• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

Dalam dokumen RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA (Halaman 2-37)

Pembangunan infrastruktur merupakan aktivitas penyediaan sarana prasarana dasar yang meliputi penyediaan sarana prasarana transportasi, air bersih, energi listrik, telekomunikasi, drainase dan persampahan di suatu wilayah. Ketersediaan infrstruktur dalam suatu wilayah merupakan hal yang mutlak harus dipersiapkan, karena kemajuan pembangunan suatu wilayah sangat ditentukan oleh faktor ini. Untuk itu pembangunan infrastruktur sangat membutuhkan perhatian kita semua bila kita ingin mewujudkan harapan-harapan yang tercantum dalam visi misi pada bab sebelumnya.

Sebagaimana yang kita pahami bersama bahwa Pembangunan Daerah tidak dapat dilakukan oleh pemerintah saja tetapi harus dilakukan oleh semua pihak. Artinya, selain pemerintah juga oleh masyarakat dan pihak swasta atau dunia usaha.

BAB 7 3

Selama ini penyediaan infrastruktur utama (social overhead capital) sebagai penggalangan investasi (induce investment) dilakukan oleh pemerintah pusat, Provinsi maupun daerah. Sehubungan dengan hal ini, pihak pemerintah tidak akan bertindak sebagai pelaku monopoli dalam penyediaan, dan mengelola infrastruktur di masa mendatang, tetapi sebagian penyediaan prasaran a dan sarana dimaksud akan dialihkan kepada sektor swasta yang memiliki manajemen, teknologi, dan finansial untuk membangun dan mengelola fasilitas -fasilitas dasar dan penunjang tersebut.

7.1.1 Kondisi Eksisting Pembangunan Permukiman Dan Infrastru ktur Permukiman Perkotaan

A. Data kondisi eksisting kawasan kumuh, sebagai baseline perencanaan

pembangunan menuju 100-0-100, dilengkapi dengan SK bupati/walikota.

Berikut data kondisi eksisting kawasan kumuh dikabupaten Bolaang Mongondow Utara

Tabel 7.1 Luas Kawasan Kumuh Kab. Bolaang Mongondow Utara

Pengembangan Permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang sehat dan layak huni (liveble), aman, nyaman, damai dan berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Demikian juga Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara telah melakukan pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan, seperti:

a. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah La yak Huni tersebar di 6 (enam ) kecamatan;

b. Peningkatan Kualitas Permukiman, bagi masyarakat miskin yang tersebar di beberapa lokasi di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara;

c. Penataan dan Peremajaan Kawasan;

Luas Kumuh: 50.76 Ha 0 Ha

Luas Kumuh Berat : 0 Ha 0 Ha

Luas Kumuh Sedang : 50.76 Ha 0 Ha

Luas Kumuh Ringan : 0 Ha 0 Ha

STRATEGI OPTIMIS

Penangan Kumuh Kab. Bolaang Mongondow Utara 2015 2016 2017 2018 2019

Trend Pembiayaan untuk Kumuh 8,648.72 - 8,620.63 8,606.62

Luas Kumuh (ha) 50.76 Capaian Penanganan Kumuh (%)

-Total Investasi (dalam Jutaan) 8,648.72 - 8,620.63 8,606.62 Kebutuhan Pendanaan Kumuh Berat (dalam jutaan) - - - -Kebutuhan Pendanaan Kumuh sedang (dalam jutaan) 8,648.72 - 8,620.63 8,606.62 Kebutuhan Pendanaan Kumuh Ringan (dalam jutaan) - - - -Target Luas penanganan kumuh berat (ha)/tahun - - - -Target Luas penanganan kumuh sedang (ha)/tahun 1.54 - 1.54 1.54 Target Luas penanganan kumuh ringan (ha)/tahun - - -

-Proyeksi Penanganan Kumuh (%) 100.00 96.96 96.96 93.92 90.90

Tertangani Kumuh: Tertangani Kumuh Berat : Tertangani Kumuh Sedang : Tertangani Kumuh Ringan :

BAB 7 4

d. Pengembangan kawasan perbatasan antar kabupaten sekitarnya juga telah dilakukan dll.

Untuk mempercepat pertumbuhan dan pengembangan permukiman, Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara telah merencanakan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di beberapa lokasi. Penetapan DPP dengan memp erhatikan banyak faktor, antara lain potensi ekonomi kawasan, jumlah penduduk, prasarana dan sarana dasar serta potensi-potensi lain yang belum tergali yang diperkirakan akan mampu meningkatkan kawasan menjadi lebih mandiri dan berkembang. Di sisi lain terdapat lingkungan permukiman yang telah berkembang sangat cepat dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi dan mengakibatkan lingkungan permukiman menjadi kumuh (slum area) serta terbatasnya prasarana dan sarana dasar. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara diarahkan pada Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) dan Pengembangan Kawasan Agropolitan.

a. Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D)

Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya dominan baik yang belum diolah (eksplor) maupun sumber daya yang tersembunyi berupa sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun sumber daya manusia yang difokuskan pada kemandirian masyarakat sesuai dengan azas Tridaya yang intinya adalah pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan sarana permukiman.

Harapan keberadaan DPP dan KTP2D dapat meningkatkan pelayanan dan menjadi pusat pertumbuhan bagi kawasan sekitarnya dengan saling menunjang antara potensi-potensi desa pengembangan kawasan dengan konsep KTP2D di Kabuapten Bolaang Mongondow Utara sangat tepat guna mempercepat dan mempermudah pembangunan dan pengembangan desa.

Aksesibilitas warga menjadi lebih dekat karena prasarana dan sarana kota tersedia di kawasan atau bila belum tersedia dapat dikembangkan/ dibangun dengan memperhatikan potensi masing-masing desa yang ada.

BAB 7 5

Keberadaan KTP2D diharapkan mampu melayani desa-desa yang berada di kawasan tersebut sehingga kawasan menjadi lebih mandiri dan saling melengkapi kebutuhan prasarana dan sarananya.

b. Pembangunan Kawasan Agropolitan

Selain pengembangan kawasan perdesaan dengan konsep KTP2D, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara juga mengembangkan kawasan agropolitan. Kawasan yang akan dikembangkan sebagai kawasan agropolitan adalah Kawasan

Agropolitan Kec. Bolangitang Barat, Kecamatan Pinogaluman,Kecamatan

Bolangitang Timur,Kecamatan Bintauna,dan Kecamatan Sangkub serta Kecamatan Kaidipang.

Strategi pengembangan wilayah dan usaha agribisnis perlu disinergikan untuk mengoptimalkan kawasan dalam pembangunan. Pengembangan pertanian perlu disiapkan secara matang dengan memperhatikan keterkaitan aktivitas yang akan dikembangkan, baik dampak ke belakang (backward linkage) maupun dampak ke depan (forward linkage).

Agribisnis sebagai suatu sistem perlu disediakan infrastruktur dasar dan pendukungnya, seperti: jaringan jalan, air bersih, sarana pengolahan, pemasaran serta adanya kemandirian sumber daya manusia dan kelembagaan yang memadai (suprastruktur) dan berakar kuat. Artinya bahwa membangun kawasan perdesaan dengan kegiatan utama agribisnis, tak pelak lagi merupakan pembangunan sub sistem infrastruktur dan suprastruktur dalam suatu sistem kawasan agropolitan. Agropolitan (kota dengan basis ekonomi pertanian) merupakan salah satu upaya memepercepat pembangunan perdesaan sehingga tidak lagi bertumpu pada pusat-pusat pertumbuhan yang biasanya terletak di pusat-pusat-pusat-pusat kota. Melalui agropolitan, desa dengan fasilitas kota akan tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem agribisnis yang mampu melayani, mendorong, menarik kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) wilayah sekitarnya sehingga menjadi suatu sistem kawasan yang komplementer dan terpadu.

Diharapkan melalui pengembangan kawasan agropolitan ini, dapat meningkatkan: - Keterkaitan desa dan kota sehingga dapat diwujudkan sinergi pertumbuhan antar wilayah perdesaan dan perkotaan;

BAB 7 6

- Mendorong tumbuhnya wilayah-wilayah perdesaan melalui pengembangan potensi wilayah terutama di bidang usaha pertanian dengan sistem agribisnis yang berdaya saing tinggi, berbasis kerakyatan dan berkelanjutan;

- Hubungan spasial antara hierarki wilayah pembangunan;

- Mewujudkan platform daya saing agribisnis Kabupaten Bolaang Mongondow Utara agar mampu menarik investor untuk terlibat secara intensif dalam pendayagunaan potensi daerah;

- Pendapatan dan kesejahteraan warga masyarakat.

c. Penyediaan Prasarana dan Sarana dalam rangka Penanganan Bencana

Beberapa lokasi di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara merupakan kawasan rawan bencana alam antara lain tanah banjir dan longsor.Peristiwa bencana alam tersebut tidak menimbulkan korban jiwa,tetapi mnimbulkan kerugian material.sehingga untuk menghindari akan adanya korban.Adapun

wilayah –wilayah yang rawan dengan bencana alam tersebut dapat dilihat dalam

tabel dibawah ini.

Tabel 7.1 Daerah Rawan Bencana Alam

B. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan, permukiman Perdesaan, permukiman nelayan, rawan bencana, perbatasan, dan pulau kecil

Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) bagi

BAB 7 7

kawasan rumah sehat sederhana (RSH), penataan dan peremajaan kawasan, serta peningkatan kualitas permukiman.

Perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman serta penyediaan PSD untuk meningkatkan kualitas permukiman selama ini telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Tetapi belum semua kawasan perumahan dan permukiman dapat terjangkau dan terlayani sehingga diharapkan ada peran serta masyarakat dan swasta dalam mewujudkan kebutuhan perumahan dan permukiman yang sehat dan layak huni.

Pada tahun 2008, Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara melaksanakan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP-PNPM) di kecamatan kaidipang. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan kemandirian dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan khususnya masyarakat miskin serta mengurangi jumlah penduduk miskin di perkotaan.

Berkembangnya kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan belum membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh demikian juga di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal semakin meningkat seiring dengan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas dan kecenderungan warga masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang semakin kompleks. Untuk mencegah timbulnya kawasan kumuh, Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan menata lingkungan guna menciptakan kemandirian A. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) bagi kawasan rumah sehat sederhana (RSH), penataan dan peremajaan kawasan, serta peningkatan kualitas permukiman.

Perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman serta penyediaan PSD untuk meningkatkan kualitas permukiman selama ini telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Tetapi belum semua kawasan perumahan dan permukiman dapat terjangkau dan terlayani sehingga diharapkan ada peran serta masyarakat dan swasta dalam mewujudkan kebutuhan perumahan dan permukiman yang sehat dan layak huni.

BAB 7 8

Pada tahun 2008, Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara melaksanakan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP-PNPM) di kecamatan kaidipang. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan kemandirian dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan khususnya masyarakat miskin serta mengurangi jumlah penduduk miskin di perkotaan.

Berkembangnya kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan belum membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh demikian juga di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal semakin meningkat seirin g dengan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas dan kecenderungan warga masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada sistem pelayanan perko taan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang semakin kompleks.

Untuk mencegah timbulnya kawasan kumuh, Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan menata lingkungan guna menciptakan kemandirian masyarakat dalam memelihara lingkungan permukimannya agar tetap tertata, bersih dan layak huni. Kawasan rawan bencana menjadi prioritas perbaikan lingkungan permukiman, seperti kawasan rawan, genangan/ banjir, kebakaran dll.

2. Prasarana Dan Sarana Dasar Permukiman

Keberadaan desa-desa di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memiliki potensi lebih, seperti: potensi ekonomi, sosial budaya, wisata, prasarana dan sarana. Sebagian desa telah ditetapkan sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dan sebagian kawasan telah ditetapkan sebagai kawasan agropolitan.

Desa pusat pertumbuhan didukung oleh desa-desa sekitar (hinterland-nya) yang diharapkan menjadi satu kawasan yang saling mendukung dan saling melengkapi dari potensi-potensi yang ada. Pola KTP2D ini sangat tepat untuk mempercepat pembangunan kawasan, efektif dan efisien dalam penyediaan prasarana dan sarana dasar serta meningkatkan akses pada pasar.

Di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara saat ini telah ditetapkan 2 (dua) DPP yaitu di Desa Buko Kecamatan Pinogaluman, Desa Sangub Kecamatan Sangkub.Jumlah DPP ini masih terbatas sedangkan desa-desa lain yang memiliki potensi dan dapat dikembangkan sebagai DPP belum dikaji secara mendalam.

BAB 7 9

Dengan telah ditetapkannya desa-desa menjadi kawasan terpilih pusat pengembangan dan kawasan agropolitan akan lebih efektif dan efisien dalam penyediaan prasarana dan sarana dasar perdesaan guna peningkatan perekonomian kawasan serta kesejahteraan masyarakatnya.

Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman masih banyak yang perlu diting katkan, khususnya perbaikan perumahan masyarakat yang belum layak huni dan lingkungan permukiman yang masih terbatas prasarana dan sarana dasarnya.

Warga masyarakat di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebagian besar bertempat tinggal di kawasan perkotaan (ibukota kecamatan), hal ini terkait dengan kemudahan aksesibilitas dan tersedianya prasarana dan sarana perkotaan. Di sisi lain lahan dan ruang di kawasan perkotaan sangat terbatas, sehingga sering dijumpai suatu kawasan perkotaan padat penduduk yang mengakibatkan kawasan tersebut tidak tertata, teratur dan menjadi kumuh. Bila tidak segera kawasan kumuh ini ditata dan dibenahi dapat menimbulkan kerawanan, seperti: masalah lingkungan hidup, sosial, kriminalitas dll. Penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) perkotaan melalui pembangunan, peningkatan maupun pemeliharaan telah dilakukan selama ini. Selain itu bantuan stimulan sebagai pendorong dalam perbaikan PSD, permukiman juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, yang diberikan kepada warga/ masyarakat yang benar-benar membutuhkan untuk meningkatkan kualitas PSD perkotaan dan perumahan maupun lingkungannya.

Tabel 7.2 Presentase Jumlah Rumah Tangga Menurut Luas Lantai

Luas Lantai (M2) 2007 2008 < 20 20 – 49 50 – 99 100 – 149 > 150 7,08 67,29 22,92 1,25 1,46 3 5,35 67,53 22,86 3,41 0,85 Jumlah 100,00 100,00

BAB 7 10

Tabel 7.3 Presentase Jumlah Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai

Jenis Lantai % Bukan Tanah Tanah 89,74 10,26 Jumlah 100,00

Catatan : Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)

Tabel 7.4 Presentase Rumah Tangga Menurut Dinding Terluas Yang Di Gunakan

Jenis Dinding 2007 2008 Tembok 53,75 59,18 Kayu 21,04 20,74 Bambu 22,92 20,08 Lainnya 2,29 0,00 Jumlah 100,00 100,00

Catatan : Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)

Tabel 7.5 Presentase Rumah Tangga Menurut Atap Terluas Yang Di Gunakan

Jenis Lantai % Beton 3,42 Genteng 1,28 Sirap 1,28 Seng 53,62 Asabes 0,64 Ijuk/Rumbia 39,75 Lainnya - Jumlah 100,00

BAB 7 11

Dari tabel di atas terlihat bahwa bangunan yang memiliki luas lantai < 20 M2 mengalami penurunan.ini di akibatkan banyaknya rumah yang telah direnovasi dan menambah luas lantainya.

Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman masih banyak yang perlu ditingkatkan, khususnya perbaikan perumahan masyarakat yang belum layak huni dan lingkungan permukiman yang masih terbatas prasarana dan sarana dasarnya.

Banyak ditemui sebagian dari warga masyarakat di Kabupaten Bolaang Mongo ndow Utara bertempat tinggal di kawasan perkotaan, hal ini terkait dengan kemudahan aksesibilitas dan tersedianya prasarana dan sarana perkotaan. Di sisi lain lahan dan ruang di kawasan perkotaan sangat terbatas, sehingga sering dijumpai suatu kawasan perkotaan padat penduduk yang mengakibatkan kawasan tersebut tidak tertata, tidak teratur dan menjadi kumuh. Bila tidak segera kawasan kumuh ini ditata dan dibenahi dapat menimbulkan kerawanan, seperti: masalah lingkungan hidup, sosial, kriminalitas dll.

C. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN

Besaran masalah yang dihadapi atau tantangan yang harus diselesaikan melalui PSD Permukiman, dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran pembangunan PSD Permukiman baik dari segi teknis, kelembagaa dan keuangan yang ada, disajikan pada tebel berikut.

BAB 7 12

Tabel 7.6 Presentase Rumah Tangga Menurut Atap Terluas Yang Di Gunakan

No. Kondisi Sistem

Yang

Target Nasional RPJMD Besaran

Permasalaha 1. Teknis -Belum tersedianya masterplan dan rencana teknis pembangunan prasarana dan sarana dasar RSH -Prasarana dan sarana perumahan

yang ada masih

terbatas baik jumlah maupun kualitasnya

Pemenuhan

kebutuhan hunian

bagi masyarakat

melalui terciptanya

pasar primer yang

sehat, efisien, akuntabel, tidak diskriminatif, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat yang

didukung oleh sistem pembiayaan

perumahan jangka

panjang yang market friendly, efisien, dan akuntabel

Terpenuhinya

kebutuhan hunian

bagi masyarakat

melalui terciptanya

pasar primer yang

sehat, efisien, akuntabel, tidak diskriminatif, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat yang

didukung oleh sistim pembiayaan

perumahan jangka

panjang yang market friendly, efisien, dan akuntabel Terbatas (belum memenuhi parameter teknis wilayah) 2. Kelembagaan -Kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman belum terbentuk/berfungsi optima Terbentuk dan optimalnya kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman Terbentuk dan optimalnya kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman Belum Mantap (belum memenuhi parameter teknis wilayah)

BAB 7 13

No. Kondisi Sistem Yang

Ada

Target Nasional RPJMD Besaran

Permasalahan

3. Keuangan

- Pembiayaan

pembangunan

perumahan

terbatas

Terbentuknya pola

subsidi yang tepat

sasaran dan tidak

mendistorsi pasar,

akuntabel, dan

mempunyai kepastian

dalam hal tetersediaan

setiap tahun

Terbentuknya pola

subsidi yang tepat

sasaran dan tidak

mendistorsi pasar,

akuntabel, dan

mempunyai kepastian

dalam hal tetersediaan

setiap tahun

-

4. Promosi

- Perbaikan dan

pembangunan

rumah berbasis

keswadayaan

masyarakat belum

terbangun

Terbentuknya pola

pembiayaan untuk

perbaikan dan

pembangunan rumah

baru yang berbasis

keswadayaan

masyarakat

Terbentuknya pola

pembiayaan untuk

perbaikan dan

pembangunan rumah

baru yang berbasis

keswadayaan

masyarakat

Terbatas

(belum

memenuhi

parameter

teknis)

Permasalahan yang dihadapi adalah:

a. Terbatasnya kemampuan penyediaan prasarana dan sarana perumahan

oleh pemerintah untuk kawasan rumah sederhana sehat bagi masyarakat berpendapatan rendah.

b. Rendahnya daya beli masyarakat untuk memperoleh perumahan. I. Alternatif Pemecahan melalui Arah Kebijakan

BAB 7 14

a. Mengutamakan penyediaan prasarana dan sarana dasar bagi kawasan rumah sederhana dan rumah sederhana sehat, penyediaan hunian bagi masyarakat berpendapatan rendah.

b. Memfasilitasi dan memberdayakan masyarakat berpendapatan rendah. c. Menciptakan kepastian hukum dalam permukiman.

d. Meningkatan kualitas prasarana dan sarana lingkungan pada kawasan kumuh perkotaan dan pesisir.

D. Rekomendasi melalui Program-Program Pembangunan

a. Pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman dan terjangkau dengan memfokuskan pada masyarakat miskin dan berpendapatan re ndah.

Kegiatan:

1. Penyediaan prasarana dan sarana dasar kawasan rumah sederhana dan rumah sederhana sehat.

2. Pengembangan pola subsidi yang tepat sasaran, efisien dan efektif sebagai pengganti subsidi.

3. Peningkatan akses masyarakat pada kredit mikro untuk pembangunan dan perbaikan rumah yang berbasis swadaya masyarakat.

4. Memfasilitasi pembangunan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) dan

rumah susun sederhana milik.

b. Penanggulangan dan rehabilitasi perumahan akibat bencana alam/ kerusuhan sosial. Kegiatan:

1. Fasilitasi dan simulasi pembangunan dan rehabilitasi rumah akibat bencana

alam dan kerusuhan sosial.

2. Fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan yang tanggap terhadap

bencana

3. Pengembangan sistim penanggulangan kebakaran 4. Pembangunan Cek Dam pencegah banjir pasir c. Penyehatan lingkungan perumahan.

BAB 7 15

Kegiatan:

1. Perbaikan lingkungan permukiman kumuh. 2. Lantainisasi Perumahan Keluarga Prasejahtera. 3. Pembangunan Sarana MCK

Analisis Kelayakan Program Pembangunan Permukiman Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan perdesaan. Tujuan Pengembangan Permukiman:

a. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana dasar permukiman)

b.Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi, dan teratur

c. Mengarahkan pertumbuhan wilayah

d.Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman . Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah:

a. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman b.Tersedianya perumahan tipe RSH, RUSUNAWA c. Terarahnya pertumbuhan wilayah

d.Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan permukiman Keluaran dari Sub Bidang Pengembangan Permukiman adalah:

a. Lahan siap bangun

b.Tersedianya prasarana dan sarana (jalan, drainase, jaringan air bersih) kawasan c. Tersedianya kawasan permukiman yang sehat

d.Tersedianya RSH, RUSUNAWA siap huni

e. Tersedianya perumahan untuk mendukung terselenggaranya gerak perekonomian yang dinamis

BAB 7 16

f. Tersedianya kawasan permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap dengan menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan permukiman dan mengintegrasikan secara terpadu dengan lingkungan permukiman yang telah ada di sekitarnya

Asumsi dari Pengembangan Permukiman adalah:

a. Kelompok sasaran masyarakat untuk RSH, RUSUNAWA diutamakan masyarakat berpenghasilan rendahMengacu pada UU no. 4/1992

b.tentang perumahan dan peraturan perundangan terkait

Melalui penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya diharapkan dapat diwujudkan permukiman yang layak huni dan mendukung pengembangan perkotaan. Selain itu, mampu mendorong kerjasama antar stakehoder dalam mendanai dan menyelenggarakan Program Pengembangan Permukiman oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya yang diwujudkan dalam Program Pengembangan Permukiman Perkotaan dan Program Pengembangan Permukiman Perdesaan.

7.1.2 Sasaran Program

Sasaran pembangunan permukiman, antara lain: a. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman;

b. Tersedianya perumahan sederhana, sehat dan layak huni; c. Terarahnya pertumbuhan wilayah;

Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan permukiman.

Kebijakan dan strategi pembangunan prasarana dan sarana dasar RSH dari segi teknis, pendanaan dan pelaksanaan adalah:

- Meingkatkan penyediaan prasarana dan sarana dasar bagi kawasan rumah sederhana dan rumah sederhana sehat.

- Mengembangkan kawasan perumahan skala besar.

- Meningkatkan penyediaan hunian (sewa dan milik) bagi masyarakat berpendapatan rendah melalui gerakan nasional pengembangan sejuta rumah (GN -PSR).

BAB 7 17

- Meningkatkan fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat berpendapatan rendah dalam penyediaan lahan, sumber pembiayaan dan prasarana dan sarana lingkungan melalui pembangunan perumahan yang bertumpu pada masyarakat.

- Mengembangkan kredit mikro pembangunan danperbaikan rumah yang terkait dengan kredit mikro peningkatan pendapatan dalam rangka upaya pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin dan penciptaan lapangan kerja.

- Menciptakan pola subsidi baru yang lebih tepat sasaran.

- Mengembangkan lembaga yang bertanggung jawab dalam pembangunan perumahandan permukiman pada semua tingkatan pemerintahan serta fasilitasi pelaksanaan penataan ruang kawasan permukiman yang transparan dan partisip atif - Pemantapan pasar primer perumahan.

- Berkembangnya secondary mortgage facility (SMF) dan secondar y mortgage market (SMF).

- Terbentuknya peraturan perundang-undangan dan kelembagaan pendukung SMF dan SMM.

- Mengembangkan insentif fiskal bagi swasta yang menyediakan hunian bagi buruh/karyawannya.

- Menciptakan kepastian hukum dalam bermukim (secure tenure).

Tabel 7.7 Sasaran Program Kawasan Kumuh Kab. Bolaang Mongondow Utara

A. PROGRAM KERANGKA DASAR PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN RSH/ PN S/TNI/POLRI Target: TOTAL LUAS KAWASAN 2015 2016 2017 2018 2019 KET -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9

I Kawasan Kumuh Perkotaan 16.29 Ha 3.258 Ha 3.258 Ha 3.258 Ha 3.258 Ha 3.258 Ha

II Kawasan Permukiman

Perdesaan 26.46 Ha 5.292 Ha 5.292 Ha 5.292 Ha 5.292 Ha 5.292 Ha

Dalam dokumen RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA (Halaman 2-37)

Dokumen terkait