• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah lahirnya uang

Dalam dokumen smp9ips IPS RatnaSukmawati (Halaman 121-124)

BAB 3 MEMAHAMI BERBAGAI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

B. Sejarah lahirnya uang

Uang yang kita kenal sekarang memiliki sejarah yang panjang. Perkembangan uang dapat dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama, orang memakai cara barter. Tahap kedua, orang menggunakan ben- da u ang s ebagai a lat t ukar. Tahap k etiga, o rang menggunakan uang sebagai alat tukar.

a. a. a. a.

a. Perekonomian barterPerekonomian barterPerekonomian barterPerekonomian barterPerekonomian barter

Dahulu manusia hidup secara nomaden (ber- pindah-pindah) atau semi nomaden. Segala kebu- tuhan hidupnya diperoleh dari alam, baik langsung maupun tidak langsung. Kebudayaan masyarakat masih sangat sederhana, sehingga hasil kebudaya- annya pun sangat terbatas. Di dalam masyarakat yang sangat sederhana (primitif), orang belum me- ngenal atau menggunakan uang sebagai alat tukar. Pada masyarakat tradisional itu tiap orang berusa- ha menghasilkan sendiri apa yang dibutuhkannya. Sesuatu yang dihasilkan dari berburu, menangkap ikan, mengambil hasil hutan, dan bertani, langsung dikonsumsi oleh anggota keluarganya.

Dengan kata lain, antara produksi dan konsum- si tidak ada pemisahan. Mereka bertindak sebagai produsen (penghasil) sekaligus sebagai konsumen (pemakai). Mereka hidup menyendiri dan berke- lompok dalam suasana kekeluargaan di lingkungan yang terisolir. Setiap orang berusaha memenuhi kebutuhannya dengan kemampuannya sendiri.

Kebudayaan manusia lambat laun berkembang. Seiring dengan perkembangan itu, berkembang pula kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia semakin beraneka ragam bentuknya. Akibatnya, manusia ti- dak lagi mampu memenuhi seluruh kebutuhannya dengan hasil karyanya sendiri, apalagi tidak semua kebutuhan dapat langsung diambil dari alam. Keti- dakmampuan untuk memenuhi semua kebutuhan sendiri mendorong orang untuk berpikir, bagaima- na caranya agar kebutuhannya dapat dipenuhi.

Itulah sebabnya orang mulai mencari partner kerja sama, dengan tujuan untuk saling mengun- tungkan. Mereka saling menukarkan harta mi- liknya sehingga kebutuhannya dapat terpenuhi. Orang yang mempunyai telur dan memerlukan be- ras, mencari partner yang mempunyai beras dan sekaligus memerlukan telur. Bila pemilik telur yang memerlukan beras itu menemukan orang yang mempunyai beras dan membutuhkan telur , maka terjadilah tukar-menukar barang antara orang satu dengan orang yang lain.

Dengan demikian, kegiatan perekonomian di- lakukan dengan cara langsung tukar-menukar ba- rang. Dalam perekonomian disebut sistem barter. Jadi,barter adalah sistem tukar antara barang de- ngan barang atau dengan kata lain sistem tukar- menukar secara innatura.

Gambar 4.1.1 Uang kertas dan uang logam yang berlaku

sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia.

Bab 4 - Lembaga Keuangan dan Perdagangan Internasional

Black 111

Cyan 111

Perekonomian barter merupakan suatu sistem ke- giatan ekonomi masyarakat di mana kegiatan pro- duksi dan perdagangan masih sangat sederhana, kegiatan tukar-menukar masih terbatas dan jual beli dilakukan dengan tukar-menukar barang.

Dalam kenyataannya perekonominan barter menghadapi banyak kesulitan yang dapat meng- hambat perkembangan perekonomian. Kesulitan- kesulitan perekonomian barter ad alah sebagai berikut.

 Kesulitan menemukan kehendak ganda yang selaras

(double coincidence of wants)

Di dalam perdagangan barter diperlukan ke- hendak yang selaras. Artinya, setiap orang yang ingin mengadakan tukar-menukar barang de- ngan orang lain harus memiliki barang yang diinginkan pihak lain dan mencari barang pi- hak lain. Kehendak ganda tersebut secara kebe- tulan dapat terjadi, tetapi untuk menemukan keinginan ganda ini ternyata tidak mudah.

 Harga atau nilai sukar ditentukan

Dalam perekonomian barter, cara menentukan harga atau nilai suatu barang harus ditentukan pada barang tersebut. Beras dan baju mempu- nyai harga atau nilai tukar. Permasalahan yang muncul adalah berapa kg beras dapat ditukar- kan untuk mendapatkan sebuah baju? Hal de- mikian ini sulit ditentukan, sehingga ditemui kesulitan untuk menentukan harga atau nilai beras dan baju.

 Pilihan pembeli dibatasi

Dalam perdagangan yang dilakukan secara bar- ter, pihak pembeli terika t pada syarat-syarat yang ditentukan pihak lain yang memiliki ba- rang yang diinginkannya. Misalnya, A hanya ingin menukarkan sebagian hasilnya, yaitu 100 kg gandum. Sedangkan B yang mencari gandum mempunyai sapi yang harus ditukar dengan 500 kg gandum. Dalam keadaan seperti ini A dapat memilih membatalkan pertukaran atau menukar 500 kg gandum dengan sapi.

 Pembayaran secara kredit sulit dilaksanakan

Jual beli secara kredit yang akan dibayar dengan barang sulit dilaksanakan, karena kesulitan menentukan jenis barang yang akan digunakan untuk pembayaran. Di samping itu juga akan timbul masalah mutu atau kualitas barang yang akan digunakan untuk pembayaran.

 Kesulitan mengangkut dan menyimpan

Transaksi perdagangan secara barter akan me- nimbulkan masalah sehubungan dengan penye- diaan barang-barang dalam jumlah besar . Di samping itu, menyimpan barang dalam jumlah banyak akan menimbulkan risiko. Penyimpan- an barang memerlukan tempat dan biaya yang besar pula.

b. b.b. b.

b. Alat pertukaran berupa barangAlat pertukaran berupa barangAlat pertukaran berupa barangAlat pertukaran berupa barangAlat pertukaran berupa barang

Adanya berbagai macam kesulitan dalam pere- konomian barter, menyebabkan masyarakat me- netapkan benda atau barang sebagai alat perantara dalam pertukaran. Bangsa Mesir kuno dahulu, me- makai gelang dan cincin sebagai uang. Inggris kuno dan negara-negara lainnya memakai potongan be- si. Sedangkan bangsa Indian di Amerika menggu- nakan tiram sebagai uang.

Pertukaran langsung barang dengan barang ter- nyata menghadapi banyak kesulit an. Oleh karena itu, diperlukan barang perantara yang dapat memu- dahkan pertukaran.

c. c.c. c.

c. Alat pertukaran berupa uang logamAlat pertukaran berupa uang logamAlat pertukaran berupa uang logamAlat pertukaran berupa uang logamAlat pertukaran berupa uang logam

Di antara b arang-barang yang dipakai seb agai alat tukar, hanya logam mulia y ang paling banyak dipakai sebagai alat tukar, karena logam mulia (emas dan perak) memenuhi syarat sebagai berikut .

 Diterima umum, karena berguna dan berharga.

 Tahan lama, dapat disimpan lama tanpa mengu- rangi nilainya.

 Mudah dibawa, karena mengandung nilai be- sar dalam kuantitas atau volume kecil.

 Mudah dibagi tanpa mengurangi nilainya atau menimbulkan kerugian.

 Kualitasnya mudah dikontrol, sehingga nilai- nya bisa dipastikan.

 Jumlahnya terbatas.

 Bersifat homogen (serba sama).

 Tidak mudah dipalsu.

Pada awalnya logam dipotong-potong dan di- timbang serta ditentukan kadarnya untuk menen- tukan nilainya. Karena hal itu merepotkan, lambat laun para raja atau penguasa setempat mulai me- nempa uang. Lama-kelamaan potongan logam di- beri bentuk tertentu (biasanya kepingan). Pada kepingan itu diberi cap resmi sebagai jaminan berat dan kadarnya atau gambar (raja, ”the sovereign”) dan

Gambar 4.1.2 Orang melakukan barter (tukar menukar

barang) untuk memenuhi kebutuhannya.

Black 112

Cyan 112

angka yang menunjukkan nilainya. Angka pada ke- pingan disebut nilai nominal dan nilai bahan atau kepingan itu disebut nilai intrinsik.

Mata uang emas mempunyai nilai tinggi. Pada- hal untuk memenuhi keperluan sehari-hari digu- nakan uang receh atau uang kecil. Timbul masalah lagi, bagaimana cara mengadakan uang kecil itu. Untuk mengatasi masalah ini, dibuatlah mata uang yang kadarnya lebih rendah dari logam mulia atau logam lain, yaitu perak dan perunggu. Dengan ada- nya pembuatan uang logam dari emas, perak atau pun perunggu, terjadilah lebih dari satu mata uang yang beredar, dengan perbandingan nilai sesuai dengan nilai intrinsiknya masing-masing.

Mata uang yang beredar lebih dari satu mata uang di suatu negara ternyata merepotkan. Untuk itu perlu ditertibkan, dan ditentukan satu mata uang yang resmi yang disebut mata uang indukatauuang standar.

Karena perubahan harga perak di pasar, maka terjadilah selisih atau perbedaan antara nilai nomi- nal mata uang dan nilai intrinsiknya. Dengan demi- kian, perbandingan nilai antara mata uang perak dan mata uang emas (standar) menjadi kacau.

Atas dasar situasi seperti tersebut di atas, or- ang mulai menyadari bahwa tidak mungkin ada dua macam uang logam mulia yang beredar bersa- ma-sama dalam suatu negara dengan perbandingan nilai tetap. Kemungkinannya adalah dua macam uang logam beredar sekaligus dengan syarat salah satu dari dua macam uang tersebut diberi nilai (no- minal) oleh pemerintah dan ditetapkan lepas dari nilai bahannya.

Jadi, hanya ada satu macam logam mulia yang dipakai sebagai uang sta ndar yang bernilai penuh, sedangkan mata uang lainnya tidak bernilai penuh. Uang yang nilai nominalnya lebih besar d ari nilai intrinsiknya disebut uang tanda. Uang tanda (taken money/token coins) diresmikan pertama kali di Inggris pada tahun 1816. Dengan adanya uang itu, nilai uang tidak tergantung pada nilai bahannya, tetapi pada angka yang tertera di atasnya. Pemerintah membe-

rikan jaminan pada masyarakat bahwa uang tan- da merupakan alat tukar yang sah. Oleh karena itu, masyarakat menerimanya.

Perkembangan ekonomi dunia semakin pesat. Hal itu mengakibatkan perdagangan juga berjalan cepat. Karena uang logam mempunyai kelemahan maka banyak negara kemudian membuat uang ker- tas.

d. d. d. d.

d. Uang kertas bankUang kertas bankUang kertas bankUang kertas bankUang kertas bank

Uang kertas adalah alat bayar yang sah untuk jumlah yang besar. Kebanyakan negara sekarang ini meng- anut sistem standar kertas, termasuk Indonesia. Dengan standar ini peredaran uang tidak lagi di- hubungkan pada salah satu logam.

Uang kertas ini diterima sebagai alat pembayar- an yang sah karena berdasarkan pada kepercayaan masyarakat terhadap badan yang mengeluarkan uang itu. Atas kepercayaan itu kertas yang telah dijadikan uang itu disebut uang fiduciair (fiducio= kepercayaan). Jadi, uang kertas ini berdasarkan pa- da kepercayaan masyarakat. Dengan mencetak uang kertas, pemerintah dapat menghemat biaya- biaya pembuatan uang. Sebab dengan uang emas dan perak, mahal harganya, sangat jarang, dan su- kar didapat. Dengan mencetak uang kertas sebagai alat bayar, logam-logam tersebut dapat digunakan untuk keperluan lain, misalnya untuk industri. La- gipula jika keperluan alat bayar bertambah, maka keperluan itu mudah dipenuhi.

Selain itu, dengan uang kertas dapat dilakukan pembayaran-pembayaran dalam jumlah besar, di- bandingkan dengan uang logam. Pengiriman uang pun mudah dilakukan dengan uang kertas. Penge- luaran uang kertas tidak bol eh dilakukan sewe- nang-wenang oleh pemerintah, sebab akan timbul bahaya inflasi. Jadi, harus seimbang dengan kebu- tuhan barang-barang yang tersedia dan penerima- an-penerimaan negara.

Mengapa pemerintah mengedarkan uang ker - tas? Bukankah mata uang logam sudah diterima oleh masyarakat? Bila kita menyelesaikan transaksi- transaksi kecil dengan menggunakan uang logam

Gambar 4.1.4 Contoh uang kertas yang dikeluarkan pada

tahun 1759 dan tahun 1815.

Gambar 4.1.3 Uang logam perunggu (gobog) yang dicetak

pada zaman Majapahit (a) dan uang logam emas yang

dipakai sebagai alat pembayaran di Samudra Pasai (b).

sum ber: In do ns ia n H er ita ge , 1 d an 3. (a) (b)

Bab 4 - Lembaga Keuangan dan Perdagangan Internasional

Black 113

Cyan 113

mulia, umumnya kita tidak mengalami kesulitan, misalnya membeli pakaian satu stel. Akan tetapi, kalau kita menyelesaikan transaksi besar dengan menggunakan mata uang logam mulia, kita akan mengalami kesulitan.

e. e.e. e.

e. TTTTTahap uang giralahap uang giralahap uang giralahap uang giralahap uang giral

Perkembangan ekonomi modern tidak dapat lagi hanya mengandalkan uang tunai. Yang dibutuhkan adalah pembayaran yang cepat dan praktis. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka diciptakan uang giral (uang bank). Uang giral merupakan ta- gihan kepada bank (demand deposit) atau rekening koran yang dapat dicairkan dengan menggunakan cek dan giro. Bila seseorang atau suatu perusahaan menitipkan uang kepada sebuah bank, pembayaran dengan uang itu, dikatakan orang atau perusahaan tersebut membuka rekening koran (koran= courant = berjalan) pada bank tersebut.

Dengan demikian, bentuk uang berubah: dari lembaran-lembaran uang kertas menjadi uang gi- ral (berupa catatan dalam buku-buku bank). Reke- ning bank ini tetap mempunyai sifat uang, karena orang dapat membayar pihak lain dengan uang itu. Hanya cara pembayaran menjadi lain: pemba- yaran dilakukan dengan perantaraan surat yang disebutcek, yaitu surat perintah kepada bank un- tuk membayar sejumlah uang dari rekening terse- but kepada orang yang disebutkan pada cek itu dapat diuangkan (=ditukar dengan uang).

Bila kedua belah pihak mempunyai rekening bank, maka pembayaran utang dapat diselesaikan dengan pemindahbukuan, artinya melulu dengan pencatatan dalam pembukuan bank. Jumlah yang harus dibayar oleh A dikurangkan dari rekeningnya di bank dan ditambahkan pada rekening B. Untuk itu dipergunakan surat yang disebut bilyet giro. yaitu surat perintah membayar dengan jalan pemindahbukuan. Dalam hal ini pembayaran sudah sama sekali tidak lagi mempergunakan “mata uang” yang berwujud “uang” atau barang material.

Uang giral pada masa sekarang berkembang le- bih luas dengan terciptanya kartu kredit, traveller’s checks dan kartu ATM yang dapat digunakan juga sebagai alat berbelanja pada toko-toko tertentu.

Dalam dokumen smp9ips IPS RatnaSukmawati (Halaman 121-124)