• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. PEMBAHASAN

4.1.1. Sejarah PT TELKOM

PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk atau dikenal dengan “TELKOM” merupakan perusahaan yang bergerak di dalam bidang industri informasi dan komunikasi (InfoCom). Slogannya adalah

Commited 2 U, yang berarti bahwa TELKOM berusaha untuk selalu fokus kepada pelanggan, memberikan pelayanan yang prima dan mutu produk yang tinggi serta harga yang kompetitif, melaksanakan segala sesuatu melalui cara-cara yang terbaik, menghargai karyawan yang proaktif dan inovatif, dalam peningkatan produktivitas dan kontribusi kerja, dan selalu berusaha menjadi yang terbaik.

TELKOM merupakan penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar di Indonesia. TELKOM mencatatkan sahamnya di bursa efek dalam dan luar negeri yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE), London Stock Exchange (LSE) dan Tokyo Stock Exchange (TSE) (Public Offering Without Listing/POWL). Saham TELKOM pada tanggal 31 Desember 2006 dimiliki oleh pemerintah RI sebesar 51,19 persen dan publik 48,81 persen. Dari jumlah saham publik tersebut dimiliki oleh investor asing sebesar 45,54 persen dan sisanya (3,27 persen) dimiliki oleh investor lokal (www.telkom.co.id)

TELKOM adalah suatu badan usaha yang memiliki sejarah panjang. Berawal dari Post enTelegrafdienst, sebuah perusahaan asing swasta yang menyelenggarakan jasa-jasa pos dan telekomunikasi yang didirikan dengan Staatsblad No. 52 Tahun 1884. Penyelengaraan telekomunikasi oleh swasta ini berlangsung sampai tahun 1906. Pada tahun 1906 tersebut, pemerintah Hindia Belanda kemudian membentuk instansi pemerintah untuk mengontrol seluruh layanan pos dan telekomunikasi. Sejak saat itu layanan pos dan telekomunikasi diambil

alih oleh pemerintah Hindia Belanda berdasarkan Staatsblad No. 395 Tahun 1906 dan berdirilah Post Telegraaf en Relefoondeents, atau PTT Roents yang pada tahun 1927 ditetapkan sebagai Perusahaan Hindia Belanda.

Jawatan PTT berlangsung sampai dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang (Perpu) No. 19 Tahun 1960, yang menetapkan Jawatan PTT untuk tetap menjadi Perusahaan Negara, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.240 Tahun 1961 Perusahaan Jawatan PTT berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pos dan Telekomunikasi. Dalam perkembangan selanjutnya, pemerintah memisahkan layanan pos dan telekomunikasi menjadi dua perusahaan milik negara yang berdiri sendiri berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1965, yakni PN (Perusahaan Negara) Pos dan Giro, serta PN (Perusahaan Negara) Telekomunikasi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1965.

Kemajuan teknologi dan jasa telekomunikasi mendorong pemerintah untuk meningkatkan bentuk Perusahaan Negara Telekomunikasi menjadi Perusahaaan Umum (PERUM). Untuk itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1974 resmi berdiri Perusahaan Umum Telekomunikasi yang populer dengan sebutan PERUMTEL. Dalam peraturan tersebut, PERUMTEL dinyatakan sebagai penyelenggara telekomunikasi dalam negeri maupun luar negeri. Pada saat itu, hubungan luar negeri juga diselenggarakan oleh PT. Indonesian Satelite Corporation (INDOSAT) yang saat ini berstatus Perusahaan Asing bagian dari American Cable and Radio Corporation, sebuah perusahaan di negara bagian Delaware, Amerika Serikat. Seluruh saham PT. INDOSAT dengan modal asing tersebut, pada akhir tahun 1980 dibeli oleh Negara Republik Indonesia dan untuk selanjutnya dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1974. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 1980, PERUMTEL ditetapkan sebagai badan usaha penyelenggara telekomunikasi dalam negeri dan INDOSAT sebagai penyelenggara telekomunikasi luar negeri.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1991, maka bentuk Perusahaan Umum (PERUM) dialihkan menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO), sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1969, sejak itu berdirilah Perusahaan Perseroan Telekomunikasi Indonesia dengan sebutan “TELKOM”. Perubahan di lingkungan Telkom juga terus berlangsung, seperti perubahan bentuk perusahaan sejak dari Jawatan, Perusahaan Umum, Perusahaan Perseroan, sampai dengan Perusahaan Publik. Bahkan secara makro penyelenggaraan yang semula menjadi monopoli Pemerintah, secara bertahap diberlakukan privatisasi penyelenggaraan telekomunikasi. Apabila ditelaah, perubahan-perubahan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan.

Perubahan besar-besaran terjadi pada tahun 1995, meliputi (1) Restrukturisasi Internal, (2) Kerjasama Operasional (KSO), (3) Internal Public Offering (IPO). Restrukturisasi internal dimaksud untuk menjadikan pengelolaan perusahaan menjadi efisien dan efektif, karena terjadi pemisahan antara bidang usaha utama (core business), bidag usaha terkait, dan bidang usaha penunjang. Bidang usaha utama Telkom adalah penyelenggaraan jasa telepon lokal dan jarak jauh dalam negeri. Bidang usaha terkait adalah penyelenggaraan jasa yang masih terkait dengan jasa telekomunikasi, seperti jasa Sistem Telepon Selular Bergerak (STSB), Sirkuit Langganan, telex, penyewaan transponder satelit, VSAT (Very Small Aperture Terminal) dan jasa nilai tambah tertentu. Bidang usaha terkait ini ada yang diselenggarakan Telkom dan sebagian diselenggarakan dengan membentuk Perusahaan Patungan.

Sebagai hasil restrukturisasi, sejak 1 Juli 1995 organisasi Telkom terdiri dari 7 (tujuh) Divisi Regional dan 1 (satu) Divisi Network yang keduanya mengelola bidang usaha utama. Divisi Regional ini menjadi Pengganti struktur Wilayah Usaha Telekomunikasi (WITEL) yang memiliki daerah teritorial tertentu, namun hanya menyelenggarakan jasa telepon lokal dan mendapat bagian jasa telepon Sambungan Langsung

Jarak Jauh (SLJJ), Sambungan Langsung Internasional (SLI) melalui perhitungan interkoneksi.

Divisi Network menyelenggarakan jasa telekomunikasi jarak jauh dalam negeri melalui pengoperasionalan jaringan transmisi jalur utama nasional. Divisi Regional Telkom mewakili wilayah sebagai berikut :

1. Divisi I, Sumatera

2. Divisi II, Jakarta Raya meliputi Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi) ditambah Serang, Karawang, dan Purwakarta. 3. Divisi III, meliputi Jawa Barat kecuali Serang, Karawang, dan

Purwakarta.

4. Divisi IV, meliputi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 5. Divisi V, Jawa Timur

6. Divisi VI, seluruh Kalimantan

7. Divisi VII, kawasan timur Indonesia, yang meliputi seluruh Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Timor-Timur, Maluku, dan Irian Jaya.

Adapun Divisi yang termasuk Divisi Penunjang (support) adalah : 1. Divisi Riset Teknologi Informasi (Ris TI)

2. Divisi Atelir 3. Divisi Properti 4. Divisi Peratihan

5. Divisi Sistem Informasi (SISFO)

Berdasarkan Keputusan Direksi Telkom, mulai tanggal 31 Desember 1996, Telkom menambah 2 (dua) Divisi, yaitu Divisi Multimedia dan Divisi Pembangunan. Divisi Multimedia yang mengelola jasa multimedia dan Network Provider dimaksudkan sebagai pengelola bisnis utama, sedangkan Divisi Pembanngunan termasuk Divisi Penunjang. Pada tahun 1997, Telkom mengadakan Perjanjian Kerjasama Operasi (KSO) untuk memperoleh kendali atas mitra KSO di wilayah I, III dan VI, serta mengubah perjanjian KSO wilayah IV dan VII. Tahun 1999 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang

Telekomunikasi No. 36 tentang panduan utama bagi reformasi industri, termasuk liberalisasi industri, fasilitas pemain baru, dan persaingan yang ditingkatkan. Tahun 2004 pihak Telkom menerima lisensi komersial untuk menyediakan layanan sambungan telepon tidak bergerak SLI. TELKOM telah berkembang secara pesat sejak satu dasawarsa terakhir. Kapitalisasi pasar saham TELKOM pada tanggal 31 Desember 2006 mencapai lebih dari 16,3 persen dari total kapitalisasi pasar di BEJ.

Dokumen terkait