• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekilas Tentang Haji a Latar Belakang Haj

PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG MEDAN

A. Tinjauan Teor

1. Sekilas Tentang Haji a Latar Belakang Haj

Orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji ini yang mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan disana-sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanannya masih tetap ada, seperti thawaf, sa’i, wukuf, dan melontar jumrah. Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat yang sebenarnya. Untuk itu, Islam dating dan memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap menjalankan apa- apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara’ (syariat) menurut Al- Quran dan sunnah.

Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama islam, terutama nabi Ibrahim AS (nabinya agama Tauhid). Ritual thawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakannya oleh umat- umat sebelum nabi Ibrahim AS. Ritual sa’i, yakni berlari antara bukit Shafa dan Marwah (daerah agak tinggi di sekitar Ka’bah yang sudah menjadi satu kesatuan Masjid Al Haram, Makkah), juga didasarkan untuk mengenang ritual istri kedua nabi Ibrahim AS ketika mencari susu untuk anaknya nabi Ismail AS. Sementara

wukuf di Arafah adalah ritual untuk mengenang tempat bertemunya nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi, yaitu asal mula dari kelahiran seluruh umat manusia (Idris dan Ahmadi, 2003).

b. Syarat dan Rukun Haji

Orang yang telah memenuhi syarat sebagai berikut diwajibkan berhaji:

1. Islam 2. Baligh 3. Merdeka 4. Berakal

5. Ada kendaraan (bias sampai)

6. Ada bekal untuk pergi dan untukyang ditinggalkan 7. Aman perjalanan

Orang kafir yang tidak sehat akalnya, anak kecil dan hamba sahaya tidak berkewajiban menunaikan ibadah haji. Adanya kendaraan merupakan salah satu syarat wajibnya haji. Kalau tempatnya dekat tidak perlu menggunakan kendaraan, berjalan kaki itu lebih baik. Bekal menjadi syarat wajibnya haji, yaitu bekal yang cukup untuk berpergian dan bekal untuk keluarga yang ditinggalkan selama pergi. Keamanan dalam perjalanan haji juga penting. Kalau dalam keadaan tidak aman, orang tidak diwajibkan berhaji (Idris dan Ahmadi, 2003:135).

1. Niat, sebagaimana disabdakan nabi Muhammad SAW “Sesungguhnya amal itu harus dengan niat”.

2. Ihram, yaitu permulaan melakukan manasik haji atau umroh. Ihram itu ada 3 macam, yaitu:

a. Ifradh, yaitu ihram untuk haji saja. Setelah selesai, ihram lagi untuk umroh.

b. Tamattu’, yaitu ihram dari batas daerah tertentu (sesuai dengan daerah masing-masing), kemudian ihram lagi untuk haji Mekkah.

c. Qiran, yaitu ihram untuk haji dan umroh bersama-sama. Dari ketiga macam ihram, menurut imam Syafii yang paling utama ihram ifradh.

3. Wukuf di arafah merupakan rukun haji. Sabda nabiMuhammad SAW“hajiitu arafah”. Makna hadits tersebut ialah rukun haji yang paling besar ialah wukuf di arafah. Dalam wukuf itu tampak persamaan yang merata antara sesama manusia, semua yang ada menjadi satu dalam persamaan. Waktu wukuf sejak tergelincirnya matahari pada hari arafah (tanggal 09 Dzulhijjah) sampai terbitnya fajar.

4. Thawaf di baitullah, yakni Thawaf Ifadoh, karena ulama telah ijma’ bahwa thawaf ifadoh itulah yang dimaksud sengan firman Allah SWT:“Dan hendaklah mereka thawaf dirumah yang kuno”. Berkata Qodhi Husain, “tidak ada perbedaan pendapat

ada beberapa kewajiban untuk melakukan thawaf, antara lain adalah:

a. Suci dari hadas dan najis, baik dibadan, pakaian atau tempat.

b. Tertib, yakni memulai thawaf dari hajar aswad dengan menjadikan baitullah disebelah kiri tubuhnya selanjutnya pada saat memulai thawaf hendaknya ia berjalan dengan segenap tubuhnya melewati hajar aswad, dan pada saat itu hendaknya ia niat thawaf.

c. Seluruh tubuhnya berada diluar bangunan ka’bah. d. Thawaf harus dilakukan dimasjidil haram.

e. Bilangan thawaf harus tujuh kali.

f. Sa’i, adalah salah satu rukun haji, karena nabi Muhammad SAW mengerjakannya, dan beliau bersabda pada waktu melakukan sa’i: “Sa’ilah kamu sekalian. Karena sesungguhnya Allah ta’ala telah mewajibkan sa’i kepada kamu sekalian”.

Kemudian sa’i itu disyaratkan harus jatuh sesudah mengerjakan thawaf yang sah, baik thawaf ifadoh atau thawaf qudum.

c. Macam-Macam Haji

Haji Ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut

Ifrad bila seseorang bermaksud menyendirikan, baik

yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umroh.

Haji Tamattu’, mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan melakukan umroh terlebih dahulu di bulan- bulan haji, lain bertahallul. Kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, ditahun yang sama. Tamattu’ dapat juga berarti melaksanakan ibadah didalam bulan serta didalam tahun yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.

Haji Qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau menyekaliguskan. yang dimaksudkan disini adalah menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umroh. Haji Qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah, melaksanakan haji Qiran, berarti melakukan dua thawaf dan dua sa’i. (Idris dan Ahmadi, 2003).

2. Pembiayaan

a. Pengertian Pembiayaan

Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 pasal 1 butir 12, pembiayaan adalah penyediaan barang atau uang tagihan yang

bank dengan pihak yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan pengembalian hasil keuntungan.

Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut:

1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang di tujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu unutk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.

2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang di gunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis di gunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Pembiayaan haji juga merupakan salah satu jenis pembiayaan konsumtif, dimana pembiayaan haji merupakan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan nasabah dalam menjalankan ibadah haji. b. Jenis – Jenis Pembiayaan Dalam Perbankan Syariah

Menurut Karim (2006:97) mengemukakan dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:

Dokumen terkait