• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

0,203 Sektor Basis

0,231 Peningkatan kualitas SDM 0,267 Pengurangan jumlah penduduk miskin 0,299 industri 0,395 Pertanian 0,605 Pertambangan 0,296 Kesehatan 0,440 Layanan kesehatan 0,516 Pertanian 0,704 Pendidikan 0,560 Pengembangan masyarakat 0,568 Pengembangan sektor unggulan 0,432 Layanan Pendidikan 0,484

a. Alternatif kebijakan yang dipilih oleh para responden, secara umum dapat diketahui bahwa kebijakan pembangunan yang lebih prioritas atau lebih penting dilaksanakan pemerintah Kabupaten Kebumen adalah Pengembangan Masyarakat dari pada mengembangkan sektor unggulan, dengan perbandingan skor 0.568 untuk pengembangan masyarakat dan 0.432 untuk pengembangan sektor unggulan.

b. Bila dilihat dari aspek kriteria kebijakan pembangunan yang terkait dengan pengembangan masyarakat, maka menurut para responden yang paling penting adalah pengurangan jumlah penduduk miskin dengan skor 0.299 disusul dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan skor 0.267. Sedangkan yang terkait dengan pengembangan sektor unggulan, yang paling penting adalah pengembangan sektor basis dengan skore 0.231, kemudian aspek penyerapan tenaga kerja dengan skor 0.203.

Pada umumnya responden menganggap bahwa sektor pertanian merupakan sektor perekonomian yang paling penting dalam perumusan kebijakan pembangunan dibandingkan pada sektor lain. Sedangkan terkait dengan pengembangan masyarakat maka layanan pendidikan dan kesehatan menjadi aspek yang penting dilaksanakan

Hasil AHP tersebut walapun dengan jumlah responden yang tidak terlampau banyak, nampaknya telah mencerminkan keadaan yang sebenarnya di Kabupaten Kebumen. Sebagai contoh sederhana namun cukup menarik, yang dikutip dari sebuah berita di koran kompas tanggal 5 Agustus 2005, bahwa Bupati dan Wakil Bupati Kebumen menyerahkan Surat Keputusan (SK) Bupati dan Wakil Bupati tahun 2005-2010 kepada sebuah Bank guna dijadikan agunan memperoleh pinjaman sebesar 100 juta rupiah. Dana tersebut akan digunakan untuk perbaikan 5 gedung Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang memerlukan perbaikan mendesak. Hal itu dilakukan karena dalam APBD tidak tersedia dana lagi guna keperluan perbaikan gedung sekolah. Dari contoh kasus tersebut, nampaknya telah memberikan gambaran yang lebih nyata bahwa perhatian terhadap pengembangan masyarakat mendapat tempat yang lebih penting. Namun, yang lebih penting ada lah bagaimana agar suatu kebijakan pembangunan dapat berdampak positif

bagi kemajuan dan pengembangan wilayah serta dapat diterima oleh masyarakat secara luas.

Berdasarkan hasil AHP tersebut, telah dapat diketahui isu sentral kebijakan pembangunan di Kabupaten Kebumen yang lebih memberikan prioritas utama pada upaya pengembangan masyarakat dari pada pengembangan sektor -sektor unggulan daerah, namun bukan berarti pengembangan sektor unggulan menjadi tidak penting..

Stategi Dasar Kebijakan Pembangunan Berbasis Sektor Unggulan

Pada analisis sebelumnya telah diketahui bahwa Kabupaten Kebumen setidaknya mempunyai empat sektor unggulan yakni sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan dan jasa. Sektor -sektor tersebut diharapkan akan lebih mampu berperan dalam meningkatkan kemajuan dan perkembangan daerah. Namun demikian, tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan sektor -sektor unggulan tersebut tidaklah mudah. Oleh karena itu, program-program pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen perlu memperhatikan secara serius keempat sektor unggulan tersebut dan dilaksanakan secara sinergis dengan sektor-sektor perekonomian yang lain.

Suatu kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik apabila unsur-unsur yang terkandung dalam kebijakan sesuai dengan kondisi permasalahan yang dihadapi. Menurut Dunn (2003), perumusan masalah dapat membantu menemukan asumsi-asumsi yang tersembunyi, mendiagnosis penyebab- penyebabnya, memetakan tujuan-tujuan yang memungkinkan, mamadukan pandangan-pandangan ya ng bertentangan, dan merancang peluang-peluang kebijakan yang baru.

Untuk mengetahui hasil dari suatu kebijakan dan mengidentifikasi masalah- masalah yang timbul dari pelaksanaan kebijakan tersebut, dapat didentifikasi dari berbagai data statistik. Hasil analisis PCA dengan data dasar PDRB per sektor per kecamatan untuk tahun 2002 nampak pada Tabel 23 berikut

Tabel 23 Factor Loadings Extraction: Principal components tahun 2002

Variabel Factor 1 Factor 2 Factor 3

TANI -0.075533 0.531486 -0.629478 TMB -0.360523 -0.812276 -0.079470 IND 0.216808 -0.850164 -0.053001 LIGAS 0.066102 0.199989 0.905167 KONS 0.748633 0.058382 0.154148 DAG 0.737063 0.064362 0.567707 AKT 0.937037 -0.003107 0.127388 KEU 0.899360 -0.101789 0.047983 JASA 0.897979 0.062683 -0.088307 Expl.Var 3.784024 1.726894 1.597076 Prp.Totl 0.420447 0.191877 0.177453

Hasil analisa PCA tersebut di atas dapat memberikan beberapa informasi antara lain :

a. Dengan nilai masing-masing faktor di bawah 0.7, menunjukkan bahwa sektor pertania n tidak berkorelasi kuat/nyata dengan sektor-sektor lain misalnya sektor industri dan perdagangan. Bila dilihat dari aspek kebijakan, hal ini menunjukan bahwa aplikasi kebijakan antara sektor pertanian dan sektor lain kurang sejalan. Kondisi ini tentunya tidak baik bagi Kabupaten Kebumen dimana sektor pertanian mempunyai peran yang dominan dalam perekonomian daerah. Hal ini bisa menjadi penyebab lambatnya pertumbuhan di sektor pertanian, karena komoditi hasil pertanian kurang dapat diserap untuk kegiatan industri pengolahan.

Berdasarkan analisis LQ sebelumnya, sektor pertanian mempunyai nilai 1.99 yang berarti merupakan salah satu sektor basis. Sehingga, hasil komoditi pertanian tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan lokal, tapi juga berpotensi menjangkau pasaran diluar wilayah Kabupaten Kebumen. Namun, dari hasil PCA di atas dimana sektor pertanian mempunyai korelasi yang lemah dengan sektor perdangangan, maka hal tersebut mengisyaratkan bahwa pemda masih perlu meningkakan perhatian guna membuka peluang perdagangan komoditi pertanian dengan memanfaatkan pasar–pasar lokal yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten

Kebumen. Hal tersebut tentunya dapat berakibat positif bagi perkembangan perekonomian.

b. Sektor industri pengolahan mempunyai korelasi yang kuat dengan sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini mengisyaratkan bahwa bahan dasar untuk industri bahan galian di Kabupaten Kebumen pada umumnya memanfaatkan hasil tambang/bahan galian lokal.

c. Aktivitas sektor industri tidak mempunyai korelasi yang kuat dengan sektor perdagangan, keuangan dan jasa. Hal ini antara lain mengisyaratkan bahwa penjualan hasil industri belum sepenuhnnya didukung kebijakan di sektor perdagangan, misalnya aspek pemasaran hasil industri. Sedangkan lemahnya korelasi dengan sektor keuangan menunjukkan bahwa pada umumnya permodalan industri pengolahan masih lebih banyak mengandalkan pada modal mandiri dan belum memanfaatkan permodalan dari perbankan.

d. Adanya sumber daya listrik yang besar yang dihasilkan oleh dua waduk yang ada, belum dimanfaatkan secara optimal guna meningkatkan perkembangan daerah. Hal ini terlihat bahwa sektor listrik, gas dan air minum mempunyai korelasi yang lemah dengan sektor -sektor lainnya. Padahal energi listrik merupakan salah satu energi yang sangat diperlukan dalam melakukan aktivitas kehidupan.

e. Hasil-hasil analisis tersebut, secara implisit menunjukkan bahwa program- program pembangunan belum berjalan dengan optimal. Sebagai contoh misalnya program pengembangan agribisnis tanaman pangan, holtikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan perhutanan. Apabila program tersebut telah dilaksanakan dengan optimal, maka terdapat korelasi yang kuat antara sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan dan perdagangan, namun yang terjadi justru antara ketiga sektor tersebut tidak terdapat korelasi yang kuat.

Untuk lebih mengembangkan wilayah dengan berbasis pada sektor -sektor unggulan di Kabupaten Kebumen, maka Pemda sebaiknya mengaplikasikan kebijakan pembangunan yang berimplikasi guna meningkatkan keterkaitan antara sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan dan sektor jasa.

Namun demikian dukungan dari sektor-sektor lain pun sangat penting seperti tersedianya pasokan air dan listrik yang mencukupi.

Beberapa hasil studi yang dilakukan oleh lembaga perguruan tinggi ataupun lembaga penelitian yang bekerjasama dengan pemda perlu difikirkan secara serius implementasinya. Sebagai contoh salah satu hasil studi yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan Bappeda Kabupaten Kebumen pada tahun 2003, dikatakan bahwa salah satu kegiatan industri yang layak dikembangkan di Kabupaten Kebumen adalah industri kacang garing/asin. Namun, dengan syarat terdapat kontinuitas ketersediaan bahan baku kacang tanah. Berdasarkan tabel potensi komoditi pertanian pada lampiran 1 nampak bahwa Kabupaten Kebumen mampu menghasilkan 9-10 ribu ton kacang tanah dalam setahun. Bila rekomendasi tersebut diatas diwujudkan, maka hal itu merupakan salah satu contoh membangun keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor indsutri pengolahan.

Kontribusi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai salah satu bentuk kebijakan pembangunan di Kabupaten Kebumen tampak pada tabel 24 dibawah.

Pengeluaran pembangunan untuk sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor unggulan hanya sekitar 2-8% dari total pengeluaran pembangunan. Padahal, kegiatan di sektor pertanian mempunyai peran yang penting karena merupakan aktivitas sebagian besar masyarakat di Kabupaten Kebumen. Menurut Jhingan (2000) pertanian mempunyai beberapa peran yang penting dalam kegiatan perekonomian antara lain :

- menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian meningkat,

- meningkatkan permintaaan produk industri dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier,

- menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian terus menerus,

- meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasikan pemerintah, - memperbaiki kesejahteraan rakyat perdesaan.

Tabel 24 Realisasi APBD Kabupaten Kebumen Tahun 1997/1998–2002 (juta rupiah)

Tahun Tahun Tahun

Uraian 1997/1998 % 1998/1999 % 1999/2000 % Rutin 21 860.5 59.7 72.915.2 78.7 98,258.9 79.1 Pembangunan 14 772.6 40.33 19 754.5 21.3 25,956.7 20.9 1 Industri 25.0 0.17 160.0 0.8 499.4 1.9 2 Pertanian dan Kehutanan 334.0 2.26

741.2 3.8

50.0 0.2 3 Sumber Daya air dan Irigasi 21.0 0.14

- 0.0 2,077.5 8.0 4 Tenaga Kerja 10.0 0.07 198.6 1.0 44.9 0.2 5

Perdag, Pengemb Ush Daerah,

Keu dan Kop. 1 035.5 7.01

1,365.9 6.9

1,776.6 6.8 6

Transportasi, Meteorologi dan

Geofisika 4 189.2 28.36

4,288.8 21.7

7,586.1 29.2 7 Pertambangan dan Energi 202.3 1.37

354.1 1.8

285.3 1.1 8

Pariwisata Pos dan

Telekomunikasi 774.4 5.24 324.4 1.6 634.5 2.4 9

Pembangunan Daerah dan

Transmigrasi 650.4 4.40

1,632.2 8.3

1,029.7 4.0 10 Lingkungan hidup dan tata ruang 480.3 3.25

675.6 3.4

2,431.0 9.4 11

Pend,Kebudy Nas, Pemuda dan

Olah Raga 3 695.9 25.02 6,042.2 30.6 3,479.4 13.4 12

Kependudukan dan Keluarga

berencana 6.3 0.04 5.0 0.03 7.5 0.03 13

Kes, Kesejaht sos., Per Wanita,

Ank & rmja 594.2 4.02

496.3 2.5

448.2 1.7 14 Perumahan dan Permukiman 80.0 0.54

1,507.7 7.6 1,487.6 5.7 15 Agama 63.8 0.43 119.2 0.6 507.7 2.0 16 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 105.1 0.71

137.0 0.7 164.1 0.6 17 Hukum 47.5 0.32 25.5 0.1 58.0 0.2 18

Aparatur Pemerintah dan

Pengawasan 2 116.9 14.33

1,576.9 8.0

2,845.3 11.0 19 Pol, Pener, Kom & media Massa 89.5 0.61

75.4 0.4

299.0 1.2 20

Keamanan dan Ketertiban

Umum 13.5 0.09

11.5 0.1

245.0 0.9 Subsidi bantuan kepada daerah

bawahan 238.0

17.0 0.1 0.0

Urusan Kas dan perhitungan 0.00 0.0

Jumlah

Lanjutan Tabel 24

Tahun Tahun Tahun

Uraian 2000 % 2001 % 2002 % Rutin 87 059.2 77.8 230 814.5 79.2 243 209 64.6 Pembangunan 18 496.1 16.5 33 632.7 11.5 109 304.2 29.0 1 Industri 30.0 0.2 87.5 0.3 265.0 0.2 2 Pertanian dan Kehutanan 1 516.0 8.2 994.6 3.0 5 425.4 5.0 3 Sumber Daya air dan Irigasi 46.8 0.3 1 758.9 5.2 18 317.2 16.8 4 Tenaga Kerja 129.1 0.7 139.6 0.4 401.4 0.4 5

Perdag, Pengemb Ush Daerah,

Keu dan Kop. 670.5 3.6 675.9 2.0 3 404.3 3.1 6

Transportasi, Meteorologi dan

Geofisika 4 686.4 25.3 10 222.1 30.4 26 475.3 24.2 7 Pertambangan dan Energi 270.4 1.5 298.2 0.9 651.1 0.6 8

Pariwisata Pos dan

Telekomunikasi 308.7 1.7 1 181.3 3.5 2 128.7 1.9 9

Pembangunan Daerah dan

Transmigrasi 1 582.2 8.6 5 891.8 17.5 11 633.2 10.6 10

Lingkungan hidup dan tata

ruang 1 376.7 7.4 190.6 0.6 846.7 0.8 11

Pend,Kebudy Nas, Pemuda dan

Olah Raga 2 851.9 15.4 3 645.5 10.8 11 157.9 10.2 12

Kependudukan dan Keluarga

berencana 40.0 0.2 14.4 0.04 10.0 0.01 13

Kes, Kesejaht sos., Per Wanita,

Ank & rmja 513.6 2.8 1 290.9 3.8 4 721.9 4.3 14 Perumahan dan Permukiman 1 234.3 6.7 3 162.5 9.4 11 687.3 10.7 15 Agama 332.3 1.8 346.3 1.0 798.4 0.7 16

Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi 62.5 0.3 170.5 0.5 696.5 0.6 17 Hukum 58.0 0.3 90.0 0.3 135.5 0.1 18

Aparatur Pemerintah dan

Pengawasan 2 671.3 14.4 3 361.6 10.0 9 496.6 8.7 19

Pol, Pener, Kom & media

Massa 70.0 0.4 74.6 0.2 997.0 0.9 20

Keamanan dan Ketertiban

Umum 45.5 0.2 36.0 0.1 55.0 0.1 Subsidi bantuan kepada daerah

bawahan

Urusan Kas dan perhitungan 6 295.1 5.7 26 905.6 9..3 23 822.5 6..4

Jumlah 111 850.4 291 352.8 376 336.2

Sumber : Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Tingkat II tahun 1997 - 2002

Namun, bila melihat porsi anggaran tersebut, nampaknya pemda akan mengalami kendala dalam mengaplikasikan program-program pembangunan guna pengembangan sektor unggulan secara terpadu, mengingat alokasi dana untuk sektor-sektor unggulan masih relatif kecil. Hal tersebut secara implisit menyiratkan bahwa perumus kebijakan pembangunan di level eksekutif dan legislatif memang belum sepenuhnya memberikan perhatian untuk lebih mengembangkan sektor-sektor unggulan. Hal ini relevan dengan hasil analisis AHP sebelumnya yang menghasilkan informasi bahwa pengembangan sektor

unggulan bukan hal yang paling penting dalam kebijakan pembangunan di Kabupaten Kebumen.

Oleh karena itu, kebijakan pembangunan yang perlu dirumuskan adalah suatu bentuk kebijakan dengan tetap memberikan perhatian terhadap pengembangan sektor -sektor unggulan daerah, tapi juga berimplikasi luas terhadap pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan karakteristik lokal.

Strategi dasar kebijakan pembangunan yang perlu dilakukan adalah :

• Berdasarkan hasil analisis PCA, diketahui bahwa antara beberapa sektor unggulan tidak terdapat korelasi yang kuat, dan bahkan sektor pertanian yang merupakan sektor yang mampu memberikan kontribusi yang besar dalam PDRB, mampu menyerap tenaga kerja cukup besar serta merupakan salah satu sektor basis Kabupaten Kebumen mempunyai korelasi yang lemah dengan sektor-sektor unggulan yang lain. Oleh karena itu, kebijakan dan pelaksanaan program-program pembangunan adalah dengan membangun keterkaitan antar sektor perekonomian. Langkah yang perlu ditempuh misalnya a) mengembangkan industri-industri yang berbasis pertanian seperti industri kacang garing, lanting, disertai akses yang memudahkan perdagangan hasil pertanian dan industri pengolahan baik untuk tingkat lokal maupun regional, apalagi Kabupaten Kebumen mampu menghasilkan beragam komoditi pertanian sebagaimana nampak pada tabel lampiran 1, b) membangun keunggulan lokal melalui perkuatan usaha kecil dan mikro. Keunggulan lokal adalah kemampuan daerah memberikan nilai tambah bagi pengembangan ekonomi sehingga tercipta pusat pusat keunggulan kompetitif.

• Peran sektor jasa -jasa, terutama yang dilakukan oleh pemda diarahkan pada perlindungan dan peningkatan kegiatan sektor-sektor unggulan. Namun demikian, tidak mengabaikan sektor-sektor perekonomian yang lain. Pemda lebih baik berperan sebagai fasilitator dan stimulator dalam kegiatan pembangunan dengan mengoptimalkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

Ilustrasi kebijakan pembangunan dengan membangun keterkaitan antar sektor nampak pada Gambar 10 di bawah.

Gambar 10 Skema kebijakan sektor unggulan.

Upaya membangun keterkaitan antar sektor perekonomian memang bukan hal yang mudah karena seringkali dalam perumusan kebijakan pembangunan nuansa ego sektoral lebih menonjol dari pada nuansa untuk lebih mengembangkan wilayah. Hal ini karena pelaksanaan kebijakan sektor -sektor pembangunan dilaksanakan oleh dinas-dinas yang membawahi satu atau lebih sektor perekonomian. Hal lain yang dapat menjadi kendala adalah kebijakan pembanguna n terkait erat dengan kepentingan politik yang berkuasa baik di level legislatif maupun eksekutif. Sehingga perumusan kebijakan yang dikeluarkan dapat berupa hasil kompromi antar berbagai kepentingan politik.

Perumusan kebijakan pembangunan sebagai bagian dari perencanaan pembangunan perlu memperhatikan UU nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dimana dalam sistem perencanaan pembangunan terdapat 5 (lima) pendekatan yakni politik, teknokratik, partsipatif, bottom up dan top down. Kelima pendekatan tersebut perlu dicermati agar kebijakan yang dikeluarkan dapat tepat sasaran.

Pertanian

Industri Perdagangan

Kelembagaan dalam Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah Pada pembahasan sebelumnya dapat diketahui terjadinya keterkaitan yang lemah antar sektor-sektor unggulan di Kabupaten Kebumen dan kecilnya dukungan pendanaan guna pengembangan sektor-sektor unggulan yang tercermin dalam alokasi anggaran pada APBD. Namun demikian, hal tersebut bukan merupakan tanggung jawab mutlak pemerintah daerah, karena perumusan dan perencanaan kebijakan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan hasil dari kompromi/kesepakatan antara pihak legislatif (DPRD) dan eksekutif (Pemda).

Lemahnya keterkaitan antara pengeluaran pemerintah terhadap pembangunan perekonomian mengindikasikan lemahnya peran kelembagaan di dalam perencanaan pembangunan di daerah. Akibatnya, keputusan yang diambil di dalam melaksanakan kegiatan yang tercermin di dalam alokasi anggaran pembangunan kurang memperhatikan pengembangan sektor -sektor unggulan.

Mekanisme dalam perumusan dan penyusunan kebijakan pembangunan daerah dapat nampak pada Gambar 11 di bawah.

Gambar 11 Mekanisme perumusan kebijakan pembangunan daerah

Kegiatan yang dilakukan dalam menjaring aspirasi mas yarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara baik yang bersifat formal maupun informal.

Pemerintah Daerah DPRD

Perencanaan dari sisi teknokratis

Perencanaan dari sisi Politis Pembahasan Kesepakatan Kebijakan pembangunan Aspirasi masyarakat

Secara for mal telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 9 tahun 1982 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah, dimana didalamnya menganut perencanaan yang bersifat bottom up

mulai dari tingkat desa sampa i nasional mengikuti struktur pemerintahan negara. Untuk tingkat desa/kelurahan dilakukan Musyawarah Pembangunan Desa (Musbangdes), dilanjutkan Temu Karya Pembangunan di tingkat kecamatan, dan seterusnya hingga tingkat nasional. Kegiatan-kegiatan tersebut pada dasarnya bertujuan untuk menjaring aspirasi masyarakat (jaring asmara). Namun demikian, dalam pelaksanannya hak masyarakat dan partisipasi masyarakat ini hanya diwakili oleh lembaga perwakilan desa, dan bahkan dalam pembahasan yang lebih tinggi peran serta masyarakat dalam perencanaan pembangunan semakin berkurang, dimana nuansa politis mendominasi perumusan kebijakan pembangunan dengan berbagai pertimbangan seperti skala prioritas, memenuhi janji terhadap konstituen partai, dan keterbatasan dana.

Sedangkan penjaringan aspirasi masyarakat secara informal diakukan dengan berbagai cara seperti melalui media massa dan elektronik, surat-surat aduan ke pemda, pengaduan langsung ke pemda dan anggota dewan, kunjungan aparat pemda atau anggota dewan ke masyarakat. Mekanisme informal ini kadangkala lebih efektif dalam menjaring aspirasi masyarakat serta lebih sesuai dengan keinginan masyarakat. Untuk Kabupaten Kebumen, para pejabat pemda terutama Bupati Kebumen telah memberikan perhatian yang besar dalam menjaring aspirasi masyarakat. Berdasarkan informasi yang diperoleh, dalam berbagai kesempatan Bupati Kebumen tidak segan-segan mengunjungi desa-desa guna bertemu langsung dengan ma syarakat guna menerima informasi yang aktual tentang kondisi masyarakatnya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila beliau dengan sukarela meminjam dana dari bank dengan jaminan SK Bupatinya untuk membiayai perbaikan gedung sekolah yang rusak, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka wujud dari peningkatan peran kelembagaan yang seharusnya dilakukan adalah :

1. memberikan peran yang memadai bagi masyarakat dalam memberikan masukan dalam perencanaan pembangunan daerah, baik di bidang ekonomi, sosial, dan sebagainya,

2. meningkatan sistem dan mekanisme perencanaan proses perencanaan pembangunan menjadi lebih baik,

3. meningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan

APBD sebagai salah satu kebijakan pembangunan tahuna n yang mencerminakan dukungan pemda terhadap pembangunan daerah, mekanisme penyusunan, penetapan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawabannnya telah diatur dalam UU nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Mekanisme penyusunan APBD sesuai UU tersebut dilakukan dalam 3 tahapan yaitu a) penyampaian kebijakan umum pemerintah daerah, b) penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah, dan c) pengajuan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan persetujuan DPRD. Dalam penjelasan UU tersebut antara lain dikatakan bahwa ketentuan penyusunan dan penetapan APBD meliputi penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah, penegasaan peran DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran, pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran, penyempurnaan klasifikasi anggaran, penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka pengeluaran jangka menengah dalam penyusunan anggaran. Mekanisme penyusunan dan penetapan APBD nampak pada Gambar 12 di bawah.

Keterangan : SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah

Gambar 12 Mekanisme penyusunan dan penetapan APBD

Sejalan dengan perkembangan yang semakin dinamis, maka sistem penyusunan anggaran tahunan dilaksanakan dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework – MTEF) yang telah banyak digunakan di berbagai negara. Dengan kerangaka MTEF ini, maka penyusunan anggaran dilakukan tidak hanya untuk satu tahun anggaran tapi juga proyeksi untuk beberapa tahun ke depan. Tujuannya agar terdapat kesimbungan pelaksanaan program-program pembangunan dan lebih memudahkan dalam memberikan prioritas pendanaan pembangunan.

Pembahasan kebijakan umum APBD

Rancangan Perda RAPBD Prioritas, Plafon anggaran

sementara

SKPD menyusun rencana kerja

Pemda DPRD

APBD

Pembahasan Rencana Kerja SKPD

1

2

3

Simpulan

Perumusan kebijakan pembangunan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) guna meningkatkan dan mengembangkan wilayah. Pemda perlu mengetahui dan memahami karakteristik wilayah yang dimilikinya, sehingga kebijakan yang dikeluarkan dapat sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan daerah. Salah satu bentuk kebijakan guna mewujudkan kemajuan daerah adalah mengembangkan sektor-sektor unggulan yang diharapkan mampu menjadi lokomotif perekonomian daerah.

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai potensi wilayah yang beragam, namun sampai saat ini masih tergolong salah satu Kabupaten dengan PDRB perkapita yang rendah untuk ukuran Provinsi Jawa Tengah dibandingkan dengan Kabupaten lainnya. Berdasarkan kriteria kont ribusi sektor-sektor perekonomian dalam PDRB, tingkat penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan PDRB serta nilai LQ, serta berdasarkan analisis data-data statistik maka Kabupaten Kebumen setidaknya mempunyai 4 (empat) sektor unggulan yaitu pertanian, industri pengolahan, perdagangan, dan jasa-jasa. Sektor-sektor ini diharapkan mampu menjadi lokomotif dan tulang punggung perekonomian bagi Kabupaten Kebumen.

Secara umum kebijakan dan program-program pembangunan di bidang ekonomi sudah pada arah yang benar, namun dari analisis data-data statistik belum sepenuhnya mampu meningkatkan perekonomian daerah. Alokasi APBD sebagai salah satu bentuk perhatian dan implementasi kebijakan pembangunan belum sepenuhnya ditujukan guna lebih meningkatkan sektor-sektor unggulan daerah.

Berdasarkan analisis AHP, nampak bahwa kebijakan pembangunannya bagi Kabupaten Kebumen lebih memprioritaskan kebijakan bagi pengembangan masyarakat terutama di bidang pendidikan dari pada mengembangkan sektor- sektor unggulan.

Saran

1. Pemda Kabupaten kebumen perlu lebih mengoptimalkan potensi di sektor pertanian dengan meningkatkan kegiatan agrobisnis yang antara lain dilakukan dengan membentuk klaster-klaster industri berbasis komoditas pertanian.

2. Kegiatan industri pengolahan pada umumnya dilakukan dalam skala kecil dan merupakan industri rumah tangga. Oleh karena itu, perlu dukungan yang kuat dari pemda misalnya dari aspek permodalan, pemasaran dan promosi. 3. Perlu dikaji secara serius implementasi hasil-hasil studi yang dilakukan

lembaga -lembaga penelitian dan pengkajian guna lebih meningkatkan keterkaitan sektor -sektor perekonomian

4. Berdasarkan perkembangan yang ada, maka di jalur selatan akan dibangun jalan yang yang dikenal dengan ’jalur selatan – selatan’ yang menghubungkan Yogya – Cilacap. Oleh karena itu, pemda perlu menyusun langkah-langkah antisipasi agar apabila jalan tersebut telah terealisasi dapat lebih dimanfaatkan guna pengembangan wilayah Kabupaten Kebumen.

Alkadri dan Hasan Mustofa Djajadiningrat. 2002. Bagaimana menganalisis potensi wilayah. Di dalam : Urbanus M. Ambardi dan Socia Prihawantoro. Editor. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah. Jakarta : Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengambangan Wilayah BPPT. hlm 95- 136

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta : PT. BPFE .

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2002. Kebumen Dalam Angka. Kebumen : BPS.

---. 2004. Jawa Tengah Dalam Angka. Semarang : BPS. Badan Pusat Statistik dan Bappeda. Profil Pembangunan Daerah Kab. Kebumen

tahun 2003.

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2004. Laporan Monitoringdan Evaluasi Kegiatan Tahun 2004. Kebumen : Bappeda

[BPTP] Balai pengkajian Teknologi Pertanian dan [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional .2003. Studi Kelayakan Usaha Komoditas Unggulan Kabupaten Kebumen. Yogyakarta : BPTP

Blakely EJ. 1994. Planning Local Economic Development. 2t h Edition. London :

Dokumen terkait