BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktek Kerja Latar Lapangan Mandiri
Keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh segenap bangsa tidak lepas dari
partisipasi semua pihak. Pelaksanaan pembangunan sebagai proyek besar tentu
memerlukan bukan saja partisipasi aktif seluruh bangsa, tetapi juga pembiayaan yang
tidak kecil. Beban biaya yang ditimbulkan untuk menjaga kelangsungan
pembangunan tidak hanya dibebankan kepada negara. Dalam hal ini peran negara
dalam mengalokasikan sumber-sumber pendapatan, seperti dari pengelolan minyak
bumi, hasil tambang, dan ekspor barang non migas yang kesemuanya dapat cepat
habis, sementara selama ini negara sangat mengandalkan bantuan atau hibah dari luar
negeri, seperti dari IMF, World Bank, CGI, dan lain sebagainya demi kelanacaran
pembangunan nasional. Dengan mengandalkan bantuan atau hibah tersebut akan
menyebabkan beban ketergantungan perekonomian yang berdampak negara luar
dengan kekuatan ekonominya yang kuat akan mendikte kehidupan kenegaraan, baik
dalam dalam strata vertikal maupun horizontal. Menyadari hal yang demikian salah
satu sektor yang dominan sebagai sumber pendapatan negara adalah sektor pajak
bahkan dalam APBN peran pajaklah yang menjadi dominan, dalam tahun 2015 ini
pemerintah menargetkan 70 % (1.224,7 triliun) terhadap total peneriman negara.
selama 5 tahun terakhir yang berkisar 55%-60% terhadap total penerimaan negara.
Sektor pajak yang bersumber dari rakyat sangat strategis baik untuk sumber
pengumpulan dan juga untuk mengatur irama kegiatan perekonomian nasional.
Undang-undang 1945 pasal 23 ayat (2) menegaskan bahwa segala pajak untuk
keperluan negara berdasarkan Undang-Undang. Dalam penjelasan pasal 23 ayat (2)
disebutkan;
Betapa caranya rakyat sebagai bangsa akan hidup, harus ditetapkan
oleh rakyat itu sendiri, dengan perantaraan dewan perwakilan rakyat. Rakyat
menentukan nasibnya sendiri. Karena bersumber dari rakyat sangat
dibutuhkan kesadaran dan kedewasaan dalam membayar pajak. Disamping
menyadari akan haknya untuk menikmati hasil-hasil pembangunan tidak kalah
penting juga adalah untuk memenuhi kewajibannya sebagai warga negara
yang baik yaitu membayar pajak, dan ini merupakan salah satu bentuk
kewajiban kenegaraan.
Indonesia telah 3 (tiga) kali melakukan reformasi perpajakan yaitu
pertama tahun 1983 di keluarkannya Undang-Undang No 6 Th 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. kedua tahun 1994 dilakukan
perubahan dan penyempurnaan sesuai dengan tuntutan perubahan sistem
perekonomian.Undang-Undang No 9 Th 1994 tentang UU No 6 Th 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan yang ketiga pada
kembali mengeluarkan serangkaian Undang-Undang untuk mengubah
Undang-Undang yang telah ada Undang-Undang No 16 Th 2000 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang No 6 Th 1983 tentang Ketentuan
Umum & Tata Cara Perpajakan dan Undang-Undang No 19 Tahun 2000
tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Pada hakekatnya tujuan
diadakan reformasi adalah untuk menjalankan fungsi budgeter dan regulasi.
Keberhasilan kebijakan fiskal yang diambil pemerintah tidak hanya dilihat
dari perangkat perundang-undangnya tetapi harus diimbangi dengan
pelayanan umum yang baik sebagai bentuk pengembalian pajak yang telah
dibayarkan oleh masyarakat dengan didukung kesadaran dan kemampuan dari
masyarakat dalam membayar pajak. Kedua hal inilah yang sangat
berpengaruh dalam berhasil tidaknya sektor perpajakan. Demikian pula
kebijakan yang diambil pemerintah Undang-Undang No.16 Tahun 2000 yang
mengenai tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan terlihat adanya
upaya paksa dari pemerintah(negara) untuk memperoleh pajak dari rakyat.
Salah satu cara upaya paksa dari negara yaitu dengan memberikan sanksi
bagi wajib pajak yang tidak dapat memenuhi kewajibannya. Perlunya
ditetapkan ketentuan tentang sanksi ini disebabkan karena tidak dapat
diharapkan dari wajib pajak pun yang akan melaksanakan kewajiban
perpajakan secara sukarela. Hal ini disebabkan karena membayar pajak tidak
seperti membeli barang , uang dibayar barang diterima, tetapi membayar
yang beranggapan membayar pajak dianggap mengurangi kekayaan.
Ketentuan memberi sanksi merupakan alat yang utama untuk memaksa
seseorang mematuhi ketentuan undang-undang yang ada dan fungsi sanksi
dalam hukum berguna untuk memberikan kewibawaan terhadap
undang-undang tersebut.
Dalam melaksanakan pemugutan pajak, negara indonesia menganut
self assessment system. Dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk
menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajaknya yang terutang,
sehingga melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat
dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk
dipahami oleh anggota masyarakat wajib pajak
Ditengah gencarnya pemerintah melalui Direktorat Jendral Pajak
untuk meningkatkan penerimaan pajak, yang dalam prakteknya sering kali
dijumpai adanya pihak-pihak yang tidak mempunyai kesadaran untuk
membayar pajaknya, sehingga untuk melakukan penagihan pajak ini ditempuh
dengan upaya hukum yang bersifat mengikat dan memaksa yaitu dengan
melakukan tindakan Penagihan Aktif berupa Penyampaina Surat Teguran,
Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), pengumuman
lelang dan dilaksanakan menurut ketentuan peraturan perundang undangan
yang berlaku. Dengan adanya Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa, Wajib
kewajibannya. Jika setelah dilakukan penagihan mengunakan surat paksa,
wajib pajak tersebut masih tetap tidak mau membayar pajaknya, maka
kepadanya dapat dikenakan penyitaan atas hartanya. Penyitaan merupakan
upaya terakhir yang dapat dilakukan dalam rangka menagih pajak, adanya
penyitaan barang milik wajib pajak ini mengakibatkan harta orang tersebut
tidak dapat dipergunakan lagi seperti semula sebab hak kepemilikannya sudah
diambil alih oleh negara sebagai barang sitaan atas utang pajak yang elum
dilunasi
Dilihat dari akibat-akibat Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan
dengan proses penyitaan yang sangat tidak menyenangkan itu, maka
penagihan pajak dengan penyitaan tidak dapat dilakukan dengan sewenang
wenang. Dibutuhkan landasan yuridis khusus yang menjadi landasan hukum
bagi penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan. Adapun landasan
yuridis penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan adalah pasal 23a
amandemen keempat udang-undang 1945, undang-udang nomor 16 tahun
2009 perubahan atas undang-undang nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan, undang-undang nomor 19 tahun 2000 tentang
penagihan pajak dengan surat paksa, walaupun sudah ada landasan
yuridisinya, masih banyak wajib pajak yang tidak membayar pajak tepat pada
(jurusita pajak) untuk melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa dan
penyitaan.
Oleh sebab itu untuk menunjang sepenuhnya pelaksanaan penagihan
pajak serta mengingat perlu adanya peraturan perundangan yang dapat
mengatasi permasalahan mengenai tunggakan pajak, maka ditetapkan
undang-undang nomor 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa.
Masih sering dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak
dilunasinya utang pajak sehingga memerlukan tindakan penagihan yang
mempunyai kekuatan hukum yang memaksa, merupakan pertimbangan
khusus tentang keluarnya undang-undang nomor 19 tahun 2000 tentang
pengihan pajak dengan surat paksa dengan harapan agar dapat mengatasi
semua permasalahan yang ada dalam hal penagihan pajak, khususnya masalah
penunggakan utang pajak oleh wajib pajak .
Penagihaan pajak dengan penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita
pajak dengan mengunakan surat perintah melaksanakan penyitaan (SPMP)
dilaksanakan apabila wajib pajak atau penanggung pajak lalai melaksanakan
kewajiban membayar pajak dalam waktu sebagaimana telah ditentukan dalam
pemberitahuan sebelumnya (surat paksa), jadi pelaksanaan dalam proses
penagihan tunggakan atas utang pajak mempunyai perananan yang sangat
penting yang bisa menentukan berhasil atau tidaknya proses penagihan
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) dengan judul “Pelaksanaan
Penagihan Utang Wajib Pajak Melalui Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam”
B. Tujuan Dan Mamfaat Praktek Kerja Lapangan Mandiri
1. Tujuan Penelitian Praktek Kerja Lapangan Mandiri
Setiap kegiatan yang dilakukan tentunya memiliki tujuan. adapun tujuan
yang ingin dicapai dalam melaksanakan praktek kerja lapangan madiri
(PKLM) ini adalah :
1.1Mengetahui kriteria persyaratan wajib pajak patuh.
1.3Mengetahui mekanisme dan prosedur pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan.
1.4Mengetahui bagaimana prosedur penerbitan dan pelaksanaan surat perintah melaksanakan penyitaan (SPMP) di Kantor Pelayanan Pratama Lubuk
Pakam.
1.5Mengetahui bagaimana cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan
penagihan dengan penyitaan.
2. Mamfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Praktek kerja lapangan mandiri ini tetntunya diharapkan dapat
memberikan mamfaat bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya,
diantaranya adalah ;
2.1Bagi Mahasiswa
a. Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan khususnya
pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan.
b. Mengaplikasikan teori dan disiplin ilmu yan telah dipelajar khususnya
tentang penagihan pajak terhadap masalah-masalah yang nyata dalam
kehidupan dunia kerja dalam upaya peningkatan kepatuhan wajib pajak
c. Mendapatkan pengalaman nyata dilapangan sehingga dapat menambah
wawasan serta meningkatkan prestasi dan keahlian kerja.
d. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan mendapatkan pengalaman
dalam penagihan pajak dengan penyitaan.
2.2Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
a. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan semasa
perkuliahan.
b. Mempererat hubungan dan membina kerja sama baik antara Universitas
Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik dengan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.
c. Mengusahakan umpan balik untuk evaluasi dan penyempurnaan
kurikulum sehingga mampu mencapai standar mutu pendidikan.
d. Membuka interaksi antar Program studi Diploma III Administrasi
Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik dengan instansi
pemerintahan.
a. Memberikan masukan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk
Pakam atas pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan dalam
meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
b. Promosi hubungan baik dan peningkatan kerja sama yang lebih baik
dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program studi Diploma III
Administransi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politk.
c. Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dalam
penyuluhan dan sosialisasi perpajakan kepada masyarakat sebagai wajib
pajak melalui mahasiswa peserta Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang
nantinya diaharapkan akan mengabdikan ilmu perpajakan yang
dimilikinya kepada masyarakat.
C. Uraian Teoritis Praktek Kerja Lapangan Mandiri 1. Definisi Pajak
1.1.Berdasarkan undang-undang no.28 tahun 2007 tentang ketentuan umum
dan tata cara perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yan
tertuang oleh orang pribadi dan badan yang bersifat memaksa berdasarkan
udang -undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat.
2.1.Menurut Erly Suandi, (2011:165)
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan
surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan
penyendaraan, menjual barang-barang yang telah disita.maka sebagian dasar dari
penagihan pajak dilakukan adaah diakibatkan karena adanya utang pajak dari wajib
pajak.
Menurut Erly Suandi, (2011:169) utang pajak adalah pajak yang masih harus
dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang
tercantum di dalam surat ketetapan pajak, atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
2.2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tenang Penagihan Pajak
Penagihan pajak dengan surat paksa, utang pajak adalah pajak yang masih
harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang
tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasrkan ketentuan
peraturan perundang-udangan perpajakan.
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka
pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut;
3.1.Adil
Sesuai dengan tujuan hukum yakni mencapai keadilan undang-undang dan
pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan pajak
diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata serta disesuaikan
dengan kemampuan wajib pajak.
3.2.Yuridis
Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23A, hal ini memberikan jaminan hukum
yang menyatakan keadilan baik bagi negara dan warganya.
3.3.Ekonomis
Pemungutan pajak tidak boleh menggangu kelancaran kegiatan produksi
perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat.
3.4.Finansial
Biaya pemungutan pajak harus ditekan sehingga lebih rendah dari hasil
pemungutan.
Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
4. Dasar Hukum Penagihan Pajak
4.1. Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 18 Tentang Surat Tagihan Pajak
Menyatakan bahwa Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan, Dan Surat Ketetapan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, Serta Putusan Peninjauan Kembali,
yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, merupakan
dasar penagihan pajak.
4.2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak
Penagihan pajak dengan surat paksa : penyitaan merpakan tindakan penagihan
lebih lanjut setelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah lewat batas waktu
2 x 24 jam setelah surat paksa diberitahukan, yang artinya bahwa penyitaan ini dapat
dilakukan apabila surat paksa telah diterbitkan atau dengan kata lain bahwa penyitaan
ini merupakan kelanjutan dari penerbitan surat paksa dalam proses penagihan pajak
aktif.
Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita pajak dengan disaksikan sekurang –
kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Juru
Sita pajak, dan dapat dipercaya. Setiap penyitaan Juru Sita membuat berita acara
D. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri
Dalam laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini, yang menjadi ruang lingkup
penulisan adalah :
1. Teknik prosedur kerja kegiatan penagihan pajak yang dilaksanakan
seksi penagihan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
2. Mekanisme dan prosedur pelaksanaan penagihan pajak dengan
penyitaan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Lubuk Pakam terhadap wajib pajak yang kurang patuh dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya.
3. Kendala – kendala apa saja yang dihadapi dalam proses penagihan
pajak dan upaya- upaya yang di tempuh dalam mengatasinya
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun metode dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri sebagai
berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan persiapan yang dimulai dari penyusunan
proposal, memohon surat pengantar Praktik Kerja Lapangan Mandiri dari pihak
Fakultas / Program Diploma III Administrasi Perpajakan, mencari bahan untuk
2. Studi Pustaka
Penulisan melakukan studi literature ke berbagai sumber bacaan yang
berkaitan dengan judul dan proposal tersebut yang merupakan dasar teori yang
mendukung pembuatan laporan seperti buku-buku, majalah, Koran,
undang-undang maupun literature yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan
oleh penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
3. Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Lubuk Pakam untuk mengatahui keadaan kinerja pada kantor tersebut dan untuk
mendapatkan gambaran mengenai masalah yang diteliti.
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data juga penulis lakukan demi menunjang keberhasilan dari topik
yang dibahas, dalam hal ini data-data bersumber dari Kantor Pelayanan Lubuk
Pakam, dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ada dua macam yang digunakan :
4.1.Data sekunder yaitu data yang bersumber dari buku-buku perpajakan, diktat
perpajakan, modul ketentuan umum dan tata cara perpajakan
4.2.Data priemer yaitu data yang bersumber dari orang yang berkompeten dan
menguasai sebagai pengambil kebijakan pada Kantor Pelayanan Pajak
5. Analisis Data Dan Evaluasis
Disini penulis akan menganalisa data dan mengevaluasi kembali secara
deskriptif kwalitatif, sehingga memberikan gambaran secara umum maupun khusus
dari obyek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
F. Tekhnik Pengumpulan Data PKLM
Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan
dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Penulis menggunakan beberapa
metode yaitu
1. Wawancara (interview)
Dengan cara melakukan komunikasi dan Tanya jawab secara langsung dengan
pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mengenai hal-hal yang menjadi
objek pembahasan dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
2. Pengamatan (Observation Guide)
Dengan melakukan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan data
yang diperlukan untuk pembahasa masalah.
3. Daftar Dokumentasi
Yaitu data atau informasi yang diperoleh melalui studi literature seperti:
sumber-sumber pustaka, undang-undang perpajakan, dokumentasi maupun literature lain
G. Sitematika Penulisan PKLM
dalam pelaporan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis
menguraikan penulisan tersusun secara sistematika. Adapun sistematika penulisan
yang akan dilakukan dalam penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini
adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan mamfaat
praktik kerja lapangan mandiri, uraian teoritis, ruang lingkup, metode PKLM, metode
pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang gambaran umum obyek pajak
praktik kerja lapangan mandiri, sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi serta
uraian tugas pokok dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.
BAB III : GAMBARAN DATA DAN TEORI PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DAN PELAKSANAAN PENYITAAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai gambaran pajak secara umum
beserta fungsi, jenis, subyek dan obyek pajak, serta membahas mengenai gambaran
umum penagihan pajak, serta dasar hukum penagihan pajak, tujuan umum penagihan
pajak, tata cara pelaksanaan penagihan dan penyitaan barang wajib pajak oleh Kantor
BAB I V : ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini berisi analisa penulis dan pembahasan-pembahasan mengenai
pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan dalam meningkatkan kepatuhan wajib
pajak.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri dari dua hal yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan
merupakan intisari yang mencakup seluruh obyek pembahasan yang dibahas dalam
praktik kerja lapangan mandiri. Sedangkan saran merupakan hal-hal, ide-ide, atau
gagasan yang harus dilakukan dalam melaksanakan solusi atas masalah yang di bahas
dari obyek pembahasan yang terdapat dalam laporan pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri.