• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejauh Manakah Kewajlban Suami Memberikan Nafkah Kepa­ da Anak dan Isteri

27 golnya tidak cocok dengan ketentuan agama don oeteruonya

1. Sejauh Manakah Kewajlban Suami Memberikan Nafkah Kepa­ da Anak dan Isteri

Dl atae telah dikatakan, bahwa hllangnya atau gu-gurnya nafkah karena tidak dlponuhlnya oyarot-oyarat oo-orang isteri berhak mendapatkan nafkah. Oleh karena itu, tidak dipenuhlnya oyarat-oyarat toroobut mengakibatkan ru-oaknya ouatu perkawinan. Umpamanya torjadlnya thaloq, fa-oakh dan aeterusnya.

Rusaknya suatu perkawinan dapat mengakibatkan hl­ langnya kewajlban nafkah. Memang kewajlban ouami adalah memberikan nafkah kepada isteri dan anak-anaknya. Akan to­

tapi oanpai oejauh manakah kewajlban ouami memberikan naf­ kah kopada anak dan ioterinya ? Seouai dongan firman Allah SWTf ourat A1 Thalak ayat 6 yang artinya :

Dan hondaklah kamu beri mereka tempat kedlaman di tom-pat tinggalnu yang oeouai dongan kemampuanmu dan Jangan-lah kamu menyuoahkan mereka dengan makoud hendak nongu-oir cereka! Dan Jika mereka mengandung, maka berllah no-roka nafkah, oanpai mereka melahirkan kandungannya.*8

Menurut ayat toroebut di atao oudah terang dan Jelao

BAB III

BEBERAPA MASALAH TENTANG KEWAJIBAN SUAMI MEMBERIKAN NAFKAH

TERHADAP ANAK DAN ISTERI

*8Sayid Sabiq, op. cit.. h. 248.

bahwa ouami yang telah menjatuhkan thalaq kepada isteri-nya wajib memberi nafkah oelama masih dalam lddohisteri-nya. Apabila sudah habis iddahnya, maka habislah kewajiban

member! nafkah, pakaian dan tempat kediamannya. Suami

can-borikan nafkah kepada bekao ioterinya karena ada oebabnya, umpamanya untuk menyusukan anaknya. Ini sebagal bukti, bahwa ouami wajib memberikan belanja atau nafkah untuk anak-anaknya juga.

Ada lagi dalil yang membuktikan, bahwa belanja atau nafkah itu untuk loteri dan anaknya ialah Sabda Nab! SAW kepada Hindun, yang artinya

1

* Ambillah (nafkah itu)

oe-AQ kedar mencukupi engkau dan anak engkau dengan m a fruf»” Dalam ayat ini maka teranglah, bahwa nafkah itu untuk is-teri dan anak-anaknya* Sedangkan kewajiban nafkah untuk anak itu tetap berlaku meokipun isteri telah dithalaq oleh suaminya. Bahkan bekao loteri berhak meminta upah kepada bekao suaminya untuk menyusukan anaknya oeperti tereebut dalam ayat di atao, Dl oini perlu diterangkan, bahwa oya-rat-oyarat wajib nafkah untuk anak.

Bapak wajib memberi nafkah untuk anak-anaknya de­ ngan oyarat :

a. anak maeih kecll dan belum baliq ;

b. anak miskin tiada mempunyai harta oondlri untuk

nofkah-*9Mahmud Tunuo, op. clt.« h. 127. '50m * .

Apabila anak itu telah baliq dan telah kuaoa ber-uooha, maka bapak tlada wajib memberi nafkah untuk anak itu. Begltu juga, jika anak itu mempunyai harta eendlrl untuk nafkahnya, mesklpun ia masih kecil, maka tiada wajib bapak menberi nafkahnya. Tentang hal ini telah aepakat ulana.

Menurut Hanafi anak yang telah dewasa, jika ia oaoih menuntut ilmu pengetahuan, wajib bapak memberi nafkahnya. Anak perempuan wajib diberi nafkah oleh bapaknya hingga ia

bersuami. Kecuall jika ia mampu dongan uoahanya sondiri,

oeperti menjahit, membordir dan sebagainya. Maka tiada wa­ jib bapak memberi nafkahnya.

Untuk suami yang telah menjatuhkan thalaq kepada io-torinya berkewajiban empat perkara :

a. cemberi mut'ah atau pemberian untuk oenggembirdkan hati kepada bekas isterinya. Umpamanya pakaian, barang-barong

atau uang. Seauai dengan firman Allah SWT yang artlnya :

" Untuk perempuan-perempuan yang dlthalaq, mut'ah menu-rut yang ma'ruf."^ (A1 Baqorah : 24-1). Kalau kedua be-kQo suami isteri itu bersellslh tentang k a d a m y a out'ah, maka boloh mlnta keputusan kepada hakim, sedangkon haklo menetapkan kada m y a itu menglngat keadaan dan kedudukan suanl ;

b. memberi nafkah, pakaian dan tempat kedlaman untuk

habia iddahnya, maka habiolah kewajiban tersebut. Da-oarnya firman Allah SWT, ourat At Thalaq ayat 6 yang telah diaobutkan di atao* Menurut ayat itu auami wajib memberi tempat kedlaman untuk isteri yang sudah ditha­ laq, sedangkan memberi makanan dan pakaian diqiaokan kepadanya ;

o, merabayar atau melunaokan mao kawln. Kalau suami menja­ tuhkan thalaq kepada iaterinya, sedangkan maskawin be-lum dibayar dengan tunai, maka wajiblah membayar atau melunaakan maskawin itu ;

d. membayar nafkah untuk anak-anaknya.

Meakipun auami telah menjatuhkan thalaq kepada iato-rinya, la wajib membayar nafkah untuk anak-anaknya, yaitu belanja untuk pemellharaan dan keperluan pendidikan anak-anaknya itu eekedar yang patut menurut keadaan dan

kedu-dukan ouami. Kewajiban untuk memberi nafkah anak-anak itu

tcruo-Qeneruo sampai anak-anak baliq lag! berakal aorta 52

mempunyal penghaailan#

Sedangkan apabila iateri beralkap nuayus yang artl-nya meartl-nyangkal kewajiban terhadap auami, oebagal kewajlban yang diharuakan oleh perkawinan, mioalnya iateri tidak mau mengikuti panggllan auami ke dalam billk, atau ia keluar rumah dongan eemau-maunya dengan tlada oetahu ouaminya, ke-ouali jika darurat atau kebutuhan oangat, atau la tidak mau

pindah rumah bereama ouaminya, maka tolah oepakat ke on-pat mashab, bahwa tiada wajib atao ouami memberi nafkah dan tidak pula menyediakan tempat kediaman untuk ioterinya* Akan tetapi kalau ioterinya mempunyai anak, maka kewajiban memberi nafkah anak tetap berlaku, meokipun ioteri itu beroikap nueyuz terhadap ouaminya.

Adapun ioteri yang memaki ouaminya atau menyakiti hatinya tetap mendapatkan nafkah, bahwa ioteri berhak

dl-\

beri adab dan diajari dengan oebaik-baiknya* Ioteri yang

beroikap nusyus, lalu ouami tidak mau memberi nafkah kepa­ danya, kemudian ioteri itu inoyaf dan kembali dari oikap nuoyusnya, maka wajiblah ouami memberi nafkah kepadanya co-perti oediakala. Tentang ini telah dioepakati oleh para ulaoa Juga.

Sokarang oelama ioteri beriddah, berlaku ketentuan-ketontuan oebagai berikut ;

a. ioteri yang dlthalaq dengan thalaq rajU, berhak

nenda-patkan nafkah, pakaian dan tompat kediaman dari bekao

ouaminya. Ban bekao ouaminya berhak rujuk kepadanya.

Sab-da Kabi SAW oebagai berikut s n Hanya nafkah dan tenpat kodlaoan untuk perempuan yang boleh dirujukl oleh ouaal-n y a."^ (Rawaahul Ahmad Wannaoaali).

b. ioteri hamil yang dlthalaq dongan thalaq bain, berhak

nendapatkan nafkah dengan oegala macamnya, hlngga lahir

anaknya dengan oepakat ulama* Saauai dengan firman

Al-lah SWT dalam ourat At Thalaq. ayat 6 (

menurut Imam Syafi'i, Imam Maliki dan Hanbali, loteri yang tidak hamil dan dithalaq bain, tiada berhak menda-patkan nafkah, pakaian dan tempat kedlaman, Sabda Habi SAW tentang perempuan yang dithalaq tiga yang artlnya : n Tidak ada untuknya tempat kedlaman dan tidak pula naf-kah.*'^ (Rawaahul Ahmad Wa Muslim).

Sedangkan menurut loam Hanafi perempuan itu berhak mendapat nafkah juga, karona firman Allah SWT dalam cu­ rat At Thalaq ayat 6* Maka ayat-ayat itu umum, baik pe­ rempuan itu dalam iddah thalaq raj'i atau thalaq bain, oemuanya mendapatkan tempat kedlaman, sedangkan nafkah yang lain diqiaokan kepadanya (demikian pendapat Imam Hanafi)* Totapi Imam Syafi'i borpendapat, bahwa ayat itu khuouo untuk perempuan yang dalam Iddah thalaq raj1!

oa-ja, lain tidak }

tolah oepakat ulama, bahwa loteri yang dalam iddah kare­ na kematlan ouamlnya tidak berhak mendapatkan nafkah, meoklpun la dalam keadaan hamil* Sabda Nabl SAW yang or-tinya oebagal borlkut : " Tiada msndapatkan nafkah peren-puan yang hamil, karena kematlan o u a m l n y a * ( R a w a a h u l

Adaa Raqothanl Blsanaadi Shokheh) ;

e. oodang untuk ioteri yang dlthalaq sebelum dicampuri

tladalah berlddah oama ookall. Sebab Itu ia boleh

ka-win dengan laki-laki lain oesudah diceralkan oleh ou­ aminya. Firman Allah SWT dalam ourat Al Ahsab ayat 49 yang artlnya : " Hal orang-orang mukmln, apabila kacu kawin dengan perempuan-perempuan mukminat, komudian ka­ mu thalaq mereka itu oebelum kamu campurl, maka tlada­ lah mereka itu b e r l d d a h. ( A l Aheab : 49).

Dari keterangan-keterangan dl atas, terang bahwa kewajiban ouami memberi nafkah kepada ioteri dan anak-onaknya ialah ioteri oelama woktu iddah, sedangkan kewa­

jiban memberi nafkah kepada anoknya adalah berlangoung to­ rus, oeokipun ayah dan ibunya boreera! oampal anak teroe-but mampu berdiri sendiri. Makoudnya ialah anak terseteroe-but telah ballq dan telah dapat beruoaha atau meoklpun anak tersebut maelh kecil, tetapi anak itu mempunyal harta oon-dirl untuk nafkahnya. Untuk kewajiban memberi nafkah oo-lama ioteri iddah, ini borlaku ketentuan-ketentuan di atco*

Sobagai perbandlngan tentang kewajiban suami nombo-rlkan nafkah untuk biaya pemeliharaan dan pendldikan untuk anak yaitu menurut Undang-undang Perkawinan nomor 1 tahun

1974 paoal 41 dan paoal 45* Adapun paoal-paool tersebut bor-bunyi oebagai berikut :

Akibat putuonya perkawinan karena perceraian ialah : a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara

dan mendidik anak-anaknya, oemata-mata berdaoarkon kepentingan anak,bilamana ada peroelioihan mengonoi

penguaoaan anak, Pengadilan memberikan keputuoannya

b. Bapak yang bertanggung jawab atao semua biaya peco- liharaan dan pendidlkan yang diperoleh anak itu, o bllamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi

* kewajlban teroebut, Pengadilan dapat menentukan, ^bahwft dtu, ikut memikul biaya teroebut.

o. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekao ouani un­ tuk memberikan biaya penghldupan dan/atau menentukan oeouatu kewajlban bagl bekas loteri.58

Paoal 45*

(1)« Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka eebaik-balknya.

(2)* Kewajlban orang tua yang dlmakoud dalan ayat (1) paeal ini berlaku oanpai anak itu kawin atau dapat berdiri oondlrl, kewajlban mana berlaku teruo noo- klpun perkawinan antara kedua orang tua putuo.59 Menurut paoal ini demi kepentingan anak, maka balk ibu dan bapaknya berkewajiban memelihara dan mendidiknya. Semua biaya pemellharaan dan pondidikan menjadl kewajiban bapak* Kewajiban mana borlangoung teruo oampai anak itu ka­ win atau dapat berdiri oondlrl, Apabila dalam kenyataan ba­ pak tidak dapat memenuhi kewajiban teroebut, oaka pongadilan dapat membori keputuoannya.

Sedangkan dalam BW apabila terjdl perceraian, maka oolama perkara berjalan oi iotori berhak menuntut tunjangan nafkah* Tentang tunjangan nafkah ini baru berakhir oetelah Paoal 41*

CO

' Karunia, on# clt.. h. 24* 59Ibid., h. 26.

meninggalnya si suami atau si isteri. Salah satu pasal dalam BW yang mengatur hal ini di antaranya ialah paoal 213 dan pasal 227.

Bunyi pasal 213 BW ialah i

31 ioteri berhak menuntut tunjangan nafkah, yang cana, sotelah ditentukan oleh Hakim, harus dibayar oleh oi suami kepadanya selama perkara berjalan.

Apabila si Isteri tanpa loin Hakim meninggalkan runah,

yang ditunjuk baginya, maka tergantunglah pada keadaan boleh atau tidaknya la dlpooat dari segala haknya un« tuk menuntut tunjangan nafkah, bahkan sekiranya dia-lah yang menjadi penggugat, bolehdia-lah ia dinyatakan tak dapat diterima dengan tuntutannya*60

Bunyi pasal 227 BW ialah : " Kewajiban memberi tun­ jangan nafkah berakhir dengan menlnggalnya si suami atau si ioteri***^

2. Akibat Tang Timbul Bila Tidak Dipenuhinya Nafkah Anak

dan Isteri

Sudah berkall-kall disebutkan di atas, bahwa suami wajib memberikan nafkah kepada anak dan isterinya. Memang nafkah buat ioteri merupakan kewajiban bagl suaminya, yakni □ eaenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan dulu, Jika nafkah itu telah menjadi kowajlban ouami, karena ddanya oebab dan oukupnya oyarat-oyaratnya, kemudlan suami cnggan atau dengan oengaja tidak mau nemenuhinya, maka nafkah itu menjadi hutang yang jadl tanggung jawabnya.

Kedudukannya dalam hal ini adalah seperti

hutang-hu-^°Subekti dan TJitrosudibio, op. olt,. h. 66 61Ibid.. h. 67.

tang lainnya yang tidak mungkin gugur, keouali telah di* bayar atau dlbebaakan oleh yang berpiutang (dalam hal ini adalah isteri). Apabila seorang isteri tlnggal beroaoa ouami, sedangkan yang mengurus perbelanjaan dan monyedic-kan oogala keperluan seperti mamonyedic-kanan, pakaian, perumahon dan lain-lain adalah suami, maka isteri tidak berhak lag!

menuntut nafkah karena telah dipenuhinya oleh suami Itu.

Akan tetapi apabila suami itu kikir dan tidak cen-cukupkan keperluan isterinya atau ditinggalkannya iotori-nya itu untuk member! nafkah dengan tidak adaiotori-nya alasan yang dapat dlbenarkan, maka dalam hal lnl loteri dapat

atau berhak menuntut nafkah kepada suami yang menjadi ke­

wajiban nya. Baik itu berupa makanan, pakaian dan tempat

kedlaman. Sementara itu apabila pengaduan isteri itu

tor-nyata benar, maka hakim dapat membenarkan tuntutan itu dan mengharuskan suami buat memenuhinya.

Demlkian Juga tentang nafkah yang tertahan, yaitu apabila ouami pergi Jauh atau sukar untuk dihubunglnya, ka-rona tidak diketahui tempatnya atau hilang tidak tentu

rlmbanya. Sedangkan suami tidak mempunyal harta atau naf­

kah isteri dan anaknya, maka isteri teroebut dapat menga-Jukan gugatan ke pengadilan.

Ada oebuah hadlth yang menjadi dasar, bahwa nafkah yang menjadi hak loteri yang tertahan dl tangan suaminya tldaklah gugur. Jadl suami yang meninggalkan pergi ioteri­ nya, boleh memillh oalah oatu di antara dua cara yaitu

me-nafkahinya atau meneeraikannya. Sebuah hadith itu ialah yang artlnya :

Umar p e m a h berklrim ourat kepada para konandan ten-tara mengenai prajurit-prajurit yang menlnggalkan io-teri-isteri mereka, yaitu agar mereka menyuruh oembe-rlkan nafkahnya atau menceraikan* Jika mereka nonce-raikan hendaklah mengirimkan nafkah eelama mereka di-tahan. (HR Syafi'i dan Baihaqi dengan Sanad Ha s a n ).

Sedangkan hadith yang lain mengatakan : "Tidak bo­ leh membuat bahaya atau tidak boleh membalao dengan memba-hayakan."^ Menurut hadith ini adalah lebih utama kalau

ouami menceraikan ioterinya, karena tidak dapat nembelan-jai atau menafkahinya. Tidak memberinya nafkah dianggap □ enimbulkan kerugian dan soma dengan membuat bahaya kepa­

da anak dan ioterinya* Sedangkan tidak dapat member! naf­

kah adalah merupakan kerugian yang lebih beoar terhadap iotorinya, dibandingkan dari keadaan lemah syahwat yang juga merugikan ioterinya* Dalam hal ini apabila ioteri nin-ta cerai, dapat mengadukan ke pengadilan agar hakim nemak-oa ouaai menceraikan atau mengieinkan isteri mengajukan pernintaan ceral.

Jika pengadilan mengeoahkan atau suami mengloinkan ioteri ninta cerai, hukumnya adalah fasakh bukan thalaq dan ia tidak berhak rujuk kembali* Jika ouami menthalaq,

i

thaloqnya adalah thalaq raj'l dan ia berhak rujuk kembali dl kemudlan hari.

Menurut Undang-undang Perkawinan nomor 1 tchun 1974 paoal 34 dioebutkan juga, bahwa jika ouami atau loteri co-lalalkan kewajibannya maoing-maoing dapat mengajukan Guga­ tan ko pengadilan. Dengan demlklan, baik menurut hukun Iolam maupun Undang-undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974, maka oemakin jelaolah kiranya, bahwa keduanya ada peroonaan-nya dan tidak bertentangaa, khueuoperoonaan-nya mengenai nafkah.

Tentang batae penundaan nafkah, maka dalam proktok pengadilan pernah memutuokan tentang suami yang tidak mera-beri nafkah kepada ioterinya dalam waktu tiga hari oaja, iotori oudah dapat mengajukan gugatan. Tiga hari borturut-turut tidak memberi nafkah kopada isterinya, karena memang dalam koadaan tidak ada yang dapat dljual, maka iotori ou­ dah dapat mengajukan gugatan untuk minta cerai. Alaoannya ialah, karena kalau ooharl, dua hari tidak makan maoih da­ pat dltahan, akan tetapl kalau oudah tiga hari, maka oanu-oia akan atau dapat mati. Tidak memberi nafkah itu oama do­ ngan menganiaya. Batao penundaan nafkah tiga hoi ini monu-rut Imam Syafi'i. Tontang gugatan nafkah ini dulu pernah

di-putuokan oleh pengadilan agama. Sedang untuk waktu ookarang

ini, kalau loteri mengajukan gugatan nafkah dengan alaoan tiga hari ouami tidak memberi makan, maka pengadilan maoih mempertlmbangkan. Karena perkembangan caman pada oekarong ini, iotori maoih dapat beruaaha oendlrl dan dengan mempor-hatlkan undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974.

to-tapl limitatif yang artlnya, mendahulukan hukum Islam,

konudian baru Undang-undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974

tersebut. Keterangan-keterangan ini adalah sebagal haoll

wawanoara dengan Bapak Ketua Pengadilan Agama Surabaya***4

Sedangkan mengenai tata-cara perhltungan nafkah

ou-oni kopada isteri yang diajukan ke pengadilan, umpamanya t 1. tentang membebaskan hutang nafkah ;

Dokumen terkait