• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Jumlah Penduduk Dan Jumlah Personil Polisi Dengan Jumlah Kejahatan Di Kabupaten Toba Samosir Tahun 2009.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Jumlah Penduduk Dan Jumlah Personil Polisi Dengan Jumlah Kejahatan Di Kabupaten Toba Samosir Tahun 2009."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH PENDUDUK DAN JUMLAH PERSONIL POLISI DENGAN JUMLAH KEJAHATAN DI

KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2009

TUGAS AKHIR

JUNIATY PARDEDE

082407067

PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

Judul :HUBUNGAN ANTARA JUMLAH PENDUDUK

DAN JUMLAH PERSONIL POLISI DENGAN JUMLAH KEJAHATAN DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2009

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : JUNIATY PARDEDE

Nomor Induk Mahasiswa : 082407067

Program Studi : DIPLOMA (D-III) STATISTIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas :MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2011

Diketahui

Departemen Matematika FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

Prof. DR. Tulus, M.Si Drs. Gim Tarigan, M.Si NIP. 19620901 198803 1 002 NIP.19550202 198601 1 001

(3)

PERNYATAAN

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH PENDUDUK DAN JUMLAH PERSONIL POLISI DENGAN JUMLAH KEJAHATAN DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

TAHUN 2009

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2011

(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang sangat berharga yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu. Maka dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak saya tercinta R.Pardede dan Mama saya tersayang E.br Sitorus, yang telah membesarkan dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang dan cinta kasih sejak kecil hingga saat ini selalu memberikan doa dan dorongan, semangat serta materi yang tak ternilai dengan apapun.

2. Bapak DR. Sutarman, M.Sc, selaku Dekan FMIPA USU.

3. Ibu DR. Marpongahtun, M.Si, selaku Pembantu Dekan I FMIPA USU.

4. Bapak Prof. DR. Tulus, M.Si, selaku Ketua Departemen Matematika FMIPA USU.

5. Bapak Drs. Faigiziduhu Bu’ulölö, M.Si, selaku Koordinator Program Studi D-III STATISTIKA FMIPA USU.

6. Bapak Drs. Gim Tarigan, M.Si, selaku Dosen Pembimbing saya yang telah banyak memberi dukungan, bimbingan serta saran dalam penulisan Tugas Akhir saya ini.

7. Untuk Abangku Bastian Pardede serta adik-adikku Pontius Pardede, Sari Pardede dan Elfriyanti Pardede yang telah memberikan semangat dan doa. 8. Untuk teman-teman seperjuangan Ben Oni M. Wijaya, Dedi M.Sihombing dan

‘Anyway’ (Saurina Banjarnahor, Lamsihar D.F. Pakpahan, dan Dame A. Tanjung) yang telah memberikan doa dan dukungannya kepada saya.

9. Teman-teman kos M’31 ( Titin, Nengsot, Yosfet, Trigus, Siska Louli, Junze, dan Lasma) terimakasih buat semangat dan dukungan doanya.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini. Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan ilmu dan

pengetahuan kepada setiap orang yang membacanya.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

Medan, Mei 2011 Penulis

(5)

NIM: 082407067

5.1. Pengertian dan Pengenalan Microsoft Excel 47

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Daftar Kontingensi 16 Tabel 2.2 Daftar Kontingensi dari Frekuensi yang Diharapkan 18 Tabel 4.1 Daftar Jumlah Personil Polisi pada Setiap Kesatuan di Kab. Toba 31

Samosir Tahun2009

Tabel 4.2 Daftar Jumlah Kejahatan pada Setiap Kesatuan di Kab. Toba 32

Samosir Tahun2009

Tabel 4.3 Daftar Jumlah Penduduk pada Setiap Kesatuan di Kab. Toba 33 Samosir Tahun2009

Tabel 4.4 Hubungan Jumlah Personil Polisi dengan Jumlah Kejahatan 34 pada Setiap Kesatuan di Kab. Toba Samosir Tahun 2009

Tabel 4.5 Daftar Frekuensi yang Diharapkan 36

Tabel 4.6 Penentuan Harga Chi-Kuadrat (X2) 37 Tabel 4.7 Hubungan Jumlah Penduduk dengan Jumlah Kejahatan pada 40

Setiap Kesatuan di Kab. Toba Samosir Tahun 2009

Tabel 4.8 Daftar Frekuensi yang Diharapkan 42

Tabel 4.9 Penentuan Harga Chi-Kuadrat (X2) 43

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Diagram Batang Jumlah Personil Polisi di Setiap Kesatuan 31

Gambar 4.2 Diagram Batang Jumlah Kejahatan di Setiap Kesatuan 32

Gambar 4.3 Diagram Batang Jumlah Penduduk di Setiap Kesatuan 33

Gambar 5.1 Mengaktifkan Program Microsoft Excel 48

Gambar 5.2 Hasil Penjumlahan pada Excel 49

Gambar 5.3 Penentuan Harga Chi-Kuadrat 50

Gambar 5.4 Tampilan Grafik pada Excel 51

(8)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dengan cara berkelompok dan

bermasyarakat. Dimana dalam kehidupan bermasyarakat tersebut, terdapat

ketentuan-ketentuan hidup atau norma yang mengatur segala aspek kehidupan manusia. Salah

satunya adalah norma hukum yang mengatur kehidupan tata-tertib mayarakat. Norma

hukum ini ditunjukan bagi orang yang melakukan kejahatan atau pelanggaran

peraturan yang berlaku.

Masalah kejahatan adalah masalah manusia yang telah merupakan kenyataan

sosial. Kejahatan dipandang dari segi hukum adalah perbuatan yang dilarang oleh

undang-undang dan barang siapa yang melakukan sesuatu perbuatan yang

bertentangan dengan undang-undang tersebut, maka ia akan dihukum. Kejahatan

yang terjadi setiap tahun tidak terhitung banyaknya dan jutaan penjahat telah

dihukum. Sehingga banyak korban kejahatan yang mengalami kerugian kesusilaan

dan kesusahan. Akibat dari kejahatan tersebut juga meresahkan masyarakat dalam

(9)

Untuk mencegah kejahatan yang terus meningkat di Indonesia, khususnya di

Kabupaten Toba Samosir pada saat ini, maka diperlukan jumlah personil polisi yang

memadai. Dimana tugas Polri adalah mampu menjadi pelindung, pengayom dan

pelayan masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama dengan masyarakat, serta

sebagai penegak hukum yang profesional dan proposional yang selalu menjunjung

tinggi supermasi hukum dan hak azasi manusia, pemeliharaan keamanan dalam negeri

dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera.

Hubungan antara personil polisi dengan masyarakat di Kabupaten Toba

Samosir sangatlah penting. Dimana, dalam kehidupan bermasyarakat selalu ada

kejahatan karena terjadi pelanggaran hukum yang berlaku. Maka dari itu, dengan

meningkatkan jumlah personil polisi diharapakan dapat mengatasi jumlah kejahatan

yang meningkat di tengah-tengah masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan antara jumlah penduduk dan jumlah personil polisi dengan jumlah

kejahatan di Kabupaten Toba Samosir.

Melihat dari masalah tersebut maka pada penulisan tugas akhir ini, penulis

(10)

1.2 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan judul di atas maka yang menjadi identifikasi masalah adalah bagaimana

hubungan antara jumlah penduduk dan jumlah personil polisi dengan jumlah

kejahatan setiap polsek di Kabupaten Toba Samosir tahun 2009.

Dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat dapat menimbulkan

jumlah kejahatan yang meningkat juga. Dengan mengetahui peningkatan jumlah

penduduk di masyarakat dan ketersediaan jumlah personil polisi sehingga diharapkan

di masa yang akan datang jumlah kejahatan dapat diperkirakan dan dapat diatasi.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah ada hubungan antara jumlah penduduk dan jumlah personil polisi

dengan jumlah kejahatan di Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2009?

b. Berapa persen (%) besar hubungan antara jumlah penduduk dan jumlah

personil polisi dengan jumlah kejahatan di Kabupaten Toba Samosir pada

(11)

1.4 Batasan Masalah

Yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk dan

jumlah personil polisi dengan jumlah kejahatan di Kabupaten Toba Samosir pada

tahun 2009.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka tujuan dari penulisan

Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran tentang hubungan antara jumlah penduduk dan

jumlah personil polisi dengan jumlah kejahatan di Kabupaten Toba Samosir

pada tahun 2009.

2. Untuk mengetahui berapa persen (%) besar hubungan antara jumlah penduduk

dan jumlah personil polisi dengan jumlah kejahatan di Kabupaten Toba

Samosir pada tahun 2009.

Manfaat dari penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi D3 Statistika.

2. Sebagai penerapan ilmu dari mata kuliah yang diperoleh.

3. Dapat menuangkan ilmu dan mengaplikasikan teori-teori statistika yang

diperoleh penulis selama kuliah untuk menyelesiakan permasalahan yang

sedang diteliti.

4. Sebagai pengetahuan bagi kita bahwa dengan peningkatan kejahatan sangat

(12)

1.6 Lokasi Penelitian

Penelitian atau pengumpulan data mengenai tingkat kejahatan ini diperoleh dari

Bagian Operasional Polres Toba Samosir Jalan Siponggol Dolok, Kecamatan Porsea,

Kabupaten Toba Samosir.

1.7 Metode Penelitian

Beberapa metode penelitian yang dilakukan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini

adalah:

1. Penelitian Kepustakaan (studi literatur)

Untuk memperoleh keterangan – keterangan yang mendukung penulisan tugas

akhir dilakukan studi literatur dengan membaca serta mempelajari buku-buku

yang didapat dari perkuliahan maupun dari buku – buku yang tersedia di

perpustakaan. Selain itu, kutipan – kutipan atau informasi yang relevan dengan

judul juga diambil dari internet.

2. Penelitian Lapangan

Yaitu suatu cara penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder

dan informasi, dengan cara langsung ke lapangan dan melihat keadaan yang

sesungguhnya. Data yang digunakan pada tugas akhir ini bersumber dari

(13)

1.8 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan penulis adalah antara lain:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, identifikasi masalah,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

lokasi penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS

Pada Bab ini berisi tentang suatu tinjauan teori untuk diaplikasikan

dalam pengolahan data yang didapat. Dalam hal ini menggunakan

Chi- Kuadrat.

BAB 3 : SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET

Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Polres Toba

Samosir.

BAB 4 : ANALISIS DATA

Pada Bab ini penulis menganalisa data yang diperlukan dalam

penyelesaian tugas akhir.

BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang program yang dipakai

untuk memproses penelitian.

BAB 6 : PENUTUP

Bab ini merupakan penutup mengenai kesimpulan dari penelitian

tersebut dan penulis mencoba memberikan saran yang mungkin dapat

(14)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Statistik non Parametrik

Metode statistik non parametrik atau sering juga disebut metode bebas sebaran

(distribution free) adalah test yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat tertentu

tentang bentuk distribusi parameter populasinya. Oleh karena itu

observasi-observasinya harus independen dan bahwa variabel yang diteliti pada dasarnya harus

memiliki kontinuitas.

Statistik non parametrik mempunyai kelebihan yaitu kebanyakan prosedur

parametrik memerlukan asumsi dalam jumlah yang minimal maka kemungkinan

untuk beberapa prosedur non parametrik perhitungan-perhitungan dapat dilakukan

dengan cepat dan mudah, terutama bila terpaksa dilakukan dengan manual. Jadi

penggunaan prosedur-prosedur ini menghemat waktu yang diperlukan untuk

perhitungan dan ini merupakan bahan pertimbangan bila hasil penyajian harus secara

tersaji atau bila mesin hitung berkemampuan tinggi tidak tersedia. Dengan statistik

non parametrik para peneliti dengan dasar matematik dan statistik yang kurang

biasanya konsep dan metode prosedur non parametrik mudah dipahami.

Prosedur-prosedur non parametrik boleh diterapkan bila data telah diukur dengan menggunakan

(15)

Sedangkan kelemahan dari statistik non parametrik adalah

perhitungan-perhitungan yang dibutuhkan untuk kebanyakan prosedur non parametrik cepat dan

sederhana yang mengakibatkan uji ini kurang akurat dan efisien.Metode ini juga tidak

dapat digunakan untuk membuat prediksi (ramalan) seperti dalam model analisis

regresi, karena asumsi distribusi normal tidak dapat dipenuhi.

Dalam penelitian ini digunakan analisis data kuantitatif (data yang berbentuk

bilangan) secara statistik, yaitu dengan menggunakan Chi-Kuadrat (X2). Chi-Kuadrat

merupakan salah satu prosedur non parametrik yang dapat digunakan dalam analisis

statistik. Di dalam Chi-Kuadrat terdapat tekhnik analisa statistik untuk mengetahui

signifikan perbedaan anatara proyeksi subjek dan objek penelitian ynag datanya telah

dikategorikan. Analisa kategori dapat dibagi ke dalam dua macam kategori atau lebih

tergantung dari objek ataupun respon yang ingin diamati.

2.2 Hipotesis

Hipotesis secara etimologis dibentuk dari dua kata yaitu, kata hypo yang berarti

kurang dan thesis yang berarti pendapat. Jadi hypothesis merupakan jawaban

sementara terhadap pertanyaan penelitian. Pengertian ini kemudian diperluas dengan

maksud sebagai kesimpulan yang belum sempurna, sehingga disempurnakan dengan

membuktikan kebenaran hipotesis tersebut. Pembuktian ini hanya dapat dilakukan

(16)

Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki untuk menentukan hipotesis adalah:

1. Hipotesis harus muncul dan hubungannya dengan teori serta masalah yang

diteliti.

2. Setiap hipotesis adalah kemungkinan jawaban terhadap persoalan yang diteliti.

3. Hipotesis harus dapat diuji atau terukur tersendiri untuk menetapkan hipotesis

yang besar kemungkinannya didukung oleh data empirik.

Adapun jenis hipotesis yang mudah dimengerti adalah hipotesis nol (H0),

hipotesis alternatif (Ha), hipotesis kerja (Hk). Tetapi yang biasa adalah H0 yang

merupakan antara dua variabel x dan variabel y yang akan diteliti atau variabel

independen (x) tidak mempengaruhi variabel dependen (y).

2.3 Analisa yang Digunakan

2.3.1 Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan metode statistik dalam penelitian yang hanya

menggunakan satu variabel. Penggunaan satu variabel dalam penelitian sangat

tergantung dari tujuan dan skala pengukuran yang digunakan. Analisa univariat

dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel

(17)

2.3.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat pada umumnya mempunyai tujuan untuk menguji perbedaan dan

menguji hubungan antara dua variabel penelitian yang digunakan. Hipotesa yang diuji

biasanya adalah kelompok itu berbeda dalam ciri khas tertentu, dengan demikian

perbedaan itu berhubungan dengan frekuensi relatif masuknya anggota-anggota

kelompok ke dalam beberapa kategori. Dalam analisa ini digunakan hipotesa

Chi-kuadrat.

2.3.3 Uji Chi-Kuadrat

Uji Chi-kuadrat merupakan salah satu prosedur non parametrik yang dapat digunakan

dalam analisis statistik yang sering digunakan dalam praktek. Tekhnik Chi-kuadrat

(Chi-square; Chi dibaca: kai ; simbol dari huruf Yunani: X2) ditemukan oleh Helmet

pada tahun 1900, pertama kali diperkenalkan kembali oleh Karl Pearson.

Uji Chi-kuadrat digunakan untuk menguji kebebasan antara dua sampel

(variabel) yang disusun dalam tabel baris kali kolom atau menguji keselarasan dimana

pengujian dilakukan untuk memeriksa ketergantungan dan homogenitas apakah data

sebuah sampel yang diambil menunjang hipotesis yang menyatakan bahwa populasi

asal sampel tersebut mengikuti suatu distribusi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,

uji ini dapat juga disebut uji keselarasan (goodness of fit test), karena untuk menguji

apakah sebuah sampel selaras dengan salah satu distribusi teoritis (seperti distribusi

(18)

Pada kedua prosedur tersebut selalu meliputi perbandingan frekuensi yang

teramati dengan frekuensi yang diharapkan bila H0 yang ditetapkan benar, karena

dalam penelitian yang dilakukan data yang diperoleh tidak selamanya berupa data

skala interval saja, melainkan juga data skala nominal, yaitu yang berupa perhitungan

frekuensi pemunculan tertentu.

Perhitungan frekuensi pemunculan juga sering dikaitkan dengan perhitungan

persentase, proporsi atau yang lain yang sejenis. Chi-kuadrat adalah tekhnik statistik

yang dipergunakan untuk menguji probabilitas seperti itu, yang dilakukan dengan cara

mempertentangkan antara frekuensi yang benar-benar terjadi, frekuensi yang

diobservasi, observe frequencies (disingkat F0 atau O ) dengan frekuensi yang

diharapkan, expected frequencies (disingkat Fh atau E).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Chi-kudarat,

yaitu:

1. Chi-kuadrat digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk frekuensi

2. Chi-kuadrat tidak dapat digunakan untuk menentukan besar atau kecilnya

korelasi dari variabel-variabel yang dianalisa.

3. Chi-kuadrat pada dasarnya belum dapat menghasilkan kesimpulan yang

memuaskan.

4. Chi-kuadrat cocok digunakan untuk data kategorik, data diskrit atau data

nominal.

Cara memberikan interpretasi terhadap Chi-kuadrat adalah dengan menentukan df

(degree of freedom) atau db (derajat bebas). Setelah itu berkonsultasi tabel harga kritik

(19)

perhitungan dengan harga kritik Chi-kuadrat, akhirnya mengambil kesimpulan dengan

ketentuan:

1. Bila harga Chi-kuadrat (X2) sama atau lebih besar dari tabel Chi-kuadrat maka

hipotesa nol (H0) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima.

2. Bila harga Chi-kuadrat (X2) lebih kecil dari tabel Chi-kuadrat maka hipotesa

nol (H0) diterima dan hipotesa alternatif (Ha) ditolak.

Ada beberapa persoalan yang dapat diselesaikan dengan mengambil manfaat

dari Chi-kuadrat diantaranya adalah:

1. Uji Independen antara Dua Faktor

Banyak data hasil pengamatan yang dapat digolongkan ke dalam beberapa faktor,

karakteristik atau atribut terdiri dari beberapa klasifikasi, kategori, golongan atau

mungkin tingkatan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap fenomena demikian akan

diselidiki mengenai asosiasi atau hubungan atau kaitan antara faktor-faktor itu, bisa

dikatakan bahan faktor-faktor itu bersifat independen atau bebas, tepatnya bebas

statistik. Selain daripada itu akan diselidiki ada atau tidaknya pengaruh mengenai

beberapa taraf atau tingkatan sesuatu faktor terhadap kejadian fenomena.

Secara umum untuk menguji independen antar dua faktor dapat dijelaskan

sebagai berikut: misalkan diambil sebuah sampel acak berukuran n, dan tiap

pengamatan tunggal diduga terjadi karena adanya dua macam faktor I dan II. Faktor I

(20)

pengamatan yang terjadi karena taraf ke-I faktor ke I (i=1,2,…,b) dan taraf ke-j faktor

ke II (j=1,2,…,k) akan dinyatakan dengan nij. Hasilnya dapat dicatat dalam sebuah

daftar kontingensi b k. Pasangan hipotesis yang akan diuji berdasarkan data dengan

memakai penyesuaian persyaratan data yang diuji sebagai berikut:

H0 : Kedua faktor bebas statistik

H1 : Kedua faktor tidak bebas statistic

Tabel yang disajikan akan dianalisis untuk setiap sel yang diperlukan

kemudian dibentuk tabel kontingensi. Dari tabel tersebut di atas agar dapat dicari

hubungan antara faktor-faktor dengan menggunakan statistik uji Chi-kuadrat.

Pengujian eksak sukar digunakan, karena disini hanya akan dijelaskan

pengujian yang bersifat pendekatan. Untuk itu diperlukan frekuensi teoritik atau

banyak gejala yang diharapkan terjadi, disini akan dinyatakan dengan Eij.

Rumusnya adalahsebagai berikut:

E

ij

= (n

io

n

oj

) n

Dengan:

Eij = Banyak data teoritik (banyak gejala yang diharapkan terjadi)

nio = jumlah baris ke-i

noj = jumlah kolom ke-j

n = total jumlah data

(21)

E11 = (n10 n01 )/n ; E12 = (n10 n02)/n

E21 = (n20 n01 )/n ; E22 = (n20 n02)/n

dan seterusnya …

Jelas bahwa n = n10 + n20 + … + nb0 = n01 + n02 + … + n0k

Sehingga nilai statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas adalah:

X

2

=



nij = Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-I dan

kolom ke-j

Eij = Banyak kasus yang diharapkan untuk dikategorikan dalam baris ke-I dan kolom

ke-j.

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Tolak H0 jika X2hitung X2tabel

Terima H0 jika X2hitung X2tabel

Dalam taraf nyata α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) untuk distribusi Chi-Kuadrat

(22)

2. Koefisien Kontingensi

Kegunaan tekhnik koefisien kontingensi yang diberi simbol C, adalah untuk mencari

atau menghitung keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai gejala

ordinal (kategori), paling tidak berjenis nominal.

Cara kerja atau perhitungan koefisien kontingensi sangatlah mudah jika nilai

Chi-Kuadrat sudah diketahui. Oleh karena itu biasanya para peneliti menghitung harga

koefisien kontingensi setelah menemukan harga Chi-Kuadrat. Test signifikansi yang

digunakan tetap menggunakan tabel kritik Chi-Kuadrat, dengan derajat kebebasan

(db) sama dengan jumlah kolom dikurangi satu dikalikan dengan jumlah baris

dikurangi satu (b-1)(k-1). Rumus untuk menghitung koefisien kontingensi adalah:

C

=

C = Koefisien kontingensi

X2hitung = Hasil perhitungan Chi-Kuadrat

N = Banyak data

3. Metode Analisa

Dalam penelitian ini dilakukan metode analisis kuantitatif dengan langkah-langkah

(23)

Langkah 1:

Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mengadakan penelitian di Polres

Toba Samosir dari tanggal 26 Desember sampai dengan 30 Desember 2010 di Bagian

Operasional Polres Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir.

Langkah 2:

Dari data yang dianalisis, lalu disusun dalam tabel distribusi frekuensi:

Langkah 3:

Dari data yang dianalisis maka dapat dibentuk daftar kontingensi frekuensi yang

diamati seperti di bawah ini:

Tabel 2.1 Daftar Kontingensi FAKTOR II (K TARAF)

JUMLAH

1 2 …. K

FAKTOR I ( B TARAF)

1 n11 n12 …. n1k N10

2 n12 n22 …. n2k N20

…. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. ….

B nB1 nB2 …. nbk nB0

(24)

Dimana : faktor I dan faktor II adalah faktor-faktor yang membentuk dafatar

kontingensi dengan b baris dan k kolom, nij adalah frekuensi yang diamati.

N(1) =

Tentukan frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati dengan rumus:

E

ij

= ( n

io

n

oj

) / n

Dengan:

Eij = ferkuensi yang diharapkan

n = jumlah data yang diamati

Dari rumus di atas dapat disusun tabel kontingensi dari frekuensi yang diharapkan

(25)

Tabel 2.2 Daftar Kontingensi dari Frekuensi yang Diharapkan FAKTOR II (K TARAF)

JUMLAH

1 2 …. K

FAKTOR I ( B TARAF )

1 E11 E12 …. E1k N10

2 E12 E22 …. E2k N20

…. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. ….

B EB1 EB2 …. Ebk nB0

Jumlah n01 n02 …. n0k N

Dengan terbentuknya daftar frekuensi yang diamati dan daftar frekuensi yang

diharapkan maka dapat ditentukan harga X2.

Langkah 5:

Untuk menghitung harga Chi-Kuadrat, perlu perhatikan criteria sebagai berikut:

1. Frekuensi teoritis (Eij) minimum harus 5 setiap kotak, sebab X2 hanya berlaku

apabila Eij ≥ 5, dengan kata lain apabila Eij <5 maka terhadap data tidak dapat

dipertanggungjawabkan. Untuk tabel dua baris dan dua kolom dan untuk tabel

lebih dari 2 2 sebelum menghitung X2 perlu diperhatikan dahulu Eij pada

setiap kotak dalam tabel. Jika syarat tidak dipenuhi maka beberapa kolom atau

(26)

2. Setiap kotak tidak boleh mempunyai frekuensi kurang dari 1.

Setelah kriteria-kriteria di atas dipenuhi maka harga X2 dapat dihitung dengan rumus:

X

2

=



Untuk menguji apakah harga X2 dianggap berarti pada suatu level of signifikan

tertentu harus diketahui nilai kritis dari X2 dengan menggunakan daftar pencarian

harga Chi-Kuadrat yang dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari hasil

perhitungan. Dengan membaca nilai ini Chi-Kuadrat yang tepat harus terlebih dahulu

dipilih confidence coefficient yang akan dipakai dan degree of freedom (db) yaitu

(b-1)(k-1).

Langkah 6:

Hipotesa yang diajukan adalah:

H0 = Tidak ada hubungan antara jumlah personil polisi dan jumlah penduduk dengan

jumlah kejahatan pada setiap polsek.

H1 = Ada hubungan antara jumlah personil polisi dan jumlah penduduk dengan

jumlah kejahatan pada setiap polsek.

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Tolak H0 jika X2hitung X2tabel

(27)

Langkah 7:

Selanjutnya akan ditentukan koefisien kontingensi C dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

C = Koefisien Kontingensi

X2hitung = Hasil perhitungan Chi-Kuadrat

N = Banyak data

Harga C dipakai untuk nilai derajat asosiasi antar faktor-faktornya adalah dengan

membandingkan harga C dengan koefisien kontingensi maksimum dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

Cmaks

=

Dengan m harga minimum antara b dan k atau antara jumlah baris dan kolom.

Langkah 8:

Dengan membandingkan C dan Cmaks maka keeratan hubungan variabel I dan variabel

II ditentukan oleh persentase. Hubungan kedua variabel ini disimbolkan dengan Q dan

mempunyai nilai antara -1 dan +1. Bilamana harga Q mendekati +1 maka hubungan

tambah erat dan bila harga Q menjauhi +1 maka hubungan kedua variabel semakin

(28)

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Q =

maks

C C

100%

Dengan ketentuan-ketentuan Davis (1971) sebagai berikut:

1. Sangat erat jika Q 0,70

2. Erat jika Q antara 0,50 dan 0,69

3. Cukup erat jika Q antara 0,30 dan 0,49

4. Kurang erat jika Q antara 0,10 dan 0,29

5. Dapat diabaikan jika Q antara 0,01 dan 0,09

(29)

BAB 3

SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET

3.1 Sejarah Kepolisian

Lahir, tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah perjuangan

kemerdekaan Republik Indonesia sejak Proklamasi. Sejak proklamasi kemerdekaan

Indonesia, Polri telah dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks. Selain

menata keamanan dan ketertiban masyarakat di masa perang, Polri juga terlibat

langsung dalam pertempuran melawan penjajah dan berbagai operasi meliter

bersama-sama satuan angkatan bersenjata yang lain. Kondisi seperti ini dilakukan oleh Polri

karena Polri lahir sebagai satu-satunya satuan bersenjata yang relatif lebih lengkap.

Hanya empat hari setelah kemerdekaan, tepatnya 21 Agustus 1945, secara

tegas pasukan polisi segera memproklamirkan diri sebagai Pasukan Polisi Republik

Indonesia yang sewaktu itu dipimpin oleh Inspektur Kelas I Polisi Mochammad Jassin

di Surabaya, langkah awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan

pelucutan senjata terhdapa tentara Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan

semangat moral dan patriotisme seluruh rakyat maupun persatuan bersenjata lain yang

(30)

Tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu yang didalamnya juga terdapat

ribuan tentara Belanda menyerbu Indonesia dengan dalih ingin melucuti tentara

Jepang. Pada kenyataannya pasukan sekutu tersebut justru ingin membantu Belanda

menjajah kembali Indonesia. Oleh karena itu pernag antara sekutu dan pasukan

Indonesia pun terjadi dimana-mana. Klimaksnya terjadi pada tanggal 10 November

1945, yang dikenal sebagai ‘Pertempuran Surabaya’. Tanggal itu kemudian dijadikan

sebagai hari Pahlawan secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh bangsa

Indonesia.

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya menjadi sangat penting dalam

sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat Indonesia gugur, tetapi lebih dari

itu karena semangat heroiknya mampu menggetarkan dunia dan PBB akan eksistensi

bangsa dan Negara Indonesia di mata dunia. Andil pasukan Polisi dalam mengobarkan

semangat perlawanan rakyat ketika itupun sangat besar dalam menciptakan keamanan

dan ketertiban di dalam negeri, Polri juga sudah banyak disibukkan oleh berbagai

operasi militer, penumpasan pemberontakan dari DI & TII, PRRI, PKI, RMS, RAM,

dan G30/SPKIserta berbagai penumpasan GPK.

Dalam perkembangan paling akhir dalam kepolisian yang semakin modern

dan global, Polri bukan hanya mengurusi keamanan dan ketertiban di dalam negeri,

akan tetapi juga terlibat dalam masalah-masalah keamanan dan ketertiban regional

maupun Internasional, sebagaimana yang ditempuh oleh kebijakan PBB yang telah

meminta pasukan-pasukan Polisi termasuk Indonesia untuk ikut aktif dalam berbagai

(31)

3.2 Visi dan Misi Kepolisian

3.2.1 Visi

Polri yang mampu menjadi pelindung Pengayom dan Pelayan Masyarakat yang selalu

dekat dan bersama-sama masyarakat, serta sebagai penegak hukum yang profesional

dan proposional yang selalu menjunjung tinggi supermasi hukum dan hak azasi

manusia, Pemelihara keamanan dan ketertiban serta mewujudkan keamanan dalam

negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang

sejahtera.

3.2.2 Misi

Berdasarkan uraian Visi sebagaimana tersebut di atas, selanjutnya uraian tentang

jabaran misi Polri ke depan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

(meliputi aspek security, surety, safety dan peace) sehingga masyarkat bebas

dari gangguan fisik maupun psikis.

2. Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya preemtif dan

preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan kekuatan serta kepatuhan

(32)

3. Menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan menjunjung

tinggi supremasi hukum dan hak azasi manusia menuju kepada adanya

kepastian hukum dan rasa keadilan.

4. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan tetap memperhatikan

norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam bingkai integritas wilayah

hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Meningkatkan upaya konsolidasi ke dalam (internal Polri) sebagai upaya

menyamakan visi dan misi Polri ke depan.

6. Memelihara soliditas institusi Polri dari berbagai pengaruh eksternal yang

sangat merugikan organisasi.

7. Melanjutkan operasi pemulihan keamanan di beberapa wilayah konflik guna

menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8. Meningkatkan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa dari masyarakat

yang ber-Bhineka Tunggal Ika.

9. Tercapainya situasi Kamtibmas yang kondusif bagi penyelenggaraan

pembangunan nasional.

10.Terciptanya suatu proses penegakan hukum ynag konsisten dan berkeadilan

bebas KKN dan menjunjung tinggi hak azasi manusia.

11.Terwujudnya aparat penegak hukum yang memiliki integritas dan kemmpuan

professional yang yang tinggi serta mampu bertindak tegas, adil dan

berwibawa.

12.Kesadaran hukum dan kepatuhan hukum masyarakat yang meningkat terwujud

dalam bentuk partisipasi aktif dan dinamis masyarakat terhadap upaya

(33)

13.Kinerja Polri yang lebih profesional dan proporsional dengan menjunjung

tinggi nilai-nilai demokrasi sehingga disegani dan mendapat dukungan kuat

dari masyarakat untuk mewujudkan lingkungan kehidupan yang lebih aman

dan tertib.

14.Tercapainya kerukunan antar umat beragama dalam kerangka interaksi sosial

yang intensif serta tumbuhnya kesadaran berbangsa guna menjamin keutuhan

bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika.

15.Tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945.

3.3 Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas

Struktur organisasi merupakan suatu bagan yang menunjukkan aspek-aspek

pokok, hubungan antara bagian seluruh pengawasan dan masing-masing

bertanggung jawab terhadap tugasnya. Karena itu penyusunan struktur organisasi

dalam suatu kerja sama dan koordinasi yang baik dalam organisasi sangat penting

untuk dapat menciptakan suatu kesatuan tindak usaha atau keharmonisan dari

berbagai fungsi yang berbeda-beda untuk dapat menciptkan tujuan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.

Adapun ringkasan tugas dari setiap bagian adalah sebagai berikut:

1. Kepala Polres atau disingkat Kapolres bertugas memimpin, membina dan

mengawasi/mengendalikan satuan-satuan organisasi dalam lingkungan Polres

serta memberikan saran pertimbangan dan melaksanakan tugas lain sesuai

(34)

2. Wakil Kepala Polres atau disingkat Wakapolres bertugas membantu Kapolres

dalam melaksanakan tugasnya dengan mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas

staf seluruh satuan organisasi dalam jajaran Polres dan dalam batas

kewenangannya memimpin Polres dalam hal Kapolres berhalangan serta

melaksanakan tugas lain sesuai perintah Kapolres.

3. Bagian Operasi bertugas menyelenggarakan administrasi dan pengawasan

operasional, perencanaan dan pengendalian operasi kepolisian, pelayanan

fasilitas dan perawatan tahanan dan pelayanan atas permintaan perlindungan

saksi/korban kejahatan dan permintaan bantuan pengamanan proses peradilan

dan pengamanan khusus lainnya.

4. Bagian Pembinaan Kemitraan bertugas mengatur penyelenggaraan dan

mengawasi/mengarahkan pelaksanaan penyuluhan masyarakat dan pembinaan

bentuk-bentuk pengamanan swakarsa oleh satuan-satuan fungsi yang

berkompeten, membina hubungan kerja sama dengan

organisasi/lembaga/tokoh sosial/kemasyarakatan dan instansi pemerintah,

khususnya instansi Polsus/PPNS dan pemerintah daerah dalam kerangka

otonomi daerah, dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga

masyarakat pada hukum dan peraturan perundang-undangan, pengembangan

pengamanan swakarsa dan pembinaan hubungan Polri – Masyarakat yang

kondusif bagi pelaksanaan tugas Polri.

5. Bagian Administrasi bertugas menyelenggarakan penyusunan rencana/program

kerja dan anggaran, pembinaan dan administrasi personel, pelatihan serta

(35)

6. Bagian Urusan Telekomunikasi dan Informatika bertugas menyelenggarakan

pelayanan telekomunikasi, pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian

informasi termasuk informasi kriminal dan pelayanan multimedia.

7. Unit Pelayanan Pengaduan dan Penegakan Disiplin bertugas

menyelenggarakan pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan

perilaku dan tindakan anggota Polri dan pembinaan disiplin dan tata tertib,

termasuk pengamanan internal, dalam rangka penegakan hukum dan

pemuliaan profesi.

8. Bagian Tata Usaha dan Urusan Dalam bertugas melaksanakan ketatausahaan

dan urusan dalam meliputi korespondensi, ketatausahaan perkantoran,

kearsipan, dokumentasi, penyelenggaraan rapat, apel/upacara, kebersihan dan

ketertiban serta urusan perbengkelan/pemeliharaan kendaraan roda 2 (dua)

maupun roda 4 (empat) dan urusan persenjataan.

9. Bagian Sentral Pelayanan Kepolisian bertugas memberikan pelayanan

kepolisian kepada warga masyarakat yang membutuhkan, dalam bentuk

penerimaan dan penanganan pertama laporan/pengaduan, pelayanan

permintaan bantuan/pertolongan kepolisian, penjagaan markas termasuk

penjagaan tahanan dan pengamanan barang bukti yang berada di Mapolres dan

penyelesaian perkara ringan/perselisihan antar warga, sesuai ketentuan hukum

dan peraturan/kebijakan dalam organisasi Polri.

10.Bagian Satuan Intelijen Keamanan bertugas menyelenggarakan/membina

fungsi Intelijen bidang keamanan, termasuk persandian, dan pemberian

pelayanan dalam bentuk surat izin/keterangan yang menyangkut orang asing,

senjata api dan bahan peledak, kegiatan sosial/politik masyarakat dan surat

(36)

masyarakat yang membutuhkan serta melakukan pengawasan/pengamanan

atas pelaksanaannya.

11.Bagian Satuan Reserse Kriminal bertugas menyelenggarakan/membina fungsi

penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, dengan memberikan

pelayanan/perlindungan khusus kepada korban/pelaku, remaja, anak dan

wanita, serta menyelenggarakan fungi identifikasi, baik untuk kepentingan

penyidikan maupun pelayanan umum, dan menyelenggarakan koordinasi &

pengawasan operasional dan administrasi PPNS, sesuai ketentuan hukum dan

perundang-undangan.

12.Bagian Satuan Samapta bertugas menyelenggarakan/membina fungsi

kesamaptaan kepolisian/tugas polisi umum dan pengamanan obyek khusus,

termasuk pengambilan tidakan pertama di tempat kejadian perkara dan

penanganan tindak pidana ringan, pengendalian massa dan pemberdayan

bentuk-bentuk pengamanan swakarsa masyarakat dalam rangka pemeliharaan

keamaan dan ketertiban masyarakat.

13.Bagian Satuan Lalu Lintas bertugas menyelenggarakan/membina fungsi

lalulintas kepolisian yang meliputi penjagaan, pengaturan, pengawalan dan

patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalulintas, registrasi dan

identifikasi pengemudi/kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalulintas

dan penegakan hukum dalam bidang lalulintas, guna memelihara keamanan,

ketertiban dan kelancaran lalulintas.

14.POLSEK bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam pemeliharaan

keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum dan perlindungan,

(37)

BAB 4

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, penulis mengambil data di Polres Toba Samosir Bagian

Operasional yang dilaksanakan dari tanggal 26 Desember sampai dengnan 30

Desember 2010.

4.1 Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing

variabel dependen dan variabel independen.

Adapun daftar distribusi jumlah dari personil polisi, kejahatan, dan penduduk

(38)

Tabel 4.1 Daftar Jumlah Personil Polisi pada Setiap Kesatuan di Kab.Toba Samosir Tahun 2009

No. Kesatuan Jumlah Personil Polisi (f) Proporsi (%)

1. Balige 25 8,389261745

2. Laguboti 17 5,704697987

3. Silaen 12 4,026845638

4. Habinsaran 13 4,362416107

5. Porsea 206 69,12751678

6. Lumban Julu 25 8,389261745

Jumlah 298 100

Jumlah

Kesatuan

(39)

Tabel 4.2 Daftar Jumlah Kejahatan pada Setiap Kesatuan di Kab.Toba Samosir Tahun 2009

No. Kesatuan Jumlah Kejahatan (f) Proporsi (%)

1. Balige 147 30,75313808

2. Laguboti 46 9,623430962

3. Silaen 46 9,623430962

4. Habinsaran 53 11,08786611

5. Porsea 141 29,49790795

6. Lumban Julu 45 9,414225941

Jumlah 478 100

Jumlah

Kesatuan

(40)

Tabel 4.2 Daftar Jumlah Penduduk pada Setiap Kesatuan di Kab.Toba Samosir Tahun 2009

No. Kesatuan Jumlah Penduduk (f) Proporsi (%)

1. Balige 40.880 23,63921287

2. Laguboti 18.372 10,62376759

3. Silaen 19.508 11,28066939

4. Habinsaran 29.548 17,08638606

5. Porsea 35.742 20,66812002

6. Lumban Julu 28.883 16,70184407

Jumlah 172.933 100

Jumlah

Kesatuan

(41)

Tabel 4.4 Hubungan Jumlah Personil Polisi dengan Jumlah Kejahatan pada Setiap Kesatuan di Kab.Toba Samosir Tahun 2009

No. Kesatuan Jumlah Personil Jumlah Kejahatan Jumlah

1. Balige 25 147 172

2. Laguboti 17 46 63

3. Silaen 12 46 58

4. Habinsaran 13 53 66

5. Porsea 206 141 347

6. Lumban Julu 25 45 70

Jumlah 298 478 776

4.2 Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara jumlah

kejahatan dengan jumlah personil polisi, maka kita dapat melakukan uji Chi Kuadrat

(X2) yaitu dengan cara mengamati jumlah frekuensi yang diharapkan dari frekuensi

yang diamati yang dapat ditentukan rumus:

Eij = (nio x noj) / n

Dengan:

(42)

nio = jumlah baris ke-i

noj = jumlah kolom ke-j

n = total jumlah data

Dapat dicari jumlah frekuensi yang diharapkan dari jumlah frekuensi yang

diamati, yaitu:

E11 = ( 172 298 ) / 776 = 66,0515

E12 = ( 172 478 ) / 776 = 105,9484

E21 = ( 63 298 ) / 776 = 24,1933

E22 = ( 63 478 ) / 776 = 38,8067

E31 = ( 58 298 ) / 776 = 22,2732

E32 = ( 58 478 ) / 776 = 35,7268

E41 = ( 66 298 ) / 776 = 25,3454

E42 = ( 66 478 ) / 776 = 40,6546

E51 = ( 347 298 ) / 776 = 133,2551

(43)

E61 = ( 70 298 ) / 776 = 26,8814

E62 = ( 70 478 ) / 776 = 43,1186

Dari koefisien di atas dapat dibentuk daftar kontingensi dari frekuensi yang

diharapkan yang dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:

Tabel 4.5 Daftar Frekuensi yang Diharapkan

No. Kesatuan Jumlah Personil Jumlah Kejahatan Jumlah

1. Balige 66,0515 105,9484 171,9999

2. Laguboti 24,1933 38,8067 63,0000

3. Silaen 22,2732 35,7268 58,0000

4. Habinsaran 25,3454 40,6546 66,0000

5. Porsea 133,2551 213,7448 346,9999

6. Lumban Julu 26,8814 43,1186 70,0000

Jumlah 297,9999 477,9999 775,9998

Dari jumlah yang diamati dan jumlah frekuensi yang diharapkan dapat

ditentukan pada setiap item kejadian yang berlaku, diamati perbedaan antara nij dan Eij

ada tidaknya hubungan antara faktor I dan II dan jumlah beda = 0 dengan

penggabungan tabel 4.4 dan tabel 4.5 dapat ditentukan harga X2 seperti tabel 4.6 di

(44)

Tabel 4.6 Penentuan Harga Chi-Kuadrat (X2)

nij Eij nij-Eij (nij – Eij)2 (nij – Eij)2/Eij

25 66,0515 -41,0515 1.685,2257 25,5138

147 105,9484 41,0516 1.685,2339 15,9062

17 24,1933 -7,1933 51,7436 2,1388

46 38,8067 7,1933 51,7436 1,3334

12 22,2732 -10,2732 105,5386 4,7384

46 35,7268 10,2732 105,5386 2,9540

13 25,3454 -12,3454 152,4089 6,0133

53 40,6546 12,3454 152,4089 3,7489

206 133,2551 72,7449 5.291,8205 39,7120

141 213,7448 -72,7448 5.291,8059 24,7576

25 26,8814 -1,8814 3,5397 0,1317

45 43,1186 1,8814 3,5397 0,0821

Jumlah 775,9998 0,0002 14,580,5476 127,0302

Jadi dari tabel 4.6 penentuan harga Chi-Kuadrat diperoleh:

X

2

=



X2hitung = 127,0302 atau dibulatkan menjadi 2 desimal:

X2hitung = 127,03

(45)

H0 = Tidak ada hubungan antara jumlah personil polisi dengan jumlah kejahatan di

setiap kesatuan

H1 = Ada hubungan antara jumlah personil polisi dengan jumlah kejahatan di setiap

kesatuan.

Harga X2 yang terdapat pada tabel dengan dk (derajat kebebasan) = (b-1)(k-1)

= (2-1)(6-1) = 5 dan α = 0,05 diperoleh harga dari tabel X2(0,05)(5) = 11,07.

Ternyata X2hitung > X2tabel yakni 127,03 > 11,07

Jadi H0 ditolak maka H1 diterima, artinya ada hubungan antara jumlah personil polisi

dengan jumlah kejahatan di setiap kesatuan.

Untuk mengetahui derajat hubungan antara jumlah personil polisi dengan

jumlah kejahatan maka ditentukan koefisien kontingensi C (derajat hubungan) sebagai

(46)

Untuk menentukan derajat asosiasi antara jumlah personil polisi terhadap

jumlah kejahatan maka harga C tersebut dibandingkan dengan harga Cmaks yaitu:

Cmaks

=

Cmaks

=

Cmaks = 0,71

Dengan membandingkan harga C dengan Cmaks adalah sebagai berikut:

Q =

Berdasarkan ketentuan Davis (1971) nilai Q berada di antara 0,50 dan 0,69

maka dapat diketahui bahwa derajat hubungan antara jumlah personil polisi dan

(47)

Tabel 4.7 Hubungan Jumlah Penduduk dengan Jumlah Kejahatan pada Setiap Kesatuan di Kab.Toba Samosir Tahun 2009

No. Kesatuan Jumlah Penduduk Jumlah Kejahatan Jumlah

1. Balige 40.880 147 41.027

2. Laguboti 18.372 46 18.418

3. Silaen 19.508 46 19.554

4. Habinsaran 29.548 53 29.601

5. Porsea 35.742 141 35.883

6. Lumban Julu 28.883 45 28.928

Jumlah 172.933 478 173.411

Untuk dapat mengetahui apakah ada hubungan jumlah penduduk dengan

jumlah kejahatan maka jumlah frekuensi yang diharapkan dari jumlah frekuensi yang

dapat diamati dapat ditentukan dengan rumus:

Eij = (nio x noj) / n

Dengan:

Eij = Banyaknya data teoritik (banyak gejala yang diharapkan terjadi)

nio = jumlah baris ke-i

noj = jumlah kolom ke-j

(48)

Dapat dicari jumlah frekuensi yang diharapkan dari jumlah frekuensi yang

diamati, yaitu:

E11 = ( 41.027 172.933 ) / 173.411 = 40.913,9108

E12 = ( 41.027 478 ) / 173.411 = 113,0892

E21 = ( 18.418 172.933 ) / 173.411 = 18.367,2316

E22 = ( 18.418 478 ) / 173.411 = 50,7684

E31 = ( 19.554 172.933 ) / 173.411 = 19.500,1002

E32 = ( 19.554 478 ) / 173.411 = 53,8998

E41 = ( 29.601 172.933 ) / 173.411 = 29.519,4061

E42 = ( 29.601 478 ) / 173.411 = 81,5939

E51 = ( 35.883 172.933 ) / 173.411 = 35.784,0901

(49)

E61 = ( 28.928 172.933 ) / 173.411 = 28.848,2612

E62 = ( 28.928 478 ) / 173.411 = 79,7388

Dari koefisien di atas dapat dibentuk daftar kontingensi dari frekuensi yang

diharapkan yang dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini:

Tabel 4.8 Daftar Frekuensi yang Diharapkan

No. Kesatuan Jumlah Penduduk Jumlah Kejahatan Jumlah

1. Balige 40.913,9108 113,0892 41.027

2. Laguboti 18.367,2316 50,7684 18.418

3. Silaen 19.500,1002 53,8998 19.554

4. Habinsaran 29.519,4061 81,5939 29.601

5. Porsea 35.784,0901 98,9099 35.883

6. Lumban Julu 28.848,2612 79,7388 28.928

Jumlah 172.933 478 173.411

Dari jumlah yang diamati dan jumlah frekuensi yang diharapkan dapat

ditentukan pada setiap item kejadian yang berlaku, diamati perbedaan antara nij dan Eij

ada tidaknya hubungan antara faktor I dan II dan jumlah beda = 0 dengan

penggabungan tabel 4.7 dan tabel 4.8 dapat ditentukan harga X2 seperti tabel 4.9 di

(50)

Tabel 4.9 Penentuan Harga Chi-Kuadrat

nij Eij nij-Eij (nij – Eij)2 (nij – Eij)2/Eij 40.880 40.913,9108 -33,9108 1.149,942357 0,02810639

147 113,0892 33,9108 1.149,942357 10,16845426

18.372 18.367,2316 4,7684 22,73763856 0,001237945

46 50,7684 -4,7684 22,73763856 0,447869906

19508 19.500,1002 7,8998 62,40684004 0,003200334

46 53,8998 -7,8998 62,40684004 1,157830642

29.548 29.519,4061 28,5939 817,6111172 0,02769741

53 81,5939 -28,5939 817,6111172 10,02049316

35.742 35.784,0901 -42,0901 1771,576518 0,049507379

141 98,9099 42,0901 1771,576518 17,91101313

28.883 28.848,2612 34,7388 1.206,784225 0,04183213

45 79,7388 -34,7388 1.206,784225 15,13421603

Jumlah 173.411 0,0000 10.062,11739 54,99145872

Jadi dari tabel 4.9 penentuan harga Chi-Kuadrat diperoleh:

X

2

=



X2hitung = 54,99145872 atau dibulatkan menjadi dua desimal:

(51)

Dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 = Tidak ada hubungan antara jumlah penduduk dengan jumlah kejahatan di setiap

kesatuan

H1 = Ada hubungan antara jumlah penduduk dengan jumlah kejahatan di setiap

kesatuan.

Harga X2 yang terdapat pada tabel dengan dk (derajat kebebasan) = (b-1)(k-1)

= (2-1)(6-1) = 5 dan α = 0,05 diperoleh harga dari tabel X2(0,05)(5) = 11,07.

Ternyata X2hitung > X2tabel yakni 54,99 > 11,07

Jadi H0 ditolak maka H1 diterima, artinya ada hubungan antara jumlah personil polisi

dengan jumlah kejahatan di setiap kesatuan.

Untuk mengetahui derajat hubungan antara jumlah personil polisi dengan

jumlah kejahatan maka ditentukan koefisien kontingensi C (derajat hubungan) sebagai

(52)

Untuk menentukan derajat asosiasi antara jumlah personil polisi terhadap

jumlah kejahatan maka harga C tersebut dibandingkan dengan harga Cmaks yaitu:

Cmaks

=

Cmaks

=

Cmaks = 0,71

Dengan membandingkan harga C dengan Cmaks adalah sebagai berikut:

Q =

Berdasarkan ketentuan Davis (1971) nilai Q berada di antara 0,01 dan 0,09

maka dapat diketahui bahwa derajat hubungan antara jumlah personil polisi dan

(53)

4.3 Evaluasi

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan di Kantor Polisi Polres TOBASA dengan data

298 personil polisi, 478 jumlah kejahatan dan 172.933 jumlah penduduk maka dari

hasil perhitungan Chi-Kuadrat untuk jumlah personil polisi mempunyai hubungan

yang erat dengan jumlah kejahatan. Ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan

bahwa dengan dk = 5, α = 0,05 mempunyai X2hitung > X2tabel yaitu sebesar 127,03 >

11,07. Begitu juga dengan hasil perhitungan Chi-Kuadrat untuk jumlah penduduk

mempunyai hubungan dengan jumlah kejahatan. Ini dapat dibuktikan dengan

memperhatikan bahwa dk = 5, α = 0,05 mempunyai X2hitung > X2tabel yaitu sebesar

54,99 > 11,07.

Dari hasil perhitungan nilai koefisien kontingensi yang menunjukkan keeratan

atau besar hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, besar hubungan

antara jumlah personil polisi dengan jumlah kejahatan dapat dilihat dengan

membandingkan harga C = 0,3751 dan Cmaks = 0,71 dan Q = 52,83 % sehingga dapat

disimpulkan bahwa hubungan antara jumlah personil polisi dan jumlah kejahatan erat.

Dan besar hubungan jumlah penduduk dengan jumlah kejahatan dapat dilihat dengan

membandingkan harga C dan harga Cmaks yaitu C = 0,0178 dan Cmaks = 0,71 dan Q =

2,51 % sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara jumlah penduduk dan

(54)

BAB 5

IMPLEMENTASI SISTEM

5.1 Pengertian dan Pengenalan Microsoft Excel

Implementasi sistem adalah suatu prosedur yang ditata atau disusun sedemikian rupa

untuk menyelesaikan desain sistem yang disetujui, untuk menginstal dan memulai

penggunaan system baru atau system yang diperbaiki. Pengimplementasian sistem

yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan Microsoft Excel.

Microsoft Excel merupakan General Purpose Electronic Spread Sheet yang

paling banyak digunakan oleh para pengguna computer dalam menyelesaikan

tugas-tugasnya. Microsoft Excel mempunyai banyak fasilitas seperti kemampuan kalkulasi

dengan formula dan fungsi yang kompleks dan fleksibel, fasilitas pengelolaan

database yang sangat mapan, kemampuan membuat dan mengelola grafik dengan

cepat, mudah dan menarik serta lebih mudah diintegrasikan dengan program aplikasi

Microsoft XP lainnya. Aplikasi ini juga banyak digunakan untuk memproyeksikan

(55)

5.2 Mengoperasikan Excel

Secara umum ada tiga tahapan yang harus dilakukan dalam mengoperasikan excel

supaya hasil yang diperoleh berdayaguna yaitu: tahap penyiapan data yang mencakup

pemasukan (input) data, penyuntingan (editing) data, penyimpanan data, tahap proses

analisis data dan tahap analisis hasil.

Adapun langkah-langkah pengolahan data dengan menggunakan program

excel adalah:

1. Aktifkan program excel pada windows dengan klik tombol Start yang ada pada

taskbar, klik all program lalu pilih icon Microsoft Excel.

(56)

2.Pemasukan data ke excel

Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Buka lembar kerja baru dari menu file, pilih menu new.

2. Untuk menamai variabel dan properti yang diperlukan untuk pengisian dengan

klik ganda pada sel tersebut dan ketik KESATUAN, JUMLAH PENDUDUK,

JUMLAH PERSONIL POLISI dan JUMLAH KEJAHATAN.

3. Kemudian masukkan data ynag telah ada di setiap variabel.

4. Setelah selesai maka cari jumlah dari ketiga variabel.

5. Agar dapat mempermudah pemasukan rumus maka klik toolbar fx sehingga

akan muncul kotak dialog insert function.

6. Maka untuk memasukkan rumus penjumlahan pilih SUM pada select a

function. Kemudian klik OK.

Jika penggunaan rumus yang sama di setiap kolom ataupun baris yang akan

dijumlahkan maka tidak perlu memasukkan rumus berulang kali, cukup sort

kolumnnya maka secara otomatis akan terisi sendiri hasil dari kolom yang di sort.

(57)

Sedangkan untuk membuat tabel penentuan harga Chi-Kuadrat

langkah-langkahnya adalah:

1. Ketik dulu Nomor pada Sheet baru, kemudian masukkan data jumlah

penduduk dengan jumlah kejahatan pada kolom nij.

2. Masukkan juga data daftar frekuensi harapan pada kolom Eij.

3. Kemudian untuk hasil pada kolom (nij-Eij), (nij-Eij)2, dan (nij-Eij) / Eij maka

digunakanlah rumus pada kolom itu adalah:

a. untuk kolom (nij-Eij) maka digunakan rumus = B4-C4

b. untuk kolom (nij-Eij)2 maka digunakan rumus = D4*D4

c. untuk kolom (nij-Eij) / Eij maka digunakan rumus = E4/C4

Tampilan hasilnya adalah:

(58)

5.3 Pembuatan Grafik

Grafik merupakan penyajian data dalam bentuk gambar atau simbul. Penggunaan

gambar untuk mewakili angka-angka biasanya dapat meningkatkan perhatian pembaca

dan memperjelas informasi yang ingin disampaikan. Untuk membuat grafik pada

excel, biasa menggunakan icon chart wizard yang terdapat pada toolbar. Adapun

langkah-langkah yang diperlukan ialah:

1. Pilih sel-sel yang akan dijadikan sumber data grafik. Perlu dicatat bahwa

kesalahan dalam menandai data dalam pembuatan grafik menyebabkan

kesalahan terhadap grafik yang terbentuk.

2. Ambil menu insert, Chart, atau klik Chard Wizard pada toolbar standar.

3. Klik tipe grafik yang diinginkan kemudian klik next. Ditampilkan pada kotak

dialog Chart source data.

Anda bisa memilih tempat untuk meletakkan grafik ini, lalu klik finish. Maka

grafik akan ditempatkan pada lembar kerja. Tampilan hasilnya adalah sebagai berikut:

(59)

BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan evaluasi, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Ada hubungan antara jumlah penduduk dan jumlah personil polisi dengan

jumlah kejahatan pada setiap polsek di Kabupaten Toba Samosir.

2. Besar hubungan antara jumlah personil polisi dan jumlah kejahatan dapat

dilihat dari nilai kontingensi yaitu dengan membandingkan C = 0,3751 dan

Cmaks= 0,71 sehingga diperoleh nilai Q = 52,83%, yang menunjukkan

hubungan antara keduanya dapat dikatakan erat (sesuai ketentuan Davis,

berada antara 0,50 dan 0,69).

3. Besar hubungan antara jumlah penduduk dan jumlah kejahatan dapat dilihat

dari nilai kontingensi yaitu dengan membandingkan C = 0,0178 dan Cmaks=

0,71 sehingga diperoleh nilai Q = 2,51%, yang menunjukkan hubungan antara

keduanya dapat diabaikan (sesuai ketentuan Davis, berada antara 0,01 dan

0,09).

4. Kesimpulan-kesimpulan di atas bukanlah merupakan kesimpulan mutlak,

karena kesimpulan ini hanya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu jumlah

(60)

6.2 Saran

Berdasarkan analisa dan evaluasi, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Apabila ada penelitian seperti penelitian ini sebaiknya digunakan beberapa

metode untuk dapat dilihat dan dapat dibandingkan antara metode yang satu

dengan metode yang lainnya.

2. Hendaknya pihak kepolisian memperhatikan jumlah penduduk dan jumlah

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Djarwanto. 2003. Statistik Non Parametrik. Yogyakarta : BPFE – Yogyakarta

Hasibuan, Ridwan. 1994. Kriminologi Dalam Arti Sempit dan Ilmu-ilmu Forensik. Medan : USU PRESS

Nuarsa, I Wayan. 2003. Microsoft Excel XP. Yogyakarta: Andi

Saleh, Samsubar. 1986. Statistik Non Parametrik. Yogyakarta : BPFE – Yogyakarta

(62)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Perihal : Pengumpulan Data Riset Mahasiswa Program Studi D-III Statistika FMIPA USU

Kepada Yth :

Kapolres Toba Samosir

Di Kantor Polisi Resort Toba Samosir

Jl. Siponggol Dolok, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir.

Dengan hormat, bersama ini kami sampaikan kepada Bapak, bahwa Mahasiswa Program Studi Diploma III Statistik FMIPA USU Medan, akan melaksanakan Pengumpulan data / riset di kantor yang anda pimpin.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kami mohon bantuan Saudara agar dapat menerima mahasiswa tersebut di bawah ini untuk melakukan penelitian atau pengumpulan data atas nama :

No. Nama NIM

1. Juniaty Pardede 082407067

Data yang dimaksud khusus dipergunakan untuk menyusun Tugas Akhir Mahasiswa yang berjudul “Hubungan Antara Jumlah Penduduk dan Jumlah Personil Polisi dengan Jumlah Kejahatan di Kabupaten Toba Samosir Tahun 2009”, pada Program Studi Diploma III Statistik FMIPA USU.

Demikian kami sampaikan, atas kerjasama dan bantuannya diucapkan terima kasih.

a.n Dekan

Pembantu Dekan I

Dr. Marpongahtun, M.Sc NIP. 19611115 198803 2 002

Tembusan :

(63)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM DIPLOMA 3 KOMPUTER DAN STATISTIKA Jl. Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan Medan 20155

Telp. (061) 8211050 - 8214290, Fax. ( 061 ) 8214290

KARTU BIMBINGAN TUGAS AKHIR MAHASISWA

Nama : Juniaty Pardede

NIM : 082407067

Judul Tugas Akhir :Hubungan Antara Jumlah Penduduk dan Jumlah Personil Polisi dengan Jumlah Kejahatan di Kabupaten Toba Samosir Tahun 2009 .

Dosen Pembimbing : Drs. Gim.Tarigan, M.Si Tanggal Mulai Bimbingan : ……….. Tanggal Selesai Bimbingan : ………..

No. Tanggal

Kartu ini harap dikembalikan ke Departemen Matematika bila bimbingan mahasiswa telah selesai

Diketahui Disetujui

Ketua Departemen Matematika FMIPA USU Pembimbing Utama

(64)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM DIPLOMA 3 KOMPUTER DAN STATISTIKA Jl. Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan Medan 20155

Telp. (061) 8211050 - 8214290, Fax. ( 061 ) 8214290

SURAT KETERANGAN

Hasil Uji Program Tugas Akhir

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa Mahasiswa Tugas Akhir Program Diploma III Statistka :

Nama : Juniaty Pardede

NIM : 082407067

Program Studi : Statistika

Judul Tugas Akhir : Hubungan Antara Jumlah Penduduk dan Jumlah Personil Polisi dengan Jumlah Kejahatan di Kabupaten Toba Samosir Tahun 2009.

Telah melaksanakan test program tugas akhir mahasiswa tersebut di atas pada tanggal ...

Dengan Hasil : Sukses / Gagal

Gambar

Tabel 2.1 Daftar Kontingensi
Tabel 2.2 Daftar Kontingensi dari Frekuensi yang Diharapkan
Gambar 4.1 Diagram Batang Jumlah Personil Polisi di setiap Kesatuan
Tabel 4.2 Daftar Jumlah Kejahatan pada Setiap Kesatuan di Kab.Toba Samosir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen yang sifatnya tidak substantif yang dapat disusulkan adalah : Akta Pendirian Perusahaan dan Perubahannya, SIUP, SPT Pajak Tahunan dan SPT Masa Bulanan, SK

Hasil temuan penelitian dilapangan bahwa pembelajaran hockey yang disajikan melalui model peer teaching dan model pembelajaran konvensional berpengaruh terhadap motivasi siswa,

Hal ini memberi makna, jika persepsi kompetensi karyawan, lingkungan kerja, dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap kinerja karyawan diterapkan pada PDAM

Fitch Ratings-Jakarta-15 March 2016: Fitch Ratings telah menaikkan Peringkat Jangka Panjang Issuer Default Rating Mata Uang Lokal (LC IDR) dari operator telekomunikasi terbesar

KEPUTUSAN DAN PERBINCANGAN Demografi Subjek Kajian Latar Belakang Pencapaian Akademik Strategi Komunikasi dalam Pertuturan Pelajar yang Mempelajari BM Sebagai B2 Strategi

Fungsi Boole yang disederhanakan untuk rangkaian itu dapat diperoleh dengan suatu cara tabel yang dihasilkan oleh komputer, dan hasilnya mungkin akan merupakan

 Menggambar detail konstruksi pondasi dari batu kali atau rollaag dari bata/ batako lengkap dengan gambar sloof dan elevasi lantai bangunan yang dilakukan untuk penggambaran

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan ( field research ), dimana penulis akan mengumpulkan data dengan melakukan studi mendalam tentang pengaruh