• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas a. Sekolah Dasar

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. KAJIAN PUSTAKA

3. Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas a. Sekolah Dasar

Jasmani merupakan ilmu berlandaskan pada raga dan jiwa bahkan jasmani sangat berperan dalam kesehatan seseorang yang menjadikan tantangan di masa depan semakin berat. Tantangan globalisasi mengharuskan setiap individu bersaing lebih ketat. Oleh karena itu pembelajaran perlu menyiapkan siswanya untuk mampu mengahadapi tantangan masa depan. Salah satu cara untuk membantu siswa dalam membangun keterampilan dalam menghadapi tantangan di masa depan yaitu memberikan pendidikan melalui pembelajaran jasmani.

Jasmani merupakan ilmu yang sistemastis, materi yang dipelajari akan saling keterkaitan satu dengan yang lainnya. Materi pembelajaran Jasmani juga dimulai dari yang hal lebih sederhana kepada hal yang lebih kompleks. Sehingga siswa perlu membangun fondasi yang kuat agar ia mampu membangun kebugaran mental dan fisik lebih jauh lagi. Pembelajaran jasmani di SD sebagai fondasi awal diperlukan dalam membangun kemampuan jasmani pada jenjang selanjutnya.

21

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan paling dasar, seperti yang dijelaskan (Tersedia dalam: http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_dasar), “Sekolah dasar (Elementary School) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia.” Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.

Kurikulum 2013 yang berlaku di sekolah dasar, terdiri dari beberapa mata pelajaran diantaranya : Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (hanya kelas 4 s/d 6), Ilmu Pengetahuan Sosial (hanya kelas 4 s/d 6), Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Berkaitan dengan pembelajaran jasmani di Sekolah Dasar (SD), Guru dapat menciptakan pembelajaran yang berkaitan dengan pengalaman siswa sehingga pembelajaran jasmani menyediakan jalan yang terbuka luas bagi siswa untuk berpendapat dan mengkritisi hal yang berkenaan dengan jasmani. Dengan begitu siswa memiliki keterampilan-keterampilan yang akan berguna bagi kehidupannya.

b. Sekolah Menengah Pertama

Sekolah menengah pertama merupakan jenjang pendidikan lanjutan setelah sekolah dasar. Seperti yang dilansir (Tersedia dalam:

http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_pertam), “Sekolah menengah

pertama (junior high school) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat).” Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Pada tahun ajaran 1994/1995 hingga 2003/2004, sekolah ini pernah disebut sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP).

22

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kurikulum 2013 yang berlaku di sekolah menengah pertama, terdiri dari bebarapa mata pelajaran diantaranya : Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Prakarya.

Masa usia sekolah menengah pertama dapat dikatakan sebagai masa usia remaja awal yaitu antara usia 12 sampai 16 tahun, karena usianya baru belasan tahun. Istilah adolecence atau remaja berasal dari kata latin yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa, istilah adolecence mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan emosional, sosial dan fisik. Untuk itu dibawah akan di bahas tentang hal tersebut.

Keadaan emosi secara tradisional masa remaja di anggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada di bawah tekanan- tekanan sosial dan menghadapi kondisi yang baru, pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak, perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi. Anak laki-laki sudah di katakan mencapai kematangan bila pada akhir remaja tidak meledakkan emosinya di depan orang lain, petunjuk kematangan lain adalah bahwa individu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional. Bila remaja ingin mencapai kematangan emosionalnya ia juga harus belajar menggunakan katarsis emosi untuk menyalurkan emosinya.

Keadaan sosial salah satu tugas perkembangan remaja yang sulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial, remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis diluar lingkungan keluarga, untuk mencapai pola sosialisasi dewasa, remaja harus bayak membuat penyesusaian yang baru yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan menigkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai-niali baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan dalam seleksi pemimpin.

23

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertumbuhan fisik pada awal remaja ini sebelum sempurna terdapat pertumbuhan dan perkembangan internal yang lebih menonjol dari pada perkembangan eksternal, dalam perkembangan fisik juga terdapat perbedaan individu, meskipun anak laki-laki menilai pertumbuhan pertumbuhannya lebih lambat dari pada anak perempuan, sehingga saat matang biasanya laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan, perbedaan individu dengan di pengaruhi oleh usia kematangan, anak yang matangnya terlambat cenderung mempunyai bahu yang lebar dari pada anak yang matangnya lebih awal, tungkai kaki anak yang matangnya lebih awal cenderung pendek dan gemuk, tungkai kaki anak yang matangnya terlambat cenderung ramping. Anak perempuan yang matangnya lebih awal cenderung lebih berat, lebih gemuk, lebih tinggi di bandingkan dengan anak perempuan yang matangnya terlambat ( Bimo Walgito, 1992 ).

c. Sekolah Menengah Atas

Sekolah menengah atas merupakan jenjang pendidikan setelah menyelesaikan sekolah menengah pertama. Seperti yang dilansir (Tersedia dalam: http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_atas), “Sekolah menengah atas (Senior High School), adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat).” Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12.

Kurikulum 2013 yang berlaku di sekolah menengah atas terdiri dari beberapa mata pelajaran diantaranya : Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Sejarah, Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Prakarya, Peminatan Akademik Kelompok Peminatan (Pilihan) Kelompok Alam : Matematika, Fisika, Biologi, Kimia. Kelompok Sosial : Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi. Kelompok Bahasa dan Sastra :Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Daerah (1 buah;sesuai dengan kebudayaan daerah), Bahasa Asing (1 buah;sesuai dengan pilihan).

24

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada usia Sekolah Menengah Atas ini merupakan Fase remaja (12-19) tahun ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, baik halus maupun kasar yang diantaranya merupakan gerakan-gerakan dasar fundamental.

Malina(1991), Deuer dan pangrazi (1986), serta kogan (1982) berpendapat bahwa gerakan gerakan dasar fundamental dibagi atas:

1. Gerakan lokomotor

Gerakan lokomotor adalah gerakan yang menyebabkan terjadinya perpindahan tempat atau keterampilan yang digunakan memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lainnya. Kedalam keterampilan ini termasuk gerakan gerakan seperti berjalan, berlari, melompat, hop, , berderap, skip, slide, dan sebagainya.

2. Gerakan Nonlokomotor

Sedangkan gerakan non lokomotor adalah gerakan yang tidak menyebabkan pelakunya berpindah tempat, seperti menekuk, membengkokan badan, membungkuk, menarik, mendorong, meregang, memutar, mengayun, memilin, mengangkat, merentang, merendahkan tubuh, dll.

3. Gerakan Manipulatif

Kemudian gerakan manipulatif biasanya dilukiskan sebagai gerakan yang mempermainkan obyek tertentu sebagai medianya, atau keterampilan yang melibatkan kemampuan seseorang dalam menggunakan bagian-bagian tubuhnya untuk memanipulasi benda di luar dirinya. Menurut Kogan (1982) keterampilan ini perlu melibatkan koordinasi antara mata-tangan dan koordinasi mata-kaki, misalnya menangkap, melempar, menendang, memukul dengan pemukul seperti raket, tongkat, atau bat. Sebagian ahli memasukkan juga gerakan seperti mengetik dan bermain piano sebagai gerakan manipulatif. Gerakan manipulatif ini dibedakan antara gerak prehension dan gerak deksteritas.

25

Wahyu Purnama, 2014

Perbedaan Partisipasi Siswa Putri D alam Pembelajaran Pendidikan Jasmani D i Sd, Smp D an Sma Negeri

Se-Kecamatan Ujungberung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Gerakan prehension yaitu kombinasi dari beberapa refleks dan koordinasi dengan kemampuan pengamatan dengan kegiatan pengertian. Contoh bayi memegang suatu benda akibad adanya kerja sama antara refleks fleksi, menggenggam, dan refleks inhibiotory.

2. Gerakan dekteritas adalah kemampuan tangan dan jari-jari seperti menyusun dadu, menggambar, dan mempermainkan bola.

Berdasarkan uraian di atas dapat dsimpulkan bahwa anak tingkat sekolah menengah atas yang termasuk fase remaja sudah bisa melakukan gerakan-gerakan motorik dengan baik, baik itu motorik halus maupun kasar karena pada fase ini pertumbuhan fisik serta perkembangan psikis anak beranjak matang sehingga dengan begitu anak dapat mengkoordinasikan gerakan-gerakannya dengan sangat baik.

4. Karakteristik Siswa SD, SMP dan SMA

Dokumen terkait