• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya Perusahaan

Pada tahun 1975, H. Suryadi HS mendirikan perusahaan tas kulit tanpa fasilitas dari orang tua di Kotagede setelah menikah dengan gadis dari Kotagede. Karena dirasa bahwa usaha tas kulit mempunyai prospek yang bagus, maka usaha tas kulit ini dipasarkan ke Denpasar, Bali. Di Bali, pemasaran dilakukan dengan mengontrak rumah kecil yang sangat sederhana serta berkeliling untuk menjual barang dagangan atau dengan menitipkan ke toko-toko dengan naik sepeda dan naik kendaraan umum.

Setelah pemasaran mengalami kemajuan, maka pada tahun 1976 H. Suryadi HS mulai memproduksi sendiri barang dagangannya terutama tas kulit dengan tenaga 5 orang, berlokasi di Kotagede, Yogyakarta, dan ditambah dengan mengontrak kios kecil untuk pemasaran. Untuk memperluas usaha, akhirnya pada tahun 1977 mendapat pinjaman dari BRI (Pinjaman Pertama) sebesar Rp 500.000,00 (Lima Ratus Ribu Rupiah) untuk menambah modal kerja.

Pada tahun yang sama, usaha tas kulit ini membeli peralatan mesin tas kulit dan mengontrak rumah seluas ± 600 m2 di jalan utama Kotagede, yaitu Jl. Menteri Supeno, dekat terminal Yogyakarta. Rumah kontrakan tersebut digunakan sebagai tempat tinggal, showroom, dan produksi selama 6 tahun. Pada saat itu produksi sudah menyerap 15 orang tenaga kerja.

Pada awal tahun 1980, usaha ini mendapatkan modal KIK (Kredit Investasi Kecil) dari BRI untuk melengkapi peralatan tas kulit dan etalase untuk showroom. Pada akhir tahun dapat membeli kendaraan Isuzu Pick Up

baru untuk mengangkut barang ke Bali. Setelah mempunyai angkutan sendiri dan peralatan kulit yang ukup memadai, maka produksi meningkat, pesanan semakin banyak, dan daerah pemasaran meluas. Pemasaran produk tas kulit ini sudah sampai ke Luar Negri, tetapi belum secara langsung karena masih melalui Eksportir di Bali dan Yogyakarta.

Pada tahun 1987, Perusahaan Amie sudah dapat mengirim barang ekspor sendiri karena sudah banyak permintaan dari Luar Negri, antara lain : Amerika, Australia, Singapura, Jepang, Hongkong, dan Belanda, serta sudah mampu mengurus dokumen ekspor sendiri. Pada tahun tersebut, Perusahaan Amie mendapat bantuan dari Departemen Perindustrian yang berupa AMT dan Pelatihan Gugus Kendali Mutu tahun 1989, serta mendapatkan Juara Pertama di Stream B Tropi dari Dirjen Industri Kecil di Jakarta dan masuk lima besar (urutan kedua) di Surabaya.

Tahun 1990, keadaan pasar sangat ramai terutama tas kulit dan order terus mengalir dari Jepang. Pada bulan Juni 1991 Perusahaan Amie menjadi pemenang utama dari Small Scale Enterpreneur of The Year Award 1991 versi

Rotary Club, tahun 1991 dan membeli sebuah Truck Box Mitsubishi TS 120

untuk keperluan mengangkut tas kulit ke Denpasar-Bali, Jakarta, dan Pelabuhan Semarang.

Pada tanggal 31 Desember 1992, mendapatkan penghargaan Upakarti dari Presiden Soeharto untuk jasa pengabdian dalam Pembangunan Industri Kecil dan Kerajinan dengan melibatkan mitra usaha binaan ± 50 pengusaha kecil di pedesaan dengan ± 600 pengrajin. Adapun jumlah karyawan saat itu kurang-lebih 130 orang dengan perincian : Sarjana 7 orang, Sarjana Muda 6 orang, SLTA 48 orang, SLTP 39 orang, dan SD 30 orang.

Untuk memperluas pemasaran dan sekaligus merupakan studi banding, maka Perusahaan Amie mengikuti beberapa pameran ke Luar negri, yaitu :

- Bulan Juni 1992 : Berlin Fair’92 di Berlin

- Bulan Juli 1992 : California Gift Show’92 di Los Angeles - Bulan Oktober 1992 : Kobe Fair’92 di Kobe, Jepang

Pada bulan Maret tahun 1993, rumah tempat tinggal hampir semua digunakan sebagai kantor dan gudang barang jadi. Sedangkan rumah di Jl. Kemasan, khusus untuk produksi dan showroom, masih ditambah lagi dengan mengontrak ruangan seluas 200 m2 di Jl. Kemasan untuk gudang barang siap kirim ke Luar Negri. Pada bulan April 1993 Perusahaan Amie telah berhasil membeli tanah dan bangunan seluas 600 m2 di Denpasar, Bali untuk kantor dan gudang cabang Amie Bali dengan karyawan 6 orang. Pada tahun tersebut dilakukan survey pasar di Asia (Singapura, Thailand, Hongkong, dan Taiwan). Untuk pembaruan ke sistem manajemen yang lebih profesional dan untuk pelayanan kepada pemesan dari Dalam Negri dan Luar Negri, digunakanlah sarana inovasi dengan komputerisasi dan sistem manajemen

yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli ekonomi dan ahli-ahli ekspor-impor, pelatihan pemasaran ekspor tingkat dasar, lokakarya manajemen keuangan untuk eksekutif bukan keuangan, bidang manufaktur, lokakarya perencanaan dan pengendalian produksi / operasi, dan lain-lain pada tahun 1993. Pada tahun yang sama pula, Perusahaan Amie sedang membimbing para pengrajin tas dari serat-serat tumbuhan / rami dikombinasikan dengan kulit sebagai pengembangan model baru, sekaligus menyerap tenaga kerja di pedesaan yang kebanyakn ibu rumah tangga dan Karang Taruna yang pusatnya di Wates, Kulon Progo.

Pada tahun 1995, Perusahaan Amie membangun showroom ANEKA KERAJINAN INDONESIA yang terletak di Jl. Magelang Km 20, Salam, Muntilan / depan makam Cina Gremeng seluas 3000 m2 dengan luas showroom ± 600 m2 (2 lantai) dengan fasilitas parkir luas untuk Bus-bus Pariwisata asing dan domestik dengan bekerja sama dengan agen-agen travel. Untuk membangun showroom tersebut, mendapat kredit investasi dari Bank Swasta sebesar lima ratus juta rupiah (Rp 500.000.000,00) dengan bunga ± 16% pertahun.

Tahun 1996 pasar Luar Negri terus berkembang sejalan dengan perkembangan pemasaran di Bali. Pada tahun tersebut, Perusahaan Amie membeli tanah di sebelah Kantor Amie Denpasar, Bali seluas 400 m2 sehingga kantor dan gudang menjadi 1000 m2. Untuk mengangkut barang ke Bali, kendaraan sudah tidak mencukupi, sehingga sering mencarter Truck Fuso

Tahun 1997 Perusahaan Amie terkena dampak krisis moneter yang menyebabkan pemasaran di Luar Negri dan Dalam Negri turun sangat drastis karena harga-harga tidak stabil dan kepercayaan buyer Luar Negri untuk membeli barang-barang di Indonesia berkurang. Secara otomatis, pemasukan uang tidak mencukupi untuk membayar bunga bank yang sangat tinggi ± 37% pertahun, gaji karyawan, dan biaya operasional perusahaan yang tinggi. Pada akhir tahun 1997 pinjaman bank ditutup dengan hasil penjualan 4 (empat) tanah dan satu buah rumah tinggal yang dibeli tahun 1993 untuk mempertahankan perusahaan tetap lancar dan tanpa pengurangan karyawan.

Tahun 1998, Perusahaan Amie berusaha dengan gigih untuk menjalin hubungan baik kembali dengan semua relasi Luar Negri dan Dalam Negri. Secara kebetulan, bersamaan dengan terpuruknya nilai uang Rupiah sehingga barang di Indonesia terasa murah bagi orang asing, maka Perusahaan Amie mendapat order dari Jepang dalam jumlah yang sangat besar dengan kontrak selama 1 (satu) tahun melibatkan ± 800 pengrajin. Oleh karena itu, diperlukan tambahan modal dengan meminjam di BNI sebesar Rp 400.000.000,00 dan keuangan perusahaan juga semakin membaik. Selain itu, juga ada tambahan keuntungan dari perbedaan nilai USD saat transaksi dengan saat negosiasi yang merupakan keberuntungan Perusahaan Amie.

Pada bulan Desember 1999 Perusahaan Amie membangun rumah tinggal di Jl. Nyi Pembayun dengan luas bangunan 650 m2 sebagai pengganti rumah tinggal yang dijual tahun 1997, dan sisa tanah direncanakan untuk

tahun 2000 pasaran di Bali mulai menurun karena jumlah wisatawan berkurang dan daya beli konsumen rendah, ditambah tas kulit sedang tidak trend lagi. Maka akhirnya hanya mengandalkan satu buyer dari Jepang saja.

Mulai pertengahan Maret 2001, permintaan order dari Jepang sedang berhenti untuk menunggu musim tas kulit lagi dan pemasaran di Bali juga sangat sepi. Maka, untuk mengantisipasi sepinya order, Perusahaan Amie merenovasi kantor di Jl. Kemasan untuk membuat Showroom Perak, karena ternyata penjualan retail perak di Kotagede mempunyai prospek yang sangat bagus. Untuk itu, perusahaan mendapat tambahan pinjaman investasi dari BNI sebesar Rp 100.000.000,00 dan sekaligus merubah nama Perusahaan Amie menjadi C.V. Amie Silver & Leather. Namun di tahun yang sama pula, banyak karyawan yang mengundurkan diri disebabkan beralih profesi.

Pada tahun 2002, C.V. Amie Silver & Leather memutuskan untuk tetap bertahan dengan produksi dan penjualan barang kerajinan dari kulit dan perak dengan menggunakan tempat produksi sekaligus sebagai showroom

dengan lokasi di Jl. Kemasan, Kotagede. Meskipun disadari oleh pemilik C.V. Amie Silver & Leather bahwa pasar barang kerajinan dari kulit dan perak sedang lesu, namun pemilik perusahaan tetap mencoba untuk bertahan. Bahkan sampai dengan tahun 2003, C.V. Amie Silver & Leather masih tetap bertahan dengan usahanya, yaitu dengan memproduksi dan menjual barang kerajinan dari kulit dan perak dengan harapan bahwa trend barang kerajinan kulit dan perak akan bangkit lagi.

Dokumen terkait