• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Polres Toba Samosir.

BAB 4 : ANALISIS DATA

Pada Bab ini penulis menganalisa data yang diperlukan dalam penyelesaian tugas akhir.

BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang program yang dipakai untuk memproses penelitian.

BAB 6 : PENUTUP

Bab ini merupakan penutup mengenai kesimpulan dari penelitian tersebut dan penulis mencoba memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat untuk masa yang akan datang.

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Statistik non Parametrik

Metode statistik non parametrik atau sering juga disebut metode bebas sebaran (distribution free) adalah test yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat tertentu tentang bentuk distribusi parameter populasinya. Oleh karena itu observasi-observasinya harus independen dan bahwa variabel yang diteliti pada dasarnya harus memiliki kontinuitas.

Statistik non parametrik mempunyai kelebihan yaitu kebanyakan prosedur parametrik memerlukan asumsi dalam jumlah yang minimal maka kemungkinan untuk beberapa prosedur non parametrik perhitungan-perhitungan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah, terutama bila terpaksa dilakukan dengan manual. Jadi penggunaan prosedur-prosedur ini menghemat waktu yang diperlukan untuk perhitungan dan ini merupakan bahan pertimbangan bila hasil penyajian harus secara tersaji atau bila mesin hitung berkemampuan tinggi tidak tersedia. Dengan statistik non parametrik para peneliti dengan dasar matematik dan statistik yang kurang biasanya konsep dan metode prosedur non parametrik mudah dipahami. Prosedur-prosedur non parametrik boleh diterapkan bila data telah diukur dengan menggunakan skala pengukuran.

Sedangkan kelemahan dari statistik non parametrik adalah perhitungan-perhitungan yang dibutuhkan untuk kebanyakan prosedur non parametrik cepat dan sederhana yang mengakibatkan uji ini kurang akurat dan efisien.Metode ini juga tidak dapat digunakan untuk membuat prediksi (ramalan) seperti dalam model analisis regresi, karena asumsi distribusi normal tidak dapat dipenuhi.

Dalam penelitian ini digunakan analisis data kuantitatif (data yang berbentuk bilangan) secara statistik, yaitu dengan menggunakan Chi-Kuadrat (X2). Chi-Kuadrat merupakan salah satu prosedur non parametrik yang dapat digunakan dalam analisis statistik. Di dalam Chi-Kuadrat terdapat tekhnik analisa statistik untuk mengetahui signifikan perbedaan anatara proyeksi subjek dan objek penelitian ynag datanya telah dikategorikan. Analisa kategori dapat dibagi ke dalam dua macam kategori atau lebih tergantung dari objek ataupun respon yang ingin diamati.

2.2 Hipotesis

Hipotesis secara etimologis dibentuk dari dua kata yaitu, kata hypo yang berarti kurang dan thesis yang berarti pendapat. Jadi hypothesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan yang belum sempurna, sehingga disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis tersebut. Pembuktian ini hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan.

Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki untuk menentukan hipotesis adalah: 1. Hipotesis harus muncul dan hubungannya dengan teori serta masalah yang

diteliti.

2. Setiap hipotesis adalah kemungkinan jawaban terhadap persoalan yang diteliti. 3. Hipotesis harus dapat diuji atau terukur tersendiri untuk menetapkan hipotesis

yang besar kemungkinannya didukung oleh data empirik.

Adapun jenis hipotesis yang mudah dimengerti adalah hipotesis nol (H0), hipotesis alternatif (Ha), hipotesis kerja (Hk). Tetapi yang biasa adalah H0 yang merupakan antara dua variabel x dan variabel y yang akan diteliti atau variabel independen (x) tidak mempengaruhi variabel dependen (y).

2.3 Analisa yang Digunakan

2.3.1 Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan metode statistik dalam penelitian yang hanya menggunakan satu variabel. Penggunaan satu variabel dalam penelitian sangat tergantung dari tujuan dan skala pengukuran yang digunakan. Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel independen dan variabel dependen.

2.3.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat pada umumnya mempunyai tujuan untuk menguji perbedaan dan menguji hubungan antara dua variabel penelitian yang digunakan. Hipotesa yang diuji biasanya adalah kelompok itu berbeda dalam ciri khas tertentu, dengan demikian perbedaan itu berhubungan dengan frekuensi relatif masuknya anggota-anggota kelompok ke dalam beberapa kategori. Dalam analisa ini digunakan hipotesa Chi-kuadrat.

2.3.3 Uji Chi-Kuadrat

Uji Chi-kuadrat merupakan salah satu prosedur non parametrik yang dapat digunakan dalam analisis statistik yang sering digunakan dalam praktek. Tekhnik Chi-kuadrat (Chi-square; Chi dibaca: kai ; simbol dari huruf Yunani: X2) ditemukan oleh Helmet pada tahun 1900, pertama kali diperkenalkan kembali oleh Karl Pearson.

Uji Chi-kuadrat digunakan untuk menguji kebebasan antara dua sampel (variabel) yang disusun dalam tabel baris kali kolom atau menguji keselarasan dimana pengujian dilakukan untuk memeriksa ketergantungan dan homogenitas apakah data sebuah sampel yang diambil menunjang hipotesis yang menyatakan bahwa populasi asal sampel tersebut mengikuti suatu distribusi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, uji ini dapat juga disebut uji keselarasan (goodness of fit test), karena untuk menguji apakah sebuah sampel selaras dengan salah satu distribusi teoritis (seperti distribusi normal, uniform, binomial dan lainnya).

Pada kedua prosedur tersebut selalu meliputi perbandingan frekuensi yang teramati dengan frekuensi yang diharapkan bila H0 yang ditetapkan benar, karena dalam penelitian yang dilakukan data yang diperoleh tidak selamanya berupa data skala interval saja, melainkan juga data skala nominal, yaitu yang berupa perhitungan frekuensi pemunculan tertentu.

Perhitungan frekuensi pemunculan juga sering dikaitkan dengan perhitungan persentase, proporsi atau yang lain yang sejenis. Chi-kuadrat adalah tekhnik statistik yang dipergunakan untuk menguji probabilitas seperti itu, yang dilakukan dengan cara mempertentangkan antara frekuensi yang benar-benar terjadi, frekuensi yang diobservasi, observe frequencies (disingkat F0 atau O ) dengan frekuensi yang diharapkan, expected frequencies (disingkat Fh atau E).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Chi-kudarat, yaitu:

1. Chi-kuadrat digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk frekuensi 2. Chi-kuadrat tidak dapat digunakan untuk menentukan besar atau kecilnya

korelasi dari variabel-variabel yang dianalisa.

3. Chi-kuadrat pada dasarnya belum dapat menghasilkan kesimpulan yang memuaskan.

4. Chi-kuadrat cocok digunakan untuk data kategorik, data diskrit atau data nominal.

Cara memberikan interpretasi terhadap Chi-kuadrat adalah dengan menentukan df (degree of freedom) atau db (derajat bebas). Setelah itu berkonsultasi tabel harga kritik Chi-kuadrat. Selanjutnya membandingkan antara harga Chi-kuadrat dari hasil

perhitungan dengan harga kritik Chi-kuadrat, akhirnya mengambil kesimpulan dengan ketentuan:

1. Bila harga Chi-kuadrat (X2) sama atau lebih besar dari tabel Chi-kuadrat maka hipotesa nol (H0) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima.

2. Bila harga Chi-kuadrat (X2) lebih kecil dari tabel Chi-kuadrat maka hipotesa nol (H0) diterima dan hipotesa alternatif (Ha) ditolak.

Ada beberapa persoalan yang dapat diselesaikan dengan mengambil manfaat dari Chi-kuadrat diantaranya adalah:

1. Uji Independen antara Dua Faktor

Banyak data hasil pengamatan yang dapat digolongkan ke dalam beberapa faktor, karakteristik atau atribut terdiri dari beberapa klasifikasi, kategori, golongan atau mungkin tingkatan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap fenomena demikian akan diselidiki mengenai asosiasi atau hubungan atau kaitan antara faktor-faktor itu, bisa dikatakan bahan faktor-faktor itu bersifat independen atau bebas, tepatnya bebas statistik. Selain daripada itu akan diselidiki ada atau tidaknya pengaruh mengenai beberapa taraf atau tingkatan sesuatu faktor terhadap kejadian fenomena.

Secara umum untuk menguji independen antar dua faktor dapat dijelaskan sebagai berikut: misalkan diambil sebuah sampel acak berukuran n, dan tiap pengamatan tunggal diduga terjadi karena adanya dua macam faktor I dan II. Faktor I terbagi atas b taraf atau tingkatan dan faktor II terbagi atas k taraf. Banyak

pengamatan yang terjadi karena taraf ke-I faktor ke I (i=1,2,…,b) dan taraf ke-j faktor ke II (j=1,2,…,k) akan dinyatakan dengan nij. Hasilnya dapat dicatat dalam sebuah daftar kontingensi b k. Pasangan hipotesis yang akan diuji berdasarkan data dengan memakai penyesuaian persyaratan data yang diuji sebagai berikut:

H0 : Kedua faktor bebas statistik H1 : Kedua faktor tidak bebas statistic

Tabel yang disajikan akan dianalisis untuk setiap sel yang diperlukan kemudian dibentuk tabel kontingensi. Dari tabel tersebut di atas agar dapat dicari hubungan antara faktor-faktor dengan menggunakan statistik uji Chi-kuadrat.

Pengujian eksak sukar digunakan, karena disini hanya akan dijelaskan pengujian yang bersifat pendekatan. Untuk itu diperlukan frekuensi teoritik atau banyak gejala yang diharapkan terjadi, disini akan dinyatakan dengan Eij.

Rumusnya adalahsebagai berikut:

E

ij

= (n

io

n

oj

) n

Dengan:

Eij = Banyak data teoritik (banyak gejala yang diharapkan terjadi) nio = jumlah baris ke-i

noj = jumlah kolom ke-j n = total jumlah data

E11 = (n10 n01 )/n ; E12 = (n10 n02)/n E21 = (n20 n01 )/n ; E22 = (n20 n02)/n dan seterusnya …

Jelas bahwa n = n10 + n20 + … + nb0 = n01 + n02 + … + n0k

Sehingga nilai statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas adalah:

X

2

=



b i k j ij ij ij E E n 1 1 2 ) ( Dengan: X2 = Chi Kuadrat

nij = Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-I dan kolom ke-j

Eij = Banyak kasus yang diharapkan untuk dikategorikan dalam baris ke-I dan kolom ke-j.

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Tolak H0 jika X2hitung X2tabel

Terima H0 jika X2hitung X2tabel

Dalam taraf nyata α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) untuk distribusi Chi-Kuadrat adalah (b-1)(k-1), dalam hal yang lainnya kita terima hipotesa H0.

2. Koefisien Kontingensi

Kegunaan tekhnik koefisien kontingensi yang diberi simbol C, adalah untuk mencari atau menghitung keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai gejala ordinal (kategori), paling tidak berjenis nominal.

Cara kerja atau perhitungan koefisien kontingensi sangatlah mudah jika nilai Chi-Kuadrat sudah diketahui. Oleh karena itu biasanya para peneliti menghitung harga koefisien kontingensi setelah menemukan harga Chi-Kuadrat. Test signifikansi yang digunakan tetap menggunakan tabel kritik Chi-Kuadrat, dengan derajat kebebasan (db) sama dengan jumlah kolom dikurangi satu dikalikan dengan jumlah baris dikurangi satu (b-1)(k-1). Rumus untuk menghitung koefisien kontingensi adalah:

C =

N X X hitung hitung2 2 Keterangan: C = Koefisien kontingensi

X2hitung = Hasil perhitungan Chi-Kuadrat N = Banyak data

3. Metode Analisa

Dalam penelitian ini dilakukan metode analisis kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1:

Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mengadakan penelitian di Polres Toba Samosir dari tanggal 26 Desember sampai dengan 30 Desember 2010 di Bagian Operasional Polres Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir.

Langkah 2:

Dari data yang dianalisis, lalu disusun dalam tabel distribusi frekuensi:

Langkah 3:

Dari data yang dianalisis maka dapat dibentuk daftar kontingensi frekuensi yang diamati seperti di bawah ini:

Tabel 2.1 Daftar Kontingensi FAKTOR II (K TARAF) JUMLAH 1 2 …. K FAKTOR I ( B TARAF) 1 n11 n12 …. n1k N10 2 n12 n22 …. n2k N20 …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. B nB1 nB2 …. nbk nB0 Jumlah n01 n02 …. n0k N

Dimana : faktor I dan faktor II adalah faktor-faktor yang membentuk dafatar kontingensi dengan b baris dan k kolom, nij adalah frekuensi yang diamati.

N(1) =

b i ij E 1 ; i = 1,2,3,…,b N(1) =

k j ij E 1 ; j = 1,2,3,…,k Langkah 4:

Tentukan frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati dengan rumus:

E

ij

= ( n

io

n

oj

) / n

Dengan:

Eij = ferkuensi yang diharapkan n = jumlah data yang diamati

Dari rumus di atas dapat disusun tabel kontingensi dari frekuensi yang diharapkan seperti pada tabel 2.2 di bawah ini:

Tabel 2.2 Daftar Kontingensi dari Frekuensi yang Diharapkan FAKTOR II (K TARAF) JUMLAH 1 2 …. K FAKTOR I ( B TARAF ) 1 E11 E12 …. E1k N10 2 E12 E22 …. E2k N20 …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. B EB1 EB2 …. Ebk nB0 Jumlah n01 n02 …. n0k N

Dengan terbentuknya daftar frekuensi yang diamati dan daftar frekuensi yang diharapkan maka dapat ditentukan harga X2.

Langkah 5:

Untuk menghitung harga Chi-Kuadrat, perlu perhatikan criteria sebagai berikut:

1. Frekuensi teoritis (Eij) minimum harus 5 setiap kotak, sebab X2 hanya berlaku apabila Eij ≥ 5, dengan kata lain apabila Eij <5 maka terhadap data tidak dapat dipertanggungjawabkan. Untuk tabel dua baris dan dua kolom dan untuk tabel lebih dari 2 2 sebelum menghitung X2 perlu diperhatikan dahulu Eij pada setiap kotak dalam tabel. Jika syarat tidak dipenuhi maka beberapa kolom atau baris perlu digabung.

2. Setiap kotak tidak boleh mempunyai frekuensi kurang dari 1.

Setelah kriteria-kriteria di atas dipenuhi maka harga X2 dapat dihitung dengan rumus:

X

2

=



b i k j ij ij ij E E n 1 1 2 ) (

Untuk menguji apakah harga X2 dianggap berarti pada suatu level of signifikan tertentu harus diketahui nilai kritis dari X2 dengan menggunakan daftar pencarian harga Chi-Kuadrat yang dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan. Dengan membaca nilai ini Chi-Kuadrat yang tepat harus terlebih dahulu dipilih confidence coefficient yang akan dipakai dan degree of freedom (db) yaitu (b-1)(k-1).

Langkah 6:

Hipotesa yang diajukan adalah:

H0 = Tidak ada hubungan antara jumlah personil polisi dan jumlah penduduk dengan jumlah kejahatan pada setiap polsek.

H1 = Ada hubungan antara jumlah personil polisi dan jumlah penduduk dengan jumlah kejahatan pada setiap polsek.

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Tolak H0 jika X2hitung X2tabel

Langkah 7:

Selanjutnya akan ditentukan koefisien kontingensi C dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

C =

N X X hitung hitung2 2 Keterangan: C = Koefisien Kontingensi

X2hitung = Hasil perhitungan Chi-Kuadrat N = Banyak data

Harga C dipakai untuk nilai derajat asosiasi antar faktor-faktornya adalah dengan membandingkan harga C dengan koefisien kontingensi maksimum dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Cmaks

=

Dengan m harga minimum antara b dan k atau antara jumlah baris dan kolom.

Langkah 8:

Dengan membandingkan C dan Cmaks maka keeratan hubungan variabel I dan variabel II ditentukan oleh persentase. Hubungan kedua variabel ini disimbolkan dengan Q dan mempunyai nilai antara -1 dan +1. Bilamana harga Q mendekati +1 maka hubungan tambah erat dan bila harga Q menjauhi +1 maka hubungan kedua variabel semakin kurang erat.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Q =

maks C C

100%

Dengan ketentuan-ketentuan Davis (1971) sebagai berikut: 1. Sangat erat jika Q 0,70

2. Erat jika Q antara 0,50 dan 0,69 3. Cukup erat jika Q antara 0,30 dan 0,49 4. Kurang erat jika Q antara 0,10 dan 0,29 5. Dapat diabaikan jika Q antara 0,01 dan 0,09 6. Tidak ada jika Q = 0,00

BAB 3

SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET

3.1 Sejarah Kepolisian

Lahir, tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia sejak Proklamasi. Sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia, Polri telah dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks. Selain menata keamanan dan ketertiban masyarakat di masa perang, Polri juga terlibat langsung dalam pertempuran melawan penjajah dan berbagai operasi meliter bersama-sama satuan angkatan bersenjata yang lain. Kondisi seperti ini dilakukan oleh Polri karena Polri lahir sebagai satu-satunya satuan bersenjata yang relatif lebih lengkap.

Hanya empat hari setelah kemerdekaan, tepatnya 21 Agustus 1945, secara tegas pasukan polisi segera memproklamirkan diri sebagai Pasukan Polisi Republik Indonesia yang sewaktu itu dipimpin oleh Inspektur Kelas I Polisi Mochammad Jassin di Surabaya, langkah awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan pelucutan senjata terhdapa tentara Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan semangat moral dan patriotisme seluruh rakyat maupun persatuan bersenjata lain yang patah semangat akibat kekalahan perang yang panjang.

Tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu yang didalamnya juga terdapat ribuan tentara Belanda menyerbu Indonesia dengan dalih ingin melucuti tentara Jepang. Pada kenyataannya pasukan sekutu tersebut justru ingin membantu Belanda menjajah kembali Indonesia. Oleh karena itu pernag antara sekutu dan pasukan Indonesia pun terjadi dimana-mana. Klimaksnya terjadi pada tanggal 10 November 1945, yang dikenal sebagai ‘Pertempuran Surabaya’. Tanggal itu kemudian dijadikan sebagai hari Pahlawan secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh bangsa Indonesia.

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya menjadi sangat penting dalam sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat Indonesia gugur, tetapi lebih dari itu karena semangat heroiknya mampu menggetarkan dunia dan PBB akan eksistensi bangsa dan Negara Indonesia di mata dunia. Andil pasukan Polisi dalam mengobarkan semangat perlawanan rakyat ketika itupun sangat besar dalam menciptakan keamanan dan ketertiban di dalam negeri, Polri juga sudah banyak disibukkan oleh berbagai operasi militer, penumpasan pemberontakan dari DI & TII, PRRI, PKI, RMS, RAM, dan G30/SPKIserta berbagai penumpasan GPK.

Dalam perkembangan paling akhir dalam kepolisian yang semakin modern dan global, Polri bukan hanya mengurusi keamanan dan ketertiban di dalam negeri, akan tetapi juga terlibat dalam masalah-masalah keamanan dan ketertiban regional maupun Internasional, sebagaimana yang ditempuh oleh kebijakan PBB yang telah meminta pasukan-pasukan Polisi termasuk Indonesia untuk ikut aktif dalam berbagai operasi kepolisian, misalnya di Namibia (Afrika Selatan) dan di Kamboja (Asia).

3.2 Visi dan Misi Kepolisian

3.2.1 Visi

Polri yang mampu menjadi pelindung Pengayom dan Pelayan Masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama masyarakat, serta sebagai penegak hukum yang profesional dan proposional yang selalu menjunjung tinggi supermasi hukum dan hak azasi manusia, Pemelihara keamanan dan ketertiban serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera.

3.2.2 Misi

Berdasarkan uraian Visi sebagaimana tersebut di atas, selanjutnya uraian tentang jabaran misi Polri ke depan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat (meliputi aspek security, surety, safety dan peace) sehingga masyarkat bebas dari gangguan fisik maupun psikis.

2. Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya preemtif dan preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan kekuatan serta kepatuhan hukum masyarakat (Law abiding Cityzenship).

3. Menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak azasi manusia menuju kepada adanya kepastian hukum dan rasa keadilan.

4. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan tetap memperhatikan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam bingkai integritas wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Meningkatkan upaya konsolidasi ke dalam (internal Polri) sebagai upaya menyamakan visi dan misi Polri ke depan.

6. Memelihara soliditas institusi Polri dari berbagai pengaruh eksternal yang sangat merugikan organisasi.

7. Melanjutkan operasi pemulihan keamanan di beberapa wilayah konflik guna menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8. Meningkatkan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa dari masyarakat yang ber-Bhineka Tunggal Ika.

9. Tercapainya situasi Kamtibmas yang kondusif bagi penyelenggaraan pembangunan nasional.

10.Terciptanya suatu proses penegakan hukum ynag konsisten dan berkeadilan bebas KKN dan menjunjung tinggi hak azasi manusia.

11.Terwujudnya aparat penegak hukum yang memiliki integritas dan kemmpuan professional yang yang tinggi serta mampu bertindak tegas, adil dan berwibawa.

12.Kesadaran hukum dan kepatuhan hukum masyarakat yang meningkat terwujud dalam bentuk partisipasi aktif dan dinamis masyarakat terhadap upaya Binkamtibmas yang semakin tinggi.

13.Kinerja Polri yang lebih profesional dan proporsional dengan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi sehingga disegani dan mendapat dukungan kuat dari masyarakat untuk mewujudkan lingkungan kehidupan yang lebih aman dan tertib.

14.Tercapainya kerukunan antar umat beragama dalam kerangka interaksi sosial yang intensif serta tumbuhnya kesadaran berbangsa guna menjamin keutuhan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika.

15.Tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

3.3 Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas

Struktur organisasi merupakan suatu bagan yang menunjukkan aspek-aspek pokok, hubungan antara bagian seluruh pengawasan dan masing-masing bertanggung jawab terhadap tugasnya. Karena itu penyusunan struktur organisasi dalam suatu kerja sama dan koordinasi yang baik dalam organisasi sangat penting untuk dapat menciptakan suatu kesatuan tindak usaha atau keharmonisan dari berbagai fungsi yang berbeda-beda untuk dapat menciptkan tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Adapun ringkasan tugas dari setiap bagian adalah sebagai berikut:

1. Kepala Polres atau disingkat Kapolres bertugas memimpin, membina dan mengawasi/mengendalikan satuan-satuan organisasi dalam lingkungan Polres serta memberikan saran pertimbangan dan melaksanakan tugas lain sesuai perintah Kapolda.

2. Wakil Kepala Polres atau disingkat Wakapolres bertugas membantu Kapolres dalam melaksanakan tugasnya dengan mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas staf seluruh satuan organisasi dalam jajaran Polres dan dalam batas kewenangannya memimpin Polres dalam hal Kapolres berhalangan serta melaksanakan tugas lain sesuai perintah Kapolres.

3. Bagian Operasi bertugas menyelenggarakan administrasi dan pengawasan operasional, perencanaan dan pengendalian operasi kepolisian, pelayanan fasilitas dan perawatan tahanan dan pelayanan atas permintaan perlindungan saksi/korban kejahatan dan permintaan bantuan pengamanan proses peradilan dan pengamanan khusus lainnya.

4. Bagian Pembinaan Kemitraan bertugas mengatur penyelenggaraan dan mengawasi/mengarahkan pelaksanaan penyuluhan masyarakat dan pembinaan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa oleh satuan-satuan fungsi yang berkompeten, membina hubungan kerja sama dengan organisasi/lembaga/tokoh sosial/kemasyarakatan dan instansi pemerintah, khususnya instansi Polsus/PPNS dan pemerintah daerah dalam kerangka otonomi daerah, dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga masyarakat pada hukum dan peraturan perundang-undangan, pengembangan pengamanan swakarsa dan pembinaan hubungan Polri – Masyarakat yang kondusif bagi pelaksanaan tugas Polri.

5. Bagian Administrasi bertugas menyelenggarakan penyusunan rencana/program kerja dan anggaran, pembinaan dan administrasi personel, pelatihan serta pembinaan dan administrasi logistik.

6. Bagian Urusan Telekomunikasi dan Informatika bertugas menyelenggarakan pelayanan telekomunikasi, pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi termasuk informasi kriminal dan pelayanan multimedia.

7. Unit Pelayanan Pengaduan dan Penegakan Disiplin bertugas menyelenggarakan pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku dan tindakan anggota Polri dan pembinaan disiplin dan tata tertib, termasuk pengamanan internal, dalam rangka penegakan hukum dan pemuliaan profesi.

8. Bagian Tata Usaha dan Urusan Dalam bertugas melaksanakan ketatausahaan dan urusan dalam meliputi korespondensi, ketatausahaan perkantoran, kearsipan, dokumentasi, penyelenggaraan rapat, apel/upacara, kebersihan dan ketertiban serta urusan perbengkelan/pemeliharaan kendaraan roda 2 (dua) maupun roda 4 (empat) dan urusan persenjataan.

9. Bagian Sentral Pelayanan Kepolisian bertugas memberikan pelayanan kepolisian kepada warga masyarakat yang membutuhkan, dalam bentuk penerimaan dan penanganan pertama laporan/pengaduan, pelayanan permintaan bantuan/pertolongan kepolisian, penjagaan markas termasuk penjagaan tahanan dan pengamanan barang bukti yang berada di Mapolres dan penyelesaian perkara ringan/perselisihan antar warga, sesuai ketentuan hukum dan peraturan/kebijakan dalam organisasi Polri.

10.Bagian Satuan Intelijen Keamanan bertugas menyelenggarakan/membina fungsi Intelijen bidang keamanan, termasuk persandian, dan pemberian

Dokumen terkait