• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

Judul Tesis : Aktivitas Apis cerana Mencari Polen dan Identifikasi Polen di Perlebahan Tradisional di Bali

Nama : Lilik Muntamah NIM : G352070141

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Bio Sains Hewan

Dr. Bambang Suryobroto Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

PRAKATA

Puji dan syukur penuls panjatka kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga tesis yang berjudul “Aktivitas Apis cerana Mencari Polen dan Identidikasi Polen di Perlebahan Tradisional di Bali’ ini dapat selesai tepat waktu.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. dan Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc. sebagai komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan yang sangat berguna. Bapak Drs. Chandra Widjaja, MM sebagai penguji luar komisi ujian tesis, atas masukan dan arahan terhadap tesis ini. Dr. Bambang Suryobroto sebagai Koordinator Mayor Bio Sains Hewan (BSH), seluruh staf pengajar dan Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan FMIPA, IPB.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Departemen Agama RI, untuk pemberian beasiswa dan dana penelitian. Terimakasih tak terhingga kepada orangtua (Bapak Mansur dan Ibu Alfiah) atas semangat untuk mencari ilmu, suami Hery Purwanto, ST, dan putra-putra tercinta (Fariz, Fahmi, Annas) atas dukungan dan kesabaran selama dua tahun penulis tinggalkan. H. Anshori, S.Ag. M.PdI Kepala Madrasah Aliyah Negeri Negara-Bali atas izin dan dukungan untuk mengikuti studi S2. Bapak Suparman dan I Putu Artha peternak lebah tradisional di Bali Barat atas kesediaan menerima penulis untuk melakukan penelitian. Bapak Joko Waluyo, Staf Taman Nasional Bali Barat atas panduan selama di Lapang. Bapak Bob Yuris ahli polendari PT. Corelab Indonesia atas verifikasi polen. Yudi Catur Anendra, rekan seperjuangan pengambilan data di lapang dan identifikasi polen di laboratorium, Islamul Hadi atas pembelajaran pembuatan peta. Rekan- rekan BSH yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan bantuan.

Akhir kata penulis berharap tesis ini bermanfaat dan dapat dikembangkan.

Bogor, Agustus 2009

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 05 Juli 1974 dari Bapak Mansur dan Ibu Alfiah. Penulis adalah putri keempat dari delapan bersaudara. Pada tahun 1993 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Negara-Bali, dan tahun 1999 penulis lulus dari Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana. Penulis memilih Mayor Bio Sains Hewan (BSH), Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 untuk melanjutkan studi S2 dengan Beasiswa Utusan Daerah Departemen Agama Republik Indonesia.

Penulis sebagai staf pengajar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Negara- Bali mulai dari tahun 2002 sampai sekarang.

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL……….. xiv

DAFTAR GAMBAR………. xv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvii

PENDAHULUAN……….. 1 Latar belakang……….. 1 Tujuan Penelitian………. 3 Manfaat Penelitian………... 3 TINJAUAN PUSTAKA………. 4 Biologi A.cerana……….. 4

A. cerana sebagai Serangga Sosial………. 4

Pakan A. cerana………... 5

Nektar………. 5

Polen……….. 6

Air dan Resin………. 7

Aktivitas Mencari Nektad dan Polen..………... 7

Aktivitas Mencari Polen……….... 9

Penyimpanan Nektar dan Polen di Sarang……… 9 Identifikasi Tumbuhan Sumber Nektar dan Polen………..… 10

Hutan Bali Barat……….. 11

BAHAN DAN METODE……….. 15

Penelitian di Lapang………. 15

Waktu dan Tempat Penelitian di Lapang………... 15 Materi Penelitian di Lapang………... 15

Studi Lokasi Penelitian……….. 15

Persiapan Koloni A. cerana……… 16

Pengamatan Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Mencari

Polen A. cerana ………. 16

Pengumpulan Polen……… 16

Pengambilan Gambar Sarang………. 17

Penelitian di Laboratorium……….. 17

Waktu dan Tempat Analisis……….. 17

Analisis Polen dari Tungkai A. cerana dan Bunga ……….. 17 Karakterisasi Sarang A. cerana………. 18 Analisis Data……… 19

H A S I L……… 21 Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen A. cerana ……… 21 Aktivitas Terbang A. cerana di Sumber Klampok (SK)……… 21 Aktivitas Mencari Polen A. cerana di Sumber Klampok (SK)…… 21 Aktivitas Terbang A. cerana di Melaya (ML)……….. 23 Aktivitas Mencari Polen A. cerana di Melaya (ML)………. 23 Perbandingan Aktivitas Mencari Polen A. cerana

di SK dengan ML……….. 25

Persentase Aktivitas Mencari Polen A. cerana ……… 25 Hubungan Aktivitas Terbang dengan Faktor Lingkungan………… 26

Identifikasi polen……….. 27

Tipe dan Karakter Polen dari Tungkai A. cerana………. 27

Tipe Polen pada Tiap Koloni………. 29

Jenis Bunga di Sekitar Sarang……… 30 Karakter Sarang A. cerana………... 32 PEMBAHASAN……… 37 Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen ……… 37 Variasi Aktivitas Terbang Harian A. cerana………. 38 Aktivitas Mencari Polen A. cerana ……….. 40 A. cerana sebagai Serangga penyerbuk………... 42

Identifikasi Polen………. 44

Karakter Sarang A. cerana………... 46 Pengembangan Peternakan Lebah Tradisional di Bali……… 46 Penggantian Gelodok dengan Sarang Modern………. 47 Ketersedian Pakan di Sekitar Sarang………. 48 Konservasi Lingkungan dan Pengembangan Wisata Alam……….. 48 SIMPULAN DAN SARAN……….. 50

Simpulan………. 50

Saran……… 50

DAFTAR PUSTAKA……… 51 LAMPIRAN……….. 56

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Nilai korelasi antar komponen………. 27 2 Jenis dan karakter polen dari tungkai A. cerana di Sumber Klampok

(SK) dan Melaya (ML) ………... 28 3 Tipe polen yang ditemukan pada tiap koloni A. cerana …………... …. 29 4 Jenis tumbuhan yang berbunga di sekitar sarang A. cerana …………. 30 5 Jenis dan karakter polen dari bunga di sekitar sarang A.cerana ……….. 31 6 Luas sarang dan jumlah sel pupa, madu dan sel kosong pada tiap

koloni A. cerana di Melaya………... 32

                                 

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kotak Sarang di Sumber Klampok pada ketinggian 5-8 m……….. 3 2 Kotak Sarang di Melaya pada ketinggian 2-5 m……….. 3 3 Lebah ratu A. cerana yang dikelilingi lebah pekerja……… 12

4 Lebah jantan A. cenara………. 12

5 Skema bunga angiospermae………. 12

6 Lebah pekerja A. cerana dengan polen pada keranjang polen………. 12 7 Sruktur keranjang polen A. cerana ……….. 12 8 Pola pemanfaatan sel-sel dalam sarang A. cerana……… 12 9 Pengelompokan bentuk dan aperture pada polen……….. 13 10 Bentuk polen tampak polar ………. 13 11 Bentuk polen tampak equatorial ………. 14 12 Ornamen eksin dari permukaan polen………. 14 13 Peta lokasi penelitian……….. 19 14 Posisi sarang, handycam dan pengamat………. 19 15 Pollen trap untuk pengumpulan polen………. 19 16 Polen yang dipanen dari tungkai A. cerana……… 20 17 Sisir sarang A. cerana ……….………... 20 18 Tahapan singkat acetolysis………. 20 19 Aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana tiap koloni

di SK………...………

22

20 Aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana tiap koloni di ML.………...

24 21 Perbandingan aktivitas mencari polen A. cerana di SK dengan ML…….

25

22 Persentase aktivitas mencari polen terhdap aktivitas terbang harian……. 22 23 Hasil PCA………... 26 24 Polen dari tungkai A. cerana……….. 33 25 Polen dari bunga sekitar sarang A. cerana ……… 35 26 Peta Persebaran Tanaman Sumber Polen A. cerana di Bali Barat………. 36 27 A. cerana mencari air di penampungan air………. 49

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Daftar cuaca di Sumber Klampok ……… 57

2 Daftar cuaca di Sumber Sari (Melaya)………. 58 3 Rataan lebah yang masuk di Sumber Klampok ……….. 59 4 Rataan lebah yang masuk bawa polen di Sumber Klampok………. 60 5 Rataan lebah yang masuk di Melaya……… 61 6 Rataan lebah yang masuk bawa polen di Melaya………. 62 7 Intensitas cahaya dan kelembaban udara di Sumber Klampok………… 63 8 Suhu di luar sarang dan di dalam sarang di Sumber Klampok………….. 64 9 Intensitas cahaya dan kelembaban udara di Melaya ……… 65 10 Suhu di luar sarang dan di dalam sarang di Melaya……… 66

             

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan Bali Barat adalah kawasan hutan yang diperuntukkan untuk Suaka Alam Bali Barat dan hutan lindung. Hutan Bali Barat dikelola oleh Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dan Dinas Kehutanan Propinsi Bali. Luas hutan Bali Barat 77 000 Ha terdiri atas 75 500 Ha wilayah daratan dan 1 500 Ha wilayah laut. TNBB terdiri atas wilayah daratan sebesar 15 587.89 Ha dan wilayah air 3.415 Ha (Waluyo J 4 Agustus 2008, komunikasi pribadi; http://www.tnbb.com).

Masyarakat di sekitar hutan Bali Barat banyak mencari sarang lebah Apis cerana dan A. dorsata untuk diambil madunya. Selain mencari sarang lebah di hutan, masyarakat juga beternak A. cerana secara tradisional. Masyarakat Bali menyebut A. cerana sebagai nyawan. Usaha perlebahan di Bali Barat sudah dilakukan secara turun-temurun selama tiga generasi (Parman 19 Juli 2009, komunikasi pribadi).

Perlebahan tradisional di Bali Barat menggunakan kotak kayu sederhana yang disebut gelodok sebagai sarang A. cerana (Gambar 1 & 2). Peternak memanen madu A. cerana dua kali dalam satu tahun, yang dilakukan pada musim berbunga pada bulan Desember-Januari.Dengan demikian perlebahan tradisional tergantung pada ketersediaan koloni A. cerana dan pakan dari alam. Peternak mendapatkan koloni A. cerana dengan cara menggantungkan kotak sarang di atas pohon di dekat hutan dengan ketinggian yang berbeda.

Keberadaan perlebahan di hutan alami TNBB, areal perkebunan atau pertanian menguntungkan bagi manusia dan tumbuhan karena lebah membantu penyerbukan pada berbagai bunga. Desa yang dekat dengan hutan alami merupakan tempat yang baik untuk perlebahan, karena di hutan alami banyak tumbuhan penghasil pakan bagi lebah (Keiw 1995). Di Sumber Klampok (SK) terdapat perkebunan kapuk (Ceiba petandra) dan di Melaya (ML) banyak perkebunan kelapa (Cocos nucifera). Menurut Hill (1998) pohon-pohon di perkebunan menyediakan makanan yang berlimpah berupa nektar dan polen juga melindungi lebah madu dari sinar matahari dan angin yang berlebihan. Hadirnya A. cerana sebagai serangga penyerbuk bagi masyarakat dapat meningkatkan hasil

pertanian baik dari jumlah buah dan kualitas buah yang dihasilkan terutama tumbuhan yang tidak dapat mengadakan penyerbukan sendiri. Sebagai contoh pada tanaman dari familia Cucurbitaceae yaitu ketimun (Cucumis sativus), pare (Momordica charantia) memerlukan serangga penyerbuk karena bunga jantan dan betina terpisah (dioceus). Lebah penyerbuk juga meningkatkan hasil pada tomat (Solanum lycopersicum) dan kedelai (Glycine max) (Delaplane & Mayer 2000).

A. cerana adalah serangga sosial yang mempunyai susunan kasta. Kasta dalam koloni A. cerana terdiri dari satu ratu sebagai betina fertile, puluhan atau ratusan lebah jantan dan ribuan lebah pekerja. Pembagian kasta ini menunjukkan pembagian tugas yang jelas dalam koloni tersebut (Akratanakul 2000). Berdasarkan umur lebah pekerja dibedakan menjadi dua yaitu lebah yang bekerja di dalam sarang dan lebah yang bekerja di luar sarang. Tugas utama lebah yang bekerja di luar sarang adalah mencari nektar dan polen (Darmayanti 2008).

A. cerana memerlukan pakan yang mengandung karbohidrat, protein, mineral, lemak, air, dan vitamin untuk pertumbuhan dan perkembangan koloni. Nektar sebagai sumber karbohidrat, penting sebagai sumber energi. Polen sebagai sumber utama protein dan mengandung sedikit vitamin dan karbohidrat. Polen juga mengandung minyak sebagai daya tarik serangga penyerbuk (Kevan 1995).

A. cerana memperlihatkan suatu pola dalam mencari pakan baik mencari nektar atau polen. Kevan (1995) menyatakan lebah pekerja A. cerana diketahui sebanyak 28% mencari polen dan sisanya mencari nektar dan air. Pada A. cerana tidak ditemukan lebah pekerja yang mencari nektar dan polen dalam satu kali perjalanan mencari pakan.

Dari latar belakang diatas diperlukan usaha-usaha agar perlebahan A. cerana berkembang dan berkelanjutan. Salah satu usaha adalah menyediakan tumbuhan sumber pakan A. cerana di sekitar sarang. Sampai saat ini belum ada data tentang tumbuhan sebagai sumber pakan A. cerana di hutan Bali Barat, untuk itu diperlukan penelitian tentang tumbuhan penghasil sumber pakan bagi A. cerana yang terdapat di hutan, perkebunan atau pertanian khususnya tumbuhan sumber polen.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mempelajari kisaran waktu aktivitas mencari polen pada tiap koloni A. cerana, (2) Mengidentifikasi polen yang dibawa A. cerana kembali ke sarang, dan (3) Mempelajari hubungan aktivitas mencari polen dengan jumlah pupa dalam sarang di perlebahan tradisional A. cerana di sekitar hutan Bali Barat.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah (1) Membuat database polen tumbuhan di sekitar perlebahan A. cerana. (2) Mendukung konservasi lingkungan di hutan Bali Barat. (3) Data awal untuk pengembangan perlebahan lebah A. cerana di Bali Barat.                

Gambar 1 Kotak sarang di SK pada ketinggian 5-8 m

Gambar 2 Kotak sarang di ML pada ketinggian 2-5 m Gelodok

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Apis cerana

A. cerana sebagai Serangga Sosial

A. cerana merupakan salah satu anggota dari Famili Apidae, Subfamily Apinae, Genus Apis. Genus Apis termasuk ke dalam koloni eusosial tingkat tinggi. Karakter utama serangga eusosial tingkat tinggi antara lain terdapat pembagian tugas yang jelas pada masing-masing kasta. Dalam satu koloni A. cerana terdapat hanya satu ratu, terjadi pertemuan induk dengan keturunanya sehingga terdapat proses perawatan keturunan (Appanah & Kevan 1995).

Berdasarkan kemampuan reproduksi, kasta pada A. cerana terdiri atas dua kelompok yaitu kasta reproduktif dan non reproduktif. Kasta reproduktif terdiri atas lebah ratu dan lebah jantan. Lebah ratu bertugas menghasilkan telur dan feromon untuk mengontrol dan mengorganisir koloni (Gambar 3). Lebah jantan mempunyai satu tugas yaitu kawin dengan ratu muda (Gambar 4). Lebah jantan melimpah saat ratu muda akan kawin, sedangkan saat musim peceklik lebah jantan banyak dibunuh oleh lebah pekerja (Winston 1992).

Proses perkawinan ratu dengan lebah jantan terjadi di udara pada siang hari saat udara cerah. Lebah ratu A. cerana yang ada di Poona, Thailand melakukan perkawinan antara jam 14.00 sampai 15.00 dengan lama terbang untuk kawin 27 menit. Lokasi tempat terjadi perkawinan dikenal dengan Drone Congregation Area (DCA). Perkawinan ratu A. cerana dengan sepuluh ekor lebah jantan sesuai dengan volume uviduk yang mampu menampung semen 1.94 ml dan seekor lebah jantan mampu memproduksi 0.2 ml semen. Ratu yang telah kawin kantung spermatekanya sudah penuh sperma dan akan bertelur setelah dua hari perkawinan (Koeninger 1995). Ratu A. mellifera dapat menghasilkan 1 500 sampai 2 000 telur per hari (Akratanakul 2000), sedangkan ratu A. cerana di Kashmir menghasilkan 700-830 telur per hari (Ruttner 1988). Lebah jantan akan mati setelah melakukan perkawinan karena endoseplus lebah jantan terlepas setelah kopulasi (Koeninger 1995).

Kasta non reproduktif adalah lebah pekerja yang mengatur semua pekerjaan dalam koloni (Gambar 3). Lebah pekerja dibagi berdasarkan age

polyethysem yaitu pembagian tugas khusus berdasarkan umur sejak keluar dari pupa (Southwick 1992). Pada lebah, age polyethysm dikelompokkan menjadi dua yaitu lebah yang bekerja di dalam sarang dan bekerja di luar sarang. Tugas A. cerana di dalam sarang yaitu membersihkan sel (1-10 hari), merawat larva (3-9 hari), menerima nektar (3-14 hari), menutup sel madu (5-12 hari), menutup sel larva (7-13 hari), Belajar terbang (4-16 hari), merawat ratu (6-13 hari), membangun sarang (6-23 hari), menyimpan polen (10-22 hari), dan membuang sampah (12-23 hari). Tugas A. cerana di luar sarang adalah mengatur suhu udara (8-19 hari), menjaga koloni (14-23 hari), mencari pakan (18-25 hari) (Darmayanti 2008).

Pakan A. cerana

Nektar

Nektar merupakan sumber karbohidrat utama bagi lebah. Nektar mengandung berbagai karohidrat dimana kandungan terbesar adalah sukrosa, glukosa dan fruktosa. Nektar juga mengandung karbohidrat lain seperti laktosa, galaktosa ditemukan dalam jumlah yang kecil. Lebah mengumpulkan nektar dari kelenjar nektar floral dan ekstra-floral dari berbagai bunga. Nektar floral adalah kelenjar nektar yang terdapat pada bunga (Gambar 5), sedangkan nektar ekstra- floral adalah nektar yang berasal dari bagian lain selain bunga (kuncup daun, ujung batang) (Hebert 1992). Nektar dari nektar floral mengandung sukrosa, glukosa, fruktosa, sedikit asam amino, dan lemak (Appanah & Kevan 1995).

Nektar diproses secara enzimatis di dalam perut lebah menjadi madu. Madu disimpan di dalam sel-sel di bagian atas dari sisir sarang. Madu yang baru dikeluarkan dari lebah pencari nektar kadar airnya tinggi diatas 30%. Sehingga lebah pekerja mengepakkan sayap untuk menurunkan kadar air madu sampai menjadi 18-20%. Pengurangan kadar air pada madu penting untuk mencegah fermentasi oleh mikroorganisme. Jika ruang penyimpanan mau sudah penuh akan ditutup dengan lilin (Gary 1992).

Madu merupakan sumber karbohidrat utama bagi koloni lebah yang mengandung gula 95-99.9%. Kandungan gula pada madu berupa glukosa, fruktosa dan sebagian kecil gula kompleks. Selain sebagai sumber karbohidrat

madu juga sebagai bahan campuran utama pembuatan pakan larva berupa campuran madu dan polen (bee bread) (Hebert 1992).

Polen

Polen adalah sel kelamin jantan pada tumbuhan yang dihasilkan oleh organ kelamin jantan pada bunga yaitu anter (Gambar 5). Polen merupakan sumber protein utama bagi lebah. Komposisi kimia dan kandungan nutrisi pada tiap jenis polen tergantung pada tumbuhan penghasil polen (Hebert 1992). Hasil analisis pada polen secara umum menunjukkan 16-30% protein, 1-7% karbohidrat, 0-15% gula, dan 3-10% lemak (Faegri & van der Pijl 1971). Polen dari familia Brassicaceae mengandung protein dan asam amino tertinggi, yaitu dari kelompok asam aspartat, asam glutamin, prolin, leusin dan lysine. Sedangkan metionin, tyrosin dan histidin relative rendah pada polen Brasicaceae yaitu hanya 7% (Szezesna 2006).

Hebert (1992) mengklasifikasikan polen berdasarkan nutrisi dan pengaruhnya terhadap lama hidup, perkembangan ovarium dan lemak tubuh lebah madu menjadi empat kelompok. Kelompok pertama adalah polen bernutrisi tinggi yaitu polen dari kelompok buah-buahan, dan jagung. Kelompok kedua adalah polen dengan nutrisi yang lebih sedikit contohnya kapas dan dandelion. Kelompok ketiga adalah polen dengan kandungan yang nutrisi yang cukup seperti hezelnut, dan kelompok keempat adalah polen dengan kandungan nutrisi yang sangat kurang contohnya pinus. Kandungan nutrisi polen dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan pH tanah artinya polen dari tanaman yang sama dapat mempunyai kandungan nutrisi yang berbeda jika ditanam pada daerah yang berbeda degan kondisi lingkungan yang berbeda (Hebert 1992).

Polen bernutrisi tinggi sangat penting bagi pertumbuhan larva dan perkembangan fisiologis lebah pekerja (Keller et al. 2005). Perkembangan jaringan tubuh, otot, dan kelenjar pada lebah sangat tergantung pada kecukupan protein. A. mellifera yang baru keluar dari pupa banyak mengkonsumsi polen sampai minggu kedua. Setelah minggu kedua konsumsi polen menurun dan konsumsi madu meningkat. Untuk mencukupi kebutuhan protein seluruh anggota

koloni, maka lebah pekerja harus mengumpulkan polen dari berbagai tumbuhan karena kandungan nutrisi pada tiap polen sangat bervariasi (Hebert 1992).

Air dan Resin

Koloni lebah banyak memerlukan air yang berfungsi sebagai bahan pelarut dalam membuat makanan larva berupa campuran madu dan polen. Air juga diperlukan untuk menurunkan suhu dalam sarang. Saat suhu dalam sarang naik lebih dari 34 °C, lebah pekerja meneteskan air dipermukaan sarang, kemudian lebah pekerja mengepakkan sayap di lubang saran (fanning), sehingga udara dalam sarang lebih lembab. Lebah juga memerlukan resin dari tumbuhan yang dipergunakan sebagai bahan perekat dalam sarang dan untuk menutup lubang pada sarang, sehingga suhu dalam sarang dapat dipertahankan tetap hangat (Gary 1992).

Aktivitas A. cerana Mencari Pakan

Aktivitas terbang kelompok Melipona scutellaris (Apidae, Meliponini) di Brazil memperlihatkan variasi pada setiap koloni. Lebih dari 90% aktivitas terbang adalah mencari pakan. Aktivitas terbang yang lain untuk mencari resin, lumpur dan membuang sampah. Puncak aktivitas mencari pakan pada M. scutellaris terjadi antara pukul 05.00-07.00 dan puncak aktivitas mencari polen terjadi antar pukul 05.00-09.00, kedua aktivitas tersebut menurun tajam pada siang hari (Pierrot & Schlindwein 2003). Kelompok Trigona sp yang ada di Serawak, Malaysia menunjukkan pekerja yang membawa polen lebih tinggi daripada yang membawa nektar pada pukul 07.30, sedangkan pada pukul 14.30 pekerja yang membawa nektar lebih tinggi daripada yang membawa polen. Puncak aktivitas mencari pakan terjadi pada pukul 10.30 (Nagamitsu & Inoue 2002).

Darmayanti (2008) melakukan pengamatan pada A. cerana yang mencari pakan di Sukabumi, Jawa Barat dan puncaknya pada pukul 06.00-08.00. Aktivitas ini menurun setelah pukul 08.30 dan naik kembali antara pukul 16.30-18.00. Verma (1995b) membandingkan A. cerana dan A. mellifera di daerah subtropis di Matiana-Narkanda dan menyatakan lebah pekerja A. cerana mulai mencari pakan

lebih pagi (pukul 06.03) daripada A. mellifera (pukul 06.27). Pada sore hari A.mellifera berhenti mencari pakan lebih awal (pukul 18.55) daripada A. cerana (pukul 19.13). Puncak aktivitas mencari pakan A. cerana terjadi antara pukul 09.00-11.30, sedangkan A. mellifera antara pukul 11.00-13.20.

Aktivitas mencari pakan pada A. cerana diketahiu 28% mencari polen, dan sisanya mencari nektar dan air. Pada A. cerana tidak ditemukan lebah pekerja yang mencari nektar dan polen dalam satu kali perjalanan mencari pakan (Kevan 1995). Sedangkan aktivitas mencari pakan pada A. mellifera sebanyak 25% mengumpulkan polen, 60% mengumpulkan nektar, dan 15% mengumpulkan polen dan nektar (Roman & Kulik 2006).

Lebah mencari nektar yang kadar gulanya diatas 10%. A. mellifera mengumpulkan nektar pada konsentrasi 35-50% (Hebert 1992). Penelitian pada A. cerana dengan menggunakan pakan buatan menunjukkan puncak aktivitas mencari nektar terjadi pada konsentrasi gula 35-40% (Liu et al 2007). Konsentrasi gula yang terlalu tinggi diatas 60% terlalu pekat dan tidak dapat dihisap dengan cepat oleh lebah. Konsentrasi nektar tergantung pada suhu, kelembaban dan curah hujan di lokasi tersebut (Hebert 1992).

Pengamatan pada A. cerana dan A. mellifera yang mencari nektar pada bunga familia Brassicaceae menunjukkan aktivitas yang tinggi pada tumbuhan yang mempunyai konsentrasi gula, volume nektar dan energi/ bunga/ hari yang tinggi. Dengan demikian A. cerana dan A. mellifera sangat efektif dalam aktivitas mencari pakan. Dari hasil pengamatan pada jenis tanaman Brassicaceae pada lokasi dan iklim yang berbeda menunjukkan hasil pengukuran konsentrasi, volume dan energi yang terkandung pada nektar berbeda (Abrol 2007).

Penelitian oleh Liu et al. (2007) dengan menggunakan campuran nektar buatan dengan senyawa phenolic menunjukkan A. cerana berlimpah pada nektar dengan konsentrasi 35-40% dan mengandung senyawa phenolic yang rendah. Senyawa phenolic adalah senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan yang berfungsi sebagai daya tarik (attractant) bagi serangga penyerbuk. Dalam nektar senyawa-senyawa phenolics terdapat pada lemak dan alkaloid (Appanah & Kevan 1995).

Aktivitas mencari nektar pada A. mellifera lebih dipengaruhi oleh faktor luar seperti kelimpahan sumber nektar, kualitas nektar dan kondisi lingkungan. Kondisi dalam koloni tidak berhubungan dengan aktivitas mencari nektar, seperti banyaknya larva dalam koloni (Fewel & Winston 1996).

Aktivitas A. cerana Mencari Polen

Lebah mengumpulkan polen tergantung dari banyak faktor yaitu jumlah populasi imago dalam koloni, jumlah larva, vegetasi sekitar sarang dan kondisi cuaca. Feromon yang dihasilkan oleh larva menjadi stimulus langsung bagi lebah pekerja untuk mengumpulkan polen. Jumlah lebah yang mencari polen juga akan meningkat jika terdapat sel-sel yang kosong di dekat larva. Dengan demikian, adanya sel yang kosong pada sisir sarang juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi jumlah lebah yang mencari polen (Keller et al. 2005). Pengamatan pada bunga palem raja (Arconthophoenix alexandrea) di Thailand yang menghasilkan polen menunjukkan A. cerana mulai mencari polen pada pukul 06.15 dan puncaknya pada pukul 09.30 (Oldroyd et al. 1992).

Lebah menggunakan seluruh bagian tubuh untuk mengambil polen. Polen kemudian disisir menggunakan tiga pasang tungkai dan dimasukkan ke keranjang polen(corbicula)yang terdapat pada tungkai belakang (Gambar 6). Selama proses penyisiran, ditambahkan nektar ke polen agar polen menjadi lembab sehingga polen mudah dimasukkan dan melekat pada keranjang polen (Gambar 7) (Shuel 1992).

Penyimpanan Nektar dan Polen di Sarang A. cerana

Sarang A. cerana dan A. mellifera menunjukkan kesamaan dalam

Dokumen terkait