• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Pengaruh Mediasi (indirect effect)

4.3. Pembahasan

4.3.7. Self Esteem Berpengaruh Negatif terhadap Premature

Hipotesis tujuh (H7) menyatakan bahwa self esteem berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit procedures dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan hasil uji resampling bootstrapping diperoleh parameter koefisien sebesar -0.399 dengan nilai t-statistic sebesar 3,023 Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel self esteem berpengaruh signifikan terhadap premature sign off audit procedures dikarenakan besarnya t-stastistic > t-tabel untuk signifikansi 5% yaitu 1,96. Selain itu jika dilihat dari nilai parameter koefisien pada variabel self esteem yang bernilai negatif menunjukkan bahwa self esteem berpengaruh negatif dan signifikan terhadap premature sign off audit procedures.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori atribusi Harold Kelley (1980) yang menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan perilaku seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Penyebab internal mengacu pada aspek perilaku individual, sesuatu yang ada dalam diri seseorang seperti sifat pribadi, persepsi diri, kemampuan, motivasi. Sedangkan penyebab eksternal mengacu pada lingkungan yang mempengaruhi perilaku, seperti kondisi sosial, nilai sosial, dan pandangan masyarakat. Menurut Weningtyas, dkk (2006) menyimpulkan bahwa variabel self esteem merupakan salah satu faktor internal yang dapat

mempengaruhi tindakan premature sign off audit procedures. Alasan logis diterimanya hipotesis tersebut adalah asumsi yang dikemukakan oleh Coopersmith (1967) yang mengatakan bahwa individu dengan self esteem tinggi memiliki suatu bentuk mekanisme pertahanan diri tertentu yang memberikan individu tersebut kepercayaan diri pada penilaian dan kemampuan dirinya, serta meningkatkan perasaan mampu untuk menghadapi situasi yang menyulitkan. Sehingga individu dengan self esteem tinggi memiliki kecenderungan untuk tidak melakukan premature sign off audit procedures.

Hubungan yang signifikan antara self esteem dengan premature sign off audit procedures dapat dianalisis dengan melihat dari analisis deskriptif hasil jawaban responden. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat berdasarkan frekuesinya kecenderungan auditor mentoleransi perilaku premature sign off audit procedures adalah Sangat Rendah (SR) yaitu sebanyak 35 (48,6%) responden. Hal yang serupa terlihat pada variabel self esteem dengan frekuensi pada kategori yang berlawanan yaitu Sangat Tinggi (ST) terdapat 27 (37,5%) responden. Kemudian jika dilihat dari frekuensi pada kategori Sangat Tinggi (ST) variabel premature sign off audit procedures hanya terdapat 7 (9,7%) responden, hal yang serupa terlihat pada variabel audit risk pada kategori Sangat Rendah (R) sebanyak 9 (12,5%) responden. Perbedaan yang tidak terlalu besar tersebut menjadikan pengaruh signifikan antara self esteem dengan premature sign off audit procedures logis dan dapat diterima.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fathir (2011) dimana hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh positif self esteem terhadap premature sign off audit procedures. Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan sebaliknya yaitu self esteem justru mempunyai pengaruh negatif terhadap premature sign off audit procedures.

4.3.8. Need for Achievement Berpengaruh Negatif terhadap Premature Sign off Audit Procedures

Hipotesis delapan (H8) menyatakan bahwa need for achievement berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit procedures dalam penelitian ini ditolak. Berdasarkan hasil uji resampling bootstrapping diperoleh parameter koefisien sebesar -0.038 dengan nilai t-statistic sebesar 0,330 Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel need for achievement tidak berpengaruh signifikan terhadap premature sign off audit procedures dikarenakan besarnya t-stastistic < t-tabel untuk signifikansi 5% yaitu 1,96. Selain itu jika dilihat dari nilai parameter koefisien pada variabel need for achievement yang bernilai negatif menunjukkan bahwa need for achievement berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit procedures akan tetapi nilai tersebut tidak signifikan.

Berdasarkan teori atribusi Harold Kelley (1980) menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan perilaku seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Penyebab internal mengacu pada aspek

perilaku individual, sesuatu yang ada dalam diri seseorang seperti sifat pribadi, persepsi diri, kemampuan, motivasi. Sedangkan penyebab eksternal mengacu pada lingkungan yang mempengaruhi perilaku, seperti kondisi sosial, nilai sosial, dan pandangan masyarakat. Menurut Weningtyas, dkk (2006) menyimpulkan bahwa variabel need for achievement merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi tindakan premature sign off audit procedures. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji kembali sebab berdasarkan penelitian ini need for achievement tidak berpengaruh signifikan terhadap premature sign off audit procedures.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori motivasi kebutuhan David McClelland (1961) yang mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis kebutuhan motivasi yaitu motivasi untuk mencapai prestasi (need for achievement / n-ach ), motivasi untuk mendapatkan kekuasaan / otoritas (need for power / n-pow), dan motivasi untuk berafiliasi (need for affiliation / n -affil). Motivasi untuk berprestasi (need for achievement) adalah motivasi atau hasrat seseorang untuk meraih prestasi dalam hidupnya, ini merupakan proses pembelajaran yang stabil yang mana kepuasan akan didapatkan dengan berjuang dan memenuhi level tertinggi untuk dapat menjadi ahli dalam bidang tertentu. Dengan kata lain motivasi untuk berprestasi merupakan tingkat dimana seseorang memiliki kemauan untuk menjadi sukses di bidangnya. Bagi mereka yang memiliki need for achievement tinggi cenderung menyukai pekerjaan yang menantang

dengan sasaran akhir yang masih dapat dicapai, karena apabila jalan yang mereka tempuh untuk mencapai kesuksesan memiliki risiko rendah, mereka akan menganggap bahwa itu bukanlah pencapaian kesuksesan yang sesungguhnya. Berdasarkan teori tersebut seharusnya individu dengan need for achievement tinggi memiliki kecenderungan untuk tidak melakukan premature sign off audit procedures dikarenakan lebih mengedepankan mutu / kualitas dalam setiap pekerjaannya, da n menyukai tantangan.

Hubungan yang tidak signifikan antara need for achievement dengan premature sign off audit procedures dapat dianalisis dengan melihat dari analisis deskriptif hasil jawaban responden. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat berdasarkan frekuesinya kecenderungan auditor mentoleransi perilaku premature sign off audit procedures pada kategori Sangat Tinggi (ST) yaitu sebanyak 7 (9,7%) responden. Hal yang berbeda terlihat pada variabel need for achievement dengan frekuensi pada kategori yang berlawanan yaitu Sangat Rendah (SR) yaitu sebanyak 0 (0,0%) responden. Artinya 7 (9,7%) responden tersebut meskipun cenderung mentoleransi sikap perilaku premature sign off audit procedures sangat tinggi tetapi tetap memiliki need for achievement yang tinggi pula. Hal tersebut kemungkinan yang menakibatkan tidak signifikannya pengaruh varibel need for achievement terhadap premature sign off audit procedures.

Hasil penelitian ini menolak hasil penelitian sebelumnya milik Almar’atus (2013) dan Kholidiah (2014). Yang mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara need for achievement dengan premature sign off audit procedures. Dimana pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh antara need for achievement dengan premature sign off audit procedures.

4.3.9. Organizational Commitment Berpengaruh terhadap Premature Sign off

Dokumen terkait