• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN YANG MENDASARI HAK PERUM

A. Sejarah Hak Pengelolaan (HPL) Atas Pelabuhan Belawan

Hak penguasaan atas tanah pelabuhan, jauh sebelum berlakunya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960, didasarkan pada Staatsblad 1917 Nomor 464, sebagaimana ketentuan Pasal 521 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menentukan yaitu antara lain pantai, perairan dan pelabuhan adalah milik Negara dan perusahaan pelabuhan diserahkan untuk mengelola pelabuhan, perairan dan pantai-pantai yang ada, yang wewenangnya diberikan kepada direktur ataupun pengelola pelabuhan ataupun kepada residen setempat untuk menyewakan dengan hak pembatalan dengan tidak lebih lama dari satu tahun (tentunya dengan setiap kali diperpanjang) atas tanah-tanah pelabuhan, dan oleh penguasa pelabuhan dibuatkan perjanjian sewa-menyewa tanah dengan hak pembatalan dalam masa satu tahun.

Khusus mengenai tanah-tanah pelabuhan yang penguasaannya diserahkan berdasarkan Staatsblad 1917 nomor 464,maka dalam hal ini Menteri Dalam Negeri bertindak sebagai pengawas, demikian berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 1953 tentang Penguasaan Tanah-tanah Negara. Hak penguasaan yang diatur oleh Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 1953 inilah, kemudian dikonversi menjadi hak pengelolaan setelah berlakunya

Undang-Undang Pokok Agraria nomor 5 Tahun 1960, dan konversi hak penguasaan menjadi hak pengelolaan ini diatur oleh Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun

1965 tentang pelaksanaan konversi hak penguasaan atas tanah Negara dan ketentuan-ketentuan tentang kebijaksanaan selanjutnya, dan dalam hubungannya dengan hak menguasai dari Negara yang ditetapkan oleh Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 dan Pasal 2 Undang-Undang Pokok Agraria, sebagai konsekuensi logis dari dianutnya prinsif kesatuan, maka wewenang menguasai Negara itu berada pada Pemerintah Pusat, berkaitan mengenai hak penguasaan yang dipunyai oleh suatu kementerian, jawatan atau daerah swatantra berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 1953 tentang penguasaan tanah-tanah Negara, berdasarkan Peraturan Menteri Agraria nomor 9 tahun 1965 tentang pelaksanaan konversi hak pengusaan atas tanah Negara dan ketentuan-ketentuan tentang kebijaksanaan selanjutnya, dalam Pasal 5 menyebutkan apabila tanah Negara yang oleh Departemen, Direktorat atau Daerah Swatantra ditujukan selain untuk dipergunakan untuk kepentingan instansi sendiri diberikan dengan hak pakai, tetapi juga dimaksudkan untuk diberikan dengan sesuatu hak kepada pihak ketiga,maka oleh Menteri Agraria tanah – tanah tersebut diberikan dengan hak pengelolaan, hal ini menunjukkan bahwa sejarah hak pengelolaan tanah tidak dapat dipisahkan dengan sejarah hak pengelolaan kepelabuhan pada umumnya.

Istilah hak pengelolaan disebut dalam Peraturan Menteri Agraria Nomor 1 Tahun 1966 tentang pendaftaran hak pakai dan hak pengelolaan, dan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 5 tahun 1973 tentang ketentuan mengenai tata cara pemberian hak atas tanah,dan selanjutnya dilihat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 6 Tahun 1972 tentang pelimpahan wewenang pemberian hak atas

tanah, kemudian peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974 tentang ketentuan mengenai penyediaan dan pemberian tanah untuk keperluan perusahaan hingga akhirnya hak pengelolaan dipertegas oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 1 tahun 1977 tentang tata cara permohonan dan penyelesaian pemberian hak atas bagian – bagian tanah ,hak pengelolaan serta pendaftarannya.

Hak pengelolaan menurut R.Atang Ranoemihardja adalah hak atas tanah yang dikuasai Negara dan hanya dapat diberikan kepada badan hukum pemerintah atau pemerintah daerah baik dipergunakan untuk usahanya sendiri maupun untuk kepentingan pihak ketiga.27

Khusus mengenai pelabuhan Belawan yang semenjak zaman Hindia Belanda sudah merupakan suatu lingkungan kerja berdasarkan Staatsblad 1918 nomor 99 , sebagai suatu hak beheer (hak menguasai ) yang diberikan kepada Directeur der Burgelijke Openbare Werkenuntuk mempergunakan dan menyewakan kepada pihak – pihak yang ingin bergerak di pelabuhan. Dengan dikeluarkannya keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan tanggal 27 Desember 1969, nomor 191 Tahun 1969 SK . 83 / 0 / 1969 tentang penyediaan dan penggunaan tanah untuk keperluan pelabuhan,tanah – tanah yang terletak dalam lingkungan kerja pelabuhan diserahkan dengan hak pengelolaan kepada PERUM Pelabuhan I .

Menurut Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri Dan Menteri Perhubungan No : 11 Tahun 1986 kewenangan pelabuhan sebagai pemegang hak pengelolaan adalah :

a. Merencanakan peruntukkan dan penggunaan tanah yang bersangkutan b. Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan usahanya

c. Menyerahkan bagian-bagian dari tanah itu kepada pihak ketiga menurut persyaratan yang ditentukan oleh Menteri Perhubungan atau Pejabat yang ditunjuk, yang meliputi segi peruntukan, jangka waktu dan keuangannya, dengan ketentuan pemberian hak atas tanah kepada pihak ketiga tersebut dilakukan oleh pejabat agraria yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Prosedur dan persyaratan mendapatkan hak pengelolaan serta pendaftarannya terjadi dengan konversi dan pemberian hak didasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 1 Tahun 1977 tentang Tata cara permohonan dan penyelesaian pemberian hak atas bagian-bagian tanah hak pengelolaan serta pendaftarannya, didalam Pasal 3 disebutkan : bahwa setiap penyerahan tanah yang merupakan bagian dari tanah yang merupakan bagian dari tanah hak pengelolaan, baik yang disertai ataupun tidak disertai dengan pendirian bangunan diatasnya wajib dilakukan dengan pembuatan perjanjian tertulis antara pihak pemegang hak pengelolaan dan pihak ketiga yang bersangkutan.28

Perjanjian tersebut memuat antara lain : 1. Identitas pihak – pihak yang bersangkutan.

2. Letak, batas-batas dan luas tanah yang dimaksud dan jenis penggunaannya.

3. Hak atas tanah yang akan dimintakan untuk diberikan keapada pihak ketiga yang bersangkutan dan keterangan mengenai jangka waktunya serta kemungkinan untuk memperpanjangnya.

4. Jenis-jenis bangunan yang akan didirikan diatasnya dan ketentuan mengenai pemilikan bangunan-bangunan tersebut pada berakhirnya hak tanah yang diberikan.

5. Jumlah uang pemasukan dan syarat-syarat pembayarannya. 6. Syarat-syarat lain yang dianggap perlu.

Bagian hak pengelolaan diberikan dengan sesuatu hak tertentu kepada pihak ketiga adalah hak milik, HGB (hak guna bangunan), dan hak pakai, khusus untuk bagian-bagian tanah hak pengelolaan Perum Pelabuhan, hak yang dapat diberikan kepada pihak ketiga hanyalah Hak Guna Bangunan dan Hak pakai.

Hak guna bagunan dan hak pakai yang diberikan oleh pejabat yang berwenang seperti yang diatur oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 6 Tahun 1972, bukan diberikan oleh pemegang hak pengelolaan. Jika diberikan oleh hak pengelolaan, maka hak yang dipunyai oleh pihak ketiga tidak lebih tinggi dari dari hak sewa, karena penguasaan tanah itu hanyalah berdasarkan perjanjian sewa-menyewa, dalam bentuk perjanjian penyerahan tanah kepada pihak ketiga yang tidak/belum diajukan permohonan haknya kepada pejabat yang berwenang.29

Pengertiannya bahwa pemegang hak pengelolaan seharusnya tidak boleh menyewakan tanah, karena ia bukan pemilik, melainkan hanya sebagai pengelola penyewaan lahan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, bahkan Negara sendiri juga bukan sebagai pemilik melainkan hanya menguasai, sebagaimana bunyi

ketentuan Pasal 2 UUPA ayat (1) : Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-undang dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang termasuk didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat, ketentuan tersebut tidak menempatkan Negara sebagai pemilik, melainkan hanya memberikan hak menguasai yang memberikan wewenang untuk mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan ,penggunaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, sehingga pengelolaan sewa lahan tanah bersifat Publik Service. Isi wewenang Negara yang bersumber pada hak menguasai sumber daya alam oleh Negara tersebut semata-mata bersifat publik yaitu wewenang untuk mengatur (wewenang regulasi) dan bukan wewenang untuk menguasai tanah secara fhisik dan menggunakan tanahnya sebagaimana wewenang pemegang hak atas tanah yang bersifat pribadi 30 Hak pengelolaan yang diberikan Negara kepada PERUM Prasarana Prikanan Cabang Belawan dengan kewenangan untuk menguasai lahan tanah dalam pengertian melaksanakan pemanfaatan lahan tanah tersebut untuk dikelolah dengan cara disewakan kepada pihak penyewa dengan maksud untuk dimanfaatkan kepada pihak penyewa dengan mendapat pembayaran sebagi pemasukan untuk Negara. Hak pengelolaan yang dimiliki PERUM prasarana Perikanan Cabang Belawan atas lahan tanah di Gabion Belawan adalah berupa tanah Negara dari hak menguasai tanah merupakan hak terhadap tanah yang tertinggi di

30Muhammad Bakrie,Hak menguasai Tanah oleh Negara, Paradigma Baru untuk Reformasi Agraria,(Yogyakarta :Citra Media, 2007) hal.5

Indonesia, hak menguasai tanah ialah hak Negara, jadi subjeknya Negara.31 Hak pengelolaan adalah hak yang diberikan oleh pemegang Hak pengelolaan seperti lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah, untuk menggunakan tanah yang dikuasai oleh Negara.32 Sedangkan hak sewa adalah hak yang diberikan kepada seseorang atau badan hukum untuk mempergunakan tanah atau bangunan milik orang lain untuk keperluan nya dengan membayar kepada pemiliknya dengan sejumlah uang.33Penyewaan tanah yang dilakukan penyewa berada diatas tanah Negara dengan menggunakan ketentuan yang juga ditetapkan oleh pemerintah yaitu Menteri Keuangan dan Menteri Kelautan dan Perikanan untuk teknisnya, dengan membagi PERUM untuk kawasan Mabar, dibawahi direksi KIM Mabar, untuk pelabuhan Indonesia oleh PT.Pelindo,kawasan perairan perikanan Gabion Belawan dibawahi oleh Direksi PERUM Prasarana Perikanan Cabang Belawan.34

B. Landasan Hukum Operasional (Eksternal) Perusahaan Umum (PERUM)

Dokumen terkait