• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. PEMBAHASAN 72T

4.2. Analisis Deskriptif Sektor Unggulan Kota Malang

4.2.1. Sektor Industri Pengolahan

Industri pengolahan merupakan salah satu sektor unggulan Kota Malang yang menjadi salah satu sektor prioritas dalam menumbuhkan perekonomian Kota Malang. Secara umum sektor industri pengolahan dikelompokan menjadi 4 golongan berdasarkan banyaknya jumlah pekerja, yaitu industri besar (100 orang pekerja atau lebih), industri sedang atau menengah (20-99 orang pekerja), industri kecil (5-19 orang pekerja), dan industri mikro (1-4 orang pekerja). Berdasarkan hasil survey IBS tahun 2015 di Kota Malang, sektor industri merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi dibandingkan dengan sektor yang lainnya. Adapun sub sektor industri dengan penyerapan tenaga kerja terbanyak yaitu industri pengolahan tembakau, sedangkan industri dengan penyerapan tenaga kerja terendah yaitu industri bahan kimia.

Gambar 4.2.1.

Penyerapan Tenaga Kerja Sub Sektor Industri di Kota Malang Tahun 2015

Sumber: Hasil Survey IBS Kota Malang, 2015 (data diolah kembali)

Adapun jumlah industri yang terdata di Kota Malang adalah sebanyak 3.045 industri kecil menengah dan 138 industri besar. Dari 138 industri besar yang ada, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, sebagian besar berada di Kecamatan Blimbing atau sebesar 34 persen dan di Kecamatan Sukun sebesar 32 persen. Jika Kecamatan Klojen merupakan daerah wisata Kota Malang, maka

Halaman | 55 Kecamatan Blimbing dan Kecamatan Sukun bisa disebut sebagai perindustriannya Kota Malang.

Gambar 4.2.2.

Jumlah Industri Menengah Atas Berdasarkan Kecamatan di Kota Malang

Sumber: BPS Kota Malang, 2017 (data diolah kembali)

Keberadaan IKM di Kota Malang juga merupakan salah satu tumpuan utama dalam menggerakkan ekonomi lokal. Jumlah IKM yang tumbuh lebih mendominasi daripada industri besar. Pertumbuhan IKM dari tahun ke tahun juga menunjukkan hasil yang menggembirakan. Tren positif pertumbuhan IKM di Kota Malang menunjukkan bahwa sektor ini memang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Berdasarkan data BPS Kota Malang tahun 2015, total IKM yang ada di Kota Malang adalah 3045 industri. Dimana sebagian besar dari industri ini berada di Kecamatan Blimbing yaitu sebanyak 34 persen atau sekitar 1034 industri lebih.

Gambar 4.2.3.

Jumlah Industri Kecil Menengah (IKM) Berdasarkan Kecamatan di Kota Malang

Halaman | 56 Akan tetapi sangat disayangkan, dari sekian banyak IKM yang ada, yang formal dan berizin baru sekitar 53-60 persen padahal mereka adalah kekuatan ekonomi Kota Malang. Seperti halnya di Kecamatan Blimbing dari 997 industri yang ada baru sekitar 114 industri yang telah memiliki izin usaha industri, sedangkan 873 lainnya belum mempunyai izin usaha industri. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan Undang-Undang nomer 8 tahu 1999 tentang perlindungan konsumen, dimana pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi produk yang jelas, menjamin mutu produk dan memberikan kompensasi ganti rugi bagi konsumen. Sehingga sudah selayaknya bagi pemerintah untuk memberikan dorongan kepada pelaku IKM maupun UMKM untuk mengurus perizinan usaha yang digeluti.

Gambar 4.2.4.

Jumlah Industri Kecil Menengah (IKM) Menurut Perizinan dan Kecamatan di Kota Malang

Sumber: BPS Kota Malang, 2017 (data diolah kembali)

4.2.2. Sektor Jasa Pendidikan

Adapun kondisi sektor jasa pendidikan di Kota Malang salah satunya dapat dilihat dari segi infrastruktur pendidikan yang ada di Kota Malang. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Malang terdapat sekitar 580 lembaga pendidikan formal yang ada di Kota Malang baik lembaga pendidikan negeri maupun swasta. Lembaga pendidikan tersebut terdiri dari SD, MI, SMP, SMPT, SMA, SMK, MTS, MA, dan Perguruan Tinggi. Adapun jumlah lembaga pendidikan terbanyak yaitu lembaga pendidikan SD dengan jumlah total sebanyak 271 lembaga pendidikan, yang terdiri dari 194 lembaga pendidikan negeri dan 77 lembaga pendidikan swasta.

Halaman | 57 Gambar 4.2.5.

Jumlah Infrastuktur Lembaga Pendidikan Formal di Kota Malang

Selain lembaga pendidikan formal, terdapat pula lembaga pendidika non formal yang dikhususkan untuk pendidikan anak usia dini, antara lain yaitu Taman Kanak-Kanak (TK), Taman Pendidikan Al Quran (TPA), dan Kelompok Bermain (KB). Adapun jumlah lembaga pendidikan non formal anak usia dini antara lain yaitu: 444 lembaga TK, 17 lembaga TPA, dan 139 lembaga KB. Selain itu di Kota Malang sendiri juga terdapat lembaga pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau sekolah luar biasa (SLB) yang terdiri dari beberapa jenjang pendidikan yaitu, TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB.

Gambar 4.2.6.

Jumlah Infrastuktur Lembaga Pendidikan Non Formal Khusus Anak Usia Dini di Kota Malang

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Malang, 2017

Halaman | 58 Gambar 4.2.7.

Jumlah Infrastuktur Lembaga Pendidikan/ Sekolah Luar Biasa di Kota Malang

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Malang, 2017 4.2.3. Sektor Pariwisata

Kota Malang memiliki potensi wisata, seperti: daya tarik wisata dan produk wisata yang bisa menjadi destinasi wisata baru. Daya tarik wisata Kota Malang bersumber dari banyak sektor, yaitu daya tarik alam, daya tarik bangunan, serta daya tarik sosial budaya. Contoh dari daya tarik tersebut, diantaranya bangunan bersejarah, wisata alun-alun kota, masjid jami’, museum dan sebagainya dapat dijadikan destinasi wisata yang menarik. Daya tarik wisata tersebut memiliki nilai yang mengandung makna dan memiliki nilai sejarah sendiri sebagai warisan budaya yang tidak dimiliki oleh kota-kota lain di Indonesia.

Daya tarik menjadi salah satu faktor penting penunjang pariwisata. Daya tarik menjadi magnet tersendiri untuk menjaring banyak wisatawan agar berkunjung. Daya tarik menjadi nilai jual yang ditawarkan kepada wisatawan. Wisatawan yang berkunjung di Kota Malang bertambah tiap tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan data yang bersumber dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang yang mencatat bahwa jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Malang meningkat di tahun 2016 sebanyak 1,5 juta wisatawan dibanding tahun 2015 yang peningkatannya hanya 71.000 wisatawan. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pariwisata Kota Malang masih banyak diminati oleh wisatawan dan masih didominasi oleh wisatawan nusantara. Peningkatan jumlah kunjungan tersebut tentu tidak lepas dari daya tarik yang ditawarkan Kota Malang itu sendiri.

Halaman | 59 Gambar 4.2.8.

Jumlah Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara Yang Berkunjung Ke Kota Malang

Sumber: Disbudpar Kota Malang, 2017 (data diolah kembali)

Meskipun Kota Malang tidak memiliki sumber daya alam wisata seperti Kabupaten Malang dan Kota Batu, namun masih banyak potensi lain Kota Malang yang masih bisa dikembangkan untuk menjadi kota destinasi wisata, seperti seni, budaya, dan kuliner. Adapun destinasi wisata di Kota Malang berdasarkan data Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang terdiri dari tiga jenis wisata, yaitu wisata taman kota, wisata sejarah, dan wisata ekonomi kreatif (merupakan pusat berbagai kerajinan Kota Malang), yang terdiri dari ekonomi kreatif bidang desain, ekonomi kreatif bidang kerajinan, hingga sanggar kesenian. Dimana obyek wisata terbanyak di Kota Malang yaitu wisata taman kota dengan jumlah obyek wisata sebanyak 25 wisata taman, sedangkan dari ekonomi kreatif didominasi oleh ekonomi kreatif di bidang kerajinan

Halaman | 60 Gambar 4.2.9.

Obyek Pariwisata di Kota Malang

Sumber: Disbudpar Kota Malang, 2017 (data diolah kembali)

Selain daya tarik, produk wisata yang ada di Kota Malang juga ditawarkan untuk menunjang pariwisata kota. Produk wisata merupakan keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah dimana ia berangkat semula (Suwantoro, 1997:49). Pembangunan dan pengembangan produk wisata juga telah banyak dilakukan seperti pengembangan daya tarik, aksesibilitas, amenitas, pemberdayaan masyarakat, dan pengembangan investasi asing. Peningkatan tersebut dilakukan dengan peningkatan kualitas destinasi pariwisata dan peningkatan infrastruktur pendukung pariwisata. Infrastruktur pendukung diantaranya pembangunan dan pengembangan hotel, bandara, stasiun, transportasi umum, restoran, jalan, dan lanskap kota.

Tabel 4.2.1.

Jumlah Akomodasi Hotel Menurut Kecamatan di Kota Malang 2015

Kecamatan Hotel Kamar

Kedungkandang 1 20 Sukun 5 53 Klojen 71 2536 Blimbing 12 685 Lowokwaru 15 1030 Kota Malang 104 4324

Halaman | 61 Berdasakan data Disbudpar Kota Malang pada tahun 2015 jumlah akomodasi hotel yang ada di Kota Malang yaitu sebanyak 104 hotel. Dari tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa akomodasi perhotelan berkembang pesat di Kecamatan Klojen, dimana di daerah tersebut berdiri 71 hotel dengan jumlah kamar sebanyak 2536 kamar. Sebagai infrastruktur pariwisata, selain perhotelan, restoran juga memegang peran penting. Berdasarkan data Disbudpar Kota Malang, pada tahun 2015 banyak restoran yang ada di Kota Malang terdiri dari 723 restoran, dimana sebagian besar restoran berada di Kecamatan Klojen.

Gambar 4.2.10.

Jumlah Restoran Menurut Kecamatan di Kota Malang

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, 2017 (data diolah kembali)

4.2.4. Sektor Konstruksi

Peran industri konstruksi dalam perekonomian Kota Malang dapat dilihat dari segi potensi lapangan kerja, kebutuhan material dan dampaknya, peraturan publik yang mendukung ekonomi, dan termasuk dampak perluasan industri konstruksi terhadap ekonomi, serta distribusi pendapatan bagi masyarakat lapisan bawah. Layanan jasa konstruksi meliputi Jalan, bendungan, pekerjaan irigasi, perumahan, sekolah, dan pekerjaan konstruksi lain adalah landasan fisik dimana usaha pengembangan dan peningkatan standar hidup dibentuk. Layanan tersebut dalam upaya, meningkatkan kapasitas dan kapabilitas konstruksi bangunan.

Adapun jumlah perusahaan konstruksi di Kota Malang berdasarkan data Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) adalah sebanyak 180

perusahaan. Secara keseluruhan perusahaan jasa konstruksi di Kota Malang baik

Halaman | 62 terakredetasi 100%. Hal tersebut merupakan persyaratan wajib yang harus dipenuhi perusahaan untuk mendapatkan paket pekerjaan dari tender. Sedangkan untuk usaha Jasa Konstruksi yang tersertifikasi Badan Usaha, yang sudah disertifikasi LPJK Nasional yaitu sebanyak 71,43%, sedangkan yang disertifikasi Asosiasi Perusahaan Jasa Konstruksi adalah sebesar 28,57%. Sertifikasi Badan Usaha (SBU) LPJK adalah merupakan syarat mutlak dalam mengikuti pelelangan di pemerintahan. Sertifikat Badan Usaha/SBU adalah sertifikat tanda bukti pengakuan formal atas tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan usaha dengan ketetapan klasifikasi dan kualifikasi Badan Usaha. SBU ini yang diutamakan harus dimiliki perusahaan untuk bisa mendapatkan Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK). Persyaratan ijin usaha untuk pekerjaan konstruksi sesuai Perpres 70 tahun 2012 pasal 19 ayal 1 adalah surat IUJK yang dikeluarkan dinas terkait.

Gambar 4.2.11.

Usaha Jasa Konstruksi di Kota Malang yang Tersertifikasi Badan Usaha

Sumber: Dinas Pekerja Umum Kota Malang, 2017

Usaha Jasa Konstruksi sendiri terbagi menjadi 3, yaitu Usaha Jasa

Konstruksi Kecil yang terdiri dari 5 - ≤ 10 orang pekerja (30,76%), Usaha Jasa

Konstruksi Menengah yang terdiri dari 11-20 orang pekerja (46,16%), dan Usaha Jasa Konstruksi Besar yang terdiri dari > 21 orang pekerja (23,08%). Pekerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi, hal ini dikarenakan pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya dan durasi waktu penyelesaian suatu pekerjaan proyek konstruksi. Dalam mengelola tenaga kerja penting untuk diperhatikan bahwa tenaga kerja manusia merupakan sumber daya yang komplek dengan segala dimensinya, sehingga diperlukan adanya usaha dan

Halaman | 63 Gambar 4.2.12.

Klasifikasi Usaha Jasa Konstruksi di Kota Malang Berdasarkan Jumlah Pekerja

Sumber: Dinas Pekerja Umum Kota Malang, 2017 4.2.5. Sektor Pengadaan Air

Menjawab isu strategis nasional dimana air minum merupakan aspek kebutuhan dasar manusia disamping sebagai faktor pendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan derajat nasional sangat tergantung pada kemampuan dalam pelayanan penyediaan air, maka Perusahaan Daerah (PDAM) Air Minum Kota Malang berupaya meningkatkan pelayanan pada masyarakat akan pemenuhan kebutuhan air minum yang memenuhi baku mutu syarat kualiatas air minum. Adapun sumber air baku PDAM Kota Malang adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2.2.

Sumber Air Baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Malang

No. Nama Sumber Air

1 Sumber Air Binangun, pipa lama dan pipa baru

2 Sumber Karangan

3 Sumber Sumbersari

4 Sumber Wendit I dan Wndit II

5 Sumber Ngesong

6 Sumber Banyuning

7 Sumber Badut I dan Badut II

Sumber: Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Malang, 2017

Sebagai salah satu perwujudan peningkatan pelayananan khususnya dalam peningkatan kualitas air yang diproduksi oleh PDAM Kota Malang, telah diterapkan

Halaman | 64 program Zona Air Minum Prima (ZAMP) dengan pilot projek di Perumahan Pondok Blimbing Indah Kota Malang. Program ini secara teknis bekerjasama dengan United

States Agency for International Development (USAID). Pada program ZAMP ini air

langsung bisa diminum dari kran tanpa haru melalui proses pengolahan secara konvensional (dimasak). Program ini telah dikembangkan untuk daerah pelayanan dari Tandon Mojolangu yang saat ini telah mencapai 15.000 pelanggan. Hal ini dimaksutkan sebagai upaya penerapan PP nomor 16 tahun 2005 dimana air didistribusikan oleh Perusahaan Daerah Air Minum Kepada Masyarakat harus berkualifikasi air minum.

Adapun jumlah karyawan yang terdapat pada PDAM Kota Malang adalah 408 karyawan yang terdiri dari 405 karyawan tetap dan 3 karyawan kontrak. Karyawan PDAM Kota Malang dikelompokan menjadi 2, yaitu karyawan tetap dan karyawan kontrak. Karyawan tetap adalah karyawan yang bekerja pada PDAM dengan mendapat gaji dan hubungan kerja yang diatur dalam perjanjian kerja bersama. Sedangkan karyawan kontrak adalah pekerja yang bekerja dalam lingkup PDAM dengan mendapat gaji dan hubungan kerja diatur dalam kontrak kerja perseorangan.

Tabel 4.2.3.

Jumlah Karyawan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Malang

No. Status Karyawan

Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Permpuan 1. Karyawan Tetap 300 105 405 2. Karyawan Kontrak 3 0 3 JUMLAH 303 105 408

Sumber: Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Malang, 2017

4.2.6. Sektor Pengolah Sampah, Limbah, dan Daur Ulang

Kota Malang merupakan kota dengan luas wilayah 110,06 kmP

2

P

, dengan jumlah total penduduk tetap sebanyak 867.832 jiwa dan penduduk pendatang sebanyak 300.000 jiwa. Dengan sekian banyak penduduk yang tinggal di Kota Malang, bukan tidak mungkin jika mengakibatkan adanya potensi sampah yang besar setiap harinya. Berdasarkan data Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang tahun 2013 jumlah sampah per hari di Kota Malang adalah sebesar 659,21 ton, yang berasal dari penduduk Kota Malang 449, 28 ton per hari, penduduk

Halaman | 65 dari luar Kota Malang 150 ton per hari, jalan, komersial/ pasar dan industri 44,93 ton per hari, dan sampah dari sumber lain 15 ton per hari.

Tabel 4.2.4.

Jumlah Timbulan Sampah Kota Malang Tahun 2013

No. Asal Sampah Ton/ Hari

1. Penduduk Kota Malang 449, 28

2. Penduduk dari luar Kota 150

3. Jalan, Komersial/ Pasar dan Industri 44,93

4. Sampah dari sumber 15

JUMLAH 659,21

Sumber: BPS Kota Malang, 2013

Sedangkan berdasarkan data BPS tahun 2012 banyaknya tempat penampungan sampah sementara (TPST) yang ada di Kota Malang yaitu 68 TPST, yang mana 11 TPST berada di Kecamatan Kedung Kandang, 15 di Kecamatan Sukun, 8 di Kecamatan Klojen, 18 di Kecamatan Blimbing, dan 16 di Kecamatan Lowokwaru. Jumlah tersebut berkurang dari tahun sebelumnya dimana jumlah TPST yang ada adalah sebanyak 71 TPST, dimana pengurangan tersebut terjadi di Kecamatan Sukun.

Gambar 4.2.13.

Jumlah Timbulan Sampah Kota Malang Tahun 2012

Halaman | 66 4.3. Identifikasi Akar Permasalahan Pengembangan Sektor Unggulan Kota

Malang

Penemuan rincian permasalahan pengembangan sektor unggulan di Kota Malang dalam kajian ini didasarkan pada beberapa tahapan identifikasi. Tahapan identifikasi yang pertama adalah mengacu pada karakteristik masing-masing sektor unggulan, yang berdasarkan hasil analisa Typlogy Klassen, LQ dan Shift Share ditemukan 6 (enam) sektor, yaitu: (i) sektor industri pengolahan; (ii) sektor jasa pendidikan; (iii) sektor pariwisata; (iv) sektor konstruksi; (v) sektor pangadaan air; dan (vi) sektor pengolahan sampah, limbah, dan daur ulang. Dari enam sektor ini, masing-masing sektor mempunyai karakteristik yang tidak dapat disamakan dengan sektor lainnya. Rincian karakteristik masing-masing sektor unggulan Kota Malang adalah sebagai berikut:

1. Pertama adalah sektor industri pengolahan, yang karakteristiknya usahanya adalah untuk memproduksi barang melalui proses pengambilan bahan baku dari sektor primer dan mengubahnya menjadi produk pengguna akhir. Dalam siklus perekonomian, para pelaku usaha industri pengolahan mempunyai peran penting sebagai jembatan antara perusahaan penghasil bahan mentah dengan konsumen yang membutuhkan barang yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi dari bahan mentah tersebut. Pelaku usaha industri pengolahan biasanya mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya: (i) pendapatan usahanya berasal dari menjual produk barang; (ii) memiliki persediaan produk secara fisik; (iii) biaya produksinya terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead; (iv) melakukan perhitungan pokok produksi pada laporan keuangan laba-rugi; (v) terdapat perhitungan harga pokok penjualan pada laporan laba-rugi; dan (vi) mempunyai tiga jenis persediaan, yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses setengah jadi, dan barang dalam bentuk jadi yang siap dijual.

2. Kedua adalah sektor jasa pendidikan, yang karakteristik usahanya adalah berupa penjualan jasa, yaitu segala aktivitas atau manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual, yang dalam hal ini adalah peningkatan kapasitas sumberdaya manusia melalui pendidikan, termasuk pelatihan dan keterampilan. Pelaku usaha sektor jasa pendidikan biasanya mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya: (i) sektor jasa pendidikan biasanya bersifat padat karya sekaligus padat modal; (ii) harga jasa layanan sulit untuk ditentukan; (iii) penilaian atas kualitas sulit ditentukan oleh konsumen; dan

Halaman | 67 (iv) penilaian konsumen biasanya lebih tertuju pada kualitas pegawai, peralatan, tempat, simbol, dan harga jual.

3. Ketiga adalah sektor pariwisata, yang karakter usahanya adalah menghasilkan produk atau jasa layanan kepariwisataan sehingga bisa dikategorikan sebagai sebuah industri. Sektor pariwisata dikatakan sebagai industri karena mampu mengakomodasi beberapa hal, diantaranya: (i) adanya penyediaan jasa-jasa pariwisata yang biasanya ditawarkan oleh perusahaan jasa yang masing-masing bekerjasama menghasilkan produk yang dibutuhkan wisatawan selama dalam perjalanan wisata pada daerah tujuan wisata; (ii) adanya labour intensive, yaitu pariwisata sebagai suatu industri yang banyak menyerap tenaga kerja; (iii) adanya capital intensive, yaitu pariwisata sebagai bangunan sarana dan prasarana industri pariwisata sehingga diperlukan modal besar untuk investasi; dan (iv) karakter pariwisata yang sangat sensitif terhadap keamanan dan kenyamana sehingga membutuhkan manajemen yang profesional. Dalam sektor pariwisata, peneliti juga memasukkan produk ekonomi kreatif yang biasanya sebagai pendorong untuk meningkatkan kunjungan atas sebuah destinasi pariwisata, atau juga sebaliknya, destinasi pariwisata sebagai pemicu untuk meningkatkan permintaan atas produk-produk ekonomi kreatif di sekitar destinasi pariwisata tersebut.

4. Keempat adalah sektor konstruksi, yang karakteristiknya usahanya adalah bertujuan untuk membangun sarana dan prasarana. Hal ini dimaknai sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Pada kasus di beberapa daerah, sektor konstruksi merupakan andalan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kontribusinya terhadap PDRB. Pelaku usaha sektor konstruksi biasanya mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya: (i) waktu siklus pergantiannya panjang atau terdapat cycle time; (ii) terdapat ketidakpastian dalam suatu proyek yang biasanya disebabkan karena faktor lingkungan, teknologi, dan sebab lainnya; (iii) banyak melibatkan partisipan, seperti tenaga kerja, arsitek, konsultan, dan pemilik; dan (iv) proses konstruksi dapat menimbulkan eksternalitas, seperti polusi suara, polusi udara, dan polusi visual.

5. Kelima adalah sektor pengadaan air, yang karakteristik usahanya adalah menyalurkan air bersih kepada konsumen, dan dituntut agar bisa menjaga konservasi sumber daya alam agar ketersediaan air bersih bisa berlangsung dalam jangka panjang dan berkelanjutan. Dalam kasus sektor unggulan di

Halaman | 68 Kota Malang, pelaku usaha pengadaan air ini adalah Perum Jasa Tirta, yang mempunyai tugas untuk menyelenggarakan pemanfaatan umum atas air dan sumber-sumber air yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, serta melaksanakan tugas-tugas tertentu yang diberikan pemerintah dalam pengelolaan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS). Karakteristik pengadaan air yang dilakukan oleh Perum Jasa Tirta lebih bersifat mencakup 2 (dua) orientasi, yaitu orientasi memperoleh keuntungan dan sekaligus orientasi pada pemberian pelayanan publik berupa penyediaan air dan upaya konservasi.

6. Keenam adalah sektor pengolahan sampah, limbah, dan daur ulang, yang karakteristik usahanya adalah mengkreasikan atau mengelola sebuah hasil limbah menjadi sebuah produk baru yang bernilai ekonomi dan bisa bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Pelaku usaha pengolahan sampah, limbah, dan daur ulang ini bisa berasal dari BUMN/BUMD dan juga pihak swasta. Sama dengan sektor pengadaan air, sektor pengolahan sampah, limbah, dan daur ulang juga mempunyai 2 (dua) orientasi, yaitu orientasi memperoleh keuntungan dan sekaligus orientasi sosial berupa pengolahan limbah dan upaya meningkatkan sadar lingkungan.

Berdasarkan karakteristik dari masing-masing 6 (enam) sektor unggulan di atas, maka pengkategorian sektor unggulan Kota Malang sebenarnya dapat dibedakan (disimplifikasi) menjadi 2 (dua) kategori. Pertama adalah karakteristik industri pengolahan, yaitu suatu usaha yang melibatkan input (bahan baku), proses produksi, dan output. Proses ini merupakan satu kesatuan sehingga menghasilkan suatu produk berupa barang, baik “produk antara” (intermediate product) maupun “produk akhir” (final product). “Produk antara” adalah barang yang masih dibutuhkan oleh produsen lain dalam menghasilkan “produk akhir”. Contoh dari “produk antara” yang dihasilkan oleh salah satu sektor unggulan Kota Malang adalah produk plastik, yang kemudian dijual kembali kepada perusahaan meubel untuk dijadikan pelengkap produk furniture. Produk pengolahan ini dikatakan sebagai “produk akhir”. Maka dari itu, pengertian “produk akhir” adalah produk yang langsung bisa dinikmati oleh konsumen, contohnya adalah produk furniture, atau juga produk makanan dan minuman yang bisa langsung dijual kepada konsumen. Berdasarkan beberapa karakter ini, maka terdapat 3 (tiga) sektor unggulan Kota Malang yang masuk sebagai kategori industri pengolahan, yaitu: (i) sektor industri pengolahan; (ii) sektor konstruksi; dan (iii) sektor pengolahan sampah, limbah, dan daur ulang.

Halaman | 69 Kedua adalah karakteristik jasa, yaitu suatu usaha yang dicirikan oleh tindakan atau untuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak (produsen) ke pihak lain (konsumen) yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Produksi dalam usaha jasa disebut sebagai jasa pelayanan, yang bisa tidak terikat pada suatu produk. Sifat dari pelaku usaha jasa

Dokumen terkait