatera
Utara khususnya Program studi Diploma III Administrasi perpajakan.
2.3 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah :
a. Sebagai bahan masukan bagi Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I
khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dalam
menangani administrasi perpajakan
b. Mendapatkan masukan berupa ide, saran, dan gagasan dari perguruan tinggi
menyangkut penanganan masalah perpajakan
c. Mempererat hubungan antara Direktorat Jenderal Pajak SUMUT I dengan
Program studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
C. Uraian Teoritis
1. Definisi Umum
Menurut Prof.Dr.H.Rochmat Soemitro SH, Pajak ialah iuran rakyat
kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan menurut
Undang-Undang nomor 28 Tahun 2007 Pajak adalah Kontribusi Wajib Pajak kepada Negara
yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
Dalam pelaksanaan pemungutan pajak, walaupun fiskus telah melakukan
tindakan penagihan sampai menerbitkan dan menyampaikan Surat Paksa terhadap
Wajib Pajak/Penanggung Pajak, tetapi masih banyak Wajib Pajak/Penanggung Pajak
yang tidak melunasi utang pajaknya. Oleh karena itu, fiskus melaksanakan tindakan
penyitaan terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak membayar utang pajaknya. Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak
untuk menguasai barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak, Penyitaan dilaksanakan
apabila utang pajak tidak dilunasi dlam waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa
disampaikan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak tetap tidak melunasi utang
pajaknya, apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak tetap tidak melunasi utang
pajaknya, maka fiskus akan menjual barang yang telah disita tersebut dengan cara
dilelang, dengan maksud hasil dari pelelangan tersebut akan digunakan untuk
melunasi utang pajak dan biaya penagihan Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Tindakan
penyitaan tidak mengakibatkan penundaan kewajiban dalam pembayaran/pelunasan
utang pajak Wajib Pajak/Penanggung Pajak.
Adapun tujuan dari penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan
utang pajak Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Tindakan penyitaan tersebut sangat
diperlukan sebagai alat paksa yang dapat dilakukan oleh fiskus untuk memaksa Wajib
Pajak/Penanggung Pajak agar melunasi utang pajaknya.
2. Dasar Hukum Penyitaan
Dasar hukum pelaksanaan penyitaan/penyenderaan terhadap barang wajib
1. Undang No.16 Tahun 2000 Tentang Perubahan ketiga atas
Undang-Undang No.6 Tahun 1983. Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan ( KUP)
2. Undang-Undang No.19 Tahun 2000 Tentang Perubahan Undang-Undang
No.19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa :
a. Peraturan Pemerintah (PP) No.135 Tahun 2000 Tentang Cara Penagihan
dalam Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
b. PP No.135 Tahun 2000 Tentang tempat dan Tata Cara Penyenderaan,
Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak dan Pemberian Ganti Rugi
dalam Rangka Penagihan dengan Surat Paksa.
c. Keputusan Menteri Keuangan No.563/KMK 04/2000 Tentang
Pemblokiran dan Penyitaan harta kekayaan Penanggung Pajak yang
tersimpan pada Bank dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
d. Keputusan Menteri Keuangan No.363/KMK 04/2000 Tentang Surat-surat,
Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Juru Sita Pajak Keputusan
Menteri Keuangan No.56/KMK 04/2000 Tentang Tata Cara Penagihan
seketika dan sekaligus dengan Surat Paksa.
3. Saat Terutang Pajak
Saat terutang Pajak adalah pada saat :
1. Penyerahan Barang Kena Pajak atas Jasa Kena Pajak.
2. Impor Barang Kena Pajak.
4. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean.
5. Pembayaran dalam hal diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atas
sebelum pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak
dari Luar Daerah Pabean.
6. Saat ditetapkan lain oleh Direktorat Jenderal Pajak.
4. Cara Penyelesaian Utang Pajak
Dengan melakukan pembayaran dengan cara tunai/cicil. Penyicilan
dilakukan dengan Permohonan.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari PKLM ini antara lain ;
1. Mengetahui pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
2. Faktor penghambat pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Petisah
3. Cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan prosedur penyitaan pada
Kantor Pelayanan Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1. Persiapan
Yaitu kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum
melakukakn PKLM ke objek lokasi yang meliputi kegiatan seperti pemilihan objek,
pengajuan proposal dan surat pengantar PKLM
2. Studi Literatur
Yaitu kegiatan mencari data dan informasi dengan membaca landasan
teori yang meliputi; Buku-buku, Undang-Undang, dan bahan tertulis lainnya yang
ada hubungannya dengan laporan PKLM.
3. Pengumpulan Data
Pada waktu pelaksanaan PKLM, penulis mengumpulkan data yang
diperlukan untuk menyusun laporan akhir. Dalam mengumpulkan data,penulis
menggunakan data primer dan skunder.
3.1 Data Primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan orang
yang untuk memberikan masukan data dan informasi.
3.2 Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari Studi Literatur pendukung
seperti laporan atau dokumen.
4. Analisa data dan Evaluasi
Analisa data yang digunakan adalah analisa kualitatif yaitu menjelaskan dengan
kata-kata secara sistematis sehingga permasalahan dalam penelitian ini terungkap secara
F. Metode Pengumpulan Data
Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta
keterangan dalam pelaksanaan PKLM, terdapat beberapa cara untuk pengumpulan
data yaitu :
1. Wawancara (Interview)
Dengan cara melakukan wawancara langsung kepada 4 (empat) orang
juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pratama Medan Polonia yang kita anggap
mampu memberikan masukan data dan informasi bagi penyusunan laporan ini.
2. Daftar Dokumentasi
Dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan pelaksanaan prosedur penyitaan barang-barang Wajib Pajak pada KPP
Pratama Medan Petisah, dan data-data lain yang berhubungan dengan objek
pembahasan.
G. Sistematika Penulisan Laporan
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan PKLM
yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis,
ruang lingkup, metode penelitian, metode pengumpulan data, dan
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM
Pada bab ini diuraikan tentang sejarah singkat berdirinya KPP Pratama
Medan Petisah, uraian tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, dan
keadaan pegawai KPP Pratama Medan Petisah.
BAB III : GAMBARAN DATA PENYITAAN
Pada bab ini diuraikan tentang kerangka teoritis, dan gambaran mengenai
penyitaan terhadap Wajib Pajak.
BAB 1V : ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis menganalisa data yang sudah dikumpulkan terlebih
dahulu dan menyederhanakan data yang banyak dalam bentuk yang lebih
sederhana
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan
dengan uraian pada bab-bab sebelumnya.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK/ LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
Sebelum tahun 1967, Kantor Pelayanan Pajak bernama Kantor Inspeksi
Pajak Medan dan oleh pemerintah dipecah menjadi dua bagian, yaitu:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jl. Suka Mulia No.17 A.
2. Kantor Inspeksi Pajak Selatan yang berlokasi di Jl. Dipenogoro No. 30 A.
Pada tahun 1978, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi
Pajak. Pada saat itu hanya ada dua Kantor Pelayanan Pajak yaitu Kantor Inspeksi
Medan Pajak Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.
Pada tanggal 1 April 1979 Kantor Inspeksi Pajak diseluruh Indonesia
diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Untuk wilayah Medan,
Kantor Pelayanan Pajak dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jl. Suka Mulia
No. 17 A.
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jl. Dipenogoro
No. 30 A.
Sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 443/KMK01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang organisasi dan tata kerja
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak
dan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan. Namun seiring dengan
perubahan kinerja di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk menuju yang
lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di melalui sistem modernisasi, sehingga
terbagi menjadi :
1. KPP Madya Medan
2. KPP Pratama Medan Barat
3. KPP Pratama Medan Petisah
4. KPP Pratama Binjai
5. KPP Pratama Medan Bel a wan
6. KPP Pratama Medan Kota
7. KPP Pratama Medan Timur
8. KPP Pratama Medan Polonia
9. KPP Pratama Lubuk Pakam
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah didirikan pada
tanggal 26 Mei 2008. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah
beralamat di Jalan Asrama Nomor 7-A Medan dengan membawahi tiga
kecamatan yaitu Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Helvetia, dan
Kecamatan Medan Sunggal.
Semenjak reorganisasi, wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan
Petisah meliputi antara lain:
2. Kelurahan Sei Putih Tengah
3. Kelurahan Sei Putih Timur
4. Keluraha Sei Putih Barat
5. Kelurahan Sekip
6. Kelurahan Cinta Damai
7. Kelurahan Simpang Tanjung
8. Kelurahan Sei Sikambing
9. Kelurahan Tanjung Rejo
10. Kelurahan Tanjung Gusta
11. Kelurahan Helvetia Tengah
12. Kelurahan Helvetia Timur
13. Kelurahan Babura Sunggal
14. Kelurahan Lalang
15. Kelurahan Sunggal
16. Kelurahan Dwikora
Adapun visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah
menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak, yang mampu menunjang
kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah juga memiliki misi yaitu
menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan
manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah mempunyai tugas
melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksana Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Petisah adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek
pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pembritahuan, serta penerimaan surat lainnnya.
4. Penyuluhan perpajakan.
5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.
6. Pelaksanaan ekstensifikasi.
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.
10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
11. Pelaksanaan intensifikai.
12. Pembetulan ketetapan pajak.
13. Pengurangan pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan/ atau Bangunan
14. Pelaksanaan administrasi Kantor
B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan secara sistematis
mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab
masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut
juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan
dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal. Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Petisah di pimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara
operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor wilayah Direktorat Jenderal
Pajak.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah terdiri dari sebelas seksi
yang masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Struktur organisasi
yang ada di Kantor Pelayanan Pajak pratama Medan Petisah dapat digambarkan
sebagai berikut:
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
11. Kelompok Jabatan Fungsional
Untuk lebih jelas mengenai struktur organisasi pada kantor pelayanan Pajak Pratama dapat
C. Uraian Tugas dan Fungsi KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Medan Petisah
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang terletak di Jl.
Asrama No. 7 A Medan. Adapun gambaran tugas dari masing-masing bagian kerja
yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah sebagai berikut:
1. Sub Bagian Umum
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan urusan tata usaha
b. Melakukan uruasan kepegawaian
c. Melakukan urusan keuangan
d. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian
informasi perpajakan
b. Perekaman dokumen perpajakan
c. Merekam SSP lembar 3
d. Merekam SPT Masa PPN 1107,1107A dan 1107B
e. Merekam PPh Pasal 21
f. Merekam PPh Pasal 23/26
g. Merekam PPh Final Pasal 4 ayat
h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan
Hak atas Tanah dan Bangunan
j. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer
k. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing
l. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG,
m. Penyiapan laporan kinerja.
3. Seksi Pelayanan
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan
c. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan dari Wajib
Pajak dan surat-surat lainnya
d. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak
dan surat lainnya
e. Melakukan Penyuluhan Perpajakan
f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan
pencabutan identitas Wajib Pajak
g. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak
h. Melakukan Kerjasama Perpajakan.
4. Seksi Penagihan
Tugas dan fungsi: .
a.Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak
c.Penagihan aktif
d.Memberikan usulan penghapusan piutang pajak
e.Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan
5.Seksi Pemeriksaan
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan
b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan
c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
6. Seksi Ekstensifikasi
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan pengamatan potensi perpajakan
b. Pendataan objek dan subjek paja
c. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam
menunjang ekstensifikasi
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak
b. Membimbing /menghimbau kepada wajib pajak dan konsultasi teknis
perpajakan
c. Melakukan penyusunan profil wajib pajak
e. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketenuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
f. Memberikan usulan pembentukan ketetapan pajak, pengurangan pajak bumi
dan bangunan serta bea perolehan hak atas tanah dan / atau bangunan
g. Melakukan evaluasi hasil banding
h. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Pelaksanaan Penyitaan Menurut Undang-undang No. 19 Tahun 2000
Dalam pelaksanaan pemungutan pajak, walaupun fiskus telah melakukan
tindakan penagihan sampai menerbitkan dan menyampaikan Surat Paksa terhadap
Wajib Pajak/Penanggung Pajak, tetapi masih banyak Wajib Pajak/Penanggung Pajak
yang tidak melunasi utang pajaknya. Oleh karena itu, fiskus melaksanakan tindakan
penyitaan terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak membayar utang
pajaknya. Mulai dari Wajib Pajak tidak taat dan patuh, lalu fiskus mencatat Surat
Teguran dan Surat Paksa tapi Wajib Pajak tetap tidak melaksanakan ada
kewenangannya fiskus untuk melalukan penyitaan.
. Penyitaan dilaksanakan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam waktu 2 x
24 jam sejak Surat Paksa disampaikan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak.
Apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak tetap tidak melunasi utang pajaknya, maka
fiskus akan menjual barang yang telah disita tersebut dengan cara dilelang, dengan
maksud hasil dari pelelangan tersebut akan digunakan untuk melunasi utang pajak
dan biaya penagihan pajak Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Tindakan Penyitaan tidak
mengakibatkan penundaan kewajiban dalam pembayaran/pelunasan utang pajak
Wajib Pajak/Penanggung Pajak.
Adapun tujuan dari penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang
sebagai alat paksa yang dapat dilakukan oleh fiskus untuk memaksa Wajib
Pajak/Penanggung Pajak agar melunasi utang pajaknya.
B. Prosedur Penyitaan Terhadap Barang-Barang Wajib Pajak
Pada prinsipnya penyitaan dalam hukum pajak tidak mengubah status
kepemilikan atas suatu barang, bahkan barang yang telah disita atau dititipkan kepada
Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut masih dapat dipergunakan oleh Wajib
Pajak/Penanggung Pajak. Adapun tahapan prosedur penyitaan terhadap
barang-barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak adalah sebagai berikut :
1. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak apabila dalam waktu 2 x 24 jam
sejak surat paksa diberitahukan, namun Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak
melunasi utang pajak dan biaya penagihannya.
2. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita berdasarkan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh pejabat.
3. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak dengan disaksikan oleh
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang sanksi yang telah dewasa, penduduk
Indonesia, dan dikenal oleh Juru Sita Pajak serta dapat dipercayai.
4. Dalam melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus :
a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Juru Sita Pajak
b. Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
5. Setiap melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara
Pelaksanaan Sita dan ditandatangani oleh Juru Sita pajak, Wajib
Pajak/Penanggung Pajak serta para saksi.
6. Dalam hal Wajib Pajak/Penaggung Pajak menolak untuk menandatangani
Berita Acara Pelaksanaan Sita, Juru Sita Pajak harus mencantumkan
penolakan tersebut dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan ditandatangani
oleh Juru Sita Pajak dan sanksi-sanksi. Berita Acara Pelaksanaan Sita
tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.
7. Penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun Wajib Pajak/Penanggung Pajak
tidak hadir, sepanjang salah seorang saksi berasal dari pemerintah Daerah
setempat, sekurang-kurangnya setingkat dengan Sekretaris Kelurahan atau
Sekretaris Desa.
8. Dalam hal pelaksanaan penyitaan tidak dihadiri oleh Wajib
Pajak/Penanggung Pajak, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh
Juru Sita Pajak dan saksi-saksi, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut
tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.
9. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang
bergerak atau barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang
bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita berada atau
ditempat-tempat umum.
10.Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada :
b. Kepolisian untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdafdar
c. Badan Pertanahan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah
terdaftar
d. Pemerintah Daerah dan Pengadilam Negeri setempat, untuk tanah yang
kepemilikannya belum terdaftar
e. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, untuk kapal
Dalam melaksanakan penyitaan Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara
Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Juru Sita Pajak, Wajib pajak/Penanggung
pajak, dan saksi-saksi, selanjutnya diberitahukan kepada Wajib Pajak/Penanggung
Pajak dan masyarakat bahwa penguasaan barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak
telah berpindah dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak telah berpindah dari Wajib
Pajakkepada pejabat. Dalam pembuatan Berita Acara Pelaksanaan Sita paling kurang
memuat :
a. Hari dan tanggal Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
b. Nomor, hari dan tanggal Pelaksanaan Penyitaan
c. Nama Juru Sita Pajak, Wajib Pajak/Penanggung Pajak,para saksi
d. Nama dan jenis barang yang disita
e. Tempat dilakukan penyitaan
Penandatanganan Berita Acara Pelaksanaan Sita :
a. Untuk perseroan terbatas oleh pengurus meliputi Direksi, komisaris,
pemegang saham tertentu, dan orang yang nyata-nyata mempunyai
dalam menjalankan perseroan. Pengertian Komisaris meliputi Komisaris
sebagai orang yang lazim disebut Dewan Komisaris dan Komisaris
sebagai orang yang lazim disebut anggota komisaris. Yang dimaksud
dengan pemegang saham tertentu adalah pemegang saham pengendali atau
pemegang saham mayoritas dari perseroan terbatas terbuka dan seluruh
pemegang saham dari perseroan terbatas tertentu.
b. Untuk Bentuk Usaha Tetap oleh kepala, kepala cabang atau penanggung
jawab
c. Untuk badan usaha lainnya seperti persekutuan, perseroan komaditer,
firma oleh direktur, pemilik modal atau orang yang ditunjuk untuk
melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas
perusahaan dimaksud.
d. Untuk yayasan oleh ketua, atau orang yang melaksanakan dan
mengendalikan serta bertanggung jawab atas yayasan dimaksud.
Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang
bergerak dan barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang bergerak dan
atau barang tidak bergerak yang disita berada, atau ditempat-tempat umum. Yang
dimaksud dengan tempat-tempat umum seperti kantor kelurahan/desa, papan
pengumuman dikantor Pejabat dan instansi terkait. Pada dasarnya terhadap barang
yang disita harus ditempeli salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kecuali jika sesuai
dengan sifatnya barang yang disita tidak dapat ditempeli salinan Berita Acara
Pada dasarnya prosedur penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak
terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak sama dengan prosedur yang
telah dijelaskan diatas, namun ada kategori barang milik Wajib Pajak/Penanggung
Pajak yang prosedur Penyitaannya terlebih dahulu dilakukan pemblokiran, seperti
kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang disimpan di bank berupa deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Setelah melakukan pemblokiran, selanjutnya penyitaan
terhadap kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut dilakukan sesuai dengan
prosedur yang telah dijelaskan diatas.
Penyitaan terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak dilaksanakan
sampai dengan jumlah nilai barang yang dita diperkirakan cukup untuk melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak. Penyitaan terhadap barang yang telah disita
oleh Kejaksaan atau Kepolisian sebagai barang bukti dalam kasus pidana, baru dapat
dilaksanakan setelah barang bukti tersebut dikembalikan kepada Wajib
Pajak/Penanggung pajak.
Barang yang telah disita dapat dititipkan kepada Wajib Pajak/Penanggung
Pajak, kecuali apabila menurut pertimbangan Juru Sita Pajak barang sitaan tersebut
perlu disimpan dikantor pejabat atau di tempat lain. Tempat lain yang dapat
digunakan sebagai tempat penitipan barang yang telah disita adalah kantor Pegadaian,
bank, Kantor Pos atau tempat lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Setelah semua prosedur penyitaan diatas dilaksanakan, maka dilanjutkan
Sita Pajak. Hal ini dilakukan untuk menyatakan atau memberitahukan kepada
masyarakat bahwa telah dilaksanakan penyitaan terhadap barang-barang Wajib Pajak
/Penanggung Pajak dan juga menyatakan bahwa sejak pengumuman Berita Acara
Pelaksanaan Sita tersebut Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak boleh memindahkan
hak, menggadaikan atau menyewakan barang-barang yang telah disita.
Dalam melaksanakan penyitaan, adakalanya barang-barang Wajib
Pajak/Penanggung Pajak yang menjadi objek sita berada diluar wilayah kerja kantor
Pelayanan pajak, dimana Wajib Pajak/Penanggung Pajak berdomisili. Dalam hal
ini,pelaksanaan prosedur penyitaan adalah sebagai berikut :
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan meminta bantuan
kepada Kepala Kantor Pajak dimana terdapat barang-barang Wajib
Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan dengan melampirkan salinan
Surat Paksa dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut.
2. Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang menerima permintaan melakukan
tindakan seperti Membuat Surat Perintah melaksanakan Penyitaan dengan
mencantumkan tanggal dan nomor Surat Paksa yang dikeluarkan oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak/Penanggung Pajak
berdomisili.
Prosedur penyitaan atas barang Penanggung Pajak guna dijadikan jaminan
untuk mrlunasi utang dilaksanakan oleh Juru Sita, dimana Berita Acara pelaksanaan
Sita yang telah ditandatangani dikirim Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang meminta
C.. Barang-Barang Wajib Pajak yang Dapat Disita dan Pengecualiannya
Barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang dapat disita adalah barang
yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain
termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan
sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa :
1. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening Koran,giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang,
dan penyertaan modal pada perusahaan lain dan atau
2. Barang yang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi
kotor tertentu 920 m)
3. Hak lainnya yang dapat disita yang diatur dengan peraturan pemerintah.
Ketentuan ini diperlukan untuk menampung kemungkinan perluasan objek sita
berupa hak lainnya.
Terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak Orang Pribadi penyitaan dapat
dilaksanakan atas barang milik pribadi yang bersangkutan, isteri, dan anak yang
masih dalam tanggungan, kecuali dikehendaki secara tertulis oleh suami atau bisteri
berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. Selain itu,Wajib
Pajak/Penanggung Pajak badan penyitaan dapat dilaksanakan atas barang milik
perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik
maupun di tempat lain. Penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang
bergerak kecuali dalam keadaan tertentu dapat dilaksanakan langsung terhadap
barang yang tidak bergerak.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, barang-barang milik
Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang dikecualikan dari penyitaan yaitu barang
bergerak milik Penanggung Pajak yang berupa :
1. Pakaian dan twempat tidur beserta pelengkapannya yang digunakan oleh
Penaggung Pajak dan keluarga menjadi tanggungannya
2. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta
peralatan masak yang berada dirumah
3. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari
negara
4. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak
dan alat- alat yang dipergunakan untuk pendidikan,kebudayaan dan keilmuan
5. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari
Rp20.000.000 (dua puluh juta rupiah)
6. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan
keluarga yang menjadi tanggungannya.
Dalam melakukan penyitaan, Juru Sita Pajak berwenang memasuki dan
memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk
Wajib Pajak/Penanggung Pajak atau tempat lain yang diduga sebagai tempat lain
yang diduga sebagai tempat penyimpanan sebagai objek sita pajak. Juru Sita Pajak
dapat menjalankan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya, kecuali
ditetapkan lain dengan Keputusdan Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala
Daerah.
Sewaktu-waktu Juru S.ita Pajak dapat diberhentikan apabila :
a. Meninggal dunia
b. Pensiun
c. Pengalihan tugas atau keperluan dinas lainnya
d. Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugasnya
e. Melanggar sumpah atau janji Juru Sita Pajak
D. Penyitaan Tambahan
Dalam penyitaan tertentu walaupun juru Sita Pajak telah melakukan penyitaan
barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak, tetapi apabila dianggap perlu Juru Sita
Pajak masih dapat melakukan penyitaan tambahan terhadap barang lainnya milik
Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila :
a. Nilai barang yang disita belum mencukupi untuk pelunasan utang pajak dan
penagihan pajak
b. Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan
Penyitaan tambahan ini dimaksudkan agar Juru Sita Pajak dapat
melaksanakan penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang ditemukan
atau diketahui kemudian apabila barang yang telah disita terdahulu tidak cukup untuk
membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
E. Segel Sita
Setelah melakukan penyitaan, maka barang yang disita tersebut dapat
ditempeli atau diberi segel sita. Penempelan atau pemberian segel sita pada barang
Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang telah disita dimaksudkan sebagai pengumuman
bahwa penyitaan telah dilaksanakan, baik dihadiri maupun tidak dihadiri oleh Wajib
Pajak/Penanggung Pajak. Penempelan segel sita dilaksanakan dengan menperhatikan
jenis, sifat, dan bentuk barang sitaan. Segel sita memuat sekurang-kurangnya :
a. Kata “DISITA”
b. Nomor dan tanggal Berita Acara pelaksanaan Sita
c. Larangan untuk memindahtangankan, memindahkan hak, meminjamkan, dan
merusak barang yang disita
d. Ditandatangani oleh Juru Sita Pajak
F. Pencabutan Sita
Dalam kenyataannya masih banyak dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai
akibat tidak dilunasinya utang pajak sebagaimana mestinya. Dalam rangka pencarian
utang pajaknya dilakukan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dalam bentuk
tindakan penyitaan terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak untuk
dijadikan jaminan pelunasan utang pajak dan biaya penagihan pajak. Untuk
melaksanakan penyitaan barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut
diperlukan suatu prosedur yang mengatur secara rinci, jelas dan tegas yang meliputi
status, nilai, serta tempat penyimpanan atau penitipan barang sitaann milik Wajib
Pajak/Penanggung Pajak dengan tetap memberikan perlindungan kepentingan pihak
ketiga maupun masyarakat Wajib Pajak.
Apabila setelah dilaksanakan penyitaan namun Wajib Pajak/Penanggung
Pajak telah melunasi pajaknya serta biaya pelaksanaannya maka penyitaan dapat
dicabut dengan mengirimkan surat pencabutan sita oleh Kepala Kantor Pajak kepasa
Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang dibuat rangkap 2 (dua), lembar pertama (asli)
untuk Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan lembar kedua untuk arsip seksi penagihan
dan veritfikasi yang akan dimasukkan kedalam berkas penagihan Wajib
Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan. Sedangkan tanggal dan nomor surat
pencabutan sita, buku register pengawasan penagihan, buku register tindaihkan
penagihan, kartu pengawasan tunggakan pajak dan Surat Tagihan Pajak/Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan/SK Pembetulan/SK Keberatan/Putusan
Banding yang bersangkutan, Surat Pencabutan Sita disampaikan oleh Juru Sita Pajak
kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan instansi yang terkait, diikuti dengan
Pencabutan sita dilaksaksanakan apabila Wajib Pajak /Penanggung Pajak
telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajaknya atau berdasarkan putusan
pengadilan atau berdasrkan putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan atau Gubernur atau Bupati/Walikota.
Berikut ini Pencabutan sita terhadap barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak :
a. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau yang
dopersamakan dengan itu dilaksanakan dengan menyampaikan Surat
Pencabutan Sita kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang kemudian
akan disampaikan kepada bank yang bersangkutan
b. Surat berharga berupa obligasi, saham atau sejenisnya baik yang
diperdagangkan maupun yang tidak diperdagangkan di bursa efek
dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Wajib
Pajak/Penanggung Pajak dan akan disampaikan kepada pihak terkait yang
sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Pengalihan Hak Atas
Surat Berharga tersebut
c. Piutang dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita
kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan akan disampaikan kepada
pihak yang berutang yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita
Acara Persetujuan Pengalihan Hak Menagih Piutang
d. Penyertaan modal pada perusahaan lain dilaksanakan dengan
Pajak dan disampaikan kepada pihak terkait serta membuat Akte
Pembatalan Penagihan Hak.
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
Pada dasarnya penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang
bergerak, namun dalam keadaan tertentu penyitaan dapat dilaksanakan langsung
terhadap barang tidak bergerak tanpa melaksanakan penyitaan terhadap barang
bergerak. Keadaan tertentu misalnya Juru Sita Pajak tidak mempunyai barang
bergerak yang dapat dijadikan objek sita atau barang bergerak dijumpai tidak
mempunyai nilai dan harganya tidak memadai jika dibandingkan dengan utang
pajaknya.
Berdasarkan analisa dan evaluasi penulis, bahwa pelaksanaan penyitaan yang
dilakukan oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
sudah baik, yaitu pelaksanaan penyitaan yang dilakukan sudah memenuhi ketentuan
Undang-Undng Nomor 19 Tahun 2000 yang tertera dalam buku Undang-Undang
dibidang penagihan pajak ( Peraturan Pemerintah, 2008:12). Dimana Juru Sita Pajak
tidak boleh langsung menyita barang-barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak sebelum
dikeluarkannya Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, kemudian dilengkapi dengan
ketetapan pajak yaitu berupa Surat Teguran dan Surat Paksa, dan terakhir Juru Sita
Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita. Dalam pelaksanaan penyitaan
dilakukan penyitaan tersebut maka diharapkan kepada Wajib Pajak/Penanggung
Pajak agar melunasi utang pajaknya tersebut.
Dalam hal penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak terhadap harta
kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tersimpan di bank, maka Juru Sita
Pajak terlebih dahulu melakukan pemblokiran. Pelaksanaan pemblokiran yang
dilakukan Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah telah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000. Jadi, setiap pelaksanaan
yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Petisah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah atau
Ketetapan lain yang telah diatur oleh Menteri Keuangan.
B. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
Dalam melaksanakan penyitaan, faktor penghambat/kendala yang sering
dihadapi oleh Juru Sita Pajak adalah sebagai berikut :
a. Wajib Pajak tidak jujur dalam melakukan identitasnya, sehingga Juru Sita
Pajak kesulitan dalam melakukan penyitaan terhadap barang-barang milik
Wajib Pajak tersebut.
b. Sedikitnya jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
c. Kurangnya fasilitas kenderaan pada kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah yang dapat digunakan Juru Sita yang dapat digunakan Juru
Sita Pajak dalam pelaksanaan tugasnya.
d. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran Wajib Pajak/Penanggung Pajak
mengenai kewajiban Perpajakannya.
Dalam hal ini, meskipun Juru Sita Pajak tidak diperbolehkan masuk kedalam
rumah Wajib Pajak/Penanggung Pajak, maka Juru Sita Pajak tetao dapat memasuki
rumah Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut tetapi tidak dengan kekerasan,
umpamanya merusak pintu atau dengan cara lain tanpa izin penghuninya, karena
akam diancam hukuman pidana, yaitu dengan ancaman penjara paling lama 1 tahun 4
bulan. Barang-barang yang telah disita tersebut,dapat dikembalikan apabila Wajib
melunasi seluruh utangnya kepada Negara.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan
pihak kepolisian agar dapat memasuki rumah tersebut. Dalam hal Juru Sita Pajak
tidak diperbolehkan menyita barang-barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak,
dan berusaha melakukan tindakan yang dapat memungkinkan agar barang-barang
tersebut tidak disita, misalnya dengan menyembunyikan dan sebagainya, maka Juru
Sita Pajak harus berusaha memberikan penjelasan dan pengertian kepada Wajib
Pajak/Penanggung Pajak mengenai maksud penyitaan ini. Dan apabila Wajib
Pajak/Penanggung Pajak yang disita tersebut melunasi utang pajaknya, maka
barang-barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang disita tersebut tidak akan dilelang dan
Kendala lain yang juga sering dihadapi Juru Sita Pajak adalah Wajib
Pajak/Penanggung Pajak atau wakilnya tidak mau menandatangani Berita Acara
Pelaksanaan Sita. Dalam hal ini Juru Sita Pajak harus mencantumkan alasan
penolakan tersebut di dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita dan untuk menjaga
barang-barang sitaan tersebut agar tidak hilang atau dipindahtangankan, maka Juru
Sita Pajak dapat meminta bantuan polisi atau membawa barang sitaan tersebut
sebagian atau seluruhnya.
C. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
Untuk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan penyitaan tersebut,
maka cara atau upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut hal :
a. Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak berusaha menghalangi Juru Sita
Pajak untuk melakukan penyitaan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta
bantuan dari pihak kepolisian.
b. Menambah jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah, karena Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Petisah berjumlah 4 (empat) orang. Hal ini dilakukan agar
tindakan penyitaan dapat dilakukan lebuh maksimal.
c. Mengalokasikan dan memberikan kenderaan dinas yang dapat digunakan
d. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi yang lebih banyak tentang hak dan
kewajiban Wajib Pajak/Penanggung Pajak dibidang perpajakan, baik
kepada masyarakat secara umum maupun kepada Wajib Pajak/Penanggung
Pajak. Hal ini dapat dilakukan secara langsung melalui seminar tanya
jawab maupun melalui media massa.
e. Memberikan penghargaan/reward/insentif kepada Juru Sita Pajak jika
bersangkutan berhasil melampaui Standar Prestasi Kerja yang telah
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah melihat, menguraikan, membahas secara umum mengenai
pelaksanaan prosedur penyitaan, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Petisah sudah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000, namun dalam pelaksanaan penyitaan tersebut Juru
Sita Pajak menghadapi kendala/faktor penghambat. Oleh karena itu, perlu
ditingkatkan lagi baik dari segi kualitas (jumlah pelaksanaannya) maupun segi
(nilai nomor).
2. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Petisah adalah Wajib Pajak tidak jujur dalam
melakukan identitasnya, sehingga Juru Sita Pajak kesulitan dalam melakukan
penyitaan terhadap barang-barang milik Wajib Pajak tersebut. Sedikitnya
jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.
Kurangnya fasilitas kenderaan pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Petisah yang dapat digunakan Juru Sita yang dapat digunakan Juru Sita Pajak
dalam pelaksanaan tugasnya. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran Wajib
3. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah Dalam hal Wajib
Pajak/Penanggung Pajak berusaha menghalangi Juru Sita Pajak untuk
melakukan penyitaan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan dari pihak
kepolisian. Menambah jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Petisah, karena Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Petisah berjumlah 4 (empat) orang. Hal ini dilakukan agar
tindakan penyitaan dapat dilakukan lebuh maksimal. Mengalokasikan dan
memberikan kenderaan dinas yang dapat digunakan oleh Juru Sita Pajak
dalam pelaksanaan tugasnya. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi yang
lebih banyak tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak/Penanggung Pajak
dibidang perpajakan, baik kepada masyarakat secara umum maupun kepada
Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Hal ini dapat dilakukan secara langsung
melalui seminar tanya jawab maupun melalui media massa. Memberikan
penghargaan/reward/insentif kepada Juru Sita Pajak jika bersangkutan
berhasil melampaui Standar Prestasi Kerja yang telah ditetapkan.
B. SARAN
Adapun saran-saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :
1. Perlu ditingkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
memenuhi kewajiban perpajakan, sehingga dapat mengurangi terjadinya
2. Antara pihak Penanggung Pajak dan Juru Sita Pajak sebaiknya dapat saling
mengerti, sehingga pelaksanaan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
3. Diharapkan kepada Juru Sita Pajak agar menjalankan tugasnya secara
professional dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.
4. Setelah penulis melakukan penelitian di Pelayanan Pajak Pratama Medan
Petisah, maka penulis menganggap bahwa cara kerja di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Petisah telah dilakukan dengan baik. Namun masih perlu
ditingkatkan sistem kerja yang lebih baik lagi sehingga dapat menguntungkan
DAFTAR PUSTAKA
Bastari, Drs, MM, BKP,2009, Hand out Kuliah Penagihan Pajak dan Lelang,
Medan.
Hadi, Moeljo, SH, 2001, Dasar-Dasar Penagihan Pajak dan Surat Paksa oleh
Jurusita Pajak Pusat dan Daerah, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Siahaan, Maribot P, 2004, Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban, dan Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sihaloho, Cyrus, 2002, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
PT.Raja Wali Grafindo Persada, Jakarta.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang No.19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
Undang-Undang Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.04/2000
Tentang Tata Cara Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung
Pajak yang Tersimpan pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa.
Undang-Undang Pemerintah 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam