• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selandjutnja dalam Undang 2 itu harus tetap ada peraturan tentang sanksi2, antjaman2 hukuman sebagai jang terdapat

Dalam dokumen Jilid-14 Depernas 24-Bab-117 (Halaman 32-40)

INDUSTRI RINGAN 1384. Pendahuluan

6. Selandjutnja dalam Undang 2 itu harus tetap ada peraturan tentang sanksi2, antjaman2 hukuman sebagai jang terdapat

dalam pasal 7 dan 8 ordonansi statistik

1934.-Berhubung dengan pentingnja statistik perusahaan itu dan banjaknja perusahaan jang tidak mau atau kurang lengkap memberi keterangan, maka perbuatan itu harus dianggap sebagai kedjahatan dan diantjam dengan hukuman berat. Perusahaan2 baik Negara maupun swasta, nasional atau-pun asing, djika melakukan kedjahatan itu pengurusnja da-pat dihukum kurungan badan se-dikit2nja lima tahun.

Dalam pelaksanaan Undang2 itu dalam memberi hukuman2

diandjurkan supaja instansi jang berwenang (djaksa dan akim) untuk bersikap agak lunak terhadap perusahaan ke-tjil dan diminta sangat kebidjaksanaan dari pegawai2 Di-nas Industri setempat untuk membantu perusahaan2 ketjil ini dalam mengisi daftar2 jang dibutuhkan oleh statistik itu. Satu dan lain untuk menghindarkan ber-tubi2nja kesalahan2

jang timbul bukan oleh karena sengadja, tetapi timbul se-bagai akibat daripada kurangnja pengetahuan dari pada Pengusaha ketjil jang bersangkutan itu.

Sebagai penutup dalam mengadjukan saran2 disini, dian djurkan seperti berikut:

Dipertimbangkan supaja dalam menjusun rentjana Un-dang-undang Pengganti ordonansi Statistik 1934, dibentuk satu Panitia.

Anggauta2nja terdiri dari wakil2 Departemen Kehakiman, Industri dan Pertanian, B.P.S. dan Depernas.

Dengan demikian tindakan2 jang perlu dapat segera diam-bil/Organisasi/reorganisasi dalam B.P.S, dapat diadakan seperlunja, memindahkan tenaga2 overhevelen tenaga2 ke B.P.S, dari bagian2 dari Departemen2 jang tertentu jang kini mengerdjakan statistik jang rasanja sudah njata ku-rang effisien, hingga dalam waktu jang singkat dapat te-naga2 jang bertjerai berai diberbagai instansi jang me-ngerdjakan statistik itu dengan alat2 jang serba kurang; (karena tak ada biaja jang chusus tersedia untuk itu), di-kumpulkan semua di B.P.S. jang bertugas chusus menje-lenggarakan statistik bagi Negara, dan semua Departe-men-departemen serta Djawatan2.

§ 1387. Keradjinan Rakjat

Bentuk jang paling sederhana dari industri adalah keradjinan. Perkataan „Keradjinan terlalu banjak dipakai dalam arti jang berlainan. Menurut perkembangan sosial-ekonomis, maka ke-radjinan rakjat ini dapat dibagi dalam tiga tingkatan, jaitu : 1. Keradjinan sambilan (Huisvlijt),

Tjiri2 dari usaha sambilan bagi siprodusen.

(a). Merupakan usaha sambilan bagi siprodusen.

(b). Usaha tersebut tidak terikat pada waktu dan orang lain.

(c). Tidak merupakan pentjaharian jang pokok. (d). Ada unsur seninja.

(e). Tidak ada kerdja paksa.

2. Keradjinan rumah (Huisindustri) Tjiri2 dari keradjinan rumah ialah :

(a). Usaha keradjinan dikerdjakan sebagai mata pentjaha-rian pokok.

(b). Dikerdjakan sendiri dan dibantu oleh sanak keluarga. 3. Perusahaan keradjinan (Industri ketjil),

(a). Usaha keradjinan dikerdjakan sebagai pentjaharian pokok.

(b). Mempergunakan buruh.

§ 1388. Usaha Sambilan

Pertumbuhan industri di-negara2 jang telah madju industrinja (misalnja Eropah Barat) pada mulanja djuga berasal dari

usaha2 sambilan, jaitu usaha untuk memenuhi kebutuhan sen-diri dan jang lama kelamaan meningkat mendjadi huisindustri. Dengan ikutnja unsur pedagang, jang mengerti pasar dan jang mempunjai modal, keradjinan rumah mendjadi manufaktur (Pe-rusahaan keradjinan atau industri ketjil jang tidak bermesin). Dengan penemuan mesin uap dan jang dapat dipergunakan dalam usaha keradjinan, maka usaha keradjinan meningkat se-landjutnja. mendjadi pabrik, Pabrik2 jang merupakan mata ran-tai dari kesatuan produksi barang2, disebut industri.

1389. Faktor jang menghambat keradjinan rakjat Indonesia untuk berkembang mendjadi industri

Faktor tersebut antara lain adalah kedatangan modal pendja djah, jang bergerak dalam dua bidang

a. melakukan exploitasi terhadap kekajaan bumi dan tenaga rakjat Indonesia.

b, membandjiri masjarakat Indonesia dengan barang2 hasil in dustri, jang berasal dari tanah air modal pendjadjah tersebut. Terhadap kekuatan ini keradjinan rakjat Indonesia tak berda- ja, apalagi untuk berkembang. Dengan demikian pertumbuhan jang wadjar dari keradjinan rakjat ke industri terhalang.

Industri jang selama ini ada di Indonesia, seperti Industri gula, Industri karat dsb.nja bukanlah pertumbuhan jang wadjar dari proses produksi masjarakat Indonesia, tetapi tjangkokan dari luar, jang dilakukan oleh modal pendjadjah di-tengah2 kita. Sebenarnja golongan kaum modal pribumi jang bergerak dila-pangan industri, perdagangan dll., seperti di Eropah tidak terdapat dimasjarakat Indonesia.

§1390, Pengaruh timbal balik antara tjabang keradjinan rakjat ter-tentu dengan kesenian

Bahwa ada pengaruh timbal balik antara tjabang keradjinan rakjat tertentu dengan kesenian, dapat kita lihat pada hasil keradjinan batik tulis, tenun (Silungkang), keradjinan perak Djokjakarta keradjinan barang2 dari kaju jang diukir (Djepara dan Bali), keradjinan pajung dan kelom geulis dari Tasikmalaja, dsb.nja.

Sipengusaha keradjinan, jang tidak terikat kepada waktu dan orang lain, seperti kita lihat pada keradjinan sambilan, menu-angkan rasa seninja kedalam barang jang dibuatnja dan jang pada permulaannja hanja dipergunakan untuk memenuhi ke-butuhannja, Barang2 jang indah dan dapat dipergunakan ten tu diinginkan oleh prang banjak. Sipengusaha keradjinan sam-bilan dalam keadaan ini didorong untuk membuat barang2 tidak untuk memenuhi kebutuhannja sendiri sadja, tetapi djuga buat

2950 §

orang lain, sedemikian rupa sehingga dia kerapkali tidak mem-punjai waktu lagi mengerdjakan pekerdjaan pokok.

Mata pentjaharian pokok sudah bergeser kepada membuat ba-rang-barang jang selama ini dikerdjakannja sebagai sambilan. Dengan bertambahnja permintaan, maka produksi akan barang2

harus diperbesar. Untuk dapat melakukan ini tenaga kerdja harus ditambah dan alat jang lebih sempurna dipergunakan dan effisiensi kerdja dipertinggi.

Dalam industri jang modern pun terdapat pengaruh timbal-balik kesenian dan produksi barang2 dengan adanja berbagai reklame alat2 pembungkus jang menarik, motif2 jang indah ber-warna dari bahan2 tekstil, dsb.

§ 1391. Industri lain2 : Industri hutan, industri pulp dan kertas P e n d a h u l u a n .

Industri hutan untuk Indonesia adalah masalah jang teramat penting oleh karena disamping fungsi hutan sebagai pentjegah erosi dan pengatur tata air, maka hutan adalah dan dapat mendjadi sumber untuk

1. Bahan bakar (kaju bakar, arang) 2. Bahan bangunan/mebel

3. Kaju ekspor,

4. Bahan bungkus (peti, krat, tripleks, karung, tikar, kardus, kerandjang).

5. Korek api. 6. Bahan potlot. 7. Bahan bambu. 8. Bahan penjamak,

9. Bahan kimia (gondorukem, damar, kopal, terpentin, bahan warna, shellac, bahan obat2an, minjak kaju putih, kapur barus dll.).

10. Bahan distilasi kaju (ter, asam-tjuka, arang metylalkohol). 11. Pulp ekspor.

12. Kertas (tulis, tjetak, surat kabar, kantor kraft), 13. Rayon.

14. Rotan.

15. Bahan warna (soga, tingi, tegerang). 16. Bahan perekat, plastik (dari bakau),

§ 1392. Bahwa industri hutan buat Indonesia tak kalah pentingnja de-ngan industri besi-badja dapat dilihat dari perbandide-ngan an-tara angka2 impor barang2 jang bahan mentahnja berasal dari hasil hutan dan barang-barang jang mentahnja besi-badja

:

Daftar 1, Impor Tahun 1956,

Bahan mentah hasil hutan djuta Rp.

potlot peti (tell dll.) karung kardus veneer/tripleks bahan kimia kertas, pulp, kraft rayon (2/3 tekstil) korek api

bahan penjamak gabus

getah, harpus, balsam kaju, bambu,

Bahan mentah besi-badja sepeda batang besi lempeng besi blek besi beton sekerup paku

barang modal (mesin dll.)

11,7 10,5 57,8 87,5 3,4 50,0 238,9 1107,1 27,2 3,2 5,1 13,4 6,0 Djumlah : 1621,8 djuta Rp. 107,5 49,5 217,7 47,4 46,4 39,5 39,9 1228,2

Djumlah : 1776,1 (Sumber B,P.S.)

Dalam tahun 1956, dari tekstil jang diimpor sepertiganja ada-lah dari rayon, tetapi dalam daftar 1 diperhitungkan duaperti-ganja rayon, karena memang hutan2 kita memungkinkan pro-duksi rayon sedemikian itu. Dapat dilihat pada daftar 1 bahwa dalam tahun 1956 impor barang jang dapat diproduksi oleh industri hutan kita sendiri, jaitu Rp, 1,6 miljar sedang impor besi badja, jang perlu pula diproduksi oleh industri besi -badja kita sendiri jaitu Rp. 1,7 miljar.

Industri hutan perlu mendapat prioritet dalam pembangunan semesta tahap I berhubung beberapa sektornja segera dapat memberikan hasil jang dapat menekan tendens2 inflatoir jang kini telah ada dan jang akan bertambah lagi pada investasi rupiah setjara besar-besaran dalam tahun2 pertama pemba-ngunan semesta.

Hutan jang tidak dipungut hasilnja pada waktunja, bukan sa-dja nilainja akan menurun, akan tetapi modal itu akan merupa-kan modal mati, sebaliknja hutan jang dieksploitasi dengan baik dan dilakukan penanaman kembali sesudah penebangan, nilainja akan tetap ataupun bertambah.

Perlu diusahakan pula perluasan berentjana areal hutan in-dustri.

Dalam dokumen Jilid-14 Depernas 24-Bab-117 (Halaman 32-40)

Dokumen terkait