• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINA OKTAVIA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

44

kesamaan pada tingkat semai dan pancang di Rimba, sedangkan pada LPT yang lebih muda memiliki kesamaan yang tinggi pada tingkat tumbuhan bawah terhadap Bebak. Adanya kesamaan vegetasi antar komunitas dapat menjadi cadangan sumber benih alami untuk revegetasi.

4. Spesies-spesies yang berpotensi sebagai pionir di lahan pasca tambang timah sebagian besar dari famili Myrtaceae dengan karakteristik dapat tumbuh di lahan terbuka, menghasilkan banyak serasah, memproduksi buah yang kecil, mampu beradaptasi pada kondisi kering maupun tergenang dan mendukung koloninsasi alami.

5. Penambahan bahan organik dan pupuk mikoriza dapat mendukung perbaikan tekstur tanah berpasir dan menstimulasi akar tumbuhan untuk menyerap unsur hara yang ketersediaannya terbatas di dalam tanah. Teknik LCC dan SSA dapat menjadi teknik penanaman berbasis proses suksesi alami, yang dimulai dari tingkat pembenahan tanah serta pertumbuhan tanaman pada tingkat suksesi awal.

Saran

1. Dalam perbaikan tanah perlu dilakukan penambahan bahan organik untuk memperbaiki tekstur tanah, aplikasi pupuk polimer untuk meningkatkan KTK, aplikasi pupuk mikoriza untuk mendukung penyerapan fosfor dalam tanah sehingga menjadi tersedia bagi tumbuhan.

2. Penanaman jenis pionir lokal teridentifikasi lebih disarankan untuk mendukung kegiatan restorasi hutan kerangas sehingga mencapai keanekaragaman spesies yang tinggi dengan meniru proses suksesi alami 3. Penelitian lanjutan terkait aplikasi di lapangan untuk menguji keberhasilan

restorasi di lahan pasca tambang timah di Kabupaten Belitung Timur dengan aplikasi kombinasi bahan organik, pupuk mikoriza serta menggunakan teknik SSA.

4. Dalam analisis vegetasi di lahan pasca tambang yang tidak homogen, sebaiknya dilakukan analisis di setiap cluster umur tailing agar diperoleh hasil yang maksimal dan lebih baik dalam menilai kerapatan vegetasi.

DAFTAR PUSTAKA

Aronson J, Alexander S. 2013. Ecosystem restoration is now a global priority: time to roll up your sleeves. J Restoration Ecology (21):293-296.

Alexander MJ. 1990. Reclamation after tin mining on the Jos Plateau Nigeria. The

Geographycal J (156):44-50.

[BAPPEDAL] Badan Pertencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal. 2011. Belitung Timur dalam Angka 2011. Badan Pertencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal kabupaten Belitung Timur.

Badri LN. 2004. Karakteristik tanah, vegetasi dan air kolong pasca tambang timah dan teknik rehabilitasi lahan untuk keperluan revegetasi (studi kasus lahan pasca tambang timah Dabo Singkep) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

45 Bech J, Abreu MM, Albanese A. 2012. Reclamation of mining sites soils. J of

Geochemical Exploration(113):1-2.

Bohn Hl, McNeal BL. 1979. Soil Chemistry. Canada (US): J Wiley.

Bradshaw A. 1997. Restoration of mined lands-using natural processes. J

Ecological Engineering (8):255-269.

Brunig EF. 1974. Ecological Studies in The Kerangas Forests of Sarawak and

Brunei. Malaysia: Borneo Literature Bureau

Brundrett M, Bougher N, Dell B. Grove T, Malajczuk N. 1996. Working with

Mycorrhizas in Forestry and Agricluture. Canbera (AU): Australian Centre

for International Agricultural Researh.

Celik I, Ortas I, Kilic S. 2004. Effects of compost, mycorrhiza, manure and fertilizer on some physical properties of a Chromoxerert soil. Soil & Tillage

Research (78): 59-67.

[DEC] Department of Environment and Conservation (AU). 2010. Assesment

Level for Soil Sediment and Water. Version 1. Western Australia (AU):

Department of Environment and Conservation [internet] [diunduh 2014 Sep 1]. Tersedia pada: http://www.esdat.net.

[Distanhut] Dinas Pertanian dan Kehutanan (ID). 2012. Laporan Akhir Inventarisasi Lahan Kritis Kabupaten Belitung Timur. Belitung Timur (ID): Dinas Pertanian dan Kehutanan.

Fakhrurrazi Y. 2001. Satuan-satuan lansekap dan keanekaragaman tumbuhan buah-buahan liar edibel dalam kehidupan masyarakat Melayu Belitung tesis. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hess FL, Hess E. 1912. Bibliography of the Geology and Mineralogy of Tin. Washington (US): Smithsonian Inst.

Hakim N, Nyakpa Y, Lubis AM, Nugroho SG, Diha MA, Hong GB, Bailey HH. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung (ID): Universitas Lampung. Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

Henny C. 2011. “ olong” eka tam ang timah di p la Bangka: perma alahan kualitas air dan alternatif solusi untuk pemanfaatan. Oseanologi dan

Limnologi di Indonesia 37(1): 119-138.

Hikmat A. 2005. Species composition, biomass and economic valuation of three virgin jungle reserve in Peninsular Malaysia [thesis]. Malaysia. Universiti Kebangsaan Malaysia. Bangi

Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia. 2008. Panduan Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi di Indonesia. Jakarta (ID): Konsorsium Revisi HCV

Toolkit Indonesia.

Landon JR. 1984. Booker Tropical Soil Manual. London (EN) dan New York (US): Booker Agriculture International Limited.

Lehrsch GA, Lentz RD, Kincaid DC. 2005. Polymer and sprinkler droplet energy effects on sugar beet emergence, soil penetration resistance and aggregate stability. Plant and soil (273):1-13.

Leomo S, Rakian TC, Muhidin. 2011. Efektivitas tanaman penutup tanah dalam merehabilitasi lahan bekas tambang. Prosiding Seminar Nasional “benarkah

Tambang Mensejahterakan?: Telaah Sulawesi Tenggara Menjadi Pusat

Industri Pertambangan Nasional”; 24-25 Juni 2011; Kendari, Indonesia. Kendari (ID).

46

Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods on

Computing. New York (US): J Wiley.

Marheni L. 2008. Menelusuri perbedaan karakteristik deposit timah (Sn) di Pulau Bangka Belitung: indikasi perbedaan kontrol pada pembentukannya.

Prosiding Pertemuan Ilmiah IAGI ke-37; 2008 Agustus; Bandung, Indonesia.

Bandung (ID).

MacKinnon K, Hatta G., Halim H, Mangalik A. 1996. The Ecology of Kalimantan. Jakarta (ID): Periplus Editions.

Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. London (GB): Croom Helm

Millar CE, Turk LM. 1990. Fundanmentals of Soil Science. Ed: 8. Canada (US): J Wiley.

Miller RM, Jastrow JD. The application of VA Mycorrhizae to ecosystem restoration and reclamation. Mycorrhizal funcioning: an integrative plant-

fungal process. London (GB): Chapman & Hall.

Mueller-Dombois D, Ellenberg H. 1974 Aims and Methods of Vegetation Ecology. New York (US): J Wiley.

Nurtjahya E. 2008. Revegetasi lahan pasca tambang timah dengan berbagai jenis pohon lokal di pulau Bangka [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahjono Samingan dari

buku Fundamentals of Ecology. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Oktavia D. 2012. Komposisi vegetasi dan potensi tumbuhan obat di hutan kerangas Kabupeten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Parotta JA, Turnbbull JW, Jones N. 1997. Catalyzing native forest regeneration on degraded tropical lands. J Forest Ecology and Management(1):1-7.

Pratiwi SD. 2010. Analisis kesesuaian geologi dalam rangka rehabilitasi lahan pasca penambangan studi kasus Belitung Timur [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Trisakti.

Rauret G, Lopez-Sanchez JF, Sahuquillo A, Rubio R, Davidson C, Ure A, Queavauviller Ph. 1999. Improvement of the BCR three step sequential extraction procedure prior to the certification of new sediment and soil reference materials. J Environ. Monit.(1):57-61.

Riswan S. 1982. Ecological studies on primary, secondary and experimentally cleared mixed Dipterocarpaceae forets and kerangas forest in East kalimantan, Indonesia [thesis]. Aberdeen (GB): University of Aberdeen.

Sahoo UK, Lalfakawma. 2010. Population dynamics of Schima wallichii in an undisturbed vs disturbed tropical forest stand of North-East India.

International Journal of Ecology and Environmental Sciences 36 (2-3): 157-

165

Setiadi Y. 2012. Bahan Kuliah Ekologi Restorasi. Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Tidak Diterbitkan. Setiadi Y. 2014. Prosedur Teknik Revegetasi Lahan Pasca Tambang. Fakultas

Kehutanan IPB. Tidak Diterbitkan.

Sittadewi EH. 2007. Pengolahan bahan organik eceng gondok menjadi media tumbuh untuk mendukung pertanian organik. J Tek Ling 4(3): 229-234. Soerianegara I, Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID): Institut

47 Smith SE, Read DJ. 2008. Mycorrhizal Symbiosis Third Edition. New York (US):

Elsevier Ltd.

Suganda H, Rachman A, Sutono S. 2006. Petunjuk Pengambilan Contoh Tanah. Kurnia U, Agus F, Adimiharja A, Dariah A, editor. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Van Bemmelen RW. 1970. The Geology of Indonesia. Volume ke-1A. Netherlands (NL): The Government Printing Office, The Hague.

Vaidhayakarn C, Maxwell JF. 2010. Ecologycal Status of The Lowland Decidious Forest in Chang Kian Valley, Chiang Mai, Northern Thailand. Maejo Inter

Scince Technology 4 (20): 268-317.

Wahyudi B. 2003. Studi tentang radioaktivitas lingkungan dan epidemiologi lingkungan pada area pertambangan timah Pulau Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Prosiding Seminar Aspek Kesehatan Radiasi dan Lingkungan pada Industri Non-Nuklir. Jakarta.

Whitmore TC. 1984. Tropical Rainforest of the Far East. 2nd Ed. Oxford (GB):Clarendon Press.

Whitten AJ, Anwar J, Damanik SJ, Hisyam N. 1984. The Ecology of Sumatra. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Whittig LD, Allardice WR. 1986. X-Ray Diffraction Techniques. Methods of Soil

Analysis, Part 1. Physical and Mineralogical Methods. Wisconsin (US):

American Society of Agronomy-Soil Science of America. hlm 331-359. Widhiyatna D, Pohan MP, Ahdiyat A. 2006. Inventarisasi potensi bahan galian

pada wilayah PETI daerah Belitung, Provinsi bangka Belitung. Prosiding

Pemaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan tahun 2006,

Pusat Sumberdaya Geologi.

[WWF] Worl Wideweb Fund. 2014. Sundaland heath forest. [diunduh 2014 Sep 1] Tersedia pada: http://www.worldwildlife.org/ecoregions/im0161.

Xi Jia B, Lei Zheng X, Xiao Ren F, Jia L, Qing Chen X, Yang J, Min Lu H, Wang Q. 2014. Baeckeins F-I, four novel C-methylated biflavonoids from the roots of

Baeckea frutescens and their anti inflamatory activities. Food Chemistry

(155):31-37.

Zhang H, Chu LM. 2013. Changes in soil seed bank composition during early succession of rehabilitated quarries. Ecological Engineering (55):43-50.

Zandieh AR, Yasrobi SS. 2010. Study of factors affecting the compressive strength of sandy soil stabilized with polymer. Geotech. Geol Eng (28):139- 145.

RINGKASAN

DINA OKTAVIA. Karakteristik Tanah dan Vegetasi di Hutan Kerangas dan Lahan Pasca Tambang Timah di Kabupaten Belitung Timur. Dibimbing oleh YADI SETIADI dan IWAN HILWAN.

Pulau Belitung yang dikenal sebagai pulau penghasil timah terbesar kedua di Indonesia, terancam kelestarian ekosistem hutannya akibat kegiatan penambangan timah yang tidak ramah lingkungan. Hutan kerangas merupakan salah satu tipe ekosistem di Belitung yang sangat rentan terhadap gangguan. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh data dan informasi mengenai karakteristik tanah dan vegetasi di hutan kerangas dan lahan pasca tambang timah. Sampel tanah diambil secara komposit di hutan sekunder tua (Rimba), hutan sekunder muda (Bebak), vegetasi padang (Padang) dan dua lokasi lahan pasca tambang timah umur kurang dari 100 tahun dan lebih dari 100 tahun yang kemudian terbagi lagi menjadi beberapa cluster berdasarkan umur tailing. Vegetasi dianalisis dengan menggunakan modifikasi teknik kuadrat Oosting 1942. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah tailing umur 3, 5, 15 dan 50 tahun masih mengandung pasir diatas 80%, sedangkan kandungan pasir pada tanah tailing umur 130 tahun sudah menurun dan mendekati tekstur tanah di hutan. Kandungan bahan organik yang rendah (< 2%) serta nilai KTK sangat rendah di tailing 3, 5, 15 dan 50 tahun menyebabkan pertumbuhan vegetasi menjadi sangat lambat. Kondisi ini juga didukung oleh komposisi mineral liat yang dominan yaitu kaolinit. Konsentrasi logam berat yang diukur masih dibawah ambang pencemaran lingkungan.

Hasil analisis vegetasi diperoleh nilai keanekaragaman tertinggi tingkat semai di Bebak, untuk pancang dan pohon yaitu di Rimba, sedangkan tingkat tumbuhan bawah di lahan pasca tambang kurang dari 100 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada lahan pasca tambang masih dalam tahap suskesi di tingkat tumbuhan bawah, khususnya herba dan semak. Kesamaan komunitas antara dua lokasi lahan pasca tambang paling tinggi yaitu pada tingkat pancang (41.38%), sedangkan nilai IS tertinggi yaitu pada tingkat pancang di Rimba dan Bebak sebesar 54.54%. Beberapa spesies pionir yang berpotensi sebagai anakan alami untuk kegiatan restorasi, termasuk dalam famili Myrtaceae.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah karakteristik tanah di lahan pasca tambang timah bertekstur pasir, rendah unsur hara dan pertumbuhan vegetasi yang sangat lambat. Keanekaragaman tumbuhan di lahan pasca tambang lebih rendah dibandingkan di hutan. Penambahan bahan organik dan penanaman jenis pionir lokal yang bersifat katalitik perlu dilakukan pada kegiatan restorasi untuk mendukung suksesi alami.

SUMMARY

DINA OKTAVIA. The Characteristic of Soil and Vegetation on Heath Forest and Post Tin Mined Land in East Belitung District. Supervised by YADI SETIADI and IWAN HILWAN.

Belitung Island known as the second biggest tin producer in Indonesia, the forest ecosystem is now under immense of tin mining activity. Heath forest (kerangas forest) is one of forest ecosystem in Belitung which very fragile and vulnerable. The objectives of this research are to obtain the characteristic of soil properties and vegetation in heath forest and post tin minedland. Compossite soil sample was collected from old secondary heath forest (Rimba), young secondary heath forest (Bebak), padang vegetation (Padang), and two post tin minedlands (less than 100 years and more than 100 years) which devided into clusteres based on tailing age. Vegetation was analyzed by modification of square method Oosting 1942. The results show that in tailing 3, 5, 15 and 50 years still containt high amount of sand (>80%), meanwhile sand fraction in the tailing 130 years is quite decline and approaching to soil texture in the forest. The organic matter content and cation exchange capacity in tailing 3, 5, 15 and 50 years were very low which hindered the plant growth. This condition also supported from kaolinite as the dominant mineral composition. The concentration of heavy metal show the low amount and still less than ecological hazardous threshold.

The results vegetation analysis obtained the highest species diversity index for seedling is in Bebak, sapling and tree are in Rimba, meanwhile for herbs is in post tin minedland less than 100 years. It shows that in the minedland is still under early succession stage which covered by herbs and shrubs. The highest similarity index among locations each others is between Rimba and Bebak for sapling (54.54%), between two post tin minedland also on sapling (41.38%). Some potential pioneers species were found as natural seedlings for restoration are Myrtaceae.

The soil characteristic in post tin minedlands are sandy texture, low nutrient and slow rate of plant growth. The species diversity in post tin minedlands were lower than forest. Adding organic material and selecting native pioneer catalitic species would be better to improve the post tin minedland through restoration activity by natural succession approach.

48

Lampiran 1 Daftar nama spesies tumbuhan bawah di setiap lokasi penelitian

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Lokasi ditemukan

1. Akar banar Smilax barbata Wall. Smilaxaceae Bb

2. Akar berebat Spatholobus ferrugineus

(Zoll. & Mor.) Benth.

Fabaceae Bb

3. Akar ijau Hypserpa sp. Menispermaceae Bb, LPT < 100 th

4. Akar larak Uvaria hirsuta Jack Annonaceae Rb

5. Akar mencirian Salacia korthalsiana Miq. Celastraceae Rb

6. Akar segendai Coptosapelta tomentosa

Valeton ex K.Heyne

Rubiaceae Pd

7. Akar terong bulus Ancistrocladus tectorius

Merr.

Ancistrocladaceae Rb

8. Bakung Dianella montana Blume Liliaceae LPT < 100 th

9. Beruta Dicranopteris linearis

(Burm.f.) Underw.

Gleicheniaceae LPT < 100 th, LPT >

100 th

10. Drosera Drosera burmanni Vahl. Droseraceae Pd

11. Iding-iding Stenochlaena palustris

Bedd.

Polypodaceae LPT < 100 th

12. Ilalang Imperata cylindrica (L.)

Beauv.

Poaceae LPT < 100 th

13. Kejawat padang Celtis sp. Ulmaceae Pd, LPT < 100 th

14. Keletaan Melastoma malabathricum

L.

Melastomaceae Bb, LPT < 100 th,

LPT > 100 th

15. Kembang taru Bromheadia finlaysoniana

(Lindl.)

Orchidaceae Pd

16. Kerembun Paspalum vaginatum

Swartz.

Graminae Pd, LPT < 100 th

17. Keremuntingan Rhodomyrtus tomentosa

(Aiton) Hassk.

Myrtaceae Bb, LPT < 100 th,

LPT > 100 th

18. Kerupit pulut Panicum sp. Poaceae Pd, LPT < 100 th

19. Ketakong Nepenthes gracilis Korth. Nepenthaceae Pd

20. Kucai Padang Fimbristylis sp. Cyperaceae Pd, LPT < 100 th

21. Lepang Alpinia oxymitra K. Schum Zingiberaceae Rb, Bb

22. Mate mano Ardisia crispa A.DC. Fabaceae Bb

23. Mensayat Scleria multifoliata Boeck. Cyperaceae Rb, LPT < 100 th

24. Penjalaan Undet. Undet. LPT < 100 th

25. Pinang galing Dracaena elliptica Thunb. Liliaceae Bb

26. Purun Lepironia articulata Domin. Cyperaceae LPT < 100 th

27. Rumput merah Undet. Undet. Pd

28. Rumput putih Undet. Undet. Pd

29. Rumput segar Fimbristylis sp. Cyperaceae Rb, Bb

49

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Lokasi ditemukan

31. Sekudong

pelandok

Syzygium buxifolium Hook. Myrtaceae Rb, Bb, Pd, LPT > 100 th

32. Sembung gunung Clibadium surinamense

Linn.

Compositae Bb, LPT < 100 th

33. Sengkelut Lycopodium cernuum Linn. Lycopodiaceae Bb, LPT < 100 th

34. Telaseh hutan Hemidiodia ocimifolia

Schum.

Rubiaceae Rb

35. Temeraongan Lasia spinosa Thw. Araceae LPT < 100 th

50

Lampiran 2 Daftar nama spesies tingkat semai di setiap lokasi penelitian

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Lokasi ditemukan

1. Abu-abu Syzygium palembanicum

Miq.

Myrtaceae LPT < 100 th

2. Arang-arang Syzygium napiforme

(Koord.& Valeton) Merr.& Perry

Myrtaceae Pd, LPT > 100 th

3. Bali adap Melodinus sp. Apocynaceae LPT < 100 th

4. Bebeti Syzygium zeylanicum (L.)

DC

Myrtaceae Pd, LPT > 100 th

5. Betor belulang Calophyllum lanigerum

Miq.

Clusiaceae Rb, Bb,Pd, LPT > 100 th

6. Betor padi Calophyllum

depressinervosum M.R. Hend. & Wyatt-Sm.

Clusiaceae Rb, Bb

7. Butun Cratoxylon formosum

Benth. & Hook.f. ex Dyer

Clusiaceae Rb, Bb

8. Gelam Malaleuca leucadendron L. Myrtaceae Pd, LPT < 100 th, LPT >

100 th

9. Jemang Rhodamnia cinerea Jack,

Mal. Misc

Myrtaceae Rb, Bb

10. Jenis A Undet. Undet. Rb

11. Jenis B Undet. Undet. Rb

12. Jenis C Undet. Undet. Bb

13. Kabal Lithocarpus blumeanus

(Korth.) Rehd.

Fagaceae Bb, LPT > 100 th

14. Kandis bini Garcinia parvifolia Miq. Clusiaceae Rb

15. Kandis laki Garcinia lateriflora Blume Clusiaceae Bb

16. Kedindiman Syzygium incarnatum

(Elmer) Merr. & L.M.Perry

Myrtaceae Rb, Bb, LPT > 100 th

17. Kelebantuian Syzygium eunera Myrtaceae Rb, Bb, LPT < 100 th,

LPT > 100 th

18. Kelinsutan Syzygium decipiens Merr. &

L.M. Perry

Myrtaceae Rb, Bb

19. Keliut Archidendron microcarpum

(Bentham) I. NIelsen

Fabaceae Bb

20. Kembuelan Diospyros laevis Boj.ex

A.DC.

Ebenaceae Rb

21. Kendong Symplocos cochinchinensis

(Lour.) S. Moore

Symplocaceae Rb, Bb

22. Kiras Garcinia hombroniana

Pierre

Clusiaceae Bb

23. Kubing Artocarpus nitida Trec. Moraceae Bb

24. Medang kalong Cinnamomum

parthenoxylon Meissn.

Lauraceae Bb

25. Medang lubang Barringtonia macrostachya

Kurz.

Lecythidaceae Bb

26. Meleman Psychotria malayana

F.Villar ex Vidal

51

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Lokasi ditemukan

27. Mencukaan Lepisanthes amoena

(Hassk.) Leenh.

Sapindaceae Rb

28. Mendiraman Symplocos adenophylla

Wall.

Symplocaceae Rb

29. Mendudongan Elaeocarpus floribundum

Merrill

Elaeocarpaceae Bb

30. Mentepongan Vernonia arborea Buch.-

Ham.

Asteraceae LPT < 100 th

31. Pelawan kiring Tristaniopsis obovata

(Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse

Myrtaceae Rb, Bb, Pd, LPT > 100 th

32. Pelempang

hitam

Adinandra domosa Jack Theaceae Bb, LPT > 100 th

33. Pelempang

putih

Adinandra sarosanthera

Miq.

Theaceae Rb, LPT > 100 th

34. Pelepak Hynocarpus sp. Flacourtiaceae Bb

35. Pulas Guioa pleuropteris Radlk. Sapindaceae Bb

36. Putat Barringtonia macrostachya

Kurz

Lecythidaceae LPT > 100 th

37. Renggadaian Ploiarium alternifolium

Melchior

Theaceae LPT < 100 th, LPT > 100

th

38. Samak Syzygium lepidocarpa Kurz. Myrtaceae Rb, Bb, LPT > 100 th

39. Sapu padang Baeckea frutescens Myrtaceae Pd

40. Sekuncong Leptospermum flavescens

Sm.

Myrtaceae LPT > 100 th

41. Sendetopan Ficus aurita Blume Moraceae LPT > 100 th

42. Sendetopan rusa Undet. Undet. Rb, LPT < 100 th

43. Sengkeratongan Helicia robusta Vill. Proteaceae Bb

44. Seru Schima wallichii Korth. Theaceae Bb, LPT > 100 th

45. Sesalah Eurya nitida Hieron Theaceae Bb, LPT < 100 th

46. Simpor bini Dillenia suffruticosa Griff.

ex Hook

Dilleniaceae LPT > 100 th

47. Singkang Syzygium lineatum (DC.)

Merr.& Perry

Myrtaceae Rb, Bb

48. Sisilan Syzygium rostratum (Blume)

DC

Myrtaceae Rb, Bb, LPT > 100 th

49. Subalan Elaeocarpus petiolatus

Wall. ex Steud.

Elaeocarpaceae Rb

50. Tenam Psychotria viridiflora

Reinw. ex Blume

Rubiaceae Rb, Bb, LPT < 100 th

51. Ubar Syzygium cerina M.R.

Henderson

Myrtaceae Rb

52. Ubi-ubi Rapanea hasseltii Mez. Myrsinaceae Rb, Bb

52

Lampiran 3 Daftar nama spesies tingkat pancang di setiap lokasi penelitian

No Nama lokal Nama ilmiah Famili Lokasi ditemukan

1 Akasia Acacia mangium Fabaceae LPT < 100 th

2 Ambong-

ambong

Glochidion arborescens

Blume

Euphorbiaceae Bb

3 Arang-arang Syzygium napiforme

(Koord.& Valeton) Merr.& Perry

Myrtaceae LPT < 100 th, LPT > 100 th

4 Balik angin Mallotus barbatus (Wall.)

Muell.

Euphorbiaceae. LPT < 100 th

5 Bebeti Syzygium zeylanicum (L.)

DC

Myrtaceae LPT < 100 th

6 Bebeti Syzygium zeylanicum (L.)

DC

Myrtaceae Bb, LPT > 100 th

7 Benansi Planchonella oxyedra

Dubard.

Sapotaceae Bb

8 Berangan Castanopsis cuspidata Fagaceae Rb

9 Betor belulang Calophyllum lanigerum

Miq.

Clusiaceae Rb, Bb, LPT > 100 th

10 Betor padi Calophyllum

depressinervosum R.M. Henderson & Wyat t- Smith.

Clusiaceae Rb, Bb

11 Butun Cratoxylon formosum

Benth. & Hook.f. ex Dyer

Clusiaceae Rb, Bb

12 Gelam Malaleuca leucadendron

L.

Myrtaceae Pd, LPT < 100 th, LPT >

100 th

13 Jemang Rhodamnia cinerea Jack,

Mal. Misc

Myrtaceae Rb, Bb

14 Julok antu Arthrophyllum

diversifolium Blume

Araliaceae Bb

15 Kabal Lithocarpus blumeanus

(Korth.) Rehd.

Fagaceae Bb, LPT > 100 th

16 Kandis bini Garcinia parvifolia Miq. Clusiaceae Rb

17 Kandis laki Garcinia lateriflora Blume Clusiaceae Bb

18 Kedindiman Syzygium incarnatum

(Elmer) Merr. & L.M.Perry

Myrtaceae Rb, Bb, LPT > 100 th

19 Kelebantuian Syzygium eunera Myrtaceae Rb, Bb, LPT < 100 th, LPT

> 100 th

20 Kelidangan Artocarpus rigidus Blume. Moraceae Rb

21 Kelinsutan Syzygium decipiens Merr.

& L.M. Perry

Myrtaceae Rb, Bb

22 Kembuelan Diospyros laevis Boj.ex

A.DC.

Ebenaceae Rb

23 Kendong Symplocos cochinchinensis

(Lour.) S. Moore

Symplocaceae Rb, Bb

24 Kiras Garcinia hombroniana

Pierre

Clusiaceae Bb

25 Kubing Artocarpus nitida Trec. Moraceae Bb

26 Ladi Pternandra coerulescens

Jack

Melastomataceae Rb

27 Ludai Sapium baccatum Roxb. Euphorbiaceae Rb

53

No Nama lokal Nama ilmiah Famili Lokasi ditemukan

Blume

29 Medang kalong Cinnamomum

parthenoxylon Meissn.

Lauraceae Bb

30 Medang lantai

dahan

Litsea cf. resinosa Blume Lauraceae Rb

31 Medang lubang Barringtonia

macrostachya Kurz.

Lecythidaceae Bb, LPT < 100 th

32 Medang miang Litsea firma Hook.f. Lauraceae Rb, Bb

33 Melawangan Eurycoma longifolia L. Simaroubaceae Rb

Dokumen terkait