• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah dan Latar belakang berdirinya Vihara Buddhagaya Watugong

SEBAGAI OBYEK WISATA RELIGI DAN WISATA SEJARAH

A. Sejarah dan Latar belakang berdirinya Vihara Buddhagaya Watugong

Vihara buddhagaya Watugong merupakan suatu komplek bangunan religi yang terletak di Desa Pudak Payung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang yang mempunyai sejarah panjang hingga perkembangan yang besar pada saat ini. Kurang lebih 500 tahun sesudah keruntuhan Kerajaan Majapahit, muncullah berbagai kegiatan dan peristiwa yang menyadarkan berbagai kalangan penduduk akan warisan luhur nenek moyang yaitu Buddha Dhamma agar dapat kembali dipraktekkan oleh para pemeluknya. Usaha yang semula banyak digagas di zaman Hindia-Belanda. Akhirnya harapan akan adanya orang yang mampu untuk mengajarkan Buddha Dhamma pada para umat dapat terwujud dengan kehadiran Bhikkhu Narada Thera dari Negeri Srilanka pada tahun 1934. Gayungpun bersambut kehadiran Dharmmadutta Berjubah kuning dimanfaatkan umat dan simpatisan untuk mengembangkan diskusi dan memohon pembabaran Dhamma lebih luas lagi.

Puncaknya muncullah putra pertama Indonesia yang mengabdikan diri secara penuh pada penyebaran Buddha Dhamma kembali, yakni pemuda Bogor bernama The Boan An yang kemudian menjadi Bhikkhu Ashin Jinarakhita yang ditahbiskan di Mahasi sasana yeikha, Rangoon, Burma, pada tanggal 23 januari

1954. Pada tahun 1955 Bhikku Ashin memimpin perayaan waisak 2549 di Candi Borobudur, pada saat itu juga ada seorang hartawan yang menjadi tuan tanah dari semarang yang bernama Boci Thawan Ling dengan latar belakang agama Budha yang terkesan pada batinnya karena kepiawan dan kepribadian dari Bhikku Ashin, maka Boci Thawan Ling menghibahkan dan mempersembahkan sebagian tanah miliknya untuk digunakan sebagai pusat dan pengembangan Buddha Dhamma. Tempat itulah yang kemudian diberi nama Vihara Buddhagaya dan pada 19 oktober 1955 didirikan yayasan Buddhagaya untuk menaungi aktivitas vihara. Dari vihara inilah kemudian satu episode baru pengembangan Buddha Dhamma berlanjut.

Mulai tahun 1955, Bhikkhu Ashin Jinarakhita sang pelopor kebangkitan Buddha Dhamma di nusantara menetap di Vihara Buddhagaya Semarang. Banyak sejarah besar beliau torehkan bersama Vihara Buddhagaya seperti Upasika lndonesia saat perayaan Asidha pada bulan juli tahun 1955, menggagas perayaan Buddha jayanti yang diperingati oleh umat Buddha diseluruh dunia tahun 1956, penanaman pohon Buddhi pada tanggal 24 Mei 1956 dan pendirian Sima Internasional pertama di KASAP (Belakang Makodam IV/ Diponegoro) untuk penahbisan Bhikkhu.

Kemudian beberapa saat selama kurang lebih 8 tahun vihara ini sempat terlantar, namun sekarang bangkit kembali di bawah binaan Sangha Theravada. Maka pada bulan pebruari 2001 dilakukan revitalisasi dan renovasi pada vihara ini yang dimulai terlebih dahulu dengan pembangunan Gedung Dhammasala yang diresmikan pada tanggal 3 november 2002 oleh gubenur Jawa Tengah yaitu

H.Mardiyanto. Selanjutnya dibangun pula bangunan yang lain yaitu Pagoda Avalokitesvara pada bulan November 2004 dan diresmikan pada tanggal 14 juli 2005 oleh gubenur Jawa Tengah H.Mardiyanto. (Sumber brosur Vihara Buddhagaya 2009)

B. Organisasi di Vihara Buddhagaya Watugong

Dalam memajukan dan mengembangkan vihara Buddhagaya ini sebagai bangunan dan tempat yang berguna untuk semua kalangan, maka diperlukan suatu pengelolaan yang bertanggung jawab dan benar. Pengelolaan tersebut disusun dalam suatu organisasi sebagai berikut : (Yayasan Buddhagaya 2009 : 67)

Susunan Organisasi Budhagaya Watugong Semarang 2006-2011

Dewan Pembina

I. Bhikku Sri Pannavora, Mahathera II. Bhikku Jatidhamma, Mahathera

Dewan Pembina

I. Phandaya Wirosudama II. Dharmakusuma Setya Budi III. Benny Harijanto Boediono, MBA

Dewan Pengurus

Ketua

Halim Wijaya

Sekretaris

Dra. Anny Kartikasari

Bendahara Sri Hwanati Anggota 1. Gianto Hartono 2. Sutikno Kusyono Wakil Ketua I P. My. V. Sugiyanto, BC.Hk Wakil Sekretaris

S.D Wahyudi Agus Riyanto

Wakil Bendahara

Seriono

Wakil Ketua II

C. Potensi dan Daya tarik wisata di Vihara Buddha Gaya Watugong

Potensi dan daya tarik wisata yang dimiliki Vihara Buddhagaya Watugong ini terdiri dari 4 unsur yaitu : sejarah, religi, arsitektur dan wisata. Dari unsur sejarah vihara ini merupakan vihara yang pertama kali berdiri pda tanggal 19 Oktober 1955 secara formal dan terorganisasi secara nasional setelah keruntuhan kerajaan Majapahit pada tahun 1478 M. Unsur religi sendiri secara otomatis dilihat dari bangunan vihara itu sendiri sebagai tempat ibadah dan hal- hal yang berhubungan dengan agama Buddha. Sedangkan untuk arsitektur di kawasan Vihara Buddhagaya Watugong ini terdapat 2 bangunan utama yaitu Pagoda Avalokitesvara yang berasal dari Tiongkok Cina dan Dhammasala berasal dari Thailand dengan bentuk bangunan yang berbeda dan sangat mencolok. Bangunan-bangunan di komplek vihara tersebut antara lain terdiri dari : Dhammasala, Pagogda Avalokitesvara, Watugong, Plaza Borobudur, Kuti Meditasi, Kuti Bhikku, Taman bacaan masyarakat, Buddha Parinibana, Abhaya Mudra dan Pohon Bodhi. (Sumber brosur Vihara Budhagaya, wawancara dengan Dharma petugas perpustakaan Vihara Buddhagaya, 23 Februari 2010)

`1. Dhammasala

Merupakan salah satu bangunan utama yang terletak di sisi kanan dari vihara. Bangunan ini terdiri dari 2 lantai. Lantai bawah sebagai ruang aula serbaguna yang luas dengan sebuah panggung di

depannya. Digunakan untuk kegiatan pertemuan. Bentuk bangunan ini berasal dari Thailand.

Dhammasala (Doc. Pribadi 2010)

Di lantai atas terdapat patung Buddha Duduku yang mirip dengan yang ada di Candi Mendut dengan tinggi 5 meter.

Dhammasala lantai atas (Doc. Pribadi 2010)

Lantai atas berfungsi sebagai tempat puja bhakti (ruang ibadah utama) yang dapat menampung 1000 umat. Untuk menuju ke ruang bawah ke

ruang atas harus berputar dari luar karena tidak ada tangga penghubung.

Dhammasala (Doc. Pribadi 2010)

Dan pada dinding luar bagian dalam terdapat relief “Paticcasamuppada” (Hukum sebab akibat yang saling bergantungan). Hukum ini menjelaskan terjadimya segala sesuatu bergantung keadaan yang mendahuluinya antara lain :

1. Avijja : Kebodohan batin 2. Sankhara : Bentuk-bentuk karma 3. Pati sandhivinniana : Kesadaran

4. Nama dan rupa : Batin dan jasmani 5. Salayatana : Enam landasan indera 6. Phasa : Kontak

7. Vedana : Perasaan 8. Tanha : Nafsu keinginan 9. Upadana : Kemelekatan

10. Bhava : Terus menjadi tumbuh 11. Jati : Kelahiran

12. Jaramarana : Tua dan mati

Paticcasamuppada (Doc. Pribadi2010)

Dari keterangan dan penjelasan bangunan di atas, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan karena cukup berarti baik dari segi arsitektur bangunan maupun fungsi bangunan tersebut seperti adanya lambang tepat di depan pintu masuk dari bangunan ini yaitu rupa dari seekor ayam memangsa ular, seekor ular memangsa singa, seekor singa memangsa ayam, yang merupakan sifat buruk manusia di dalam kehidupan ini. Dengan rupa ini yang menjadikan dasar dari kepercayaan agama Buddha untuk dihapuskannya keserakahan manusia untuk hidup bersama dalam kesederhanaan tanpa adanya sikap yang saling menjatuhkan.

Daya tarik wisata dari potensi Gedung Dhammasala antara lain dilihat dari bentuk bngunan yang berasal dari negara gajah putih yaitu atap lancip dan dikelilingi bentuk ukiran yang berada di luar gedung.

Selain itu juga terdapat ssebuah patung Buddha Duduku yang mirip di Candi Mendut dengan tinggi sekitar 5 meter dan terbuat dari kuningan. Gedung tersebut tampak megah namun menyejukan hati ketika pengunjung berada di dalamnya. Gedung Dhammasala tersebut menjadi tempat penting tetapi bersifat umum karena menjadi tempat pelaksaan hari besar keagamaan maupun kegiatan yang berkaitan dengan pemerintah seperti: sebagai tempat pertemun organisasi Budha mulai dari pertemuan area Semarang, Provinsi Jawa Tengah, nasional maupun Internasional yang diadakan setiap tahun sesuai yang telah dijadwalkan pihak pengelola Vihara Buddhagay Watugong. (Wawancara dengan Pak Edi 21 Februari 2010 )

2. Pagoda Kwan Im / Pagoda Avalokitesvara

Merupakan bangunan utama yang lain yang terletak tepat berada di jalan utama dari Vihara Buddhagaya Watugong. Bangunan ini sebagai pagoda yang tertinggi di Indonesia. Bangunan ini sangat terkenal dengan budaya Cina Tiongkok yang merupakan bangunan suci sebagai perwujudan Metta Karuna (cinta kasih) para Buddha di alam semesta ini. Pagoda yang memiliki tinggi 45 meter dan dibangun tujuh tingkat dengan hampir semua konstruksi bangunannya terbuat dari beton. Di bangunan ini banyak menggunakan latar warna merah yang dibawa dari tradisi Tiongkok, yang menurut orang Tiongkok melambangkan kebahagiaan. Pagoda ini masih merupakan perpaduan antara budhisme dan agama asli Cina sehinnga disebut Tri Dharmma. Namun orientasinya

lebih tetap pada Buddha. (Observasi Vihara Buddhagaya Watugong 20 Februari 2010)

Pagoda avalokitesvara (Doc. Pribadi 2010)

Di pintu masuk pagoda juga terdapat suatu tempat yang menjual perlengkapan ibadah, cindera mata, bebera makanan dan minuman ringan. Selain itu, dua gazebo besar tepat mengapit di samping kanan-

kirinya yang nantinya digunakan sebagai tambur dan lonceng, yang menjadi salah satu adat kelengkapan pagoda).

Gazebo (Doc. Pribadi 2010)

Bangunan indah ini terdiri dari 7 tingkat yang menjadi “kediaman” dari sekitar 30 patung pemujaan. Didalamnya terdapat sebuah rupa Avalokitesvara Boddhisatva yang tingginya 5 meter yang berukuran raksasa mendiami rongga tengahnya yang menjulang tinggi, dikelilingi gunungan buah-buahan dan bunga sebagai persembahan

Avalokitesvara Bodhisatva (Doc. Pribadi 2010)

Di luar terdapat 4 buah patung Dewi Kwan Im dan 1 patung Panglima We Po. Patung tersebut mempunyai makna yang berbeda- beda setiap patungnya. Patung Dewi yang membawa bunga teratai dipercayai sebagai tempat doa untuk diberikan jodoh. Patung Dewi dengan anak perempuan ditujukan untuk pendoa ingin punya anak perempuan sama dengan patung keberadaan Dewi dengan anak laki- laki, ada 1 lagi patung Dewi untuk pendoa ingin mempunyai umur panjang. Dan terdapat juga patung Panglima We Po sebagai pelindung keselamatan sekaligus penjaga pagoda itu.

Bentuk bangunan pagoda sendiri terdiri dari 6 susun diatas dindingnya melingkari meliputi 8 sisi yang disebut Pat Kwa. Tiap-tiap sisi luar dindingnya ada 1 Patung Dewi Kwan I mini dengan telapak tangan kanan tersebut terbuka dan menghadap ke depan ini menjelaskan Dewi Kwan Im tengah memberi restu keselamatan bagi umat manusia. Dan letaknyapun disesuaikan dengan arah mata angin yang bertujuan agar Dewi selalu menebarkan cinta kasih serta dapat bisa menjaga Kota Semarang dari segala mata arah. Secara keseluruhan jumlah patung di pagoda ini 30 buah.

Pagoda ini mulai dibangun pada bulan Agustus 2004. Kemudian dibangunlah Pagoda Avalokitesvara yang rencana pembangunannya hanya membutuhkan waktu 8 bulan tetapi karena menunggu barang- barang dan patung dari Cina penyelesaiannya mundur menjadi 10 bulan maka pagoda ini diresmikan pada tanggal 14 juli 2005. Pagoda ini mempunyai banyak keistimewaan Karena mulai genteng, aksesoris, relief tangga dari batu (9 naga), kolam naga, lampu naga, air mancur naga hingga patung burung hong dan lilin. Bangunan ini memiliki seni arsitektur yang sangat tinggi ini merupakan salah satu kebanggaan warga kota Semarang, karena saat ini pengunjung Vihara Buddhagaya tidak hanya umat Buddha saja, tetapi juga umat agama lain untuk dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata religi.

Terdapat beberapa daya tarik dari Pagoda Avalokitesvara yang merupakan ciri khas negara Cina yaitu bangunan yang mempunyai unsur

warna merah. Di pagoda tersebut juga terdapat beberapa ornamen yang berasal dari Cina langsung. Sehingga pengunjung yang berada di dalam pagoda tersebut seolah-olah berada di negera Cina. Wisatawan yang melihat pagoda tersebut tidak hanya melihta kemegahannya saja, tetapi merekaakan mengingat pesan Metta Karuna

Selain 2 bangunan utama tersebut terdapat beberapa bangunan dan fasilitas yang lain yang menjadi sarana pendukung berkembangnya vihara ini yang antara lain :

1. Watugong

Merupakan batu alam asli yang berbentuk gong yang digunakan sebagai nama khawasan di sekitar vihara sejak dahulu . Batu ini merupakan lambang sebagai tempat yang pertama kali sebelum berdirinya vihara ini, juga sebagai peninggaalan setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit. Batu alam ini terletak tepat di depan pos security. Batu tersebut unik karena secara langsung berbentuk gong tanpa rekayasa tangan manusia.

2. Plaza Borobudur

Merupakan area terbuka yang berbentuk mandala borobudur berfungsi sebagai tempat puja bhakti di ruang terbuka. Terletak di samping kiri Gedung Dhammasala / tepat di tengah Vihara Buddhagaya Watugong.

Plasa Borobudur (Doc. Pribadi 2010

3. Kuti Meditasi

Kuti Meditasi terdapat tepat di belakang dhammasala. Berfungsi untuk tempat tinggal sementara para yogi (peserta latihan meditasi). Saat ini terdapat delapan kuti meditasi. Meditasi ini sering disebut Meditasi Mengenal Diri. Para peserta meditasi ini tidak hanya umat budha saja, tetapi terbuka untuk umum yang berkeinginan mengikuti meditasi ini. Para peserta pun tidak hanya berasal dari semarang saja tetapi dari seluruh kota di Indonesia.

Daya tarik kuti meditasi tersebut merupakan bangunan yang tepat untuk tempat penenangan batin, selain tempat yang asri di kuti ini menggambarkan suatu ketenangan. Banyak pohon rindang dan tampak

bangunan sederhana. Kuti ini melambangkan dengan hidup kesederhanaan maka ketenangan hidup dapat dirasakan.

Kuti Meditasi ( Doc. Pribadi 2010 )

4. Kuti Bhikku

Merupakan tempat tinggal bhikku sementara, yang didesain sedarhana. Tempat tersebut tempat yang tidak boleh dikunjungi masyarakat dan umat Buddha. Karena bhiku adalah murid tidak boleh sembarang orang keluar masuk tempat tersebut. Kuti ini terletak tepat di samping kuti meditasi.

Kuti Bhikku (Doc. Pribadi 2010)

5. Taman Bacaan Masyarakat

Memiliki koleksi berbagai macam buku, baik Buddhis maupun umum. Terbuka untuk masyarakat yang ingin melakukann studi tentang Buddhisme. Sarana tersebut sebagai penunjang berkembangnya untuk umat budha maupun masyarakat yang ingin belajar dan mangerti agama Budha.

Taman Bacaan Masyarakat (Doc. Pribadi 2010)

6. Buddha Parinibbana

Sebuah rupang Buddha yang menggambarkan saat Buddha Gaotama Parinibbana (wafat). Merupakan satu-satunya obyek bangunan tersisa dari masa awal aktivitas di Vihara Buddhagaya tahun 1957. Patung ini terletak di sisi kanan belakang Pagoda Avalokitesvara yang panjangnya 3 meter.

Budhha Parinibana (Doc. Pribadi2010)

7. Abhaya Mudra

Rupang Buddha dengan posisi abhaya (memberkahi) tetapi masih dalam perencanaan pembangunan. Patung ini akan dibuat dari bahan

perunggu setinggi 36 meter diatas sebuah gedung yang akan difungsikan sebagai museum dan perpustakaan

Abhaya Mudra (Doc. Pribadi 2010)

8. Pohon Bodhi

Pohon Bodhi adalah pohon suci bagi umat Buddha, dimana Petapa Sidarta mencapai pencerahan tertinggi menjadi Buddha di Bodhgaya, India, 2500 tahun yang lalu. Pohon Bodhi ini merupakan cangkokan dari pohon Bodhi yang ada di Anuradha Vihara, Srilanka yang masih keturunan pohon Bodhi yang ada di Bodhgaya Pohon ini berada tepat di depan Pagoda Avalokitesvara.

Pohon Bodhi (Doc. Pribadi 2010)

. Pohon Bodhi tersebut sebagai daya tarik tersendiri karena dibawa langsung dari cangkokan asal sang guru besar Budha Gaotama mendapat pencerahan langsung. Pohon Bodhi tersebut ditanam pada tahun 1956. (Brosur Vihara Buddhagaya, Wawancara dengan Dharma Vihara Buddhagaya)

Dokumen terkait