• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Pasar modal merupakan sebagai bagian dari sector keuangan bukanlah merupakan barang baru di Indonesia, sejarah pasar modal di Indonesia sebenarnya telah mulai sejak pemerintah hindia belanda mendirikan Bursa Eefek di Btavia pada tanggal 17 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Veregining Voor Efeectenhandel. Dengan mendasarkan pada pengalaman belanda pendirian Bursa Efek (Stock Exchange) di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik belanda yang tumbuh secara besar-besaran di Indonesia. Efek yang diperjual-belikan merupakan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah hindia belanda, serta efek-efek belanda lainnya.

Dengan perkembangan bursa efek di Batavia, pada tanggal 11 januari 1952 di buka bursa efek serabaya, kemudian disusul dengan pembukaan bursa efek di semarang pada tanggal 1 agustus 1925. Sayang sekali aktivitas pasar modal di Indonesia terpaksa seluruhnya terhenti akibat terjadinya perang dunia kedua.

Pemerintah telah mencoba mengaktifkan kembali pasar modal sebagaimana sarana pembiayaan kegiatan ekonomi pada tahun 1956 pada awalnya, pemerintah mendorong tumbuhnya pasar modal melalui pemberian fasilitas perpajakan, baik kepada perusahaan yang go public maupun para investor serta lembaga-lembaga penunjang yang terkait termasuk broker dan dealer fasilitas perpajakan kemudian dihapuskan setelah diberlakukan peraturan perpajakan baru pada tahun 1983, sedangkan pajak penghasilan atas bunga

81

deposito dan tabungan berjangka lainnya ditunda pemungutannya keadaan ini sudah tentu mengakibatkan iklim investasi dipasar modal kurang menarik. Oleh karena itu, pemerintah berusaha mendorong kembali pertumbuhan pasar modal dengan mngeluarkan paket-peket deregulasi, seperti paket desmber 1987, paket oktober 1988, dan paket desember 1988, salah satu isi paket tersebut yang terpenting adalah dinaikkannya pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya sebesar 15% final. Kebijaksanaan penganaan pajak final atas tabungan dimaksud berdampak sangat positif terhadap pasar modal, karena pendapatan masyarakat pemodal menjadi berkurang sehingga mereka cenderung mencari alternative lain dalam menginvestasikan uangnya.

Bursa saham kembali dibuka dan ditanda tangani oleh badan pelaksana pasar modal (BAPEPAM) tidak sampai tahun 1977 institusi baru dibawah Departemen Keuangan kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham mulai meningkat seiring dengan perkembangan pada tahun 1990.

Bursa saham diswatanisasi menjadi PT.Bursa Efek Indonesia (PT.BEJ) swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi Badan Pengawas pasar modal (BAPEPAM) pada tanggal 13 juli 1992. Pada tanggal 22 mei 1995, Bursa Efek Jakarta memasuki babak baru dengan meluncurkan Jakarta Automated System (JATS), sebuah system perdagangan otomatis yang menggantikan system perdagangan manual. System baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham tanpa harus melalui lantai bursa, dimana transaksi dapat dilakukan oleh WPPE dikantornya masing-masing.

82

System baru tersebut sangat efektif dan lebih menjamin kegiatan pasar modal yang transparan.

Bursa Efek Jakarta juga mulai mnerapkan perdagangan jarak jauh (remote trading) sebagai upaya meningkatkan aspek pasar, efesiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan tahun 2002.

Bursa Efek Jakarta merupakan Perusahaan Terbatas (PT) yang dimiliki oleh berbagai securities company, setelah sekuritas terjual dipasar modal perdana, sekurutas tersebut didaftarkan dibursa efek, agar nantinya dapat diperjualbelikan dibursa. Saat pertama kali sekuritas tersebut diperdagangkan dibursa biasanya memerlukan waktu sekitar 4-6 minggu dari saat IPO (Initial Public Offening) pada waktu sekuritas tersebut diperdagangkan dibursa, dikatakan sekurutas tersebut diperdagangkan dipasar sekunder. Pada tanggal 1 desember 2007, penggabungan Bursa efek Surabaya kedalam bursa efek Jakarta menjadi entitas bursa baru, yakni bursa efek Indonesia (BEI) secara resmi beroperasi.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya

Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

83

1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)

1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

84

2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

85 B. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) dihitung dengan cara membandingkan pinjaman yang diberikan dengan simpanan masyarakat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya tingkat likuiditas bank dianggap sehat apabila Loan to Deposit Ratio (LDR) nya antara 85%-110%. Loan to Deposit Ratio (LDR) bank sample selama periode penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut:

Tabel 4.1.

Loan Deposoit Ratio Bank Umum Periode 2007-2009 (dalam persentase)

BANK 2007 2008 2009

Agroniaga tbk 77% 96% 78%

Artha Graha Internasional Tbk 80% 92% 83%

Bukopin Tbk 64% 81% 75%

Bumi Arta Tbk 51% 59% 50%

ICB Bumi Putera Indonesia Tbk 83% 80% 87%

Capital Indonesia Tbk 73% 67% 49% Central Asia Tbk 43% 53% 49% Danamon Indonesia Tbk 86% 86% 87% Ekonomi Raharja Tbk 51% 61% 45% Eksekutif Internasional Tbk 77% 70% 71% Himpunan Saudara 1960 Tbk 92% 100% 94% Internasional Indonesia Tbk 77% 79% 77% Kesawan Tbk 68% 74% 66% Mandiri Tbk 51% 56% 58% Mayapada Internasional Tbk 102% 98% 82% Mega Tbk 46% 64% 56% Mutiara Tbk 38% 69% 57% Negara Indonesia Tbk 57% 65% 60% OCBC NISP Tbk 88% 75% 70% Nusantara Parahyangan Tbk 48% 65% 73% Pan Indonesia Tbk 90% 77% 71% Permata Tbk 119% 114% 113% Rakyat Indonesia Tbk 64% 76% 76% Swadesi Tbk 61% 82% 80% BTPN Tbk 86% 89% 83% Victoria Internasional Tbk 54% 53% 48%

Windhu Kencana Internasional Tbk 43% 84% 64%

86

Dari tabel 4.1. dapat diketahui bahwa secara umum Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum selama periode penelitian sebagian besar mayoritas berada di bawah tingkatan bank yang dikatakan sehat. Bank umum yang memiliki LDR dalam tingkatan yang dikatakan bank yang sehat adalah Bank Agroniaga Tbk pada tahun 2008 pada tingkat 96%, Bank Artha Graha Internasional Tbk tahun 2008 pada tingkat 92%, bank ICB Bumi Putera Tbk tahun 2009 pada tingkat 87%, Bank Danamon Tbk memiliki kondisi sehat dari tahun 2007 sampai tahun 2009 pada tahun 2007 dan 2008 pada tingkat yang sama yaitu sebesar 86% dan pada tahun 2009 naik menjadi 87%, pada Bank Himpunan Saudara 1960 Tbk pada tahun 2007 pada tingkat 92%, 100% pada tahun 2008, turun kembali pada tingkat 94% pada tahun 2009, Bank Mayapada Internasional Tbk memiliki kondisi sehat pada tahun 2007 dan 2008 pada tahun 2007 pada tingkat 102% dan pada tahun 2008 pada tingkat 98%, Bank BTPN Tbk memiliki kondisi sehat pada tahun 2007 dan 2008 yaitu pada tahun 2007 pada tingkat 86% dan pada tahun 2008 pada tingkat 89%, adapun pada Bank Permata Tbk memiliki kondisi yang tidak sehat dari tahun penelitian pada tahun 2007 sebesar 119%, 114% tahun 2008, 113% tahun 2009, Hal ini dikarenakan jumlah kredit yang diberikan jauh lebih besar daripada simpanan masyarakat yang berhasil dihimpun. Angka ini jauh lebih tinggi dari tingkat likuiditas yang telah ditetapkan dan sangat mungkin akan mengalami kesulitan likuiditas. Tetapi pada tahun 2008 dan 2009 LDR Bank Perrmata Tbk turun menjadi 114% pada tahun 2008 dan turun kembali pada tahun 2009 sebesar 113%. Sedangkan bank yang memiliki tingkat LDR terendah adalah Bank Mutiara Tbk yaitu sebesar 38%. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya

87

simpanan masyarakat yang berhasil dihimpun tidak disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman. Angka ini juga jauh berada di bawah tingkat likuiditas bank yang sehat. Ini berarti bahwa Bank Permata Tbk harus menanggung tingginya biaya pemeliharaan kas yang menganggur (idle money). b. Kondisi Simpanan Masyarakat

Tabel 4.2

Simpanan Masyarakat Bank Sampel Periode 2007-2009 ( dalam jutaan rupiah )

Nama Bank 2007 2008 2009 2007-2009

Agroniaga 2,537,445 2,039,344 2,454,297 7,031,086

Artha Graha Internasional 9,156,092 10,497,650 13,071,296 32,725,038

Bukopin 29,291,878 27,521,206 31,915,503 88,728,587

Bumi Arta 152,753,693 1,585,451 1,927,093,075 2,081,432,219

Bumi Putera Indonesia 5,235,016 5,820,391 5,942,777 16,998,184

Capital Indonesia 777,280,269 1,000,260,281 2,451,524 1,779,992,074 Central Asia 189,172,191 209,528,921 245,139,946 643,841,058 Danamon Indonesia 57,803,865 73,969,078 67,216,228 198,989,171 Ekonomi Raharja 14,098,648 16,104,971 19,011,840 49,215,459 Eksekutif Internasional 1,147,176 1,322,717 1,308,017 3,777,910 Himpunan Saudara 1960 1,240,201 1,493,137 2,027,791 4,761,129 Internasional Indonesia 36,971,060 43,525,226 47,341,248 127,837,534 Kesawan 1,913,191 1,992,060 2,139,959 6,045,210 Mandiri 247,355,023 289,112,052 319,550,381 856,017,456 Mayapada Internasional 2,953,338 3,971,875 6,040,576 12,965,789 Mega 30,030,996 29,381,005 32,803,732 92,215,733 Negara Indonesia 10,270,399 5,116,022 5,949,459 21,335,880 Niaga 146,188,546 163,164,358 188,468,987 497,821,891 NISP 21,439,660 27,123,471 30,216,044 78,779,175 Nusantara Parahyangan 3,359,595 3,294,752 3,473,107 10,127,454 Pan Indonesia 31,321,133 46,043,679 56,234,487 133,599,299 Permata 30,071,547 42,768,849 45,720,638 118,561,034 Rakyat Indonesia 165,599,983 201,537,439 255,928,261 623,065,683 Swadesi 999,724,389 1,053,812,210 1,210,110 2,054,746,709 BTPN 8,802,451 11,380,149 18,514,788 38,697,388 Victoria Internasional 3,585,237 4,019,644 5,617,636 13,222,517

Windhu Kencana Internasional 1,142,225 1,678,972 2,421,260 5,242,457

Rata-rata 110,386,861 121,409,811 123,676,406 355,473,079

Nilai tertinggi 999,724,389 1,053,812,210 1,927,093,075 2,081,432,219

Nilai terendah 1,142,225 1,322,717 1,210,110 3,777,910

88

Berdasarkan pada tabel 4.2. dapat diketahui bahwa secara umum rata-rata simpanan masyarakat bank umum sebesar 355,473,079. dengan rata-rata terendah sebesar 3,77,910 dan tertinggi sebesar 2,081,432,219. Dalam periode tahunan, rata-rata simpanan masyarakat meningkat dari tahun ke tahun yaitu sebesar 110,386,861 pada tahun 2007, 121,409,811 pada tahun 2008, 123,676,406 dan pada tahun 2009.

c. Kondisi Pinjaman yang diberikan

Tabel 4.3

Pinjaman yang Diberikan Bank Sampel Periode 2007-2009 ( dalam jutaan rupiah )

Nama Bank 2007 2008 2009 2007-2009

Agroniaga 1,956,450 1,964,360 1,904,944 5,825,754

Artha Graha Internasional 7,348,850 9,641,673 10,787,836 27,778,359

Bukopin 18,801,342 22,401,357 24,013,722 65,216,421

Bumi Arta 782,734 935,451 960,847,390 962,565,575

Bumi Putera Indonesia 4,328,973 4,667,760 5,188,764 14,185,497

Capital Indonesia 566,769,918 669,775,071 1,206,115 1,237,751,104 Central Asia 80,702,481 110,026,861 119,595,661 310,325,003 Danamon Indonesia 49,858,293 63,410,474 58,367,570 171,636,337 Ekonomi Raharja 7,229,944 9,757,606 8,506,585 25,494,135 Eksekutif Internasional 878,918 919,626 929,312 2,727,856 Himpunan Saudara 1960 1,145,697 1,498,742 1,896,719 4,541,158 Internasional Indonesia 28,519,581 34,344,477 36,500,149 99,364,207 Kesawan 1,291,410 1,470,800 1,417,669 4,179,879 Mandiri 125,488,384 162,637,788 184,690,704 472,816,876 Mayapada Internasional 3,023,509 3,900,181 4,961,855 11,885,545 Mega 13,843,320 18,749,051 18,352,062 50,944,433 Negara Indonesia 3,918,827 3,531,385 3,418,595 10,868,807 Niaga 83,214,985 106,342,351 113,922,685 303,480,021 NISP 18,857,535 20,401,154 21,283,245 60,541,934 Nusantara Parahyangan 1,629,278 2,149,250 2,539,719 6,318,247 Pan Indonesia 28,290,884 35,282,456 39,967,098 103,540,438 Permata 35,748,521 48,599,566 51,563,847 135,911,934 Rakyat Indonesia 105,923,763 152,217,543 194,242,503 452,383,809 Swadesi 605,182,897 860,909,612 967,683,852 2,433,776,361 BTPN 7,573,846 10,136,195 15,453,805 33,163,846 Victoria Internasional 1,953,182 2,122,976 2,713,514 6,789,672

Windhu Kencana Internasional 486,449 1,409,483 1,560,056 3,455,988

Rata-rata 66,842,592 87,377,898 105,685,777 259,906,267

Nilai tertinggi 605,182,897 860,909,612 967,683,852 2,433,776,361

Nilai terendah 486,449 919,626 929,312 2,727,856

89

Dari tabel 4.3. dapat diketahui bahwa secara umum rata-rata pinjaman yang diberikan bank umum sebesar 259,906,267dengan rata-rata terendah sebesar 2,727,856 dan tertinggi sebesar 2,433,776,361 Dalam periode tahunan, rata-rata pinjaman yang diberikan juga meningkat dari tahun ke tahun sama halnya seperti simpanan masyarakat yaitu sebesar 66,842,592 pada tahun 2007, pada tahun 2008 sebesar 87,377,898 dan pada tahun 2009 sebesar 105,685,777.

d. Kondisi Investasi pada Aktiva Tetap Tabel 4.4.

Investasi Pada Aktiva Tetap Bank Sampel Periode 2007-2009 (dalam jutaan rupiah)

Nama Bank 2007 2008 2009 2007-2009

Agroniaga 12,866 12,868 9,417 35,151 Artha Graha Internasional 137,981 148,970 153,448 440,399 Bukopin 321,991 407,528 628,413 1,357,932 Bumi Arta 111,250 107,057 106,996 325,303 Bumi Putera Indonesia 37,361 33,887 111,991 183,239 Capital Indonesia 49,157,897 73,887,864 87,631 123,133,392 central Asia 2,264,841 2,644,785 2,971,269 7,880,895 Danamon Indonesia 1,538,878 1,905,024 1,802,274 5,246,176 Ekonomi Raharja 93,124,559 106,252 117,883 93,348,694 Eksekutif Internasional 111,046 82,003 104,225 297,274 Himpunan Saudara 1960 23,725 36,317 38,284 98,326 Internasional Indonesia 780,881 763,598 738,701 2,283,180 Kesawan 39,866 41,069 39,069 120,004 Mandiri 4,531,577 4,603,560 4,963,306 14,098,443 Mayapada Internasional 224,300 260,517 247,228 732,045 Mega 753,647 10,630,626 1,321,268 12,705,541 Negara Indonesia 130,464 142,083 130,527 403,074 Niaga 3,871,229 3,732,893 3,707,940 11,312,062 NISP 729,765 777,518 804,333 2,311,616 Nusantara Parahyangan 25,789 26,121 24,865 76,775 Pan Indonesia 1,564,421 1,671,786 1,702,829 4,939,036 Permata 1,328,510 1,296,182 1,195,437 3,820,129 Rakyat Indonesia 1,644,172 1,350,483 1,366,212 4,360,867 Swadesi 16,018,664 14,201,346 13,485,769 43,705,779 BTPN 240,808 332,720 361,002 934,530 Victoria Internasional 124,566 162,088 162,745 449,399 Windhu Kencana Internasional 21,814 77,252 116,690 215,756

Rata-rata 6,624,921 4,423,792 1,351,843 12,400,556

Nilai tertinggi 93,124,559 73,887,864 13,485,769 123,133,392

Nilai terendah 12,866 12,868 9,417 35,151

90

Berdasarkan pada tabel 4.4. dapat diketahui bahwa secara umum rata-rata investasi pada aktiva tetap bank umum sebesar 12,400,556 dengan rata-rata terendah sebesar 35,151 dan tertinggi sebesar 123,133,392. Dalam periode tahunan, rata-rata investasi pada aktiva tetap bank umum menurun, pada tahun 2007 investasi aktiva tetap sebesar 6,624,921 dan pada tahun 2008 yaitu sebesar 4,423,792, dan pada tahun 2009 kembali turun sebesar 1,351843. Investasi pada aktiva tetap terendah terjadi pada Bank Umum Agroniaga selama 3 tahun, yaitu pada tahun 2007 sebesar 12.866, pada tahun 2008 sebesar 12.868, dan pada tahun 2009 menurun kembali sebesar 9,417.

C. Analisis Data

Dokumen terkait