• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG ZAKAT DAN

2. Sejarah Disyari’atkannya Zakat

Zakat bukanlah syari‟at baru yang hanya terdapat pada Syari‟at Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi zakat merupakan bagian dari syari‟at yang dibawa oleh para Rasul dahulu, sebagai rangkaian dari ibadah fardhu lainnya, seperti shalat, puasa dan haji.

Zakat merupakan suatu ibadah maliyah yang lebih menjurus kepada aspek sosial, untuk mengatur kehidupan manusia dalam hubungannya

15 Hasby Ash-Shiddiey, Pedomna Zakat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h. 5.

16 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999, tentang Pengelolaan Zakat, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2003), h. 3

dengan Allah, dan dalam hubungannya dengan sesama manusia. Jika shalat lebih menjurus kepada pembinaan kepribadian yang mulia, maka zakat lebih menjurus kepada pembinaan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika ibadah zakat ini juga merupakan ibadah bagi umat-umat sebelum Islam, sebagaimana yang diterangkan oleh Allah dalam Al-Qur‟an bahwa Nabi Ibrahim dan anak cucunya telah diperintahkan oleh Allah untuk menunaikan zakat, sebagaimana mereka diperintahkan mendirikan shalat.

Di antara ayat-ayat itu adalah sebagai berikut:

a. Firman Allah dalam Surat Al-Anbiya ayat 73 yang berbunyi:

بَ َِشْ يَ ؤِ ث َ ٌُٔ ذْ َٓ ٚ ً خَّ ًِ ئَ أ ْىُ ْبَ ُْ هَعَجَٔ

ِداَشَْٛخ ْ نا َ مْعِف ْىِْٓٛ َ نِإ بََُْٛحَْٔأَٔ

ِ حبَ كَّ ضنا َ ءبَ زِٚإَٔ ِحَ لََّصنا َوبَلِإَٔ

َ ٍِٚ ذِ ثبَع بَُ َ ن إُ َبَ كَٔ

Artinya: “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin, yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka selalu menyembah”17

b. Firman Allah dalam Surat Maryam ayat 54-55 sebagai berikut:

ِٛ عبَ ًْسِإ ِةبَزِك ْ نا ِٙ ف ْشُكْ رأَ

ُ َّّ َِإ َم

ً لَُٕسَس َ ٌبَ كَٔ ِ ذْعَٕ ْ نا َقِ دبَص َ ٌبَ ك بًِّٛجَ َ ِ ح َ لََّصنبِث ُ َّ هْ َْ أ ُشُ يْ ؤَ ٚ َ ٌبَ كَٔ .

ِّٙ ظْشَ ي ِ ِّّ ثَس َ ذْ ُِ ع َ ٌبَ كَٔ ِحبَكَّضنأَ

Artinya: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kepada mereka kisah Ismail yang tersebut di dalam Al-Qur‟an, sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya dan ia adalah seorang Rasul dan Nabi. Dan ia menyuruh ahlinya (umatnya) untuk

17 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 504.

bershalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya”.18

c. Firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 12 yang berbunyi:

َ مِٛ ئاَشْسِإ َُِٙ ث َقبَثِٛي اللّ َ َّ ُ زَخَ أ ْ ذَ م َ نَٔ

Artinya: “Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil, dan telah Kami angkat di antara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: „Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, serta beriman kepada rasul-rasul-Ku, dan kamu bantu mereka, dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barang siapa yang kafir di antaramu sesudah itu, ssungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus”.19

d. Firman Allah dalam Surat Mayam ayat 30-31 sebagai berikut:

َةبَزِك ْ نا ََِٙبَ راَ ء اللّ ُ َّ ِ ذْجَع ِّٙ َِإ َ لبَ ل

memberikau Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati dimana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup”.20

18 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 468

19 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 161

20 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 466

e. Firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 123 sebagai berikut:

َ خَّ هِ ي ْعِجَّ را ٌَِأ َكْٛ َ نِإ بََُْٛحَْٔأ َّىُ ث

َ ٍِٛ كِشْشًُ ْ نا َ ٍِ ي َ ٌبَ ك بَ ئَ بًفَُِٛح َىِْٛاَشْ ثِإ

Artinya: “Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) „Ikutilah agama Ibrahim, seorang yang hanif dan dia tidak termasuk orang-orang yang musyrik”.21

f. Firman Allah dalam Surat Al-An‟am ayat 161 sebagai berikut:

ٍ غاَشِص ٗ َ نِإ ِّٙ ثَس َِٙاَ ذَ ْ ِٙ َُّ َِإ ْمُل َىِْٛاَشْ ثِإ َ خَّ هِ ي بً ًَِٛل بًُِٚ د ٍىِٛمَزْسُ ي

ِ َُح

َ ٍِٛ كِشْشًُ ْ نا َ ٍِ ي َ ٌبَ ك بَ ئَ بًفٛ

Artinya: “Katakanlah: „Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu tidak termasuk orang-orang yang musyrik”.22

Demikianlah ayat-ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan bahwa zakat telah diperintahkan oleh Allah Swt. kepada umat-umat sebelum Nabi Muhammad Saw.

3. Macam-macam Zakat

Zakat merupakan shodaqoh wajib yang telah ditentukan macam dan jenisnya. Dalam ilmu Fiqih zakat dibagi menjadi 2 macam, yaitu zakat fitrah dan zakat maal.

a. Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan oleh setiap orang Islam yang mempunyai kelebihan untuk keperluan keluarga yang wajar

21 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 420

22 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 216

pada malam hari raya Idul Fitri.23 Zakat ini dinamakan zakat fitrah karena di kaitkan dengan diri (al-Fitrah) seseorang. Zakat fitrah dibayarkan pada bulan Ramadhan hingga sholat Idul Fitri. Adapun jumlah dan jenis zakat ini adalah 1 sha‟ tamar atau satu sha‟ gandum,24 tergantung jenis makanan pokok yang terdapat di daerah tertentu.25

Zakat fitrah ini dimaksudkan untuk membersihkan dosa-dosa yang pernah dilakukan selama puasa Ramadhan, agar orang-orang itu benar-benar kembali kepada keadaan fitrah, dan juga untuk menggembirakan hati fakir miskin pada hari raya idul fitri. Hal ini

Artinya: “Mahmud bin Kholid Adimaski dan Abdullah bin Abdurrahman berkata : kami diceritakan oleh Marwan. Abdullah berkata : kami diceritakan oleh abu zayid al Khouladani. Dia adalah guru yang jujur. ibn wahab juga meriwayatkan darinya.

Diceritakan oleh sayyar bin Abdurrahman dari Mahmud asy Shodafi dari Ikrimah dari ibn Addas berkata : Rasulullah SAW

23 Muhammad Daud Ali, Habibah Daud Ali, Lembaga-lembaga Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 244

24 Satu Sha‟ sama dengan ukuran takaran 2,304 Kg

25 Abu Dawud Sulaiman ibn Al-Asy‟as As-Sijistani. Sunan Abi Daud, (Beirut: Dar al–

kutub al-ilmiyyah, 1996), h. 97

26 Abu Dawud Sulaiman ibn Al-Asy‟as as-Sijistani. Sunan abi Daud, h. 99

mewajibkan zakat fitrah sebagai upaya penyucian bagi puasa (orang yang berpuasa) dari main-main (tidak serius) dan dosa, serta upaya memberi makan kepada orang-orang miskin.

Barang siapa menyerahkan zakat sebelum salat ied, maka itu dihitung sebagai zakat yang akan diterima. Tetapi barang siapa menyerahlan sesudah salat ied maka itu dianggap sebagai sedekah”.

b. Zakat Mal

Zakat mal adalah zakat yang berupa harta kekayaan yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan hukum dengan ketentuan telah memenuhi satu nishab dan telah dimiliki selama satu tahun.27

Zakat maal disyariatkan berdasarkan firman Allah surat Al-Baqarah : 267

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang kamu keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha kaya lagi Maha terpuji. (QS. Al-Baqarah : 267).28

Dalam kitab fiqih klasik, harta kekayaan yang wajib dizakati meliputi: binatang ternak, emas dan perak, barang perdagangan, hasil

27 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1993), h. 224

28 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 67

bumi serta barang tambang dan rikaz. Pembahasan ini akan dibahas dalam uraian sebagai berikut:

1) Binatang ternak

Dalam kelompok ini para fukaha sepakat bahwa binatang ternak yang wajib dizakati meliputi unta, sapi, kambing dan semisalnya.29

Para fuqaha mensyaratkan beberapa hal dalam pengeluaran zakat untuk binatang ternak, meskipun masih ada perselisihan pendapat di dalamnya. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:30 a) Binatang ternak itu unta, sapi, dan kambing yang jinak.

b) Jumlah binatang ternak itu hendaknya mencapai nisab

c) Pemilik binatang itu telah memilikinya selama satu tahun penuh terhitung dari hari pertama ia memilikinya dan pemilikan itu tetap tertahan selama masa kepemilikan.

d) Binatang itu termasuk binatang yang mencari rumput sendiri dan bukan binatang yang diupayakan rumputnya dengan biaya pemiliknya.

2) Zakat Emas dan Perak

Dasar diwajibkan zakat terhadap emas dan perak adalah sesuai dengan firman Allah SWT Surat at-Taubah 34:

29 Abdurrahman al-Jaziri, Fiqh‟ Ala Madzhab al-Arba‟ah , Juz 1, (Beirut: Darul Fiqr, 1972), h. 542

30 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 283

ُٔ ضِ ُْ كَ ٚ َ ٍِٚ ز َّ نأَ

َ خَّعِف ْ نأَ َتَ َّْ زنا َ ٌ

ْىُ ْْشِّشَجَف اللّ ِمِٛجَس ِٙف بَ َّ ِ َٓ َُٕ مِ فْ ُُ ٚ َ لََٔ

ٍ ىِٛ نَ أ ٍةاَ زَعِث

Artinya: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukan pada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”(QS. At-Taubah : 34).31

Diwajibkan zakat atas emas dan perak baik berupa mata uang kepingan atau bongkahan,32 dengan syarat emas dan perak tersebut sudah sampai satu nishab serta telah dimiliki selama satu tahun. Jika tidak sampai satu nishab, maka tidak wajib mengeluarkan zakat kecuali emas tersebut diperdagangkan. Adapun zakat yang dikeluarkan masuk dalam kategori zakat perniagaan.33

Ulama fiqih berpendapat bahwa emas dan perak wajib dizakati jika cukup nishabnya. Menurut pendapat mereka, nishab emas adalah 20 mitsqal, sedangkan perak adalah 200 dirham.34 Mereka juga memberi syarat yaitu berlakunya waktu satu tahun. Dan zakat yang wajib dikeluarkan adalah 2,5% dari harta yang dimiliki.35

3) Zakat Barang Tambang (Ma‟din) dan Barang Temuan (Rikaz)

Barang tambang adalah segala sesuatu yang berharga yang ditemukan atau dikeluarkan dari dalam bumi, seperti : besi, timah dan

31 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 283

32 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, h. 34

33 Hasbi Ash-Shiddiqi, Pedoman Zakat, h. 57

34 Menurut Jumhur, 20 Mithqal adalah sebesar 91 gram emas, sedangkan 200 Dirham sama dengan 643 gram perak

35 . Jawad Mughniyah, al-Fiqih ala Madzabil al-Khamsah, Terj. Masykur AB, Fiqih Lima Madzhab, (Jakarta: Lentera, 1996), h. 185

sebagainya.36 Sedangkan yang dimaksud dengan rikaz adalah harta simpanan pada masa dahulu yang terpendam di dalam tanah dan tidak ada yang memilikinya.37

Hasil tambang apabila telah sampai satu nishab, maka wajib dikeluarkan zakatnya pada waktu itu juga dan tidak disyaratkan sampai satu tahun. Adapun zakatnya sebanyak 2,5 %.38 Sedangkan untuk rikaz, zakat yang dikeluarkan adalah 1/5. Sama halnya hasil tanmbang, rikaz juga tidak disyaratkan sampai satu tahun melainkan dikeluarkan zakatnya pada waktu itu juga.39

4) Harta Perdagangan

Harta perdagangan adalah harta yang berupa benda, tempat tinggal, jenis-jenis binatang, pakaian, maupun barang-barang yang lainnya yang disediakan untuk diperdagangkan. Termasuk dalam kategori ini menurut Mazhab Maliki ialah perhiasan yang diperdagangkan.40 Zakat atas barang-barang perniagaan didasarkan pada firman Allah SWT:

ُ

مِ فْ ََ أ إَُُ ياَ ء َ ٍِٚ ز َّ نا بَ ُّٓ َٚ أبَ ٚ إ بَّ ًِ ئَ ْىُزْجَسَك بَ ي ِدبَجَِّٛط ٍِْي

ِ ضْسَْ لْا َ ٍِ ي ْىُك َ ن بَ ُْجَشْخَأ

Artinya: ”Hai orang-orang yang beiman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. (QS. al-Baqarah :267).41

36 Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, jilid II, (Beirut: Daar al-Fiqr, 1980), h. 65

37 Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, h. 66

38 Hasbi Ash-Shiddiqi, Pedoman Zakat, h. 106

39 Hasbi Ash-Shiddiqi, Pedoman Zakat, h. 107

40 Wahbah Az-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), h. 164

41 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 67

Zakat yang wajib dikeluarkan dari harta perdagangan ialah 2,5 % harga barang dagangan. Jumlah zakat yang wajib dikeluarkan darinya sama dengan zakat emas dan perak.42

5) Tanam-tanaman dan Buah-buahan

Kewajiban zakat hasil tanaman dan buah-buahan ini terdapat dalam firman Allah SWT:

ٍدبَشُٔشْعَ ي ٍدبَّ َُج َؤَشْ ََ أ ِ٘ ز َّ نا َُٕ َْٔ

َعْسَّضنأَ َمْخَُّنأَ ٍدبَشُٔشْعَ ي َشَْٛغَٔ

َ ٌبَّ يُّشنأَ َ ٌُٕزْ َّٚ ضنأَ ُ ُّ هُ كُ أ بً فِ هَ زْخُ ي ْ ٍِ ي إُ هُ ك ٍ ِّ ثبَشَ زُ ي َشَْٛغَٔ بً ِٓ ثبَشَ زُ ي َوَْٕ ٚ ُ َّّ مَح إُ راَ ءَٔ َشَ ًْ ثَ أ اَ رِإ ِِِشَ ًَ ث

ْسُ ر َ لََٔ ِِِ دبَصَح ُّتِحُ ٚ َ لَ ُ َّّ َِإ إُفِش

َ ٍِٛ فِشْسًُ ْ نا

Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya dihari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin) dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan”. (QS. al-An‟am: 141)43

Zakat hasil bumi ini tanpa adanya syarat haul, sebab setiap kali panen harus dikeluarkan zakatnya. Sedangkan hasil bumi ada yang sekali setahun dan ada yang dua sampai tiga kali dalam satu tahun.

Jadi setiap kali panen jika hasilnya telah mencapai satu nishab, maka wajib untuk dikeluarkan zakatnya. Para fuqaha sepakat bahwa zakat

42 Hasbi Ash-Shiddiqi, Pedoman Zakat, h. 104

43 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 212

hasil tanaman adalah 10 % untuk tanaman yang memperoleh siraman dari air hujan. Sedangkan

Dewasa ini kita telah mengalami perubahan struktural ekonomi, dari ekonomi agraris beralih ke ekonomi industri atau jasa, seperti pegawai, dokter, dan pekerjaan lainnya yang memperoleh pendapatan dari upah, gaji, honorarium, atau berbagai pungutan tertentu atas jasa yang diberikan. Hasil profesi merupakan sumber pendapatan atau kekayaan yang tidak banyak dikenal pada masa lampau, oleh karenanya bentuk pendapatan ini tidak banyak dibahas, khususnya yang berkaitan dengan zakat. Meskipun demikian bukan berarti harta yang didapatkan dari hasil profesi tersebut bebas dari zakat, sebab zakat pada hakekatnya adalah pungutan harta yang diambil dari orang-orang kaya untuk dibagikan kepada orang-orang miskin. Dengan demikian hasil profesi seseorang apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat maka wajib baginya untuk menunaikan zakat.

Kewajiban zakat profesi ini berdasarkan pemahaman kembali terhadap keumuman makna yang terkandung dalam surat al-Baqarah 267:

إُ مِ فْ ََ أ إَُُ ياَ ء َ ٍِٚ ز َّ نا بَ ُّٓ َٚ أبَ ٚ بَّ ًِ ئَ ْىُزْجَسَك بَ ي ِدبَجَِّٛط ٍِْي

ْ سَْ لْا َ ٍِ ي ْىُك َ ن بَ ُْجَشْخَأ ِ ض

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari sebagian usahamu yang baik-baik dan sebagian dari

apa yang kamu keluarkan dari bumi untuk kamu. (QS. Al-Baqarah : 267)”44

Zakat penghasilan bersih dari seorang pegawai atau dari profesi tertentu dapat diambil dari dalam setahun penuh jika pendapatan bersih setahun itu mencapai satu nishab. Zakat tersebut hanya diambil dari pendapatan bersih, sedangkan gaji atau upah setahun yang tidak mencapai nishab (setelah dikurangi biaya hidup) tidak wajib dizakati.

Menurut Didin Hafidhuddin bahwa zakat profesi dapat dianalogikan pada dua hal, yaitu pada zakat pertanian serta zakat emas dan perak. Jika dianalogikan pada zakat pertanian, maka zakat profesi tidak ada ketentuan haul. Dan nishabnya senilai 653 kilogram padi dan waktu mengeluarkan zakatnya adalah pada saat menerima gaji.

Sedangkan bila dianalogikan dengan zakat emas dan perak, maka zakat yang wajib dikeluarkan dari suatu profesi adalah seperempat puluh atau 2,5%. Hal ini karena gaji, upah, atau yang lainnya pada umumnya diterima dalam bentuk uang.45 Qiyas yang digunakan dalam menentukan zakat profesi adalah qiyas syabah,46 yaitu qiyas yang

„illat hukumnya ditetapkan dengan metode syabah.

Sedangkan Dr. Amin Rais berpendapat bahwa zakat terhadap profesi-profesi modern perlu di tingkatkan sekitar 10% atau 20%. Hal

44 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 212

45 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, h. 97

46 Qiyas sabah adalah mempersamakan furu‟ (cabang atau yang di qiyaskan) dengan asal (pokok masalah atau tempat bersandarnya qiyas) karena ada jaami‟ (alasan yang mempertemukannya) yang menyerupainya

ini didasarkan dari begitu mudahnya seseorang dalam mendapatkan rizki yang melimpah. Profesi-profesi yang mendapatkan rizki secara gampang misalnya : dokter, komisaris perusahaan, konsultan, akuntan, pengacara, notaris, importir, eksportir, dan masih banyak lagi profesi modern yang lain. Semua ini demi kehidupan sosial yang lebih sehat supaya jarak antara yang kaya dan miskin tidak semakin menganga lebar.47

4. Muzakki dan Mustahiq Zakat a. Muzakki

Seseorang yang wajib mengeluarkan zakat disebut muzakki.

Muzakki adalah orang Islam atau badan hukum yang memiliki kekayaan

yang cukup nishab. Memang orang yang tidak beragama Islam tidak diwajibkan untuk mengeluarkan zakat sebagaimana tidak diwajibkan untuk mendirikan shalat, puasa, dan kewajiban-kewajiban lainnya.48

Sebagaimana ibadah yang lainnya, zakat juga mempunyai syarat wajib dan syarat sah. Menurut kesepakatan ulama, syarat wajib zakat adalah: merdeka, muslim, baligh, berakal, kepemilikan harta yang penuh, mencapai nishab, dan haul. Adapun syarat sahnya adalah niat yang menyertai pelaksanaan zakat.49 Namun demikian, sebagian ulama berpendapat bahwa anak kecil yang belum baligh dan orang gila juga wajib mengeluarkan zakat, yang dilaksanakan oleh walinya, karena

47 Amin Rais, Cakrawala Islam : Antara Cita Dan Fakta, (Mizan, Bandung : 1987), h.

58-61.

48 Syukri Ghazali dkk., Pedoman Zakat, (Jakarta: Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf, 1999), h. 117.

49 Wahbah Az-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, h. 98.

dalil tentang zakat baik dari Al-Qur‟an maupun Al-Hadits tidak memberikan keterangan yang khusus.

b. Mustahiq Zakat

Mustahiq zakat artinya adalah orang-orang yang berhak

menerima zakat sesuai dengan ketentuan syari‟at Islam. Dalam Al-Qur‟an Surat At-Taubah ayat 60 dijelaskan mengenai orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahiq zakat), yang terdiri dari delapan golongan (al-ashnaf at-tsamaniyah), yaitu:

1) Fakir

Fakir adalah mereka yang berada di bawah garis kemiskinan dan tidak memiliki mata pencaharian, sehingga mereka ditempatkan di urutan pertama sebagai penerima zakat.

2) Miskin

Miskin adalah mereka yang memiliki mata pencaharian, tetapi pengahsilannya tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.

3) Amil

Amil zakat adalah mereka yang terlibat dalam pengelolaan dan manajemen zakat. Ruang lingkup pekerjaan mereka sekurang-kurangnya meliputi empat hal, yaitu sebagai pengumpul, pencatat, pengelola dan pendistribusi zakat.

4) Muallaf

Muallaf adalah mereka yang perlu dita‟lif (didekatkan) hatinya kepada Islam. Mereka antara lain: orang Islam yang belum kokoh

keimanannya karena baru masuk Islam, juga non Islam yang diharapkan masuk Islam atau mengajak koleganya untuk masuk Islam, atau diharapkan akan membantu orang-orang Islam, minimal tidak mengganggu orang-orang Islam.

5) Riqab

Riqab artinya ialah budak belian yang diberi kebebasan usaha

mengumpulkan kekayaan agar ia dapat menebus dirinya. Pada zaman dahulu, riqab disediakan untuk membebaskan budak. Untuk zaman sekarang digunakan untuk membebaskan tawanan kaum muslimin yang berada di tangan musuh.

6) Gharim

Gharim artinya adalah orang-orang Islam yang dihimpit

(dililit) hutang dan tidak sanggup membayarnya.

7) Sabilillah

Sabilillah artinya dalah jalan yang dapat menyampaikan

sesuatu karena ridho Allah, baik berupa ilmu maupun amal. Jumhur Ulama mengartikan fi sabilillah di sini adalah perang. Bagian sabilillah (dari zakat) itu diberikan kepada para angkatan bersenjata

yang lillahi ta‟ala, artinya tidak mendapat gaji dari pemerintah. Pada zaman sekarang yang paling penting bagian fi sabilillah itu ialah guna membiayai para propagandis Islam dan mengirim mereka ke negara-negara non Islam guna pensyiaran agama Islam oleh lembaga-lembaga Islam yang cukup teratur dan terorganisir. Termasuk sabilillah ialah

nafkah para guru yang mengajarkan ilmu syari‟at dan ilmu-ilmu lainnya yang diperlukan oleh masyarakat umum.

8) Ibnu Sabil

Ibnu Sabli artinya adalah orang musafir muslim yang berada di tengah perjalanan, yang bukan untuk tujuan maksiat, dan kehabisan bekal.50

5. Hikmah Zakat

Kesenjangan penghasilan, rezeki dan mata pencaharian di kalangan manusia merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Dalam kehidupan bermasyarakat, kedudukan setiap orang tidak sama, ada yang mendapat karunia Allah lebih banyak, ada yang sedikit, dan bahkan ada yang untuk makan sehari-hari pun sangat susah untuk mendapatkannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 71 yang berbunyi:

ِقْصِّشنا ِٙف ٍ طْعَ ث َٗ هَع ْىُكَعْعَ ث َ مَّعَ ف اللَّٔ َّ ُ

ِ ث إُ هِّعُ ف َ ٍِٚ ز َّ نا بَ ًَ ف ْىِِٓلْصِس ِّ٘ داَش

ِ ِّٛ ف ْىُ َٓ ف ْىُ ُٓ َبَ ًْ َٚ أ ْ ذَ كَ هَ ي بَ ي َٗ هَع

َ ٌُٔ ذَحْجَ ٚ اللّ ِ َّ ِ خَ ًْعُِِجَفَأ ٌ ءإََس

Artinya: “Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama-sama (merasakan) rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah”.51

Kesenjangan itu perlu didekatkan, dan sebagai salah satu caranya adalah dengan zakat. Orang yang kaya harta berkewajiban mendekatkan kesenjangan itu, karena memang ada hak fakir miskin dalam harta orang

50 Muhammad Ridwan Yahya, 2006, Buku Pintar Praktis Fiqih dan Amaliyah Zakat, Jakarta: Pustaka Nawaitu, h. 107-123.

51 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 412.

kaya itu, sebagaimana firman Allah dalam Surat Ad-Dzariyat ayat 19 sebagai berikut:

ؤُشْحًَ ْ نأَ ِمِئبَّسهِ ن ٌّكَح ْىِِٓ نإَْ يَ أ ِٙ فَٔ

Artinya: “Dan pada harta mereka ada hak orang miskin yang meminta dan orang yang hidup kekurangan”.52

M. Ali Hasan menyatakan bahwa di antara hikmah zakat itu adalah:

mensucikan harta, mensucikan jiwa si pemberi zakat dari sifat kikir, membersihkan jiwa si penerima zakat dari sifat dengki, dan membangun masyarakat yang lemah.53

Wahbah Al-Zuhayly menyatakan bahwa di antara hikmah zakat adalah sebagai berikut:

a. menjaga dan memelihara harta dari incaran mata dan tangan pada pendosa dan pencuri;

b. merupakan pertolongan bagi orang-orang fakir dan orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan;

c. mensucikan jiwa dari penyakit kikir; dan

d. sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat harta yang telah diberikan oleh Allah.54

Menurut Didin Hafidhuddin, di antara hikmah zakat adalah sebagai berikut:

a. sebagai perwujudan keimanan kepada Allah Swt., mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,

52 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 859.

53 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 18-22.

54 Wahbah Az-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, h. 86-88.

menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki.

b. karena zakat hak mustahiq, maka zakat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka terutama fakir-miskin, ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah Swt., terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka, ketika mereka melihat orang kaya memiliki harta yang cukup banyak;

c. sebagai pilar amal bersama (jama‟i) antara orang-orang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan Allah, yang karena kesibukannya tersebut ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berikhtiar bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya. Selain itu, zakat juga berfungsi sebagai salah satu bentuk konkrit dari jaminan sosial yang disyari‟atkan oleh ajaran Islam;

d. sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah,

d. sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah,

Dokumen terkait