• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksaan Prosedur Penyitaan Barang Wajib Pajak Akibat Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Lubuk Pakam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksaan Prosedur Penyitaan Barang Wajib Pajak Akibat Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Lubuk Pakam"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktek Kerja Latar Lapangan Mandiri

Keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh segenap bangsa tidak lepas dari

partisipasi semua pihak. Pelaksanaan pembangunan sebagai proyek besar tentu

memerlukan bukan saja partisipasi aktif seluruh bangsa, tetapi juga pembiayaan yang

tidak kecil. Beban biaya yang ditimbulkan untuk menjaga kelangsungan

pembangunan tidak hanya dibebankan kepada negara. Dalam hal ini peran negara

dalam mengalokasikan sumber-sumber pendapatan, seperti dari pengelolan minyak

bumi, hasil tambang, dan ekspor barang non migas yang kesemuanya dapat cepat

habis, sementara selama ini negara sangat mengandalkan bantuan atau hibah dari luar

negeri, seperti dari IMF, World Bank, CGI, dan lain sebagainya demi kelanacaran

pembangunan nasional. Dengan mengandalkan bantuan atau hibah tersebut akan

menyebabkan beban ketergantungan perekonomian yang berdampak negara luar

dengan kekuatan ekonominya yang kuat akan mendikte kehidupan kenegaraan, baik

dalam dalam strata vertikal maupun horizontal. Menyadari hal yang demikian salah

satu sektor yang dominan sebagai sumber pendapatan negara adalah sektor pajak

bahkan dalam APBN peran pajaklah yang menjadi dominan, dalam tahun 2015 ini

pemerintah menargetkan 70 % (1.224,7 triliun) terhadap total peneriman negara.

(2)

selama 5 tahun terakhir yang berkisar 55%-60% terhadap total penerimaan negara.

Sektor pajak yang bersumber dari rakyat sangat strategis baik untuk sumber

pengumpulan dan juga untuk mengatur irama kegiatan perekonomian nasional.

Undang-undang 1945 pasal 23 ayat (2) menegaskan bahwa segala pajak untuk

keperluan negara berdasarkan Undang-Undang. Dalam penjelasan pasal 23 ayat (2)

disebutkan;

Betapa caranya rakyat sebagai bangsa akan hidup, harus ditetapkan

oleh rakyat itu sendiri, dengan perantaraan dewan perwakilan rakyat. Rakyat

menentukan nasibnya sendiri. Karena bersumber dari rakyat sangat

dibutuhkan kesadaran dan kedewasaan dalam membayar pajak. Disamping

menyadari akan haknya untuk menikmati hasil-hasil pembangunan tidak kalah

penting juga adalah untuk memenuhi kewajibannya sebagai warga negara

yang baik yaitu membayar pajak, dan ini merupakan salah satu bentuk

kewajiban kenegaraan.

Indonesia telah 3 (tiga) kali melakukan reformasi perpajakan yaitu

pertama tahun 1983 di keluarkannya Undang-Undang No 6 Th 1983 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. kedua tahun 1994 dilakukan

perubahan dan penyempurnaan sesuai dengan tuntutan perubahan sistem

perekonomian.Undang-Undang No 9 Th 1994 tentang UU No 6 Th 1983

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan yang ketiga pada

(3)

kembali mengeluarkan serangkaian Undang-Undang untuk mengubah

Undang-Undang yang telah ada Undang-Undang No 16 Th 2000 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang No 6 Th 1983 tentang Ketentuan

Umum & Tata Cara Perpajakan dan Undang-Undang No 19 Tahun 2000

tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Pada hakekatnya tujuan

diadakan reformasi adalah untuk menjalankan fungsi budgeter dan regulasi.

Keberhasilan kebijakan fiskal yang diambil pemerintah tidak hanya dilihat

dari perangkat perundang-undangnya tetapi harus diimbangi dengan

pelayanan umum yang baik sebagai bentuk pengembalian pajak yang telah

dibayarkan oleh masyarakat dengan didukung kesadaran dan kemampuan dari

masyarakat dalam membayar pajak. Kedua hal inilah yang sangat

berpengaruh dalam berhasil tidaknya sektor perpajakan. Demikian pula

kebijakan yang diambil pemerintah Undang-Undang No.16 Tahun 2000 yang

mengenai tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan terlihat adanya

upaya paksa dari pemerintah(negara) untuk memperoleh pajak dari rakyat.

Salah satu cara upaya paksa dari negara yaitu dengan memberikan sanksi

bagi wajib pajak yang tidak dapat memenuhi kewajibannya. Perlunya

ditetapkan ketentuan tentang sanksi ini disebabkan karena tidak dapat

diharapkan dari wajib pajak pun yang akan melaksanakan kewajiban

perpajakan secara sukarela. Hal ini disebabkan karena membayar pajak tidak

seperti membeli barang , uang dibayar barang diterima, tetapi membayar

(4)

yang beranggapan membayar pajak dianggap mengurangi kekayaan.

Ketentuan memberi sanksi merupakan alat yang utama untuk memaksa

seseorang mematuhi ketentuan undang-undang yang ada dan fungsi sanksi

dalam hukum berguna untuk memberikan kewibawaan terhadap

undang-undang tersebut.

Dalam melaksanakan pemugutan pajak, negara indonesia menganut

self assessment system. Dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk

menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajaknya yang terutang,

sehingga melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat

dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk

dipahami oleh anggota masyarakat wajib pajak

Ditengah gencarnya pemerintah melalui Direktorat Jendral Pajak

untuk meningkatkan penerimaan pajak, yang dalam prakteknya sering kali

dijumpai adanya pihak-pihak yang tidak mempunyai kesadaran untuk

membayar pajaknya, sehingga untuk melakukan penagihan pajak ini ditempuh

dengan upaya hukum yang bersifat mengikat dan memaksa yaitu dengan

melakukan tindakan Penagihan Aktif berupa Penyampaina Surat Teguran,

Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), pengumuman

lelang dan dilaksanakan menurut ketentuan peraturan perundang undangan

yang berlaku. Dengan adanya Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa, Wajib

(5)

kewajibannya. Jika setelah dilakukan penagihan mengunakan surat paksa,

wajib pajak tersebut masih tetap tidak mau membayar pajaknya, maka

kepadanya dapat dikenakan penyitaan atas hartanya. Penyitaan merupakan

upaya terakhir yang dapat dilakukan dalam rangka menagih pajak, adanya

penyitaan barang milik wajib pajak ini mengakibatkan harta orang tersebut

tidak dapat dipergunakan lagi seperti semula sebab hak kepemilikannya sudah

diambil alih oleh negara sebagai barang sitaan atas utang pajak yang elum

dilunasi

Dilihat dari akibat-akibat Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan

dengan proses penyitaan yang sangat tidak menyenangkan itu, maka

penagihan pajak dengan penyitaan tidak dapat dilakukan dengan sewenang

wenang. Dibutuhkan landasan yuridis khusus yang menjadi landasan hukum

bagi penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan. Adapun landasan

yuridis penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan adalah pasal 23a

amandemen keempat udang-undang 1945, undang-udang nomor 16 tahun

2009 perubahan atas undang-undang nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan

umum dan tata cara perpajakan, undang-undang nomor 19 tahun 2000 tentang

penagihan pajak dengan surat paksa, walaupun sudah ada landasan

yuridisinya, masih banyak wajib pajak yang tidak membayar pajak tepat pada

(6)

(jurusita pajak) untuk melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa dan

penyitaan.

Oleh sebab itu untuk menunjang sepenuhnya pelaksanaan penagihan

pajak serta mengingat perlu adanya peraturan perundangan yang dapat

mengatasi permasalahan mengenai tunggakan pajak, maka ditetapkan

undang-undang nomor 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa.

Masih sering dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak

dilunasinya utang pajak sehingga memerlukan tindakan penagihan yang

mempunyai kekuatan hukum yang memaksa, merupakan pertimbangan

khusus tentang keluarnya undang-undang nomor 19 tahun 2000 tentang

pengihan pajak dengan surat paksa dengan harapan agar dapat mengatasi

semua permasalahan yang ada dalam hal penagihan pajak, khususnya masalah

penunggakan utang pajak oleh wajib pajak .

Penagihaan pajak dengan penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita

pajak dengan mengunakan surat perintah melaksanakan penyitaan (SPMP)

dilaksanakan apabila wajib pajak atau penanggung pajak lalai melaksanakan

kewajiban membayar pajak dalam waktu sebagaimana telah ditentukan dalam

pemberitahuan sebelumnya (surat paksa), jadi pelaksanaan dalam proses

penagihan tunggakan atas utang pajak mempunyai perananan yang sangat

penting yang bisa menentukan berhasil atau tidaknya proses penagihan

(7)

meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) dengan judul “Pelaksanaan

Penagihan Utang Wajib Pajak Melalui Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam”

B. Tujuan Dan Mamfaat Praktek Kerja Lapangan Mandiri

1. Tujuan Penelitian Praktek Kerja Lapangan Mandiri

Setiap kegiatan yang dilakukan tentunya memiliki tujuan. adapun tujuan

yang ingin dicapai dalam melaksanakan praktek kerja lapangan madiri

(PKLM) ini adalah :

1.1Mengetahui kriteria persyaratan wajib pajak patuh.

(8)

1.3Mengetahui mekanisme dan prosedur pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan.

1.4Mengetahui bagaimana prosedur penerbitan dan pelaksanaan surat perintah melaksanakan penyitaan (SPMP) di Kantor Pelayanan Pratama Lubuk

Pakam.

1.5Mengetahui bagaimana cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan

penagihan dengan penyitaan.

2. Mamfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktek kerja lapangan mandiri ini tetntunya diharapkan dapat

memberikan mamfaat bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya,

diantaranya adalah ;

2.1Bagi Mahasiswa

a. Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan khususnya

pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan.

b. Mengaplikasikan teori dan disiplin ilmu yan telah dipelajar khususnya

tentang penagihan pajak terhadap masalah-masalah yang nyata dalam

kehidupan dunia kerja dalam upaya peningkatan kepatuhan wajib pajak

(9)

c. Mendapatkan pengalaman nyata dilapangan sehingga dapat menambah

wawasan serta meningkatkan prestasi dan keahlian kerja.

d. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan mendapatkan pengalaman

dalam penagihan pajak dengan penyitaan.

2.2Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

a. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan semasa

perkuliahan.

b. Mempererat hubungan dan membina kerja sama baik antara Universitas

Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik dengan Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

c. Mengusahakan umpan balik untuk evaluasi dan penyempurnaan

kurikulum sehingga mampu mencapai standar mutu pendidikan.

d. Membuka interaksi antar Program studi Diploma III Administrasi

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik dengan instansi

pemerintahan.

(10)

a. Memberikan masukan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk

Pakam atas pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan dalam

meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

b. Promosi hubungan baik dan peningkatan kerja sama yang lebih baik

dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program studi Diploma III

Administransi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politk.

c. Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dalam

penyuluhan dan sosialisasi perpajakan kepada masyarakat sebagai wajib

pajak melalui mahasiswa peserta Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang

nantinya diaharapkan akan mengabdikan ilmu perpajakan yang

dimilikinya kepada masyarakat.

C. Uraian Teoritis Praktek Kerja Lapangan Mandiri 1. Definisi Pajak

1.1.Berdasarkan undang-undang no.28 tahun 2007 tentang ketentuan umum

dan tata cara perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yan

tertuang oleh orang pribadi dan badan yang bersifat memaksa berdasarkan

udang -undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyat.

(11)

2.1.Menurut Erly Suandi, (2011:165)

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak

melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau

memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan

surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan

penyendaraan, menjual barang-barang yang telah disita.maka sebagian dasar dari

penagihan pajak dilakukan adaah diakibatkan karena adanya utang pajak dari wajib

pajak.

Menurut Erly Suandi, (2011:169) utang pajak adalah pajak yang masih harus

dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang

tercantum di dalam surat ketetapan pajak, atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tenang Penagihan Pajak

Penagihan pajak dengan surat paksa, utang pajak adalah pajak yang masih

harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang

tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasrkan ketentuan

peraturan perundang-udangan perpajakan.

(12)

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka

pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut;

3.1.Adil

Sesuai dengan tujuan hukum yakni mencapai keadilan undang-undang dan

pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan pajak

diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata serta disesuaikan

dengan kemampuan wajib pajak.

3.2.Yuridis

Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23A, hal ini memberikan jaminan hukum

yang menyatakan keadilan baik bagi negara dan warganya.

3.3.Ekonomis

Pemungutan pajak tidak boleh menggangu kelancaran kegiatan produksi

perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian

masyarakat.

3.4.Finansial

Biaya pemungutan pajak harus ditekan sehingga lebih rendah dari hasil

pemungutan.

(13)

Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan mendorong

masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

4. Dasar Hukum Penagihan Pajak

4.1. Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 18 Tentang Surat Tagihan Pajak

Menyatakan bahwa Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar, Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan, Dan Surat Ketetapan Pembetulan,

Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, Serta Putusan Peninjauan Kembali,

yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, merupakan

dasar penagihan pajak.

4.2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak

Penagihan pajak dengan surat paksa : penyitaan merpakan tindakan penagihan

lebih lanjut setelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah lewat batas waktu

2 x 24 jam setelah surat paksa diberitahukan, yang artinya bahwa penyitaan ini dapat

dilakukan apabila surat paksa telah diterbitkan atau dengan kata lain bahwa penyitaan

ini merupakan kelanjutan dari penerbitan surat paksa dalam proses penagihan pajak

aktif.

Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita pajak dengan disaksikan sekurang –

kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Juru

Sita pajak, dan dapat dipercaya. Setiap penyitaan Juru Sita membuat berita acara

(14)

D. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri

Dalam laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini, yang menjadi ruang lingkup

penulisan adalah :

1. Teknik prosedur kerja kegiatan penagihan pajak yang dilaksanakan

seksi penagihan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

2. Mekanisme dan prosedur pelaksanaan penagihan pajak dengan

penyitaan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Lubuk Pakam terhadap wajib pajak yang kurang patuh dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya.

3. Kendala – kendala apa saja yang dihadapi dalam proses penagihan

pajak dan upaya- upaya yang di tempuh dalam mengatasinya

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun metode dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri sebagai

berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan persiapan yang dimulai dari penyusunan

proposal, memohon surat pengantar Praktik Kerja Lapangan Mandiri dari pihak

Fakultas / Program Diploma III Administrasi Perpajakan, mencari bahan untuk

(15)

2. Studi Pustaka

Penulisan melakukan studi literature ke berbagai sumber bacaan yang

berkaitan dengan judul dan proposal tersebut yang merupakan dasar teori yang

mendukung pembuatan laporan seperti buku-buku, majalah, Koran,

undang-undang maupun literature yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan

oleh penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Melakukan pengamatan secara langsung di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Lubuk Pakam untuk mengatahui keadaan kinerja pada kantor tersebut dan untuk

mendapatkan gambaran mengenai masalah yang diteliti.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data juga penulis lakukan demi menunjang keberhasilan dari topik

yang dibahas, dalam hal ini data-data bersumber dari Kantor Pelayanan Lubuk

Pakam, dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ada dua macam yang digunakan :

4.1.Data sekunder yaitu data yang bersumber dari buku-buku perpajakan, diktat

perpajakan, modul ketentuan umum dan tata cara perpajakan

4.2.Data priemer yaitu data yang bersumber dari orang yang berkompeten dan

menguasai sebagai pengambil kebijakan pada Kantor Pelayanan Pajak

(16)

5. Analisis Data Dan Evaluasis

Disini penulis akan menganalisa data dan mengevaluasi kembali secara

deskriptif kwalitatif, sehingga memberikan gambaran secara umum maupun khusus

dari obyek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

F. Tekhnik Pengumpulan Data PKLM

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan

dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Penulis menggunakan beberapa

metode yaitu

1. Wawancara (interview)

Dengan cara melakukan komunikasi dan Tanya jawab secara langsung dengan

pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mengenai hal-hal yang menjadi

objek pembahasan dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

2. Pengamatan (Observation Guide)

Dengan melakukan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan data

yang diperlukan untuk pembahasa masalah.

3. Daftar Dokumentasi

Yaitu data atau informasi yang diperoleh melalui studi literature seperti:

sumber-sumber pustaka, undang-undang perpajakan, dokumentasi maupun literature lain

(17)

G. Sitematika Penulisan PKLM

dalam pelaporan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis

menguraikan penulisan tersusun secara sistematika. Adapun sistematika penulisan

yang akan dilakukan dalam penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini

adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan mamfaat

praktik kerja lapangan mandiri, uraian teoritis, ruang lingkup, metode PKLM, metode

pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang gambaran umum obyek pajak

praktik kerja lapangan mandiri, sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi serta

uraian tugas pokok dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

BAB III : GAMBARAN DATA DAN TEORI PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DAN PELAKSANAAN PENYITAAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai gambaran pajak secara umum

beserta fungsi, jenis, subyek dan obyek pajak, serta membahas mengenai gambaran

umum penagihan pajak, serta dasar hukum penagihan pajak, tujuan umum penagihan

pajak, tata cara pelaksanaan penagihan dan penyitaan barang wajib pajak oleh Kantor

(18)

BAB I V : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini berisi analisa penulis dan pembahasan-pembahasan mengenai

pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan dalam meningkatkan kepatuhan wajib

pajak.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari dua hal yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan

merupakan intisari yang mencakup seluruh obyek pembahasan yang dibahas dalam

praktik kerja lapangan mandiri. Sedangkan saran merupakan hal-hal, ide-ide, atau

gagasan yang harus dilakukan dalam melaksanakan solusi atas masalah yang di bahas

dari obyek pembahasan yang terdapat dalam laporan pelaksanaan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja bidan di desa di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2007 berdasarkan tugas dan fungsi pokok masih rendah, hal ini dapat dilihat dari cakupan pelayanan antenatal, untuk K-1

Cara kerja motor bensin empat langkah yang pertama adalah langkah hisap yaitu piston bergerak dari titik mati atas (TMA) ke titik mati bawah (TMB) untuk menghisap bahan bakar

The irrigation scheduling practices were: tensiometer-based with the tensiometers placed at 50% or 75% of the root-zone depth and irrigations started when tensiometer's readings

10.HASIL OLAHAN DATA (VALIDASI, REALIBILITAS, REGRESI LINEAR) 11.HASIL UJI

Saham Dalam Penitipan Kolektif PT KSEI 8.1... PEMEGANG SAHAM PENGENDA

A CRS Identifier in Compound CRS URI format shall , in its query parameters, only contain CRS Identifiers for complete CRSs, i.e., CRSs whose root element is in the substitution

The scale-stability of DEMs derived from ASTER satellite imagery appears to offer a solution for the registration of DEMs extracted from archival aerial imagery,

Data Perorangan Calon Penerima Pensiun DPCP.. Daftar Urut

ﻒﻟا - ﻲﻤﺠﺣ ﺮﺴﻛ ب - ﻊﻳﺎﻣ زﺎﻓ ﺖﻋﺮﺳ ج - زﺎﮔ زﺎﻓ ﺖﻋﺮﺳ د - رﺎﺸﻓ ﻞﻜﺷ 3 ﻞﺣ ﻪﻟﺄﺴﻣ لﺪﻣ زا هدﺎﻔﺘﺳا ﺎﺑ بآ ﺮﻴﺷ يﺎﻫ رﺎﻬﭼ ﺞﻨﭘ و ﻪﻟدﺎﻌﻣ شور و يا ﺲﻜﻟ ﺮﻴﺴﻣ داﺪﺘﻣا رد ﻲﻳﺎﻘﺑ - فورﺪﻧو ﻧ ﻞﻜﺷ ﻦﻳا زا