• Tidak ada hasil yang ditemukan

Self-Esteem

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 39-44)

4) Educational and Informative

2.7 Self-Esteem

2.6 Budaya Patriarki

Dalam buku Pengantar Gender dan Feminisme, Rokhmansyah (2013) mengungkapkan bahwa patriarki, berasal dari kata patriarkat, dan memiliki arti yaitu sebuah isu gender dimana sistem tersebut menempatkan laki-laki berada di posisi yang melebihi perempuan, memegang kekuasaan akan masyarakat, sentral, pusat kekuasaan, sehingga dapat mengontrol perempuan dari berbagai aspek kehidupan, seperti politik, budaya, ekonomi, keluarga dan hubungan, pendidikan, psikologi, dan lain-lain. Budaya ini menjadikan posisi perempuan dianggap lemah dan membatasi gerak perempuan salah satunya dalam pengambilan keputusan.

Dalam artikel oleh Sakina dan Siti (2017), budaya ini sudah terjadi sejak lampau, sehingga aspek historis dan budaya juga menempatkan perempuan sebagai pihak yang lemah dan tertunduk, dengan begitu menjadikan sistem ini yang bersifat patriarkat, bagi personal hingga pengaturan negara. Salah satunya pada jaman penjajahan di Indonesia dulu oleh Belanda maupun Jepang, perempuan dijadikan sebagai budak seks bagi tentara-tentara asing yang sedang bertugas, dan tidak boleh mengenyam pendidikan.

2.7 Self-Esteem

Menurut Coopersmith (1967), self-esteem merupakan cara bagaimana seseorang mengevaluasi dirinya lewat kebiasaan dan kepercayaan individu itu sendiri terhadap dirinya untuk menerima atau menolak akan kepercayaan terhadap kemampuannya, keberhargaan, kesuksesan dirinya.

Menurut Santrock (2003), definisi self-esteem adalah sebuah dimensi evaluative yang menyeluruh dari diri. Self-esteem juga berarti sebuah harga diri atau gambaran diri.

Menurut Brandent (2005), self-esteem juga merupakan pengalaman dengan kecocokan dengan dunia ini dan dengan persyaratan dari kehidupan yang lebih spesifik. Pada dasarnya dan mulanya, self-esteem adalah keyakinan dalam kemampuan untuk bertindak dan menghadapi tantangan hidup ini.

44

Perancangan UI/UX Aplikasi untuk Membangun Self-Esteem Perempuan Usia Dewasa Muda Akibat Budaya Patriarki, Monica Claudia, Universitas Multimedia Nusantara

2.7.1 Karakteristik Self-Esteem

Self-esteem memiliki dua karakter menurut Khalek (2016), yaitu karakter self-esteem tinggi dan karakter self-esteem rendah.

A Self-esteem tinggi

Karakter dari self-esteem tinggi adalah ketahanan yang kuat apabila dihadapkan kepada suatu masalah yang sulit, sehingga dapat menjadi lebih tangguh dalam menjalani hidup. Individu dengan karakter seperti ini dapat menerima berbagai situasi dari bahagia hingga buruk, menghadapi tantangan dalam hidup dengan lebih efektif, serta terbuka untuk berhubungan dengan individu lainnya untuk meningkatkan kelebihan dirinya. Karakter self-esteem ini juga dapat memoderasi efek yang ditimbulkan ketika individu tersebut mengalami suatu peristiwa buruk dalam hidupnya dan dapat melihat dari sisi positif yang dapat diambil dari peristiwa tersebut.

B Self-esteem rendah

Individu dengan karakter self-esteem rendah cenderung sering menderita akibat perasaan ketidakbergunaan, inferioritas, serta ketidakstabilan emosi, yang membuat individu ini tidak merasakan ketidakpuasan dalam menjalani hidupnya. Perasaan ini dapat membuat mereka melihat hidup dengan pandangan negatif yang menyebabkan mereka bertindak secara negatif terhadap berbagai hal dalam hidup termasuk dalam hubungannya dengan orang lain serta cara mereka menangani masalah yang muncul dalam hidup mereka. Individu dengan self-esteem rendah juga rentan terkena depresi dan sulit menyelesaikan masalah yang ada dengan efektif.

45

Perancangan UI/UX Aplikasi untuk Membangun Self-Esteem Perempuan Usia Dewasa Muda Akibat Budaya Patriarki, Monica Claudia, Universitas Multimedia Nusantara

2.7.2 Aspek-aspek dalam Self-Esteem

Menurut Coopersmith (1967), terdapat empat macam aspek dalam self-esteem, yaitu:

A Power

Power atau kekuatan menunjukkan kepada kemampuan seseorang dalam mengatur dan mengontrol tingkah lakunya dan mendapatkan pengakuan atas tingkah laku tersebut dari orang lain. Kekuatan dapat diartikan sebagai pengakuan dan penghormatan yang diterima seorang individu dari orang lain dan adanya kualitas atas pendapat yang diutarakan oleh individu tersebut sehingga diakui oleh orang lain.

B Significance

Significance atau keberartian menunjukkan pada kepedulian, perhatian, afeksi, dan ekspresi cinta yang diterima oleh suati individu dari orang lain dan menunjukkan adanya penerimaan dan popularitas individu itu sendiri dari lingkungan sosial. Penerimaan dari lingkungan ditandai dengan adanya kehangatan, respon yang baik dari lingkungan dan adanya ketertarikan lingkungan terhadap individu dan lingkungan menyukai individu tersebut sesuai dengan keadaan dirinya yang sesungguhnya.

C Virtue

Virtue atau kebajikkan menunjuk pada suatu ketaatan individu dalam mengikuti suatu standar moral dan etika serta agama dimana individu tersebut akan menjauhi tingkah laku yang harus di hindari dan melakukan tingkah laku yang diizinkan oleh standar moral, etika, dan agama tersebut. Individu dikatakan memiliki sikap yang positif dan akhirnya membuat penilaian positif terhadap diri sendiri yang artinya individu tersebut telah mengembangkan self-esteem yang positif pada dirinya sendiri.

46

Perancangan UI/UX Aplikasi untuk Membangun Self-Esteem Perempuan Usia Dewasa Muda Akibat Budaya Patriarki, Monica Claudia, Universitas Multimedia Nusantara

D Competence

Competence atau kemampuan menunjuk pada suatu performasi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai suatu prestasi (need of achievement), dimana level dan tugas tersebut bergantung pada variasi usia seseorang. Self-esteem pada kalangan remaja meningkat menjadi lebih tinggi jika remaja mengetahui apa tugas-tugas yang penting untuk mencapai tujuannya, dan karena mereka telah melakukan tugasnya tersebut atau tugas lain yang serupa.

Selain itu, menurut Rosenberg (1965), juga terdapat 3 aspek dalam self-esteem, yaitu:

A Physical Self-esteem

Dalam aspek ini, berhubungan dengan kondisi fisik yang dimiliki oleh seorang individu. Aspek ini menandakan dimana apakah seorang individu tersebut dapat menerima keadaan fisiknya atau terdapat beberapa bagian dari fisik individu tersebut yang ingin diubah.

B Social Self-esteem

Dalam aspek ini, berhubungan dengan kemampuan individu dalam bersosialisasi dengan individu lainnya. Aspek ini menandakan dimana apakah seorang individu membatasi orang lain untuk menjadi teman atau menerima berbagai macam orang sebagai teman. Selain itu, aspek ini juga mengukur kemampuan individu dalam berkomunikasi dengan individu lainnya dalam lingkungannya.

C Performance Self-esteem

Dalam aspek ini, berhubungan dengan kemampuan individu dalam prestasi dan tampilan. Aspek ini menandakan apakah seorang individu puas dan merasa percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki oleh individu tersebut atau tidak.

47

Perancangan UI/UX Aplikasi untuk Membangun Self-Esteem Perempuan Usia Dewasa Muda Akibat Budaya Patriarki, Monica Claudia, Universitas Multimedia Nusantara

2.7.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Esteem

Mruk (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan self-esteem yang rendah maupun tinggi pada satu individu, yaitu:

A Parental

Orang tua dalam menjaga dan mendidik anak sedari lahir memegang peran penting dalam tumbuh kembang self-esteem anaknya. Kehangatan, semangat, dan penghormatan yang diberikan oleh orang tua dapat membantu membentuk perkembangan self-esteem anak sepanjang perjalanan hidupnya.

B Gender

Tidak dapat dipungkiri bahwa peran gender juga berpengaruh besar terhadap self-esteem yang dimiliki individu. Jika digeneralisir maka dapat dikatakan bahwa perempuan dalam lingkungan sosial cenderung memiliki self-esteem yang dipengaruhi oleh perasaan kelayakan akan dirinya yang diterima atau ditolak oleh orang-orang di sekitarnya, sedangkan self-esteem pria lebih dipengaruhi oleh kompetensi dirinya di mana dirinya berhasil sukses atau gagal sebagai satu individu atau dalam hal yang dilakukannya.

C Racial, Ethnic, and Economic

Faktor seperti ras, etnis, dan ekonomi satu individu dapat mempengaruhi tumbuh kembang self-esteemnya. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Twenge dan Crocker (2002), apabila self-esteem diukur berdasarkan ke-3 hal tersebut, individu yang memiliki self-esteem tertinggi adalah mereka yang berkulit hitam dan yang terendah mereka yang berasal dari Asia. Hal ini dikarenakan mereka yang berkulit hitam cenderung memprioritaskan diri secara individual dalam suatu lingkungan.

48

Perancangan UI/UX Aplikasi untuk Membangun Self-Esteem Perempuan Usia Dewasa Muda Akibat Budaya Patriarki, Monica Claudia, Universitas Multimedia Nusantara

D Culture

Faktor kultur juga turut mempengaruhi self-esteem karena berperan besar dalam berbagai hal dalam hidup suatu individu. Contoh pengaruh kultur dapat dilihat dalam lingkungan pekerjaan seperti adanya kultur di mana setiap pekerjanya cenderung lebih individualistik, kemudian ada pula mereka yang mementingkan kemandirian setiap individu dalam menangani pekerjaan sesuai dengan peran mereka dalam lingkungan pekerjaan itu sendiri.

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 39-44)

Dokumen terkait