• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORITIS

2.6. Seleksi/Pemilihan Bahan Pustaka

Proses seleksi atau pemilihan bahan pustaka merupakan kegiatan yang harus dibatasi oleh tujuan dan sarana yang ingin dicapai perpustakaan. Dimana kegiatan pemilihan bahan pustaka merupakan proses mengevaluasi bahan pustaka yang akan dipilih sesuai dengan kebijakan perpustakaan.

Pemilihan koleksi adalah langkah awal dalam pengadaan koleksi perpustakaan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi koleksi-koleksi yang akan dipilih untuk dijadikan koleksi perpustakaan sekolah, catat data koleksi yang dipilih, misalnya judulnya, pengarangnya, penerbitnya, keunggulan-keunggulannya, dan kelemahan, serta harganya. (Prastowo, 2012 : 139)

2.6.1. Siapa yang Melakukan Seleksi/Pemilihan Bahan Pustaka

Perpustakaan berhak untuk melakukan seleksi bahan pustaka, tergantung dari tipe perpustakaan dan struktur organisasi di setiap perpustakaan. Pada prinsipnya personalia yang dapat melakukan seleksi bahan pustaka mencakup: (a) pustakawan; (b) spesialis subjek termasuk guru; (c) toko buku; (d) komisi perpustakaan; (e) anggota lain.

Menurut Yulia (1993 : 27), pihak-pihak yang berwenang melakukan seleksi yaitu sebagai berikut :

1. Pada perpustakaan sekolah yang berhak melakukan seleksi adalah kepala sekolah/wakilnya dan guru. Pelajar juga boleh menyarankan.

2. Pada perpustakaan umum, pihak yang berwenang melakukan seleksi adalah dewan penasehat / penyantun perpustakaan itu, tokoh masyarakat di sekitar perpustakaan umum itu berada.

3. Pada perpustakaan perguruan tinggi, pihak yang berwenang melakukan seleksi adalah pimpinan universitas, pimpinan fakultas dan dosen. Mahasiswa juga boleh menyarankan, tetapi harus dipertimbangkan apakah sesuai dengan kebutuhan perkuliahan.

4. Pada perpustakaan khusus, pihak yang berwenang melakukan seleksi adalah pimpinan institusi dimana perpustakaan itu bernaung, dan orang-orang yang mengetahui dengan jelas kebutuhan institusi tersebut.

2.6.2. Alat Bantu Seleksi/Pemilihan Bahan Pustaka

Alat bantu seleksi bahan pustaka sangat diperlukan untuk menseleksi bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Secara umum alat bantu seleksi bahan pustaka

1. Alat bantu seleksi bahan buku

a. Katalog penerbit dari berbagai penerbit baik dalam negeri maupun penerbit luar negeri.

b. Tinjauan buku yang dimuat dalam majalah ilmiah.

c. Daftar buku IKAPI merupakan katalog berbagai penerbit Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).

d. Bibliografi nasional Indonesia yang terbit setiap tiga bulan sekali berisi informasi tentang terbitan seluruh Indonesia yang mencakup buku, laporan penelitian, bacaan anak-anak, terbitan pemerintah, laporan konferensi serta peta.

2. Alat bantu seleksi bahan rujukan

Alat bantu seleksi untuk buku-buku referens terbitan Indonesia masih menjadi satu dengan katalog penerbit.

3. Alat bantu seleksi untuk koleksi serial (terbitan berkala)

Secara umum alat bantu seleksi bahan serial (terbitan berkala) Indonesia belum ada tetapi untuk menseleksi ini biaasanya perpustakaan menggunakan alat bantu seleksi Ulrich’s International Periodical Directory terbitan Amerika.

Menurut Soeatminah (1992 : 76), alat bantu seleksi meliputi : 1) Katalog penerbit dalam dan luar negeri

2) Bibliografi nasional dan internasional 3) Bibliografi khusus berbagai bidang ilmu 4) Daftar tambahan koleksi perpustakaan lain 5) Timbangan buku, iklan, dan lain-lain

6) Daftar judul untuk jenis perpustakaan tertentu (core list)

Sedangkan menurut Soejono Trimo yang dikutip oleh Sinaga (2011 : 46) menyatakan visualisasi alat bantu seleksi bahan pustaka adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Visualisasi Alat Bantu Seleksi Bahan Pustaka Sumber : Soejono Trimo dalam Sinaga (2011 : 46)

2.6.3. Tata Laksana Seleksi/Pemilihan Bahan Pustaka

Tata laksana pemilihan bahan pustaka bertujuan mengatur mekanisme pemilihan bahan pustaka yang akan dibeli oleh perpustakaan agar diperoleh hasil yang sesuai dengan masyarakat yang dilayaninya. Tata laksana pemilihan juga merupakan prosedur yang menjadi pegangan pustakawan atau siapa saja yang terlibat dalam pemilihan bahan pustaka. Prosedur pemilihan bahan pustaka adalah sebagai berikut :

1. Setiap pemakai (perorangan atau unit) dapat melakukan pemilihan, baik atas inisiatif sendiri atau atas permintaan pustakawan.

2. Pemakai membuat daftar usulan dengan mengisi formulir yang disediakan perpustakaan dengan data bibliografis secara lengkap.

3. Data untuk buku: pengarang, judul, edisi, tahun, penerbit, ISBN (kalau ada), jumlah yang dipesan, harga satuan.

4. Data untuk majalah: judul, alamat penerbit, frekuensi terbit, ISSN (kalau ada), kapan mulai dilanggan, harga langganan, persetujuan atasan, dan sebagainya.

5. Daftar usulan dapat diserahkan langsung kepada pemimpin perpustakaan (apabila usul perorangan) atau dengan persetujuan atasan langsung pengusul.

6. Selanjutnya diadakan kegiatan verifikasi terhadap setiap judul bahan pustaka yang telah dipilih. (Darmono, 2001 : 59)

ALAT BANTU SELEKSI BAHAN

PUSTAKA

Research person (para ahli yang dimintai pendapat

atau rekomendasi)

Bibliography (current, local, retrospective, national, universal)

Majalah-majalah profesional ata u books

reviews dalam koran)

Katalog-katalog penerbit, toko buku, dealer, lembaga-lembaga tertentu

2.6.4. Kriteria Seleksi/Pemilihan Bahan Pustaka

Apapun kriteria pemilihan koleksi yang diterapkan oleh perpustakaan harus dituangkan dalam kebijakan pengembangan koleksi. Secara umum kriteria-kriteria yang diterapkan dalam memilih koleksi adalah :

1. Tujuan, Cakupan, dan Kelompok Pembaca

Bahan pustaka yang akan dipilih harus mempertimbangkan secara sungguh-sungguh kesesuaiannya dengan tujuan, cakupan, dan pengguna perpustakaan yang bersangkutan.

2. Tingkatan koleksi

Tingkatan koleksi menjadi salah satu faktor utama untuk menentukan koleksi tertentu yakni ada enam kategori tingkatan koleksi, yaitu (1) karya dalam bentuk ringkasan, (2) karya ringan dan populer, (3) karya popular yang serius, (4) karya elementer, (5) karya standar, (6) karya yang tingkat ilmiahnya lebih tinggi misalnya tesis atau disertasi.

3. Otoritas dan kredibilitas pengarang

Otoritas pengarang harus ditentukan secermat-cermatnya jika pengarang bukan pakar yang dikenal dalam bidangnya, kualifikasinya dalam penulisan buku harus diteliti dengan baik.

4. Harga

Harga juga perlu dipertimbangkan misalnya harga buku yang cukup tinggi harus diperhatikan apakah buku tersebut sangat dibutuhkan atau tidak.

5. Penyajian fisik buku

Penampilan fisik buku baru dapat mempengaruhi keputusan seleksi. 6. Struktur dan metode penyajian

Pustakawan dengan latar belakang subjek tertentu biasanya dapat memperoleh gambaran tentang struktur buku melalui daftar isi.

7. Indeks dan Bibliografi

Keberadaan bibliografi dan indeks sebuah buku dapat diketahui secara jelas lewat entri dalam bibliografi nasional (Spiller, 1982 : 83).

2.6.5. Prinsip-prinsip Seleksi/Pemilihan Bahan Pustaka

Dalam pemilihan atau seleksi bahan pustaka perpustakaan harus berpedoman pada prinsip-prinsip seleksi. Prinsip seleksi merupakan salah satu acuan yang digunakan perpustakaan untuk mengisi koleksi perpustakaannya.

Menurut Darmono (2001 : 58) beberapa prinsip dasar dalam pemilihan koleksi perpustakaan adalah sebagai berikut :

1. Semua bahan pustaka harus dipilih secara cermat, disesuaikan dengan keperluan pemakai dan menurut skala prioritas yang telah ditetapkan untuk masing-masing perpustakaan pada umumnya berbeda

2. Pengadaan bahan pustaka didasarkan atas peraturan tertulis yang merupakan kebijakan pengembangan koleksi yang disahkan oleh penanggung jawab lembaga dimana perpustakaan bernaung

Menurut Yusuf dan Suhendar (2005 : 26) prinsip pengembangan koleksi perpustakaan sekolah adalah :

1. disesuaikan dengan kebutuhan kurikulum yang berlaku di sekolah 2. disesuaikan dengan sistem pendidikan secara nasional

3. disesuaikan dengan daerah tempat perpustakaan sekolah tersebut berada 4. disesuaikan dengan tingkat kemampuan membaca siswa usia sekolah 5. disesuaikan dengan sistem perpustakaan nasional

6. disesuaikan dengan dana yang tersedia

Sedangkan menurut Azile Wofford yang dikutip Idris Suryana K.W. dalam Sinaga (2011 : 45) mengemukakan prinsip-prinsip pemilihan koleksi sebagaimana divisualisasikan dalam gambar berikut :

Gambar 2. Prinsip-Prinsip Seleksi (Pemilihan) Bahan Pustaka Sumber : Idris Suryana K.W. dalam Sinaga (2011 : 45)

2.7. Pengadaan Bahan Pustaka

2.7.1. Pengertian Pengadaan Bahan Pustaka

Pengadaan bahan pustaka merupakan rangkaian dari kebijakan pengembangan koleksi The community (Social

stratification, interest, needs, selera, dan lapisan masyarakat yang apatis)

Demand is governing factor is selection

materials Select the right books for

the library reader’s

Quality of materials must be related to the other two basic

standards of selection (purpose and need)

Select book which tend toward the enrichment and development of life

The collection is inclusive and contains whatever contribute to the purpose

of the library (the best books and for who...)

Every library collection should be built up according to a definite plan on a board and areal

foundation PRINSIP

SELEKSI BAHAN PUSTAKA

bahan pustaka. Dalam kegiatan pengadaan bahan pustaka, perpustakaan terikat dan sekaligus dipandu oleh rambu-rambu yang tertuang dalam kebijakan pengembangan koleksi.

Menurut Darmono (2001 : 58) secara umum pengadaan bahan pustaka di lingkungan perpustakaan mencakup 3 (tiga) kegiatan utama yaitu :

1. Pemilihan atau seleksi bahan pustaka

2. Pengadaan bahan pustaka melalui pembelian, tukar menukar, penerimaan hadiah dan penerbitan sendiri oleh perpustakaan

3. Inventarisasi bahan yang telah diadakan serta statistik pengadaan bahan pustaka

Menurut Sutarno, (2006 : 174), “pengadaan atau akusisi koleksi bahan pustaka merupakan proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan sumber-sumber informasi”.

Menurut Soeatminah (1992 : 71) menyatakan bahwa, “pengadaan bahan pustaka adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi suatu perpustakaan. Koleksi yang diadakan oleh perpustakaan hendaknya relevan dengan minat dan kebutuhan, lengkap dan terbitan mutakhir, agar tidak mengecewakan masyarakat yang dilayani”.

Sedangkan menurut Yusuf dan Suhendar (2010 : 25) pengadaan bahan pustaka meliputi 2 (dua) rangkaian kegiatan pengadaan bahan atau koleksi di perpustakaan sekolah yaitu :

1. Kegiatan pemilihan koleksi, kegiatan mengidentifikasi koleksi-koleksi yang akan dipilih untuk dijadikan koleksi perpustakaan sekolah

2. Cara atau teknik pengadaannya, kegiatan rutin yang dilakukan oleh petugas atau pustakawan sekolah dengan cara-cara seperti pembelian, hadiah, atau sumbangan, swadaya masyarakat setempat, tukar-menukar dengan perpustakaan lain yang sejenis dengan prosedur masing-masing dan sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya. Dari uraian pengadaan bahan pustaka yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengadaan bahan pustaka adalah rangkaian kegiatan untuk menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang sekaligus berdasarkan peraturan kebijakan pengadaan bahan pustaka sehingga dapat memenuhi bahan pustaka yang diminati para penggunanya.

2.8. Pengadaan Bahan Pustaka

2.8.1. Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Pembelian

Pembelian merupakan cara pengadaan koleksi yang dilakukan dengan cara membeli koleksi perpustakaan dengan menggunakan anggaran yang dimiliki sekolah. Untuk itu pihak sekolah perlu mengalokasikan dana khusus untuk pembelian koleksi perpustakaan. Setidaknya ada 5% dari total anggaran sekolah yang dapat dialokasikan untuk kegiatan pengelolaan perpustakaan sekolah diluar dari belanja pegawai dan pemeliharaan serta perawatan gedung (SNI : 2009).

Pembelian bahan bahan pustaka/buku dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain yaitu :

1. Pembelian buku melalui toko buku

Pembelian buku melalui toko buku secara langsung dilakukan oleh perpustakaan yang mempunyai jumlah dana pembelian relatif kecil, baik yang berasal dari sumber dana sendiri maupun sumber dana lain yang tidak mempunyai persyaratan pengadaan yang khusus.

2. Pembelian buku melalui penerbit

Pembelian buku melalui penerbit dilakukan secara langsung biasanya judul-judul yang dibutuhkan benar-benar dikeluarkan oleh penerbit. Sebagai contoh, bila ada sekumpulan judul buku yang diterbitkan oleh penerbit PT. Gramedia, maka pengadaannya dapat dilakukan langsung pada penerbit.

3. Pembelian buku melalui agen buku

Pembelian buku melalui agen buku dilakukan dengan memperoleh buku-buku dari penerbit dengan potongan harga, dan menyimpannya dalam gudang yang besar. Kemudian menjualnya kepada toko buku dan perpustakaan. Agen buku memberikan pelayanan yang efisien dan cepat. ( Yulia, 1993 : 45)

2.8.2. Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Hadiah

Pembinaan koleksi juga dilakukan dengan mengajukan permintaan hadiah kepada pihak lain (lembaga pemerintah, lembaga ilmiah, perwakilan negara sahabat) baik di dalam maupun di luar negeri. Meskipun perpustakaan tidak boleh terlalu mengandalkan cara ini, ada baiknya juga untuk memanfaatkannya terutama untuk publikasi yang tidak dijual untuk umum.

1. Hadiah atas permintaan

a. Perpustakaan menyusun daftar bahan pustaka yang akan diajukan kepada pihak lain

b. Daftar dikirimkan kepada alamat yang dituju disertai surat pengantar yang antara lain menjelaskan kegunaannya

c. Apabila pihak lain itu telah mengirimkannya, petugas perpustakaan harus mencocokkannya dengan surat pengantarnya

d. Perpustakaan mengirim surat ucapan terima kasih dan memberitahukan apakah kiriman yang diterima sesuai dengan surat pengantarnya

e. Selanjutnya bahan diproses seperti biasa 2. Hadiah tidak atas permintaan

Ada kalanya perpustakaan menerima hadiah tanpa terlebih dahulu mengajukan permintaan dan biasanya pihak yang memberi hadiah adalah lembaga yang telah pernah dihubungi sebelumnya (Darmono, 2001 : 68)

Sedangkan menurut Lasa (2007 : 63), untuk memperoleh hadiah atau sumbangan, perpustakaan harus aktif memperkenalkan diri dan mencari peluang untuk bisa memperoleh hadiah.

2.8.3. Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Pertukaran

Salah satu cara perpustakaan dalam memperoleh bahan pustaka adalah melalui tukar menukar dengan instansi lain atau dengan perpustakaan lain.

Menurut Darmono (2001 : 67) agar dapat berjalan dengan baik maka tukar menukar bahan pustaka perlu memperhatikan aspek-aspek berikut ini :

1. Apabila perpustakaan memiliki sejumlah buku yang tidak diperlukan lagi, atau jumlah eksemplar yang terlalu banyak maka perpustakaan dapat menawarkannya kepada perpustakaan lain untuk ditukarkan

2. Sebelum ditawarkan, setiap bahan harus ditarik dari peredaran sesuai dengan peraturan yang berlaku dan melalui prosedur yang telah ditetapkan dan dinyatakan dikeluarkan dari inventaris perpustakaan

3. Perpustakaan menyusun daftar penawaran menurut abjad pengarang, dan judul (untuk buku) dan untuk majalah adalah judul, tahun dan nomor terbitan

4. Perpustakaan mengirimkan penawaran kepada sejumlah perpustakaan lain yang diperkirakan memerlukannya dan telah menjalin kerjasama untuk mengadakan tukar menukar bahan pustaka

5. Perpustakaan penerima menyesuaikan daftar tawaran dengan keperluannya sendiri dan syarat-syarat yang diajukan serta kebijaksanaan perpustakaannya sendiri (peraturan perpustakaan)

6. Perpustakaan penerima memilih bahan yang diperlukannya dan menyusun daftar yang akan ditawarkan sebagai bahan penukar

7. Apabila kedua perpustakaan telah sepakat maka tukar menukar dapat dilaksanakan 8. Setelah kedua perpustakaan ini menerima bahan yang ditukarkan, maka

masing-masing mengolahnya sesuai tata laksana inventarisasi

Menurut Soeatminah (1992 : 73) menyatakan bahwa, “tukar menukar bahan pustaka dapat dilakukan apabila perpustakaan memiliki sejumlah bahan pustaka yang tidak diperlukan lagi atau memiliki jumlah eksemplar yang terlalu banyak dan ingin ditukarkan dengan perpustakaan lain”.

Sedangkan menurut Yulia (1993 : 56) pertukaran bahan pustaka antar perpustakaan mempunyai beberapa tujuan antara lain :

1. Untuk memperoleh buku-buku tertentu yang tidak dapat dibeli di toko buku

2. Sistem pertukaran memberi jalan bagi perpustakaan untuk membuang buku-buku duplikat dan hadiah yang tidak sesuai

3. Pertukaran mengembangkan kerjasama yang baik antar perpustakaan, khususnya pada tingkat internasional

2.8.4. Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Penerbitan Sendiri

Menurut buku Pedoman Pembinaan Koleksi dan Pengetahuan Literatur (1998 : 19) penerbitan sendiri mencakup :

a. Perpustakaan hendaknya dijadikan pusat penyimpanan (depository) semua penerbitan lembaga dan perpustakaan dapat ditunjuk sebagai penyalur dari semua penerbitan lembaga yang bersangkutan

2. Penerbitan oleh perpustakaan sendiri seperti daftar tambahan koleksi bulletin, manual bibliografi, dan lain-lain

Penambahan koleksi perpustakaan dengan penerbitan sendiri dapat dilakukan perpustakaan dengan cara menerbitkan terbitan berseri (bulletin), pamphlet, jurnal, indeks, ataupun bibliografi perpustakaan. Dengan adanya penerbitan sendiri pada suatu perpustakaan, maka akan dapat menambah jumlah koleksi perpustakaannya.

2.8.5. Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Titipan

Langkah-langkah penerimaan bahan pustaka dengan cara titipan menurut Soeatminah, (1992 : 74) adalah sebagai berikut :

1. Pustaka beserta daftarnya diterima, kemudian dicocokkan dan apabila sudah cocok, pustaka dapat langsung diinventaris dan diproses sampai dapat dipinjamkan.

2. Perpustakaan dan penitip menandatangani surat serah terima yang dilengkapi dengan keterangan, seperti:

a. Pustaka sesuai dengan daftar terlampir dititipkan pada perpustakaan selama jangka waktu ...x...tahun

b. Pustaka boleh dipinjamkan kepada masyarakat pemakai, maka boleh diperlakukan sama dengan koleksi yang lain

c. Perpustakaan akan memelihara dan merawat pustaka sebaik-baiknya seperti koleksi yang sama

d. Apabila ada pustaka rusak, perpustakaan akan memperbaiki. Tetapi apabila hilang, perpustakaan tidak menggantinya

e. Setelah ketentuan itu disepakati bersama, maka kedua belah pihak menandatanganinya dan masing-masing menyimpan 1 dokumen serah terima

Suatu Perpustakaan dapat juga menambah jumlah koleksinya dengan cara menerima titipan dari lembaga ataupun perorangan. Dalam hal penitipan bahan pustaka, harus ada kesepakatan antara pihak yang menitip dengan pihak perpustakaan. Bahan pustaka yang dititip hendaknya harus sesuai dengan kubutuhan pengguna perpustakaan. Bahan pustaka yang dititipkan harus memiliki jangka waktu yang lama. Misalnya 5 tahun atau lebih agar tidak merugikan perpustakaan yang dititipi karena besarnya biaya untuk memperosesnya.

Dokumen terkait