• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Tinjauan Pustaka

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah dan Perkembangan Perbankan Syariah

Sistem perbankan syariah mulai dikenal luas di Indonesia pada tahun

1992 dengan momen dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1992 yang

memungkinkan bank-bank di Indonesia menjalankan kegiatan operasional

bisnisnya dengan sistem bagi hasil. Momen perkembangan terus berlanjut

pada saat era reformasi dengan disetujuinya UU No 10 Tahun 1998 yang

mengatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang

dioperasikan oleh bank syariah. Di samping itu, kehadiran undang-undang

ini juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka

cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri menjadi bank syariah.

Menurut Siregar (2002:2) Upaya pengembangan perbankan syariah di

Indonesia tidak semata hanya merupakan konsekuensi dari UU No. 10/1998

dan UU No. 23/1999 tetapi juga merupakan bagian dari upaya penyehatan

sistem perbankan yang bertujuan meningkatkan daya tahan perekonomian

nasional. Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997 membuktikan

bahwa bank yang beroperasi dengan prinsip syariah dapat bertahan di

tengah gejolak nilai tukar dan tingkat suku bunga yang tinggi. Kenyataan

bunga (riba), transaksi yang bersifat tidak transparan (gharar) dan

spekulatif (maysir). Dengan kenyataan tersebut, pengembangan perbankan

syariah diharapkan dapat meningkatkan ketahanan sistem perbankan

nasional yang pada gilirannya juga diharapkan dapat meningkatkan

ketahanan ekonomi nasional di masa mendatang. Ketahanan ekonomi

nasional yang sedemikian rupa dapat menciptakan perekonomian yang

tangguh, yaitu perekonomian yang pertumbuhan sektor keuangannya sejalan

dengan pertumbuhan sektor riil.

Pada tahap awal, landasan hukum bagi pengembangan perbankan

syariah adalah UU No. 7 tahun 1992 yang mengizinkan bank untuk

memberikan pinjaman kepada nasabah dengan prinsip bagi hasil. Sejak

tahun 1992-1998 dapat dikatakan tidak banyak kemajuan dalam

perkembangan perbankan syariah di Indonesia terutama karena belum ada

landasan hukum yang jelas mengenai keberadaan bank syariah. Dengan

lahirnya UU No. 10 tahun 1998 dan UU No. 23 tahun 1999 keberadaan

bank syariah diakui secara eksplisit dan memberikan landasan hukum yang

lebih kuat bagi Bank Indonesia dalam pengembangan perbankan syariah.

Bank Muamalat Indonesia merupakan pioneer awal yang

membumikan syariah islam pada sektor perbankan di Indonesia. Berawal

dari amanat MUNAS IV MUI maka langkah mendirikan Bank Islam di

mulai. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani

1412 H atau 1 November 1991. Bank Muamalat baru memulai kegiatan

2. Perkembangan Kelembagaan dan Indikator Keuangan

Tahun 1992 merupakan tahun yang menggembirakan dalam sejarah

perkembangan bank syariah di Indonesia yang ditandai dengan berdirinya

bank syariah pertama yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI).

Namun, menurut Siregar (2002:4) dalam periode 1992-1998 tidak terdapat

hal berarti dalam perkembangan bank syariah yang disebabkan oleh

beberapa hal:

a. rendahnya pengetahuan dan kesalahpahaman masyarakat mengenai

bank syariah;

b. belum tersedianya ketentuan pelaksana terhadap operasional bank

syariah;

c. terbatasnya jaringan kantor perbankan syariah; dan

d. kurangnya sumber daya insani (SDI) yang memiliki keahlian

perbankan syariah.

Perkembangan bank syariah mulai terasa sejak dilakukan amandemen

terhadap UU No. 7/1992 menjadi UU No. 10/1998 yang memberikan

landasan operasi yang lebih jelas bagi bank syariah. Sebagai tindak lanjut

UU tersebut, Bank Indonesia mulai memberikan perhatian lebih serius

terhadap pengembangan perbankan syariah, yaitu pada bulan April 1999

membentuk satuan kerja khusus yang menangani penelitian dan

pengembangan bank syariah (Tim Penelitian dan Pengembangan Bank

Syariah dibawah Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan) yang

2001. Sebagai hasil dari upaya pengembangan perbankan syariah yang

dilaksanakan secara intensif sejak dikeluarkannya UU No. 10 tahun 1998

maka pertumbuhan perbankan syariah relatif pesat sejak tahun 1999. Pada

awal tahun 1999 jumlah bank syariah baru terdapat 1 bank umum syariah

dengan 9 kantor cabang serta 76 BPRS.

Sementara itu pada tahun 2009 yang merupakan periode awal

penelitian ini, perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang

cukup pesat. Sepuluh tahun sejak amandemen UU No. 10/1998, jumlah

bank syariah di Indonesia meningkat menjadi 6 bank sedangkan jumlah unit

usaha syariah sebanyak 25 bank. Membaiknya perekonomian dunia pasca

krisis di tahun 2009 membuat optimisme menghampiri perkembangan

perbankan syariah di tanah air.

Pada kuartal ke-II tahun 2010 perkembangan perbankan syariah

sempat diwarnai dengan goncangan krisis Yunani, namun tidak terlalu

berdampak signifikan terhadap pertumbuhan bank syariah di Indonesia.

Tahun 2010 jumlah bank syariah kembali mengalami perkembangan yang

signifikan dengan jumlah bank umum syariah sebanyak 11 bank. Meskipun

jumlah unit usaha syariah mengalami penunrunan namun hal tersebut tidak

mempengaruhi total aset perbankan syariah di Indonesia. Hingga tahun

2010 total aset perbankan syariah di Indonesia adalah sebesar Rp

97.519.000.000.000 meningkat sebesar 47%. Pada akhir periode

pengamatan yakni tahun 2012, posisi aset perbankan syariah adalah sebesar

Seperti digambarkan pada bab 1, dijelaskan bahwa jumlah Bank

Umum Syariah adalah sebanyak 11 bank dan Unit Usaha Syariah sebanyak

24 unit. Meskipun dalam perkembangannya perbankan syariah selalu

“diintai” oleh siklus krisis ekonomi baik di dalam maupun luar negeri

namun perbankan syariah justru mengalami perkembangan yang baik,

bahkan industri perbankan syariah disebut-sebut sebagai ”the fastest

growing industry” yang sempat menyentuh angka pertumbuhan aset di atas

40% selama lima tahun berturut-turut.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia yang notabene masih

tergolong masa awal perkembangan cenderung belum memiliki tingkat

integrasi dengan sistem keuangan global dan eksposur valas yang dimiliki

oleh perbankan syariah di Indonesia pun masih belum signifikan. Hal

tersebut berdampak pada terhindarnya dari dampak langsung krisis global

yang terjadi.

Objek penelitian ini adalah bank umum syariah dan unit usaha syariah

yang memperoleh ijin operasional dari Bank Indonesia yaitu sebanyak 11

bank umum syariah dan 24 unit usaha syariah.

B. Anaslisis dan Pembahasan

Dokumen terkait