• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi kebijakan pembangunan berbasis sektor unggulan kasus di kabupaten kebumen provinsi jawa tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi kebijakan pembangunan berbasis sektor unggulan kasus di kabupaten kebumen provinsi jawa tengah"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH

ABDULLAH SYAHIDIN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Kebijakan Pembangunan Berbasis Sektor Unggulan : Kasus di Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Desember 2005

(3)

ABDULLAH SYAHIDIN. Studi Kebijakan Pembangunan Berbasis Sektor Unggulan : Kasus di Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh SETIA HADI dan MARYUDI S.

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu dari sepuluh kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita terendah, wala upun kabupaten ini mempunyai beragam potensi wilayah yang dapat dikembangkan. Salah satu kebijakan pembangunan guna meningkatkan kemajuan daerah adalah memberikan perhatian terhadap pengembangan sektor-sektor unggulan. Sektor-sektor unggulan ini diharapkan dapat menjadi lokomotif perekonomian daerah.

Dalam penelitian ini, dikaji sektor-sektor perekonomian yang berpotensi sebagai sektor unggulan bagi Kabupaten Kebumen. Untuk menentukan sektor -sektor unggulan dilakukan dengan menilai peranan masing-masig -sektor terhadap kontribusi dalam PDRB, pertumbuhan masing-masing sektor dalam PDRB, tingkat penyerapan tenaga kerja, dan sektor basis yang dilakukan denga n metode

Location Quoetien (LQ). Sedangkan untuk memprediksi peranan masing-masing sektor unggulan dalam pembentukan PDRB di gunakan pendekatan fungsi produksi Cobb and Douglass. Namun demikian merumuskan prioritas kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah seringkali dihadapkan pada berbagai dilema. Untuk mengetahui isu sentral kebijakan pembangunan di Kabupaten Kebumen dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

(4)

KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH

ABDULLAH SYAHIDIN

Tesis

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

NIM : A253040014

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si Dr. Ir. Maryudi S, M.Sc

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Perencanaan Wilayah

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr Prof. Dr. Ir. Sjafrida Manuwoto, M.Sc

(6)

Karya ilmiah ini kupersembahkan untuk Anak -anaku tercinta:

Aisyah Putri Syahidina Iqbal Insan Kurnia Syahida Putri Qanita

(7)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunianya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih penulis dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2005 adalah kebijakan pembangunan berbasis sektor unggulan. Untuk itu, karya ilmiah ini diberi judul Studi Kebijakan Pembangunan Berbasis Sektor Unggulan : Kasus di Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah.

Sebagai salah seorang warga negara yang berasal dari Kabupaten Kebumen, penulis merasa terpacu untuk memberikan sumbangan pemikiran yang konstruktif bagi kemajuan daerah. Berbekal pendidikan yang penulis peroleh, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para perumus kebijakan pembangunan di Kabupaten Kebumen dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghar gaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Ayah dan Ibu yang sangat berjasa dalam kehidupan penulis;

2. Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Maryudi S, M.Sc yang dengan penuh perhatian, kesabaran dan ketekunan membimbing penulis; 3. Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr beserta segenap staff pengajar dan

manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB;

4. Pimpinan dan staff Pusbindiklatren Bappenas atas kesempatan beasiswa yang diberikan bagi penulis ;

5. Pimpinan dan staff Pemda Kabupaten Kebumen yang telah memberikan kemudahan selama proses penelitian;

6. Pimpinan dan staff Ditjen Perbendaharaan Departemen Keuangan yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melanjutkan tugas belajar; 7. Semua pihak yang berperan dan proses pengajaran dan penulisan karya ilmiah

ini.

Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada isteri dan anak-anak tercinta yang telah memberikan nuansa tersendiri dalam proses belajar. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang setimpal.

Tak ada gading yang tak retak, mohon maaf apabila terdapat kekhilafan dalam karya ilmiah ini. Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bogor, Desember 2005

(8)

Penulis dilahirkan di Kabupaten Kebumen pada tanggal 25 Desember 1968 dari seorang Ayah yang bernama Abdul Somad dan Ibu yang bernama Mukminah. Penulis merupakan putra keempat dari empat bersaudara.

Tahun 1988 penulis lulus dari SMA Negeri Kebumen dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Program Diploma (Prodip) Keuangan Spesialisasi Anggaran dan lulus tahun 1991. Program studi strata 1 penulis tempuh bersamaan dengan penempatan tugas kedinasan di Ujung Pandang setelah lulus dari Prodip Keuangan. Pada tahun 1996 penulis lulus dari Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STIA) YAPPI Ujung Pandang. Tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah pada Sekolah Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Pusbindiklatren Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

(9)

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Kerangka Pemikiran ... 3

Hipotesis Penelitian ... 5

Tujuan Penelitian ... 6

Manfaat Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA Perumusan Kebijakan P ublik ... 8

Pengertian Pembangunan dan Pergeseran Paradigma Pembangunan ... 9

Desentralisasi Penyelenggaraan Pemerintahan ... 10

Konsep Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah ... 12

Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah ... 14

Penentuan Prioritas Kebijakan Pembangunan ... 16

Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah ... 17

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitia n ... 22

Metode Pengumpulan data ... 22

Metode Analisis ... 22

Principal Components Analysis (PCA) ... 22

Location Quotient (LQ) ... 24

Indeks Entropi ... 25

Fungsi Produksi Cobb and Douglass ... 26

Analysis Hierarchy Process (AHP )... 26

(10)

Jenis Tanah ... ... 34

Klimatologi ... 34

Hidrologi ... 36

Kependudukan ... 36

Kondisi Makro Perekonomian ... 37

Garis Besar Kebijakan Pembangunnan... 41

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Perkembangan Wilayah ... 44

Analisis Sektor Unggulan ... 51

Kriteria Sektor Unggulan ... 51

Prediksi PDRB dengan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb and Douglass ... 60

Analisis Kebijakan Pembangunan ... 63

Isu Sentral Kebijakan Pembangunan ... 63

Strategi Dasar Kebijakan Pembangunan Berbasis Sektor Unggulan ... 68

Kelembagaan dalam Penyusunan Perencaaan Pembangunan Daerah ... 76

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 80

Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(11)

Halaman

1 Matrik masalah, tujuan dan metode analisis ... 29 2 Penggunaan lahan di Kabupaten Kebumen tahun 1995 dan 2003 ... 32

3 Nama kecamatan, luas lahan dan jumlah desa / keluarahan di Kabupaten

Kebumen tahun 2003 ... 33

4 Komposisi penduduk Kabupaten Kebumen ... 37

5 PDRB Kabupaten Kebumen tahun 1994 – 2003 atas dasar harga konstan

1993 (juta rupiah) ... 37

6. Persentase distribusi sektor-sektor perekonomian PDRB Kabupaten

Kebumen ... 38 7. Pertumbuhan lapangan usaha PDRB Kabupaten Kebumen tahun

1994-2003 (dalam persen) ... 39

8. Indeks entropi sektor -sektor perekonomian Kabupaten Kebumen dan 5

(lima) kabupaten di sekitarnya tahun 1995– 2003 ... 45 9. Indeks entropi sektor -sektor perekonomian Kabupaten Kebumen tahun

1995–2003 ... 46

10. Eigenvalues. Extraction: principal components ... 47

11. Factor loadings (varimax normalized). Extraction:

principal components ... 48

12. Communalities. Extraction: Principal components ... 49 13. Penyerapan tenaga kerja menurut sektor usaha tahun 2001–2003 ... 52

14. LQ Kabupaten Kebumen atas dasar lapangan usaha PDRB tahun

1999-2003 ... 53 15. Sektor Perekonomian yang masuk kriteria sektor unggulan ... 54

16. Banyaknya industri di Kabupaten Kebumen tahun 2003 ... 56

17. Nilai LQ sektor -sektor perekonomian di Kabupaten Kebumen

(12)

20. Matrik korelasi antar variabel ... 62

21. Prediksi PDRB dengan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglass ... 63

22. Gini Rasio dan persentase pendapatan perkapita menurut golongan

pendapatan di Kabupaten Kebumen tahun 1993 -2003 ... 64

23. Factor loadin gs Extraction: Principal components tahun 2002 ... 69

(13)

Halaman

1 Kerangka pemikiran penelitian ... 5

2 Bagan alir perencanaan pembangunan ... 19

3 Bagan alir penyusunan rencana pembangunan daerah ... 20

4 Struktur hirarkhi AHP ... 28

5 Kerangka analisis penelitian ... 30

6 Pertumbuhan PDRB Kebumen dan Jawa Tengah tahun 1994-2003 ... 40

7 Plot of eigenvalue ... 48

8 IPM Kabupaten Kebumen tahun 1996 -2003 ... 65

9 Struktur dan hasil analisis AHP ... 66

10 Skema kebijakan sektor unggulan ... 75

11 Mekanisme perumusan kebijakan pembangunan daer ah ... 76

(14)

Halaman

1. Beberapa potensi komoditi sektor pertanian Kabupaten Kebumen ... 85 2. Hasil analisis aplikasi expert choice 2000 ... 86

(15)

Latar Belakang

Perhatian terhadap masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembangunan terus berkembang sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat. Keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan pembangunan, memberikan pelajaran yang penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk mengkaji lebih mendalam perencanaan pembangunan yang tepat untuk dilaksanakan pada suatu wilayah. Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dala m proses perencanaan pembangunan. Oleh karena itu, dalam menyusun strategi kebijakan pembangunan harus dilandasi dengan pemahaman yang baik terhadap kondisi wilayah.

Struktur pemerintahan negara kita, dibagi atas Pemerintahan Pusat dan Daerah. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang (UU) nomor 22 tahun 1999 juncto UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka Pemerinta h Daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota mempunyai peran yang penting dalam proses perencanaan pembangunan. Sesuai UU nomor 25 tahun 2004 tersebut, maka perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dituangkan dalam rencana pembangunan jangka panjang, menengah dan tahunan, dimana dalam pelaksanannnya dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) pada masing-masing daerah.

Dalam melakukan fungsinya, pemerintah daerah akan dihadapkan pada pengambilan-pengambilan keputusan yang dilaksanakan dalam kerangka kebijakan publik, termasuk dalam melakukan kebijakan di bidang pembangunan.

(16)

dikeluarkan dapat sesuai dengan yang diharapkan, termasuk di dalamnya kebijakan-kebijakan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah (Pemda). Oleh karena itu, kegiatan studi kebija kan dalam pelaksanaan pembangunan khususnya yang dilakukan oleh Pemda menjadi unsur yang penting sebagai bagian dari proses pembelajaran (learning processs) dalam pelaksanaan pembangunan.

Perumusan Masalah

Pelaksanaan otonomi daerah telah memberikan peluang yang besar bagi daerah untuk merumuskan kebijakan pembangunan dan memanfaatkan sumber-sumber potensi daerah secara lebih mandiri. Namun demikian, kebijakan pembangunan yang dilaksanakan oleh daerah tentunya harus berpedoman pada

grand design kebijakan pembangunan nasional. Hal ini secara eksplisit telah dirumuskan dalam UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 ayat 3 bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah

Menurut Sukirno (1982) strategi pembangunan untuk suatu daerah ada empat aspek yaitu 1) strategi makro 2) strategi sektoral 3) strategi wilayah, dan 4) strategi pemilihan proyek-proyek. Salah unsur yang penting dalam kebijakan pembangunan daerah adalah merumuskan strategi perencanaan ekonomi daerah. Menurut Mangiri (2000) perencanaan ekonomi daerah bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Misi umumnya adalah pendapatan perkapita daerah dan pemerataannya. Untuk mewujudkan misi dan tujuan tersebut diperlukan strategi dengan melihat berbagai potensi sumber daya yang berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial dan budaya yang tersedia di suatu daerah. Beberapa strategi dimaksud adalah :

1. Strategi dari sudut sumber daya, yang terdiri dari :

(17)

c. strategi basis sumber daya modal dan manajemen, d. sumber daya lainnnya,

e. lokasi dan wilayah strategis. 2. Strategi menurut komoditi unggulan; 3. Strategi dari sudut efisiensi;

4. Strategi dari sudut Institusi dan aktor ekonomi.

Pemahaman yang mendalam terhadap karakteritik dan potensi yang dimiliki suatu daerah, khususnya sektor-sektor unggulan yang ada, merupakan hal yang penting dalam merumuskan strategi pembangunan yang akan di keluarkan, dengan harapan agar competitive advantage tersebut dapat memberikan manfaat yang optimal bagi kemajuan suatu daerah.

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, dimana mempunyai beragam potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, yang berpeluang menjadi sektor unggulan daerah. Namun demikian, dengan keragaman potensi yang dimiliki tersebut, sampai tahun 2003 Kabupten Kebumen masih masuk dalam sepuluh besar terbawah kabupaten-kabupaten di Jawa Tengah berdasarkan ukuran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita.

Oleh karena itu, pemda Kabupaten Kebumen perlu merumuskan kebijakan pembangunan yang lebih tepat, khususnya dengan lebih mengoptimalkan peran sektor-sektor unggula n yang dimiliki, agar dapat meningkatkan kemajuan dan perkembangan wilayah.

Memperhatikan beberapa hal di atas, maka beberapa permasalahan yang perlu dikaji adalah :

a. Apa sektor unggulan yang dimiliki Kabupaten Kebumen ?

b. Apakah kebijakan pembangunan yang dijalankan oleh pemda Kabupaten Kebumen telah memperhatikan sektor unggulan yang dimilikinya ?

c. Bagaimana kebijakan pembangunan yang tepat dijalankan oleh pemda ?

Kerangka Pemikiran

(18)

perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambung yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Berdasarkan definisi tersebut, menurut Arsyad (1999) ada 4 elemen dasar perencanaan yaitu (1) merencanakan berarti memilih, (2) perencanaan merupakan alat pengalokasian

sumber daya, (3) perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan, dan (4) perencanaan untuk masa depan. Agar suatu bentuk perencanaan

pembangunan dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu disusun suatu strategi yang tepat yang dituangkan dalam kebijakan pembangunan.

Kebijakan pembangunan, khususnya di bid ang ekonomi, menurut Arsyad (1999) dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) yaitu (1) strategi pengembangan fisik/lokalitas (locality or physical development strategy), (2) strategi pengembangan dunia usaha (bussiness development strategy), (3) strategi pengembangan sumber daya manusia (human resources development strategy), dan (4) strategi pengembangan masyarakat (community-based development strategy).

Karakteristik potensi yang terdapat pada suatu daerah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kebijakan pembangunan suatu daerah. Dengan mengetahui potensi daerah yang secara tercermin dalam sektor unggulan yang dimiliki, maka kebijakan yang ditempuh dan implementasi yang diperoleh dapat sesuai yang diharapkan.

Salah satu sarana untuk mengetahui potensi-potensi tersebut adalah dengan menganalisa data-data statistik daerah dan memperhatikan hasil-hasil studi potensi.

(19)

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.

Hipotesis Penelitian

Perumusan kebijakan pembangunan yang tepat merupakan salah satu aspek yang patut diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan. Salah satu pendekatan yang perlu dilakukan adalah memberikan perhatian yang memadai terhadap pengembangan sektor-sektor perekonomian yang merupakan

Potensi Wilayah /Daerah: SDA, SDM, SD Buatan, SD lain

Pemerintah Daerah

DPRD

Kebijakan Pembangunan

Usulan strategi dasar Kebijakan Pembangunan bagi Kabupaten Kebumen

Wilayah / Daerah Kabupaten Kebumen

Perkembangan sektor-sektor perekonomian Sektor-s ektor

Unggulan

Masyarakat

Isu sentral Kebijakan Pembangunan Metode Analisis Data

(20)

unggulan daerah. Memperhatikan keragaman potensi wilayah yang dimilikinya, patut diduga bahwa pada dasarnya Kabupaten Kebumen mempunyai sektor -sektor perekonomian yang merupakan unggulan daerah. Namun, melihat pencapaian hasil pembangunan yang dilaksanakan, ada dugaan bahwa kebijakan pembangunan yang dilaksanakan belum sepenuhnya memperhatikan sektor -sektor unggulan tersebut. Berdasarkan latar be lakang, kerangka pemikiran, dan hal-hal tersebut di atas, maka sebagai hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Kabupaten Kebumen mempunyai sektor unggulan yang mempunyai peran yang penting dalam pengembangan wilayah yakni Pertanian, Perdagangan, Industri Pengolahan dan Jasa;

2. Kebijakan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen belum sepenuhnya memperhatikan sektor unggulan yang dimiliki daerah tersebut.

Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini adalah untuk mengkaji :

a. Sektor perekonomian daerah yang potensial menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan kemampuan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki Kabupaten Kebumen;

b. Kesesuaian strategi pembangunan yang dijalankan Pemda Kabupaten Kebumen;

c. Strategi kebijakan pembangunan yang tepat dijalankan di Kabupaten Kebumen.

Manfaat Penelitian

(21)

a. Memberikan sumbangan pemikiran pada pemda tentang strategi pembangunan yang perlu dijalankan;

b. Sebagai bahan pembelajaran (learning process) dan evaluasi dalam proses perumusan kebijakan pembangunan;

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Perumusan Kebijakan Publik

Kebijakan atau policy dalam The Little Oxford Dictionary diberikan definisi sebagai arah tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah, partai dan sebagainya (course of action adopted by government, party, etc). Suatu kebijakan dikeluarkan karena berbagai pertimbangan antara lain adanya masalah, kebutuhan atau adanya aspirasi tertentu. Perumusan suatu kebijakan dihasilkan dari analisis yang mendalam terhadap berbagai alternatif sehingga diperoleh alternatif terbaik.

Mencermati pendapat dari Graycar, maka Keban (2004) menyatakan bahwa kebijakan dapat dilihat sebagai konsep filosofis, sebagai suatu produk, dan sebagai suatu proses. Sebagai suatu konsep filosofis, kebijakan merupakan serangkaian prinsip atau kondisi yang diinginkan. Sebagai suatu produk, kebijakan dipandang sebagai suatu kumpulan atau rekomendasi, dan sebagai suatu proses, kebijakan dipandang sebagai suatu cara dimana melalui cara tersebut suatu organisasi dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya yaitu program dan mekanisme dalam mencapai produknya.

Terkait dengan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah termasuk yang dilakukan oleh pemda, maka Dunn (2003) menyatakan bahwa dalam kebijakan publik atau public policy terkandung pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah. Selanjutnya menurut Dunn (2003) dalam merumuskan suatu kebijakan perlu dilandasi dengan argumen-argumen, mengapa suatu kebijakan dikeluarkan. Argumen-argumen kebijakan (policy argument) yang merupakan sarana untuk melakukan perdebatan mengenai isu-isu kebijakan publik, mempunyai enam unsur yaitu 1) informasi yang relevan dengan kebijakan (policy-relevant information), 2) tuntutan kebijakan (policy claim), 3) jaminan atau pembenaran (warrant), 4) dukungan

(backing), 5) bantahan (rebuttall), dan 6) kesimpulan (qualifier).

(23)

(identification of problems), 2) penyusunan agenda (agenda setting), 3) pengusulan formula kebijakan (formulation policies proposal), 4) pengesahan kebijakan (legitimating policies), 5) pelaksanaan kebijakan (implementing policies), dan 6) evaluasi kebijakan (evaluating policies).

Keban (2004) berpendapat bahwa suatu kebijakan yang tidak mampu memecahkan masalah dianggap sebagai kebijakan berkapasitas rendah. Kebijakan yang berkapasitas rendah ini, perlu ditingkatkan kemampuannya melalui mekanisme yang lebih rasional dengan data dan informasi yang lengkap dan terpercaya, serta melibatkan masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan atau pengambilan keputusan, agar masyarakat dapat mengontrol secara langsung.

Selanjutnya menurut Keban (2004), kualitas suatu kebijakan dapat diketahui melalui beberapa parameter penting seperti proses, isi, dan konteks atau suasana dimana kebijakan itu dihasilkan atau dirumuskan. Oleh karena itu, analisis kebijakan dan proses kebijakan menjadi unsur yang penting dilakukan.

Menurut Dunn (2003) analisis kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan tenta ng dan didalam proses kebijakan. Proses analisis kebijakan mempunyai lima tahap yang saling bergantung yang secara bersama sama membentuk siklus aktivitas intelektual yang kompleks dan tidak linear. Aktivitas-aktivitas tersebut berurutan sesuai waktunya da n melekat dalam konteks kebijakan yang bersifat kompleks, tidak linear dan pada dasarnya bersifat politis.

(24)

humanistik. Selanjutnya Todaro dalam Rustiadi et al. (2004) menyatakan bahwa pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, pananganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan.

Dalam pelaksanannya, menurut Arsyad (1999) proses pembangunnan dilaksanakan dalam 4 tahap, yaitu 1) menetapkan tujuan, 2) mengukur ketersediaan sumber-sumber daya yang langka, 3) memilih berbagai cara untuk mencapai tujuan, dan 4) memilih kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan.

Sejalan dengan berkembangnya dinamika masyarakat, maka konsep pembangunan telah mengalami pergeseran paradigma pembangunan dari yang berpusat pada produksi (produce centre development) ke pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centre development). Menurut Guy Gran dalam Korten dan Sjahrir (1988) paradigma ini memberi peran kepada individu bukan sebagai subyek, melainkan sebagai aktor yang menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannnya. Pembangunan yang berpusat pada rakyat menghargai dan mempertimbangkan prakarsa dan perbedaan lokal. Salah satu syarat agar proses pembangunan tersebut berjalan dengan lancar, adalah dilakukannnya desentralisasi yang cukup besar dalam proses pembuatan keputusan, yang tidak sekedar delegasi wewenang formal yang sederhana. Salah satu tantangan yang penting bagi pembangunan yang berpusat pada rakyat adalah mengubah orientasi birokrasi pembangunan dari pemerintah agar menjadi organisasi-organisasi yang menghargai dan memperkuat kerakyatan, keanggotaan mereka, serta para warga negara yang harus dilayaninya.

Desentralisasi Pe nyelenggaraan Pemerintahan

(25)

signifikan dalam kegiatan pemerintahan yang selama ini dikendalikan oleh pemerintah pusat. Menurut Hidayat (2004), desentralisasi dapat dilihat dari perspektif politik dan perspektif administrasi. Berdasarkan perspektif politik desentralisasi merupakan devolusi kekuasaan (devolution of power) dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Sedangkan berdasarkan perspektif administrasi, desentralisasi adalah penyerahan wewenang untuk mengambil keputusan, perencanaan, dan pengaturan fungsi publik dari pemerintah pusat atau pemerintah yang lebih tinggi, kepada pemerintah dan organisasi non pemerintah yang berada pada level yang lebih rendah.

Menurut Smith (1985) tujuan desentralisasi dapat dilihat dari kepentingan pemerintah pusat dan dari sisi kepentingan pemerintah daerah. Berdasarkan sisi kepentingan pemerintah pusat, desentralisasi mempunyai tiga tujuan utama yaitu 1) pendidikan politik (political education), 2) latihan kepemimpinan (provide training in political education), dan 3) menciptakan stabilitas politik (political stability). Sedangkan dari sisi kepentingan pemerintah daerah, desentralisasi mempunyai tiga tujuan yaitu 1) terciptanya keberimbangan secara politik (political equality), 2) meningkatkan tanggung jawab pemerintah daerah (local accountability), 3) meningkatkan kepekaan pemerintah daerah terhadap wilayahnya (local responsivness). Dengan demikian, sebenarnya desentralisasi mempunyai makna yang mendalam dalam hubungan antara pemerintah pusat dan daerah serta terkait dengan berbagai aspek antara lain politik, ekonomi, sosial. Sukirno (1992) berpendapat, terdapat beberapa pertimbangan dilakukannnya desentralisasi, antara lain a) pemerintah daerah lebih mengetahui daerahnya, b) bila ada masalah pemerintah daerah lebih tahu sehingga lebih cepat penyelesaiannya, c) jumlah masalah yang dihadapi pemerintah daerah lebih sedikit daripada masalah nasional sehingga lebih cepat penyelesaiannya.

(26)

serta agama. Untuk penyelenggaraan kegiatan bidang-bidang tersebut di daerah, dilakukan dengan asas dekonsentrasi.

Konsep Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Perencanaan merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh berbagai pihak, baik perorangan maupun suatu organisasi. Untuk memahami kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan, sangat bervariasi tergantung dari kompleksitas masalah dan tujuan yang ingin dicapai. Secara sederhana konsep perencanaan menurut Tarigan (2004) adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Selanjutnya secara lebih lengkap Tarigan (2004 ) memberi kan pengertian bahwa perencanaan berarti mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor yang tidak dapat di kontrol (noncontrolable) namun relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan menurut Friedman dalam Tarigan (2004) perencanaan pada asasnya berkisar pada dua hal, pertama ialah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan kongkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan, kedua ialah pilihan-pilihan di antara cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan pembangunan daerah adalah aspek ekonomi. Menurut Arsyad (1999) pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.

(27)

dengan lingkungannya (horisontal dan vertikal) dimana daerah tersebut merupakan bagian darinya, 2) perlu memahami bahwa sesuatu yang tampaknya baik secara nasional (makro) belum tentu baik untuk daerah, dan sebaliknya yang baik bagi daerah belum tentu baik secara nasional, dan 3) tersedianya perangkat kelembagaan untuk pembangunan daerah seperti administrasi dan proses pengambilan keputusan. Perencaanaan yang efektif harus bisa membedakan apa yang seyogyanya dilakukan dan apa yang dapat dilakukan.

Mengutip pendapat dari Blakely, maka Arsyad (1999) menyatakan bahwa

dalam perencanaan pembangunan ekonomi terdapat enam tahap yaitu 1) pengumpulan dan analisis data, 2) pemilihan strategi pembangunan daerah,

3) pemilihan proyek-proyek pembangunan, 4) pembuata n rencana tindakan, 5) penentuan rincian proyek, dan 6) persiapan perencanaan secara keseluruhan dan implementasi.

Sedangkan menurut Jhingan (2000) perkembangan ekonomi dapat dipergunakan untuk menggambarkan faktor -faktor penentu yang mendasari pertumbuhan ekonomi seperti perubahan dalam teknik produksi, sikap masyarakat dan lembaga-lembaga dimana perubahan tersebut dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi.

(28)

Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah

Sejalan dengan perkembangan dan dinamika masyarakat, maka konsep perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dilakukan dengan pendekatan wilayah. Menurut Rustiadi et al. (2004) wilayah didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik (tertentu) dimana komponen-komponen wilayah tersebut (sub wilayah) satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional. Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan siste mnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Suatu wilayah terkait dengan beragam aspek, sehingga definisi baku mengenai wilayah belum ada kesepakatan diantara para ahli. Sebagaimana dikemukakan oleh Alkadri (2002) bahwa sebagian ahli mendefinisikan wilayah dengan merujuk pada tipe-tipe wilayah, ada pula yang mengacu pada fungsinya, dan ada pula yang berdasarkan korelasi yang kuat diantara unsur -unsur (fisik dan non fisik) pembentuk suatu wilayah. Sehingga, pengertian wilayah tidak hanya sebatas aspek fisik tanah, namun juga aspek lain seperti biologi, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan. Berdasarkan fungsinya wilayah dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu wilayah homogen, wilayah nodal, dan wilayah perencanaan.

Strategi pengembangan suatu wilayah sangat ditentukan oleh karakteristik dan potensi yang terdapat di wilayah tersebut. Oleh karena itu, sebelum melakukan perumusan kebijakan yang dilaksanakan perlu mengetahui tipe/jenis wilayahnya. Menurut Tukiyat (2002) secara umum terdapat lima tipe wilayah dalam suatu negara :

1. Wilayah yang telah maju;

2. Wilayah netral, yang dicirikan dengan adanya tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi;

3. Wilayah sedang, yang dicirikan adanya pola distribusi pendapatan dan kesempatan kerja yang relatif baik;

(29)

nasional dan tidak ada tanda -tanda untuk dapat mengejar pertumbuhan dan pengembangan;

5. Wilayah tidak berkembang.

Dengan mengetahui ciri suatu wilayah, maka dapat dirumuskan kebijakan yang tepat dilakukan dalam pengembangan wilayah.

Pada era otonomi daerah saat ini, maka salah satu konsep pengembangan wilayah yang perlu mendapat perhatian adalah pengembangan ekonomi wilayah. Oleh karena itu, menurut Tukiyat (2002) konsep pengembangan ekonomi wilayah harus berorientasi pada pertumbuhan ekonomi wilayah dengan menggali potensi produk unggulan daerah.

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengembangan wilayah adalah menyusun perencanaan wilayah. Menurut Tarigan (2004) perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah (termasuk perencanaan pergerakan di dalam wilayah) dan perencanaan kegiatan pada ruang wilayah tersebut. Perencanaan penggunaan ruang wilayah diatur dalam bentuk perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam wilayah diatur dalam perencanaan pembangunan wilayah. Tata ruang wilayah merupakan landasan dan juga sekaligus juga sasaran dari perencanaan pembangunan wilayah. Perencanaan pembangunan wilayah tidak mungkin terlepas dari apa yang sudah ada saat ini di wilayah tersebut. Aktor/pelaku pembangunannya adalah seluruh masyarakat yang ada di wilayah tersebut termasuk di dalamnya pemerintah daerah serta pihak-pihak luar yang ingin melakukan kegiatan di wilayah tersebut. Paling tidak terdapat dua peran pemerintah daerah yang cukup penting dalam pembangunan wilayah yakni sebagai pengatur atau pengendali (regulator) dan sebagai pemacu pembangunan (stimulator). Dana yang dimiliki pemerintah dapat digunakan sebagai stimulan untuk mengarahkan investasi swasta atau masyarakat umum ke arah yang diinginkan oleh pemerintah.

(30)

dikembangkan atau di tingkatkan dari sektor-sektor tersebut guna lebih mengembangkan wilayah.

Penentuan Prioritas K ebijakan Pembangunan

Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah adalah merumuskan dan mengeluarkan kebijakan. Menurut Keban (2004), kualitas suatu kebijakan dapat diketahui melalui beberapa pa rameter penting seperti proses, isi, dan konteks atau suasana dimana kebijakan itu dihasilkan atau dirumuskan. Pemerintah perlu memperhatikan isu-isu yang berkembang di masyarakat, sehingga dapat dirumuskan kebijakan yang tepat yang menjadi prioritas dalam kebijakan pembangunan. Oleh karena itu, analisis kebijakan dan proses kebijakan menjadi unsur yang penting dilakukan.

Untuk mengetahui isu yang menjadi prioritas kebijakan dapat dilakukan dengan metode analisis yang dikenal dengan Analysis Hierarchy Process (AHP) atau proses hirarkhi analisis. Metode ini diperkenalkan oleh Dr. Thomas Saaty di tahun 1970’an.

Dalam menetapkan suatu kebijakan, maka perumus kebijakan akan dihadapkan pada banyak faktor baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, dimana seringkali analisis yang dilakukan mengabaikan faktor-faktor yang bersifat kualitatif. Dengan metode AHP, maka semua faktor yang dianggap berpengaruh terhadap suatu kebijakan akan diikutkan dalam perhitungan. Menurut Saaty (1980) pada umumnya hal-hal yang berperan dalam pengambilan keputusan adalah a) perencanaan, b) perumusan alternatif, c) menetapkan berbagai prioritas, d) menetapkan alternatif terbaik, e) mengalokasikan sumber daya, f) menentukan kebutuhan, g) memprediksi hasil yang dicapai, h) mendesain sistem i) penilain hasil, j) menjaga kestabilan sistem, k) mengoptimalkan tujuan, dan l) mengelola konflik. Saaty (1980) menekankan pentingnya pendekatan sistem dalam pengambilan keputusan, dengan memperhatikan struktur, fungsi, tujuan dan lingkungan.

(31)

1. Dapat merepresentasikan suatu sistem yang dapat menjelaskan bagaimana perubahan pada level yang lebih tinggi mempunyai pengaruh terhadap unsur-unsur pada level yang lebih rendah;

2. Membantu memudahkan analisis guna memecahkan persoalan yang komplek dan tidak berstruktur, dengan memberikan skala pengukuran yang jelas guna mendapatkan prioritas;

3. Mampu mendapatkan pertimbangan yang logis dalam menentukan prioritas dengan tidak memaksakan pemikiran yang linier;

4. Mengukur secara komprehensif pengaruh unsur -unsur yang mempunyai korelasi dengan masalah dan tujuan, dengan memberikan skala pengukuran yang jelas

Sarana yang digunakan dalam metode AHP ini adalah dengan memberikan kuesioner kepada para responden terpilih yang mengetahui dan memahami dengan baik masalah-masalah yang yang menjadi obyek penelitian.

Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah

Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah, maka kedudukan dan peran pemerintah daerah dalam menyelenggarakan organiasi pemerintahan di daerah, menjadi lebih fleksibel sesuai dengan kemampuan keuangan, potensi daerah, dinamika masyarakat, dan kebutuhan pembangunan di daerahnya. Oleh karena itu, agar proses pembangunan di daerah dapat berjalan dengan terarah dan efektif, maka perlu dilakukan kegiatan perencanaan pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber-sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu (Riyadi 2004).

(32)

beragam disiplin ilmu. Menurut Riyadi (2004) terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiatan perencanaan pembangunan daerah yaitu : 1. faktor lingkungan, baik bersifat internal maupun eksternal yang meliputi

bidang sosial, budaya, ekonomi, dan politik; 2. faktor sumber daya manusia perencana;

3. faktor sistem yang digunakan, yang antara lain meliputi aspek prosedur, mekanisme pelaksanaan, pengambilan keputusan, dan pengesahan;

4. faktor perkembangan ilmu dan teknologi; 5. faktor pendanaan.

Sebelum berlakunya UU nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka perencanaan pembangunan mengacu pada Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang ditetapkan setiap 5 tahun oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Penjabaran GBHN tersebut pada masing-masing daerah dituangkan ke dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah (POLDAS) yang selanjutnya dirinci kedalam Rencana Strategis Pembangunan (RENSTRA), Program Pembangunan Daerah (PROPEDA). Sebagai operasional kegiatan dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Secara garis besar perencanaan pembangunan yang dilakukan sebagaimana Gambar 2 di bawah.

(33)

Sumber : Bratakusumah (2003)

Gambar 2 Bagan alir perencanaan pembangunan

RPJM berisi program-program kerja untuk kurun waktu 5 tahun dan disusun dengan berpedoman pada RPJP yang telah ditetapkan. Untuk tingkat nasional RPJM merupakan penjabaran lebih lanjut dari visi dan misi presiden terpilih. Sedangkan, untuk tingkat daerah RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi dan misi kepala daerah terpilih. Secara garis besar perencanaan pembangunan dilakukan oleh daerah sebagaima na nampak pada Gambar 3 di bawah.

UUD 45

GBHN 99

PROPENAS

REPETA ---

APBN

DEPT/ LPND

PROPEDA PROPI NSI

APBD PROPI NSI

PROPEDA

KAB/KOTA

APBD KAB/ KOTA

PEMBANGUNAN NASI ONAL &

(34)

Gambar 3 Bagan alir penyusunan rencana pembangunan daerah

Sesuai UU nomor 25 tersebut, maka pendekatan yang dilakukan dalam melakukan perencanaan pembangunan terdiri dari 5 aspek yakni politik, teknokratik, partisipatif, bawah-atas (bottom-up), atas-bawah (top -down). Dalam penjelasan UU tersebut dikatakan bahwa pendekatan politik memandang pemilihan Presiden/Kepala Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Presiden/Kepala Daerah.

UU Pemilu

Visi, Misi, dan Program Kerja masing-masing calon

Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA

Kepala Daerah

Terpilih RPJM

UUD 45

Calon A Calon B Calon yang lain

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD),

(35)

Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Presiden/Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas -bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa.

(36)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengambil lokasi di Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah, dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini mempunyai karakteristik potensi yang beragam dengan daerah pergunungan di bagian utara dan pantai di selatan. Penelitian dilakukan dari bulan April 2005 sampai dengan September 2005

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yakni melakukan studi kepustakaan dari publikasi data -data statistik BPS, Peraturan Daerah (PERDA) yang dikeluarkan oleh Pemda Kabupaten, dan sumber-sumber pustaka lain yang relevan dengan topik penelitian. Sedangkan pengumpulan data primer diperoleh dengan melakukan dengan wawancara dan penyebaran kuesioner kepada para responden.

Responden yang dipilih untuk kegiatan AHP terdiri dari unsur -unsur Pemda, tokoh masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau pemerhati Kabupaten Kebumen, dengan prinsip bahwa responden yang dipilih mempunyai pemahaman yang baik tentang perkembanga n pembangunan di Kabupaten Kebumen.

Metode Analisis

Principal Components Analysis (PCA)

(37)

meminimalkan keragaman dengan va riabel/faktor yang lain, menjadi variabel yang saling bebas (independent). Dalam hal ini data yang akan dianalisan PDRB Jawa Tengah dan Kabupaten Kebumen dengan variabel sektor-sektor perekonomian.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa ini adala h : 1. Standarisasi variabel asal

Tujuannya adalah menghilangkan variasi data antar variabel yang dilakukan dengan formula :

j j ij ij

s x

y = −µ (1)

yij adalah variael baru yang telah disederhanakan xij adalah variabel nilai X pada wilayah i sektor j

µj adalah nilai rata-rata masing-masing sektor perekonomian sj adalah simpangan baku masing-masing sektor perekonomian 2. Ortogonalisasi Variabel

Tujuannya adalah membuat variabel baru Zα (α=1,2,...,qp) yang memiliki karakteristik:

(1) satu sama lain tidak saling berkorelasi, yakni: rαα = 0,

(2) nilai rataan masing-masing, tetap sama dengan nol, dan

(3) nilai ragam masing-masing Zα sama dengan λα≥ 0, dimana ∑αλα= p. 3. Penyederhanaan jumlah variabel

Sesuai dengan tujuan dasar kedua dari analisis PCA maupun FA adalah penyederhanaan jumlah variabel, maka langkah yang dilakukan adalah dengan mengurutkan masing-masing faktor atau komponen utama (Fα) yang dihasilkan, dari yang memiliki eigenvalueα) tertinggi hingga terendah, yakni :

a. memilih faktor-faktor atau komponen-komponen utama yang memiliki λα≥1, artinya faktor atau komponen utama yang memiliki kandungan informasi (ragam) setara dengan informasi yang terkandung dalam satu variabel asal, b. membuang faktor atau komponen utama yang mempunyai eigenvalue antar

(38)

Test dipekenalkan oleh Catell dimana dari hasil scee plot yang dipilih adalah yang paling curam,

c. menentukan faktor-faktor atau komponen-komponen utama yang memiliki koefisien korelasi nyata minimal satu variabel asal. Kriteria yang digunakan adalah | rαj|≥0.7 Hal ini dimaksudkan agar setiap faktor atau komponen

utama yang terpilih, paling tidak memiliki satu penciri dominan dari variabel asalnya.

Data-data yang digunakan dalam analisis ini adalah PDRB per kabupaten di Provinsi Jawa Tengah tahun 2003 dan PDRB per kecamatan di Kabupaten Kebumen tahun 2002. Sebagai variabel data adalah adalah sektor-sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha (9 sektor). Untuk melakukan perhitungan metode PCA / FA ini digunakan aplikasi statistica versi 6.

Location Quotient (LQ)

Secara umum, metode analisis ini digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan/basis suatu aktivitas. Location Quotient (LQ) (Blakely 1994) merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas tertentu dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total aktivitas wilayah. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktivitas pada sub wilayah ke -i

terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati . Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola -pola aktivitas bersifat seragam, dan (3) setiap aktivitas menghasilkan produk yang sama. Persamaan dari LQ ini adalah :

..

(39)

Jika nilai LQij < 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas yang secara umum ditemukan diseluruh wilayah dan sebaliknya jika LQij > 1, maka sub wilayah ke -i tersebut mempunyai pangsa relatif lebih besar dibandingkan dengan aktivitas yang secara umum ditemukan diseluruh wilayah.

Dalam analisis ini, data yang digunakan adalah PDRB berdasarkan lapangan usaha Kabupaten Kebume n dan Jawa Tengah tahun 1994-2003 serta PDRB per kecamatan Kabupaten Kebumen atas dasar lapangan usaha tahun 2002. Hasil nilai LQ yang diperoleh akan dapat diketahui sektor -sektor perekonomian yang merupakan sektor basis bagi Kabupaten Kebumen pada level provinsi Jawa Tengah

Indeks Entropi

Metode ini digunakan untuk mengukur tingkat perkembangan suatu wilayah, misalnya aktivitas suatu sektor. Dengan demikian, dapat diketahui sektor/aktivitas apa yang berkembang pada suatu wilayah. Prinsip pengertian indeks entropi ini adalah semakin beragam aktivitas atau semakin luas jangkauan spasial, maka semakin tinggi entropi wilayah. Artinya wilayah tersebut semakin berkembang. Persamaan umum entropy ini adalah sebagai berikut:

∑∑

= =

= n

i n

j ij

P S

1 1

LogPij (3)

(40)

Fungsi produksi Cobb and Douglass

Untuk memprediksi peranan sektor-sektor unggulan dalam pembentukan PDRB digunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglass (Miner 1988) sebagai berikut :

λ γ

β

α 2 3 4

1

.Sektor Sektor Sektor Sektor A

Y = (4)

Dimana :

Y adalah jumlah PDRB, untuk suatu tahun tertentu

Sektor 1,2,3 dan 4 adalah sektor-sektor perekonomian dalam PDRB yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Kebumen.

A adalah konstanta , α, β, γ dan λ adalah koefisien elastisitas masing-masing sektor. Dengan mengetahui nilai nilai α, β, dan γ pada masing-masing sektor unggulan, maka dapat diduga nilai PDRB pada suatu tahun.

Analysis Hierarchy Process (AHP)

Untuk mengetahui isu sentral sebagai prioritas kebijakan pembangunan, maka dilakukan analisa dengan menggunakan metode Analysis Hierarchy Process (AHP). Untuk mendapatkan skoring yang diperlukan, maka telah dilakukan penyebaran kuesioner dan wawancara dengan berbagai unsur yakni Pemda sebanyak 5 orang, LSM sebanyak 2 orang dan DPRD sebanyak 1 orang, sehingga jumlah responden sebanyak 8 orang. Tujuan utama yang ingin diperoleh dari metode AHP ini adalah ingin menjaring persepsi awal tentang prioritas utama yang perlu dilakukan dalam kebijakan pembangunan di Kabupaten Kebumen. Metode sampling yang digunakan adalah

purposive sampling, dengan kriteria responden adalah pihak-pihak yang terlibat langsung atau minimal pernah terlibat dalam perumusan kebijakan pembangunan di Kabupaten Kebumen. Kriteria responden tersebut dimaksudkan agar jawaban yang diperoleh dapat mencerminkan kondisi yang lebih realistis dalam perumusan kebijakan pembangunan. Analisis AHP dilakukan dengan sofware expert choice 2000.

Dalam analisis ini, langkah-langkah yang dilakukan dalam metode AHP adalah (Saaty 1980) :

(41)

3. Mengidentikasi kriteria-kriteria yang yang mempunyai pengaruh terhadap masalah yang ditetapkan;

4. Menetapkan struktur hierarchy;

Menurut Saaty (1980) hirarkhi adalah suatu sistem yang tersusun dari beberapa level/tingkatan, dimana masing-masing tingkat mengandung beberapa unsur atau faktor. Hal yang dilakukan dalam suatu hirarkhi adalah mengukur pengaruh berbagai kriteria yang terdapat pada hirarkhi. Pada umumnnya masalah dasar yang muncul dalam penyusunan hirarkhi adalah menentukan level tertinggi dari berbagai interaksi yang terdapat pada berbagai level;

5. Menentukan hubungan antara masalah dengan tujuan, hasil yang diharapkan, pelaku / objek yang berkaitan dengan masalah, nilai masing-masing faktor;

6. Membandingkan alternatif-alternatif (comparative judgement);

7. Menentukan faktor -faktor yang menjadi prioritas (Synthesis of priority);

8. Menentukan urutan alternatif -alternatif dengan memperhatikan logical conssistency.

Data yang dianalisis diperoleh dari hasil kuesioner terhadap para responden terpilih yang terdiri dari unsur -unsur Pemda, LSM, DPRD dan masyarakat. Penyebaran kuesioner dilakukan pada saat penelitian. Skor yang diberikan oleh setiap responden bersifat subyektif, artinya sesuai dengan persepsi masing-masing responden terhadap kebijakan pembangunan di Kabupaten Kebumen. Nilai skor yang diperloleh dari hasil kuesioner tersebut dianalisis dengan bantuan program aplikasi expert choice 2000.

Dengan memperhatikan tahapan-tahapan di atas, maka rancangan struktur hierarkhi AHP dalam thesis ini seperti pada Gambar 4 di bawah.

Matrik masalah, tujuan, dan kerangka analisis penelitian

(42)

Level 1 Tujuan

Level 2 Kriteria

Level 3 Sasaran

Level 4 Alternatif

Gambar 4 Struktur hirarkhi AHP.

Tujuan Utama

Kriteria A Kriteria B Kriteria C Kriteria D

Sektor 2A

Sektor 1A Sektor 1B Sektor 2C

Sektor 1D Sektor 1D

Sektor 2B

Sektor 1C

(43)

Tabel 1 Masalah, tujuan dan metode analisis

Data yang dibutuhkan

N

o. Masalah Tujuan Analisis Primer Sekunder

Sumber

(44)

Gambar 5 Kerangka analisis penelitian.

Potensi Wilayah /Daerah: SDA, SDM, SD Buatan, SD

Usulan strategi dasar Kebijakan Pembangunan bagi Kabupaten

Kebumen

(45)

Kondisi Geografis

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten di pesisir selatan Provinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah 128 111.5 Ha atau 1 281.115 km2. Secara geografis Kabupaten Kebumen terletak pada 70271-70501 Lintang selatan dan 1090221– 1090501 Bujur Timur. Secara topografi, mempunyai wilayah pegunungan di bagian utara dan pantai di bagian selatan serta terletak diantara 2 (dua) wilayah yang mempunyai potensi ekonomi cukup besar yakni Provinsi Yogyakarta dan Kabupaten Cilacap.

Berdasarkan aspek spasial, ketinggiannya bervariasi dari dataran rendah dengan topografi datar hingga dataran pegunungan dengan topografi bergelombang. Kabupaten Kebumen mempunyai daerah perbukitan bergelombang halus hingga hampir tegak yang dibentuk oleh batuan tua berumur tersier.

Batas-batas wilayah Kabupaten Kebumen adalah sebagai berikut : - Sebelah Barat : Kabupaten Cilacap dan Banyumas; - Sebelah Utara : Kabupaten Banjarnegera dan Wonosobo; - Sebelah Timur : Kabupaten Purworejo;

- Sebelah Selatan : Samudera Indonesia.

(46)

Tabel 2 Penggunaan lahan di Kabupaten Kebumen tahun 1995 dan 2003

Tahun Perubahan

Penggunaan Tanah

1995 (Ha) % 2003 (Ha) % %

A Tanah Sawah 39 666.50 30.96 39 632.00 30.94 -0.03

1 Irigasi teknis 19 385.30 15.13 18 056.00 14.09 -1.04

2 Irigasi setengah teknis 3 629.80 2.83 4 151.00 3.24 0.41

3 Irigasi sederhana PU 1 220.51 0.95 2 882.00 2.25 1.30

4 Irigasi sederhana Non PU 2 330.50 1.82 1 538.00 1.20 -0.62

5 Tadah Hujan 13 100.39 10.23 13 005.00 10.15 -0.07

B Tanah kering 88 445.00 69.04 88 479.50 69.06 0.03

1 Bangunan & lahan sekitarnya 34 294.60 26.77 36 421.00 28.43 1.66

2 Tegalan / kebun 30 928.10 24.14 29 097.00 22.71 -1.43

3 Tanah Penggembalaan 50.74 0.04 4.00 0.00 -0.04

4 Tambak 11.00 0.01 21.00 0.02 0.01

5 Kolam 67.46 0.05 25.50 0.02 -0.03

6

Tanah Sementara tak

diusahakan 982.30 0.77 336.00 0.26 -0.50

7 Tanah kayu-kayuan 901.84 0.70 1 191.00 0.93 0.23

8 Hutan Negara 1 7034.91 13.30 16 861.00 13.16 -0.14

9 Tanah lainnya 4 174.05 3.26 4 523.00 3.53 0.27

LUAS SELURUHNYA 128 111.50 100.00 128 111.50 100.00

Sumber : Kebumen Dalam Angka tahun 1995 dan 2003

Dari Tabel 2 di atas, nampak bahwa secara umum pola pemanfaatan lahan di Kabupaten Kebumen untuk kurun waktu 1995– 2003 atau selama 8 tahun tidak mengalami banyak perubahan. Hal ini mengindikasikan bahwa selama kurun waktu tersebut di Kabupaten Kebumen hanya terjadi sedikit konversi

penggunanaan lahan dari lahan sawah atau lahan kering menjadi

bangunan/konstruksi, dan tidak ada kegiatan proyek baik oleh swasta maupun pemerintah dengan mengkonversi lahan menjadi bangunan dalam skala besar seperti pabrik, perumahan dan sebagainya. Secara implisit hal ini menyiratkan bahwa Kabupaten Kebumen belum menjadi tujuan investasi bagi para investor.

(47)

Bonorowo, Padureso, Poncowarno dan Karangsambung merupakan kecamatan baru hasil pemekaran dari kecamatan-kecamatan yang telah ada sebelumnya.

Tabel 3 Nama kecamatan, luas lahan dan jumlah desa / kelurahan di Kabupaten Kebumen tahun 2003

No. Nama Luas Lahan Jumlah

(48)

Dari Tabel 3 tersebut nampak bahwa lahan persawahan terdapat di semua kecamatan dengan rata-rata luas mencapai 34.6% dari luas kecamatan.. Kecamatan-kecamatan pesisir seperti Ambal, Adimulyo, Buluspesantren, Bonorowo pada umumnya mempunyai areal persawahan yang luas. Kecamatan Karanggayam mempunyai wilayah terluas di Kebupaten Kebumen dan sebagian besar wilayahnya berupa lahan kering, dan hanya sekitar 14.8% wilayahnya berupa areal persawahan.

Jenis tanah

Jenis-jenis tanah yang ada di Kabupaten Kebumen dapat dibedakan atas tanah alluvial, latosol, podsolik, regosol, glei humus, alluvial kelabu dan mediteran coklat . Hal tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Kebumen pada sebagian wilayahnya tergolong cukup subur, sehingga dapat difungsikan sebagai lahan pertanian, walaupun terdapat pula wilayah yang kurang subur untuk dibudidayakan sebagai lahan pertanian seperti yang terdapat di Kecamatan Sempor, Karanggayam, Sadang dan Alian (Bappeda 2004). Kecamatan-kecamatan ini terletak di bagian utara wilayah Kabupaten Kebumen dan sebagian besar lahannya berupa pengunungan.

Menurut hasil studi yang dilakukan oleh PT. Saranabudi Prakarsaripta pada tahun 2003 bahwa geologi yang terdapat di Kabupaten Kebumen sangat menarik karena mempunyai 3 (tiga) jenis batuan yang terdapat di alam, yakni batuan beku, batuan metamorf, dan batuan sedimen.

(49)

jenis batuan tua hingga batuan campur-aduk (malange) dan batuan malihan serta berbagai proses geologi seperti erosi dan longsoran. Disampimg itu, dijumpai pemunculan mata air panas di daerah Krakal yang tidak berhubungan dengan aktivitas kegunungberapian, sehingga diduga berhubungan dengan aktivitas sesar.

Keaneragaman struktur geologi tersebut melahirkan beberapa potensi yang perlu dikembangkan dan dilestarikan, misalnya formasi geologi Karangsambung ditetapkan sebagai kawasan laboratorium geologi oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Oleh karena itu, dalam pemanfaatan lahan terdapat perbedaaan antara bagian utara dan selatan wilayah kabupaten. Areal persawahan yang luas pada umumnya terdapat di bagian selatan wilayah yang berdekatan dengan wilayah pesisir.

Klimatologi

Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kabupaten Kebumen beriklim tropis dengan dua musim yakni musim hujan dan kemarau. Pada umumnya musim kemarau jatuh pada bulan April– September. Sedangkan musim hujan dari bulan Oktober–Maret. Pada peralihan musim hujan dan kemarau, sering ter jadi angin kencang yang bertiup dari Tenggara ke arah Barat dan bersifat kering.

Dilihat dari keadaan temperatur udaranya, Kabupaten Kebumen mempunyai 2 (dua) bagian temperatur yakni di bagian utara dan selatan. Pada bagian utara, temperatur rata -rata adalah 20o–25o C, sedangkan di bagian selatan adalah 27o–32o C. Hal ini kemungkinan disebabkan kondisi topografi wilayah yang berbeda antara bagian utara yang didominasi pegunungan dan di bagian selatan yang didominasi dataran rendah. Sedangkan curah hujan rata-rata sebanyak 2 816 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata -rata selama 110 hari/tahun.

(50)

Hidrologi

Kabupaten Kebumen mempunyai beberapa sungai yaitu, Sungai Luk Ulo, Ijo, Cincingguling, Karanganyar, Kedung Bener, Jati Negara dan Sungai Mawar. Hulu-hulu sungai tersebut pada umumnya terdapat di bagian tengah maupun utara wilayah yang merupakan wilayah dataran agak tinggi dan banyak ditumbuhi hutan dan bermuara di Samudera Hindia. Sungai-sungai tersebut berfungsi untuk mendukung jaringan irigasi guna mengairi areal persawahan

Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Kebumen tergolong besar. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1980 tercatat sebanyak 1 032 226 jiwa, sensus penduduk tahun 1990 sebanyak 1.120.982 jiwa dan sensus tahun tahun 2000 sebanyak 1.164.940 jiwa. Berdasarkan data tersebut, rata-rata pertumbuhan penduduk dari tahun 1980-1990 adalah 0.78%. Sedangkan berdasarkan Survey Sosial Ekonomi Daerah (SUSEDA) 2003, maka jumlah penduduk menjadi 1 187 614 jiwa atau tumbuh sebesar 0.64% dibandingkan tahun 2000. Dengan demikian, pada tahun 2003 kepadatan rata -rata penduduknya adalah 927 jiwa/km2. Namun demikian, kepadatan penduduk pada tiap kecamatan tidak sama, dimana dari 26 kecamatan di Kabupaten Kebumen terdapat 12 kecamatan yang mempunyai kepadatan diatas rata-rata kabupaten, seperti Kecamatan Kebumen, Pejagoan, Alian, Klirong, Gombong.

(51)

Tabel 4 Komposisi penduduk Kabupaten Kebumen

Jenis Kelamin %

Tahun

Laki-laki Perempuan Jumlah Pertumbuhan

2000 584 076 580 864 1 164 940

2001 588 652 585 654 1 174 306 0.8

2002 593 208 590 548 1 183 756 0.8

2003 603 022 590 956 1 193 978 0.9

Sumber : Kebumen Dalam Angka tahun 2002 dan 2003

Kondisi Makro Perekonomian

Salah satu indikator yang umum digunakan guna melihat perkembangan wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan PDRB Kabupaten Kebumen dalam kurun waktu 10 tahun (1994-2003) atas dasar harga konstan serta kontribusi masing-masing sektor perekonomian, nampak pada Tabel 5 di bawah

Tabel 5 PDRB Kabupaten Kebumen ta hun 1994 – 2003 atas dasar harga konstan 1993 (juta rupiah)

(52)

Tabel 6 Persentase distribusi sektor-sektor perekonomian PDRB Kabupaten

Tani Pertanian Dag Perdagangan

Tmb Pertambangan dan Pengalian Akt Angkutan dan Komunikasi

Ind Industri Pengolahan Keu Lembaga Keu. Persewaan dan jasa perusahaan

Ligas Listrik, gas dan air

minum Jasa Jasa-jasa

Kons Bangunan dan konstruksi

PDRB Kabupaten Kebumen didominasi oleh sektor Pertanian, walaupun mengalami penurunan dari 45.9% di tahun 1994 menjadi 39.6% di tahun 2003 atau 0.63% per tahun. Besarnya kontribusi sektor pertanian menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupaten Kebumen masih didominasi oleh sektor primer. Dominasi ini cukup wajar mengingat, luas lahan persawahan di Kabupaten Kebumen meliputi 30-31% luas wilayah atau sekitar 39.7 ribu hektar, baik yang beririgasi teknis maupun non teknis Produksi padi yang dihasilkan rata-rata sebesar 377.7 ribu ton atau 4.5% dari total produksi padi di Jawa Tengah. Sedangkan untuk lahan non persawahan banyak digunakan untuk kegiatan perkebunan dan palawija.

(53)

merupakan sektor andalan Kabupaten Kebumen mengalami penurunan rata -rata 0.1%. Sedangkan untuk sektor lain pada umumnya mengalami kenaikan kecuali untuk sektor konstruksi. Sektor-sektor perekonomian yang mengalami kenaikan cukup besar adalah sektor listrik dan gas, sektor industri, serta sektor angkutan yang mampu tumbuh diatas 5%.

Tabel 7 Pertumbuhan lapangan usaha PDRB Kabupaten Kebumen tahun 1994-2003 (dalam persen)

Sektor Total

Tahun

Tani Tmb Ind Ligas Kons Dag Akt Keu Jasa

1994

1995 2.7 14.0 23.9 31.7 4.8 8.5 10.1 4.5 5.1 6.2

1996 2.9 17.3 15.2 18.5 4.5 9.1 8.1 7.4 4.5 6.1

1997 -5.1 19.5 20.9 22.9 1.3 8.3 5.5 4.8 3.4 2.7

1998 -16.0 -14.4 1.8 5.7 -33.0 -9.9 2.5 -4.6 -18.8 -13.0

1999 0.9 3.4 0.6 7.7 7.2 1.3 -0.3 14.7 8.9 3.2

2000 9.7 -8.1 -1.7 -26.3 -14.8 -14.6 5.9 9.1 1.1 0.8

2001 -0.8 5.5 2.0 4.7 2.0 2.3 5.3 2.7 5.1 1.8

2002 3.8 4.0 2.9 10.8 11.7 3.0 3.9 2.3 -1.0 2.9

2003 1.5 5.3 3.0 6.4 5.9 3.8 4.4 3.0 4.7 3.1

Maks. 9.7 19.5 23.9 31.7 11.7 9.1 10.1 14.7 8.9 6.2

Min. -16.0 -14.4 -1.7 -26.3 -33.0 -14.6 -0.3 -4.6 -18.8 -13.0

Rata-rata -0.1 5.2 7.6 9.1 -1.2 1.3 5.1 4.9 1.4 1.5

Simp.

Baku 7.2 11.2 9.6 16.1 14.0 8.3 3.0 5.3 8.1 5.7

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen pada tahun 1998 mengalami penurunan yang cukup tajam (kontraksi) sebesar 13 %. Hal ini merupakan imbas dari krisis ekonomi dan moneter yang terjadi pada tahun tersebut. Namun berangsur -angsur tumbuh walaupun dengan pe ningkatan yang tidak terlampau tinggi.

(54)

0 . 0

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

Kebumen Jateng

Gambar 6 Pertumbuhan PDRB Kabupaten dan Jawa Tengah Tahun 1994-2003.

Kontribusi yang besar dari sektor pertanian bagi Kabupten Kebumen nampaknya tidak diimbangi dengan angka pertumbuhan PDRB nya. Hal ini minimal mengindikasikan 2 (dua) hal yakni :

a. belum ada kebijakan atau implementasi kebijakan yang berakibat langsung terhadap peningkatan sektor pertanian,

b. arah kebijakan pembangunan di Kabupaten Kebumen lebih diarahkan pada sektor-sektor sekunder dan tersier seperti sektor industri pengolahan, perdagangan, jasa dari pada meningkatkan sektor primer yakni pertanian dan pertambangan.

(55)

Garis Besar Kebijakan Pembangunan

Pembangunan merupakan aspek yang sangat penting dalam mewujudkan kemajuan wilayah. Agar pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan optimal dan dapat mencapai hasil yang diharapkan, maka perlu adanya perumusan kebijakan pembangunan yang jelas, terarah, logis, dan memperhatikan kharakteristik yang dimiliki oleh daerah. Dengan diberlakukannnya UU nomor 22 tahun 1999 juncto. UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta UU nomor 25 tahun 1999 juncto UU nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam merumuskan kebijakan pembangunan yang sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimilikinya.

Pelaksanaan otonomi daerah yang telah dimulai sejak tahun 2001, mengandung konsekuensi yang cukup menantang bagi daerah. Di satu sisi, kebebasan berkreasi membangun daerah benar-benar terbuka lebar bagi daerah. Namun demikian, di sisi lain telah menghadang setumpuk masalah yang harus diselesaikan. Masalah yang sangat mendasar adalah pola pengelolaan daerah dari sentralistik menjadi desentralisasi, misalnya sumber dana untuk membiayai pembangunan, sumber daya manusia sebagai aparat pelaksana seluruh aktivitas pembangunan (Suhandono 2002)

Secara umum pola kebijakan pembangunan daerah di Kabupaten Kebumen telah dituangkan dalam berbagai peraturan daerah antara lain :

1. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen nomor 13 tahun 2001 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten (POLDAS) Kebumen tahun 2001–2005;

2. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen nomor 17 tahun 2002 tentang Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kabupaten Kebumen tahun 2002-2005;

(56)

Sesuai dengan UU nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka pola perencanaan pembangunan telah berubah dengan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) dan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (RKPD). Perubahan pola kebijakan perencanaan tersebut terkait erat dengan perubahan sistem penyelengaraan pemerintahan, dimana pada saat ini kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat melalui mekanisme Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Sesuai UU tersebut maka dokumen RPJM-D merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kerja kepala daerah yang terpilih. Pada saat penelitian dokumen-dokumen tersebut masih dalam proses pembahasan mengingat Kabupaten Kebumen baru saja menyelesaikan tahapan Pilkada yang dilaksanakan pada bulan Juni 2005

Visi pembangunan yang dilaksanakan oleh Kabupaten Kebumen adalah ”terwujudnya masyarakat yang agamis, adil, sejahtera, berdaulat, demokratis, disiplin, menjunjung rasa persatuan dan kesatuan dengan dukungan sumber daya manusia yang maju, mandiri, berkualitas, jujur serta bertanggung jawab”. Untuk mewuujudkan visi tersebut, maka arah kebijakan pembangunan dilaksanakan dalam beberapa bidang yakni hukum, ekonomi, politik, agama, pendidikan, sosial dan budaya, pembangunan wilayah dan perdesaan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta keamanan dan ketertiban masyarakat.

Khusus pembangunan di bidang ekonomi, maka dalam PROPEDA tahun 2002-2005 dikatakan bahwa pembangunan ekonomi di Kabupaten Kebumen lebih diprioritaskan pada pembangunan sektor pertanian, perdagangan dan industri, dengan pertimbangan bahwa kontribusi dalam PDRB dan kemampuan menyerap tenaga kerja sektor-sektor perekonomian tersebut cukup besar. Secara garis besar arah kebijakan yang dicanangkan dalam bidang ekonomi adalah :

1. Memberdayakan masyarakat melalui 3 (tiga) sisi yakni enabling, empowering, dan protecting;

(57)

4. Mengembangkan kebijakan pembangunan pertanian dengan menitikberatkan pada peningkatan nilai tambah komoditas pertanian; 5. Mengembangkan kebijakan industri dan pe rdagangan dalam rangka

meningkatkan daya saing;

6. Memberikan perhatian secara khusus terhadap produk-produk unggulan daerah;

7. Memberdayakan usaha kecil menengah dan koperasi (UKM) agar lebih efisien;

8. Mengembangkan hubungan kemitraan antar pelaku usaha;

9. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perekonomian seperti transportasi, irigasi, telekomunikasi, dan energi.

Untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut, maka program-progam pembanguan yang dirumuskan adalah program pengembangan ketahanan pangan, pengembangan agribisnis, penciptaan iklim usaha yang kondusif, peningkatan akses kepada sumber daya produktif, pengembangan kewirausahaan dan Pengusaha Kecil Menengah dan Koperasi (PKMK), penataan dan penguatan basis produksi dan distribusi, penguatan institusi pasar, pengembangan investasi, peningkatan aksestabilitas masyarakat terhadap jasa pelayanan, sarana dan prasarana, pengembangan kelautan, dan progam pengembangan sumber daya kelautan.

(58)

Analisis Perkembangan Wilayah

Pengembangan suatu wilayah merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan. Tujuannya antara lain untuk memacu perkembangan sosial ekonomi dan mengurangi kesenjangan antar wilayah. Oleh karena itu, pengembangan suatu wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan pada wilayah bersangkutan. Untuk mengetahui perkembangan suatu wilayah, dapat dilakukan dengan menganalisa pencapaian hasil pembangunan melalui indikator-indikator kinerja dibidang ekonomi dan sosial serta bidang-bidang lain, dengan menggunakan berbagai metode analisis.

Aktivitas perekonomian pada suatu wilayah membentuk sistem kegiatan dimana masing-masing komponen sistem saling terkait. Perkembangan suatu sistem dapat dipahami dari semakin meningkatnya jumlah komponen sistem serta penyebaran (jangkauan spasial) komponen sistem tersebut. Kedua hal tersebut pada dasarnya bermakna peningkatan kuantitas komponen serta perluasan hubungan spasial dari komponen di dalam sistem maupun dengan di luar sistem. Artinya suatu sistem dikatakan berkembang jika jumlah dari komponen/aktivitas sistem tersebut bertambah atau aktivitas dari komponen sistem tersebar lebih luas (Saefulhakim 2004).

(59)

Hasil perhitungan indeks entropi untuk Kabupaten Kebumen dan 5 (lima) kabupaten disekitarnya dalam kurun waktu 1995– 2003 nampak pada Tabel. 8 di bawah.

Tabel 8 Indeks entropi sektor -sektor perekonomian Kabupaten Kebumen dan 5 (lima) kabupaten di sekitarnya tahun 1995– 2003

Tahun Sumber : Jawa tengah Dalam Angka tahun 1995 - 2003 ( data di olah)

Berdasarkan data-data pada Tabel 8 tersebut di atas, dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut :

a. Indeks entropi Kabupaten Kebumen yang berkisar antara 0.72– 0.77, yang berarti secara umum cukup tinggi dan masih diatas rata-rata nilai indeks. Hal ini menunjukkan, secara umum perkembangan proporsi keragaman sektor perekonomiaan di Kabupaten Kebumen cukup baik.

Gambar

Gambar  2    Bagan alir  perencanaan pembangunan
Gambar  3  Bagan alir penyusunan rencana pembangunan daerah
Gambar 4   Struktur hirarkhi AHP.
Tabel 1  Masalah, tujuan dan metode analisis
+7

Referensi

Dokumen terkait

universitas) dimana kita mengabdi semakin dikenal di masyarakat sebab individu yang sering menulis itu sering dijadikan sumber berita oleh media massa dengan cara dimintai

Gambut di areal penelitian merupakan gambut sangat dalam dengan ketebalan bervariasi mulai dari 7,2 meter sampai lebih dari 10 meter sehingga merupakan

Volume 6, Nomor 1, Januari 2020 || SELING: Jurnal Program Studi PGRA | 53 Abstrak: Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk menguji pengaruh permainan sunda manda

a) Apakah dengan merek Toyota yang dikenal sebagai produk mobil berkualitas memberikan penjualan signifikan yang tinggi terhadap angka penjualan New Avanza. b) Apakah karena

[r]

Efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik dari.. telepon seluler dibagi menjadi dua

Gambar 3.8 Sarana Olahraga yang terdapat di Kelurahan Gebang Putih Sumber : Data primer berupa hasil survei, 2015. 3.1.7 RTH (Ruang

Dengan demikian penulis perlu mengkaji penelitian ini untuk mengetahui kebenaran adanya singkatan dan akronim yang terdapat dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat edisi