• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.2 Sejarah Singkat Mukim

Kepemerintahan Aceh tidak terlepas dari kultur dan nilai-nilai ke-Acehan. Hal ini sudah hidup sejak masa kesultanan, terutama pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Keberhasilan Sultan Iskandar Muda pada saat menerapkan sistem kepemerintahan Aceh, baik segi politik, ekonomi, maupun sosial budaya tidak terlepas dari ajaran Islam sebagai pedoman hidup.

Menurut Sani Usman (2005:26) dijelaskan bahwa pada masa kepemerintahan Sultan Iskandar Muda, aturan hukum dan tatanegara dibagi menjadi empat bagian, yaitu;

1. Hukum diserahkan kepada Syaikul Islam dan Qadhi Malikul Adil, 2. Adat-istiadat diserahkan kepada kebijaksanaan Sultan dan penasihat, 3. Reusam urusan Panglima, dan

4. Qanun kebijakan Putroe Phang sebagai Permaisuri Sultan.

Telaah di atas jelas menunjukkan bahwa sistem kepemerintahan di Aceh sangat lengkap dan kompleks mengacu kepada konteks Islam. Oleh karena itu, pada tingkat mukim dan gampong ada simbol nilai normatif ke-Islaman yang ditandai dengan meunasah dan atau mesjid. Sistem kepemerintahan di sini termaktub menjadi sistem organisasi kelembagaan adat yang diberi nama imum mukim, geuchik, tuha peut, tuha lapan, panglima uteuen, panglima laôt, keujruen blang, haria peukan, pawang glé, imum meunasah, teungku sagoe, teungku bileue, peutua sineubôk, syahbanda, dan lain-lain sebagainya.

3.3 Kedudukan, Tugas Dan Fungsi Mukim

Mukim berkedudukan sebagai unit pemerintahan yang membawahi beberapa Gampong yang berada langsung di bawah dan bertanggung jawab kepada Camat. Mukim mempunyai tugas menyelenggarakan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan peningkatan pelaksanaan Syari’at Islam.

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Mukim mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pemerintahan baik berdasarkan azas desentralisasi, dekonsentrasi dan urusan tugas pembantuan serta segala urusan pemerintahan lainnya;

b. Pelaksanaan pembangunan baik pembangunan ekonomi, pembangunan fisik maupun pembangunan mental spritual;

c. Pembinaan kemasyarakatan di bidang pelaksanaan Syari’at Islam, pendidikan, peradatan, sosial budaya, ketentraman dan ketertiban masyarakat;

d. Peningkatan percepatan pelayanan kepada masyarakat;

e. Penyelesaian dalam rangka memutuskan dan atau menetapkan hukum dalam hal adanya persengketaanpersengketaan atau perkara-perkara adat dan hukum adat.

3.4 Organisasi Dan Kelengkapan Mukim

Mukim dipimpin oleh seorang Imeum Mukim atau nama lain. Imeum Mukim diangkat dan diberhentikan oleh Bupati atau Walikota atas usulan Camat dari hasil pemilihan yang sah. Pemilihan Imeum Mukim dilakukan secara langsung, umum, bebas dan rahasia oleh rakyat Mukim yang bersangkutan. Masa jabatan Imeum

Mukim selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali 1 (satu) kali periode untuk masa jabatan berikutnya.

Syarat-syarat menjadi Imeum Mukim :

a. Beriman dan taqwa kepada Allah Subhanahuwata’ala dan menjalankan Syari'at Islam;

b. Setia dan taat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pemerintah yang sah;

c. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau berpengetahuan yang sederajat;

d. Berumur minimal 30 (tiga puluh) tahun pada saat pencalonan, sudah berumah tangga/berkeluarga;

e. Berasal dan berdomisili sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun berturut-turut di Kemukiman dan mengenal serta dikenal oleh masyarakat Kemukiman yang bersangkutan;

f. Sehat jasmani dan rohani;

g. Tidak pernah dihukum penjara karena tindak pidana;

h. Berpengalaman di bidang pemerintahan, kemasyarakatan dan peradatan;

i. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Imeum Mukim berhenti karena: a. Meninggal dunia;

b. Mengajukan permohonan berhenti atas permintaan sendiri; c. Berakhir masa jabatan dan telah dilantik Imeum Mukim baru;

e. Mengalami krisis kepercayaan publik yang luas akibat kasus-kasus yang melibatkan tanggung jawabnya dan keterangannya atas kasus itu ditolak oleh Tuha Peuet Mukim.

Untuk kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan Mukim, maka di bentuk kelengkapan Mukim yang terdiri atas:

1.Sekretariat Mukim

Sekretariat Mukim dipimpin oleh Sekretaris Mukim yang diangkat dan diberhentikan oleh Camat atas usul Imeum Mukim. Untuk kelancaran Sekretariat Mukim, dibentuk seksi-seksi yang meliputi Seksi Tata Usaha, Seksi Pemerintahan, Seksi Perekonomian dan Pembangunan, Seksi Keistimewaan Aceh dan Seksi Pemberdayaan Perempuan.

2. Majelis Musyawarah Mukim

Majelis Musyawarah Mukim dipimpin oleh seorang Ketua dan dibantu oleh seorang Wakil Ketua yang dipilih oleh dan dari Anggota Majelis Musyawarah Mukim.

3. Majelis Adat Mukim

Majelis Adat Mukim dipimpin oleh Imeum Mukim dan dibantu oleh Sekretaris Mukim serta dihadiri oleh seluruh anggota Tuha Peut Mukim. Majelis Adat Mukim berfungsi sebagai badan yang memelihara dan mengembangan adat, meyelenggarakan perdamaian adat, menyelesaikan dan memberikan keputusan-keputusan adat terhadap perselisihan-perselisihan dan pelanggaran adat, memberikan kekuatan hukum terhadap sesuatu hal dan pembuktian lainnya menurut adat.

Segala keputusan dan ketetapan Majelis Adat Mukim menjadi pedoman bagi para Keuchik (Kepala Desa) dalam menjalankan roda pemerintahan Gampong (Desa) sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan. Atas usul

Imeum Mukim, Majelis Adat Mukim dapat menyelesaikan perkara-perkara yang berhubungan dengan adat dan istiadat.

4. Imeum Chiek (Imam Besar).

Imeum Chiek diangkat dan diberhentikan oleh Camat atas usul Imeum Mukim berdasarkan hasil kesepakatan Majelis Musyawarah Mukim. Imeum Chiek mempunyai tugas untuk mengurus, menyelenggarakan dan memimpin seluruh kegiatan yang berkenaan dengan kemakmuran Mesjid. Disamping itu, Imeum Chiek juga bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan keagamaan dan peningkatan peribadatan serta pelaksanaan Syari’at Islam dalam kehidupan masyarakat.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini penulis akan menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian dilapangan, terutama data yang diperoleh melalui kuesioner atau daftar pertanyaan dan wawancara langsung kepada informan/partisipan penelitian yaitu sebanyak 12 orang informan biasa (kuesioner) dan 1 orang informan kunci (wawancara).

Data yang diperoleh dari kuesioner direkapitulasi dan disusun ke dalam tabel distribusi frekuensi. Sedangkan hasil wawancara dengan beberapa informan kunci disajikan dalam bentuk petikan wawancara.

4.1 Deskripsi Data Identitas Informan/ Partisipan

Dalam karakterisitik partisipan ini, akan dijelaskan data mengenai identitas partisipan yang terdiri dari usia, lamanya bermukim (tinggal), pekerjaan, jenis kelamin,dan tingkat pendidikan.

a. Data tentang usia informan/partisipan.

Usia masyarakat yang menjadi partisipan dalam penelitian ini berkisar antara 18 tahun sampai 48 tahun ke atas. Untuk lebih jelasnya tabel dibawah ini menyajikan data tentang usia partisipan.

Tabel. 1 Data informan berdasarkan usia

No. Usia Frekuensi Persentase (%)

1. 18 – 26 Tahun 2 17

2. 27 – 36 Tahun 4 33

3. 37 – 48 Tahun 6 50

Total 12 100% Sumber: Hasil Penelitian 2010

Peneliti menetapkan usia partisipan antara 18 sampai 48 tahun keatas karena pada usia 18 tahun ke atas di anggap sebagai masa produktif dan usia yang banyak mengutarakan ide-ide terbaru. Jika dilihat dalam tabel, persentase yang terbesar yaitu pada usia 37-48 tahun yaitu sebanyak 6 partisipan atau 50% dari 12 partisipan. Kemudian diikuti oleh partisipan yang berusia 27 – 36 tahun sebanyak 4 partisipan atau 33% dan usia 18 – 26 tahun sebanyak 2 partisipan atau 17%.

b. Data tentang lamanya informan/partisipan bermukim di lokasi penelitian. Data tentang lamanya partisipan bermukim di daerah penelitian menurut penulis sangat penting karena dapat menunjukkan besarnya sense of belonging (rasa memiliki) terhadap daerah tersebut. Sehingga keinginan untuk membangun daerahnya semakin besar.

Tabel. 2 Data informan berdasarkan lamanya bermukim

No. Lamanya Bermukim Frekuensi Persentase (%)

1. Dibawah 18 tahun 1 8

2. 18 – 26 Tahun 2 17

3. 27 – 36 Tahun 3 25

4. 37 – 48 Tahun 6 50

5. Lebih dari 48 Tahun 0 0

Total 12 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Berdasarkan tabel diatas, partisipan yang lama bermukim yaitu 37 – 48 tahun sebanyak 6 partisipan atau 50 %, selanjutnya antara 27 – 36 tahun yaitu 3 partisipan atau 25%, 18 - 26 tahun yaitu 2 partisipan atau 17%, dan yang menetap di bawah 18

c. Data tentang jenis pekerjaan informan/partisipan

Data informan berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan variasi yang tidak merata pada jenis pekerjaannya, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel. 3 Data informan berdasarkan jenis pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1. PNS 4 33 2. Wiraswasta 3 26 3. Petani 0 0 4. Guru 4 33 5. Pedagang 1 8 6. Dan lain-lain 0 0 Total 12 100 %

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat partsipan penelitian memiliki pekerjaan yang bermacam-macam. Dari persentase tersebut terlihat bahwa partisipan terbanyak mempunyai pekerjaan sebagai PNS dan Guru masing - masing 4 partisipan atau 33%, kemudian dilanjutkan dengan wiraswasta 3 partisipan atau 26%, partisipan yang mempunyai pekerjaan pedagang sebanyak 1 partisipan atau 8%. Sedangkan partisipan dengan pekerjaan lain-lain dan petani tidak ada. Mereka yang dimaksud dengan pekerjaan dan lain – lain adalah orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap seperti tukang rumah, pencari hasil hutan, pemanjat kelapa, dan lain-lain. Semua partisipan yang dijumpai mempunyai pekerjaan harian rutin karena daerah Kemukiman Blang Siguci sangat beraneka ragam dari area persawahan, ladang, hingga pusat Pemerintah Kecamatan.

Pada tabel ini menunjukkan bahwa partisipan dengan jenis kelamin laki – laki lebih banyak daripada partisipan dengan jenis kelamin perempuan. Untuk sebaran partisipan dengan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. 4 Data informan berdasarkan jenis kelamin

No. Jenis kelamin Frekuensi %

1. Laki – laki 8 67

2. Perempuan 4 33

Total 12 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Berdasarkan tabel diatas, dari keseluruhan informan yang berjumlah 12 orang, partisipan terbanyak yaitu yang berjenis kelamin laki – laki sebanyak 8 orang atau 67% dan partisipan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 4 orang atau 33%. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki – laki.

Perbedaan jumlah laki – laki dengan 8 orang dan perempuan 4 orang seperti yang tercantum di dalam tabel diatas bukan berarti terdapat perbedaan gender antara laki – laki dengan perempuan dalam hal perencanaan partisipatif masyarakat kemukiman tersebut. Perbedaan tersebut hanya satu kebetulan bukan kesengajaan. Perbandingan jumlah tersebut tidak menjadi kendala dalam perencanaan partisipatif masyarakat, tetapi menjadi pengisi dalam berbagai keperluan yang lebih spesifik antara laki – laki dengan perempuan.

e. Data tentang tingkat pendidikan informan/partisipan

Tingkat pendidikan informan dalam penelitian ini adalah dimulai dari yang tidak sekolah hingga tamat perguruan tinggi. Untuk lebih jelasnya tabel dibawah ini menyajikan data tentang tingkat pendidikan partisipan.

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%) 1. Tidak Sekolah 0 0 2. Tamat SD 0 0 3. Tamat SLTP/Sederajat 0 0 4. Tamat SLTA/Sederajat 5 42 5. Akademi/Diploma 4 33 6. Sarjana/S-1 2 17 7. Pasca Sarjana/ S-2 1 8 Total 12 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Dari tabel diatas terlihat bahwa partisipan yang jumlah atau persentase paling besar adalah penduduk yang tamat sekolah SLTA/Sederajat sebesar 5 partisipan atau 42%, kemudian tamat Akademi/ Diploma 4 Partisipan atau 33%, tamat Sarjana/ S-1 2 partisipan atau 17%, dan masing-masing tamat Pasca Sarjan/ S-2 1 partisipan 8%. Sedangkan partisipan yang tidak tamat SLTP, SD dan tidak tamat sekolah tidak ada.

4.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian

Tabel.6 Jawaban informan tentang Pemerintahan Mukim telah menjadi lembaga pemerintahan resmi di dalam Pemerintahan Aceh dan Republik Indonesia

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase(%)

1. Tahu 12 100%

2. Ragu – ragu 0 0%

3. Tidak tahu 0 0%

Total 12 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semua partisipan atau 100% menjawab mengetahui bahwa pemerintahan Imeum Mukim sekarang telah resmi menjadi pemerintahan seperti yang tercantum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh pada Bab XV dengan judul Mukim dan Gampong dan Qanun Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Mukim. Tabel. 7 Jawaban informan tentang adanya Pemerintahan Imeum Mukim dalam Kecamatan Idi Tunong Kab. Aceh Timur Provinsi Aceh.

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase(%)

1. Tahu 11 92%

2. Ragu – ragu 1 8%

3. Tidak tahu 0 0%

Total 12 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa partisipan yang mengetahui adanya Pemerintahan Imeum Mukim dalam Kecamatan Idi Tunong sebanyak 11 partisipan atau 92 % dan yang menjawab ragu-ragu sebanyak 1 partisipan atau 8%. Sedangkan informan yang menjawab tidak tahu adalah tidak ada. Hal ini disebabkan karena kebanyakan informan telah lama tinggal dalam Kemukiman dan tahu keadaan daerahnya. Sebagian besar informan juga orang yang punya pendidikan tinggi dan selalu tanggap dengan setiap perubahan yang terjadi di daerah tersebut.

Tabel. 8 jawaban informan tentang Keberadaan Pemerintahan Imeum Mukim dalam Kemukiman Blang Siguci.

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase(%)

1. Baik 10 83%

2. Kurang Baik 2 17%

3. Tidak Baik 0 0%

Total 12 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa masyarakat kemukiman Blang Siguci dapat merasakan keberadaan Imeum Mukim. Hal ini dapat dilihat pada tingginya frekuensi partisipan yang mengetahui keberadaan Pemerintahan Imeum Mukim sebanyak 10 partisispan atau 83% dan 2 partisipan atau 17% yang menjawab kurang baik. Sedangkan yang informan yang menjawab tidak baik adalah tidak ada.

Tabel. 9 jawaban informan tentang Imeum Mukim membuat perencanaan yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan termasuk masyarakat atau yang dikenal dengan perencanaan partisipatif.

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase(%)

1. Pernah 8 67%

2. Ragu – ragu 4 33%

3. Tidak pernah 0 0%

Total 12 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kebanyakan informan pernah dilibatkan dalam perencanaan partisipatif yang diadakan oleh Imeum Mukim yaitu sebanyak 8 partisipan atau 67% dan yang menjawab ragu – ragu adalah sebanyak 4 partisipan atau 33%. Sedangkan yang informan yang menjawab tidak pernah adalah tidak ada.

Apabila dilihat dari Kedudukan Mukim sebagai unit pemerintahan yang membawahi beberapa Gampong yang berada langsung di bawah dan bertanggung jawab kepada Camat. Maka Imeum Mukim menjadi pengkoordinir dan penyampai aspirasi masyarakat dalam suatu Kemukiman untuk merencanakan pembangunan daerah. Mukim juga mempunyai tugas menyelenggarakan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan peningkatan pelaksanaan Syari’at Islam. Yang semuanya memihak pada kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan kebutuhan dan kearifan lokal.

Tabel.10 jawaban informan tentang Peranan Imeum Mukim dalam perencanaan partisipatif.

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase(%)

1. Baik 11 92%

2. Kurang Baik 1 8%

3. Tidak Baik 0 0%

Total 12 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingginya peranan Imeum mukim dalam perencanaan partisipatif sebanyak 11 partisipan atau 92% dan yang menjawab kurang baik yaitu sebanyak 1 partisipan atau 8%. Sedangkan yang informan yang menjawab tidak baik adalah tidak ada.

Dari data ini dapat dilihat bahwa Imeum Mukim mempunyai peranan yang tinggi dalam mengadakan atau mencetus adanya perencanaan yang partsispatif. Karena kebanyakan masyarakat merasa bahwa apabila dipimpin oleh seseorang yang baik maka akan membawa kepada kesuksesan.

Tabel.11 Jawaban informan tentang Imeum Mukim melakukan koordinasi dengan Geusyik dalam merencanakan pembangunan dan melibatkan masyarakat dalam setiap perencanaan.

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase(%)

1. Ya 11 92%

2. Kadang – kadang 1 8%

3. Tidak pernah 0 0%

Total 12 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perlunya Imeum Mukim melakukan koordinasi dengan Geusyik dalam merencanakan pembangunan dan melibatkan masyarakat dalam setiap perencanaan yaitu sebanyak 11 partisipan atau 92% dan yang menjawab kadang - kadang yaitu sebanyak 1 partisipan atau 8%. Sedangkan yang informan yang menjawab tidak pernah adalah tidak ada.

Tabel.12 jawaban informan Imeum Mukim mampu membuat keputusan yang mengikat sesuai dengan peraturan yang berlaku dan adat setempat.

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase(%)

1. Mampu 8 67%

2. Ragu – ragu 4 33%

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa informan masih mempercayai bahwa Imeum Mukim mampu membuat aturan yang berlaku dan sesuai dengan adat setempat. Partisipan yang menjawab mampu yaitu sebanyak 8 partisipan atau 67% dan yang menjawab ragu – ragu adalah sebanyak 4 partisipan atau 33%. Sedangkan yang informan yang menjawab tidak pernah adalah tidak ada.

Masyarakat masih menilai bahwa Imeum Mukim harus lebih ditingkatkan kemampuan bidang yudikatif sehingga memudahkan dalam membuat aturan yang tidak bertentangan dengan pemerintah daerah dan pusat. Tetapi mereka juga melihat kemampuan Imeum Mukim menerapkan aturan secara adat lebih baik dibandingkan hukum nasional karena memang masyarakat sendiri merasa lebih adil adanya hukum adat yang ganjarannya juga demi kebaikan bersama.

Tabel.13 jawaban informan tentang perlunya Pemerintah Kecamatan dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan melalui Pemerintahan Mukim sehingga tidak langsung pada Geusyik (Gampong).

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase(%)

1. Ya 12 100%

2. Ragu – Ragu 0 0%

3. Tidak 0 0%

Total 12 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa partisipan yang menganggap perlunya Pemerintah Kecamatan melakukan urusan pemerintahan melalui Pemerintahan Imeum Mukim yaitu sebanyak 12 partisipan atau 100 %. Sedangkan informan yang menjawab ragu – ragu dan tidak perlu adalah tidak ada.

Dari data ini menunjukkan bahwa masyarakat megharapkan Imeum Mukim berperan lebih dominan atau aktif dibandingkan dengan Camat dalam melakukan suatu perencanaan yang melibatkan keikutsertaan masyarakat.

Tabel.14 jawaban informan tentang tingkat penerimaan keputusan dan arahan Imeum Mukim dalam perencanaan partisipatif, yaitu:

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase(%)

1. Tinggi 12 100%

2. Sedang 0 0%

3. Tidak Peduli 0 0%

Total 12 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh masyarakat atau 12 partisipan(100%) menjawab menerima keputusan Imeum Mukim dan sangat menghormatinya. Terutama dalam memusyawarahkan atau membuat suatu perencanaan yang menyangkut kepentingan masyarakat seluruhnya.

Gambaran ini dapat menunjukkan bahwa kharismatik atau reputasi seorang Imeum Mukim cukup baik, sehingga ketika Imeum Mukim membuat keputusan dan melakukan pengarahan maka dengan senang hati masyarakat senantiasa menerima atau mengikutinya.

Tabel.15 tentang Imeum Mukim pernah menyelesaikan sengketa yang timbul didalam masyarakat secara adat.

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase(%)

1. Pernah 7 58%

2. Ragu – ragu 4 34%

3. Tidak Pernah 1 8%

Total 12 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 7 partisipan atau 58% menjawab Imeum Mukim pernah menyelesaikan sengketa yang timbul secara adat. Yang menjawab ragu – ragu sebanyak 4 partisipan atau 34% karena mereka berpendapat Imeum Mukim tidak dapat meneruskan masalah yang ada ke tingkat pengadilan. Sedangkan yang menjawab tidak pernah yaitu sebanyak 1 partisipan atau

8% disebabkan lebih suka meluruskan masalah lewat Undang-Undang dan aturan yang berlaku.

Tabel.16 tentang pemahaman partisipan tentang perencanaan partisipatif

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase(%)

1. Tahu 10 83%

2. Ragu-ragu 2 17%

3. Tidak tahu 0 0%

Total 12 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat Kemukiman Blang Siguci pada umumnya mengerti dan memahami tentang perencanaan partisipatif di daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat ada sebanyak 10 partisipan atau 83% dari 12 partisipan yang menyatakan hal tersebut. Kemudian di dukung oleh Imeum Mukim Blang Siguci Tgk. Ilyas Yacob yang menyatakan :

“sebagian besar masyarakat kita tahu apa itu perencanaan yang melibatkan semua orang, karena sudah menjadi adat kami membicarakan masalah yang menyangkut kemashlahatan umat secara bersama-sama untuk menghindari percekcokan di kemudian hari”.

Menurut masyarakat, perencanaan partisipatif merupakan perencanaan yang melibatkan mereka didalamnya untuk membicarakan program-program pembangunan atau lainnya yang akan dilaksanakan kemudian. Keadaan seperti ini merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam implementasi perencanaan partisipatif, karena jika masyarakat telah mengerti maka mereka juga akan mengetahui apa yang akan menjadi hak dan kewajhibannya dalam pembangunan. Sehingga dengan demikian diharapkan akan terealisasinya perwujudan partisipasi masyarakat di Kemukiman Blang Siguci secara maksimal.

Tabel.17 tentang adanya sosialisasi tentang cara melaksanakan perencanaan partisipatif.

1. Ada 6 50%

2. Jarang 2 17%

3. Tidak ada 4 33%

Total 12 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa sosialisasi yang dilakukan masih kurang dan hanya diikuti oleh sebagian orang. Sebanyak 6 partisipan atau 50% menjawab sosialisasi pernah dilakukan, 2 partisipan atau 17% menjawab ragu-ragu dan 4 partisipan atau 33% menjawab tidak pernah dilakukan sosialisasi tentang perencanaan partisipatif.

Berdasarkan data tersebut, terlihat dengan jelas kurangnya sosialisasi tentang perencanaan partisipatif oleh pemerintah kepada masyarakat. Hal tersebut juga sama seperti yang disampaikan oleh tokoh Faisal, A.Md Kep. tokoh Pemuda Gampong Buket Teukuh yang menyatakan:

“Sosialisasi tentang perencanaan partisipatif belum begitu memadai seperti dalam melatih (training) pemuda tentang perencanaan partisipatif agar dapat mengamalkan tata cara melakukan perencanaan partisipatif nantinya. Terkesan pemerintah kurang memberdayakan kami, hanya mengandalkan penyuluhan sesaat saja”.

Pemerintah harus melakukan kaderisasi dalam menjalankan program tertentu tidak cukup mengandalkan tenaga penyuluhan. Karena pelibatan masyarakat ikut menentukan arah pembangunan suatu daerah sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Keterlibatan masyarakat diharapakan dapat menjadi mitra aparatur pemerintah dalam membenahi kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi.

Tabel.18 tentang seringnya dilaksanakan perencanaan partisipatif.

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase(%)

1. Sering 6 50%

2. Jarang 2 17%

3. Tidak pernah 4 33%

Total 12 100%

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa partisipan yang menjawab sering dilaksanakan perencanaan partisipatif yaitu sebanyak 6 partisipan atau 50%, jarang dilaksanakan oleh 2 partisipan dan sebanyak 4 partisipan menjawab tidak pernah dilkukan perencanaan partisipatif.

Tabel.19 Pelibatan masyarakat dalam perencanaan partisipatif

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase(%)

1. Pernah 1 8%

2. Kadang – Kadang 9 75%

3. Tidak pernah 2 17%

Total 12 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pelibatan masyarakat dalam perencanaan partisipatif masih kurang baik. Seperti yang dijawab oleh 9 partisipan atau 75%. Sedangkan yang mengatakan tidak baik yaitu 2 partisipan atau 17% dan yang mengatakan baik sebanyak 1 partisipan atau 8%. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Kemukiman Blang Siguci, diperoleh data bahwa selama ini perencanaan partisipatif hanya dihadiri oleh beberapa orang yang dianggap kompeten seperti aparatur Gampong, Tuha Peut atau Lapan dan Imeum Mukim. Berikut petikan wawancara dengan dengan M.Nasir masyarakat Kemukiman Blang Siguci:

“saya sangat menyayangkan masyarakat tidak semuanya bisa ikut atau didengarkan pendapatnya karena keputusan yang diambil terlalu cepat oleh aparatur pemerintahan sehingga matang belum pada saatnya”.

Tabel.20 Pentingnya perencanaan partisipatif masyarakat Kemukiman Blang Siguci. No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase(%)

1. Penting 10 84%

2. Kurang penting 1 8%

3. Tidak penting 1 8%

Total 12 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar partisipan menyatakan pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan atau lainnya. Hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban diatas yang sebagian besar menyatakan “ya”

Dokumen terkait