• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

F. Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada putra (Moehji, 2003).

2. Karakteristik anak sekolah

Menurut Moehji (2003), karakteristik anak sekolah meliputi: a. Pertumbuhan tidak secepat bayi.

b. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal). c. Lebih aktif memilih makanan yang disukai.

37 d. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat.

e. Pertumbuhan lambat.

f. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja. 3. Perkembangan Motorik

Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan, maka pada masa ini perkembangan motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat, anak juga makin mampu menjaga keseimbangan badannya (Wong, 2004)

4. Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah

Menurut teori Piaget dalam Wong (2004), pemikiran anak masa sekolah dasar disebut juga pemikiran operasional kongkrit (concrete operational thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau kongkrit.dalam upaya memahami alam sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena anak mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi, yaitu:

a. Negasi (negation), yaitu pada masa kongkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yang satu dengan benda atau keadaan yang lain.

b. Hubungan timbal balik (resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.

38 c. Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda yang ada. Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkannya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.

5. Perkembangan Memori

Menurut Wong (2004), selama periode ini memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan-keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan-keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori yaitu merupakan prilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Menurut Matlin (1994), menyebutkan empat macam strategi memori yang penting, yaitu: a. Rehalsal (pengulangan), suatu strategi meningkatkan memoridengan

cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.

b. Organization (organisasi), pengelompokan dan pengkategorian

sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas.

c. Imagery (perbandingan), membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang.

d. Retrieval (pemunculan kembali), proses mengeluarkan atau

39 yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah memori, mereka akan menggunakan secara spontan.

Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal-hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan, dan motivasi), serta pengetahuan yang diperolehanak sebelumnya.

6. Perkembangan Pemikiran Kritis

Perkembangan pemikiran kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber, serta mampu berpikir secara reflektif dan evaluative (Wong, 2004).

7. Perkembangan Kreativitas

Dalam tahap ini anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah (Wong, 2004).

8. Aspek Psikologis

Pada umur 6-12 tahun energinya disalurkan kepada permainan dan pelajaran. Seorang anak mulai merasa sampai dimana kesanggupannya dan ia mulai mengenal rasa sukses. Bila pada tahun-tahun tersebut ia banyak mengalami kegembiraan, rasa persahabatan dan sukses, maka ia akan memasuki masa adolesen dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri. Pada masa ini yang berbahaya ialah bila timbul rasa inadekuat dan rasa rendah diri pada seseorang anak yang tidak mendapat penghargaan atas

40 usaha-usahanya, sehingga pada masa adolesen ia menjadi seorang yang agresif (Wong, 2004).

9. Perkembangan Bahasa

Menurut Wong (2004), perkembangan bahasa meliputi: a. Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal

b. Pemahaman terhadap kata-kata mungkin tertinggal dari pengertiannya c. Tidak begitu egosentris dalam orientasi; dapat mempertimbangkan

pandangan lain

d. Mengerti sebagian besar kata-kata abstrak

e. Memakai semua bagian pembicaraan, termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung, dan kata depan

f. Ikut memakai kalimat mejemuk dan kompleks

g. Kosa katanya mencapai 50.000 kata pada akhir masa ini 10. Perkembangan Psikososial

Menurut Wong (2004), perkembangan psikososial meliputi:

a. Tugas perkembangan  belajar mengembangkan rasa keadekuatan terhadap kemampuan dan kompetensi pada saat kesempatan untuk belajar dan interaksi sosial bertambah; anak berusaha agar berhasil di sekolah.

b. Krisis perkembangan  anak dalam bahaya akibat perkembangan rasa rendah diri jika ia tidak merasa kompeten dalam pencapaian tugas. c. Bermain  anak menikmati aktivitas santai bersama teman sebaya

(misalkan kasti); permainan cenderung memisahkan kedua lawan jenis; mainan rough dan tumble adalah ciri khas permainan luar rumah yang

41 tidak terstruktur; minat pribadi , aktivitas, dan hobi berkembang pada saat ini.

d. Peran keluarga dan orang tua  orangtua menjadi figur yang kurang bermakna dalam arti sebagai agens untuk sosialisasi; hubungan dengan teman sebaya cenderung mengurangi pengaruh dominan dari orang tua yang telah ada sebelumnya; orang tua masih merasa dan berespons sebagai otoritas utama; harapan dari guru, pelatih, dan para tokoh keagamaan memberi dampak terhadap perilaku anak.

e. Rencana  meningkatkan keterlibatan dalam rencana aktivitas sekolah sesuai usia (mis. klub dan olahraga ), ekstrakulikuler (mis. pramuka), dan kelompok sosial dan komunitas (mis. kelompok sukarela) untuk membangun rasa pencapaian dan kebanggaan.

Dokumen terkait