semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri di definisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbagun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain..
Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajarai sederatan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa,
31
(http://ThisIsVIPPersonelStanley.htm), Loc. cit. 32
34 seluruh kebudayaan sebagai tanda. Van Zoest mengartikan semiotic sebagai ilmu “ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengan dan cara befungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya”. 33
Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memilki unit dasar yang disebut dengan tanda. Dengan demikian semiotik mempelajarai hakikat keberadaan suatu tanda. 34
Preminger (2001:8) mengatakan bahwa semiotic adalah ilmu tentang tanda-tanda.Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Menurut Eco, ada sembilan belas bidang yang bisa dipertimbangkan sebagai bahan kajian untuk semiotik, yaitu semiotik binatang, semiotik tanda-tanda bauan, komunikasi rabaan, kode-kode cecapan, paralinguistik, semiotik medis, kinesik dan proksemik, kode-kode
musik, bahasa yang diformalkan, bahasa tertulis, alfabet tak dikenal, kode rahasia, bahasa alam, komunikasi visual, sistem objek, dan sebagainya.
Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonsrtruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial. Hal ini dianggap sebagai pendapat
33
Sobur, Alex.Ibid, Hal 95-96 34
35 yang cukup membentuk persepsi manusia, lebih sekedar merefleksikan realitas yang ada. 35
Metode analisis semiotik, berfokus pada tanda, kajian tanda pertama kali dipopulerkan oleh Ferdinand De Saussure memberikan banyak teori dasar selama tiga decade. Awal 1960-an beberapa intlelktual Eropa mulai menerapkan semiotika untuk diskusi budaya populer. Kemudian, banyak tokoh yang ikut menyumbangkan pikiran tentang tanda diantaranya yang populer diantaranya Charles Sander Pierce dan Roland Barthes.
1. Ferdinand De Saussure dan Tanda
Saussure sangat tertarik dengan bahasa atau linguistic, dia lebih memperhatikan cara tanda-tanda (dalam kata-kata). Saussure lebih mengfokuskan tanda itu sendiri, dengan segala konsepnya yng berkisar pada dikotomi-dikotomi tertentu, yakni ‘language dan parole’ dan ‘sintagmatik dan paragmatik’ serta ‘penanda dan
petanda’.
Bagi Saussure tanda merupakan objek fisik dengan sebuah makna atau untuk menggunakan istilahnya sebuah tanda terdiri atas penanda dan petanda. Penanda adalah citra tanda seperti yang kita persepsi; tulisan diatas kertas atau suara di udara. Penanda adalah konsep mental ini secara luas sama pada semua anggota kebudayaan yang sama menggunakan bahasa yang sama.36
35
Ibid. , Hal 87 36
36 Semiotika yang sebagaimana dijelaskan oleh Ferdinad d. Saussure adalah ilmu yang mempelajari peran tanda (sign) sebagai bagian dari kehidupan sosial” semiotika ilmu yang mempelajari struktur, jenis, tipologi, serta relasi-relasi tanda dalam penggunaanya di masyarakat. Oleh sebab itu, semiotika mempelajari relasi diantara komponen-komponen tersebut dengan masyarakat penggunanya.
Semiotika merupakan cabang keilmuan yang
memperlihatkan pengaruh semakin pentingnya sejak empat decade lalu, tidak saja sebagai metode kajian (decoding) akan tetapi metode penciptaan (encoding). Semiotika berkembang menjadi sebuah model atau paradigma bagi berbagai keilmuan yang sangat yang luas menciptakan cabang-cabang semiotika khusus.
Di dalam bidang desain misalnya, khususnya semiotika digunakan sebagai sebuah paradigma baik pembacaan (reading)
maupaun penciptaan (creating) disebabkan oleh adanya kecenderungan akhir-akhir ini wacana desain untuk melihat objek-objek desain sebagai fenomena bahasa , yang didalamnya terdapat tanda (sign), pesan yang disampaikan (message)aturan atau kode yang mengatur (code) serta orang-orang yang terlibat dalam subjek bahasa audience, pembaca atau pendengar).
Analisis atas tanda yang memunculkan pertandaan, menghubungkan penandaan dengan realitas sosial.hubungan penanda dan pertanda dan satu tanda dengan tanda-tanda yang lain
37 dan tanda –tanda itu dirumuskan dengan dua cara pengorganisasian terhadap kode:
a. Paradigmatic, merupakn sekumpulan tanda dari dalamnya
dipilih satu untuk digunakan. Suatu missal kumpulan rambu-rambu lalu lintas antara lain meliputi persegi, lingkaran dan segitiga merupakan bentuk-bentuk paradigma dengan paradigma seumpulan symbol dapat bekerja didalamnya.
b. Sintagmatic, merupakan pesan yang dibangun dari panduan
tanda-tanda yang dipilh, sebagai contoh rambu lalu lintas adalah sintagma yaitu dari bentuk-bentuk pilihan dengan symbol pilihan. Di dalam semiotic, sintagmatic digunakan untuk menginterpretasikan teks (tanda)berdasarkan urutan kejadian peristiwa yang memberikan makna atau atau bagaiman peristiwa mengeneralisasikan makna.37
Selain model semiotika tersebut, C.S. Morris menjelaskan
tiga dimensi dalam analisis semiotic, yakni dimensi sintaktik, semantik dan paradigmatik. Yang ketiganya saling berkaitan dengan lainnya. Sintaktik berkaitan dengan studi mengenai tanda itu sendirisecar individual maupun kombinasinya. Khusunya analisia yang bersifat deskriptif mengenai tanda dan kombinasinya.
Sematik adalah studi mengenai relasi antar tanda dan signifikasnya
atau maknanya. Dalam konteks semiotika structural, semantic dianggap merupakan bagian dari semiotika. Paradigmatic adalah
37
38 studi mengenai relasi antara tanda dan pengunaanya (interpreter), khusunya yang berkaitan dengan penggunaan tanda secara kongkrit dalam berbagai peristiwa (discourse) serta efek dan dampaknya terhadap penggunaanya.38
Saussure sangat tertarik pada relasi signifier dengan
signified dan satu tanda dengan tanda – tanda yang lain. Minat
Saussure signifier dan signified telah berkembang menjadi perhatian utama dalam kajian semiotika Eropa. Saussure sendiri memusatkan perhatian untuk mengartikulasikan teori linguistic dan membuatnya semata-mata mendalami bidang studi yang mungkin dia sebut sebagi semiologi. Saussure membagi tanda sendiri atas signifier dan signified.
Gambar 1.1.
Sign
Signifier dan Signified (realitas eksternal) (keberadaan fisik tanda) (konsep mental mengenai tanda) Elemen makna Saussure
Signifier (penanda) adalah bunyi atau coretan yang
bermakna, sedangkan signified (pertanda) adalah gambaran mental atau konsep suatu dari signifier (penanda). Hubungan antara keberadaan fisik atau konsep mental tanda tersebut dinamakan
38
39
signification. Dengan kata lain signification sebagi upaya memberi
makna terhadap dunia.39 Menurut pendekatan semiotik (yang merupakan bagian dari paradigma kritis), sebuah peristiwa tidak dapat menujukkan signifity dirinya sendiri. Untuk dapat dipahami oleh manusia, maka harus dijadikan sebuah simbolis. Komunikator mempunyai pilihan-pilihan akan kode atau symbol dalam mempresentasikan sebuah peristiwa. Pilihan tersebut akan mempengaruhi makna peristiwa bagi penerima. Setiap pilihan atas symbol yang digunakan adalah pilihan atas ideologi. Terdapat tiga hal penting dalam sebuah sistem tanda: 40
a. Tanda itu sendiri (sign). Hal yang berkaitan dengan macam-macam tanda yang berbeda, tanda adalah buatan manusia dan hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang mempergunakannya.
b. Kode (codes), atau sistem lambang-lambang yang disusun,
studi ini meliputi bagaimana bermacam-macam kode yang berbeda dibangun untuk mepertemukan dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan.
c. Kebudayaan dari lambang dan kode itu beroperasi.
2. Charles S. Pierce dan Tanda
Semiotika Pierce mengkelompokkan tanda menjadi tiga jenis yaitu indeks, icon dan symbol. Index adalah ungkapan tada
39
Ibid, Hal 66 40
40 atau representasi suatu objek akibat hubungan dinamis antara objek yang diterima secara fisik dan mempengaruhi perasaan atau ingatan seseorang dalam pembentukan persepsinya. Icon adalah ungkapan “tanda” suatu objek berdasarkan persepsi imajinatif yang mengakitkan objek tersebut dengan objek yang lain yang belum tentu ada. Sedangkan symbol adalah ungkapan “tanda” suatu objek berdasarkan konsep tertentu, biasanya asosiasi terhadap suatu gagasan umum.
Semiotik tidak hanya sebatas sebagai kerangka teori, namun sekaligus sebagai metode analisis. Seperti segitiga makna (Triangle
Meaning) milik Pierce yang terdiri atas sign (tanda), objek dan
interpretant, yang digambarkan sebagi berikut:
Gambar 1.2. Tanda
Interpretant Objek
Unsur Makna Pierce
Panah dua arah menekankan bahwa masing-masing istilah dapat dipahami hanya dalam relasinya dengan yang lain,. Sebuah tanda mengacu pada sesuatu di luar dirinya sendiri-objek dan dan dapat dipahami oleh seseorang, dan ini memilki efek di benak penggunanya-interpretant.41
41
41
3. Roland Barthes dan Tanda
Roland Barthes sangat popular seiring dengan semakin seringnya semiotik dipergunakan dalam disiplin ilmu. Dia merupakan tokoh semiotika komunikasi strukturalisme Ferdinad de Saussure. Semiotika strukturalis lebih menekankan pada linguistik.
Menurut Shklovsky “ Karya seni adalah karya-karya yang diciptakan melalui teknik-teknik khas dirancang sedemikian rupa sehingga karya yang seartistik mungkiprn” . sedangkan pendekatan karya strukturalis memberikan perhatian terhadap kode-kode yang digunakan untuk menyusun makna. Strukturalisme merupakan suatu pendekatan yang secara khusus memperhatikan struktur karya sastra atau seni. Fenomena kesastraan dan estetika di dekati sebagai sistem tanda-tanda.
Roland Barthes mengemukakan gagasan yang dikenal sebagai “order of signification”, yang terdiri dari maka denotasi
(makna sesungguhnya yang sesuai dengan kamus dan realitas), serta makna konotasi (makna ganda yang muncul dari pengalaman secara personal dan kultural). Inilah yang membedakan teori Barthes dengan Saussure, dimana Barthes ingin menunjukkan bahwa adanya interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan cultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Teori ini berdasar pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa
42 saja dimaknai secara berbeda oleh orang yang berbeda situasi dan kondisinya. Gambar 1.3. 1. Signifier (penanda) 2. Signified (petanda) 3. Denotative sign (tanda denotatif) 4. Connotative Signifier (penanda konotatif) 5. Connotative Signified (petanda konotatif) 6. Connotative Sign (tanda konotatif)
Sumber: Drs. Alex Sobur M.Si, 2004, Semiotika Komunikasi, Remaja Rosda
Karya, 69
Dari peta diatas terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2).Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotative adalah juga penanda konotatif (4). Denagn kata lain, hal tersebutmerupakan unsur material. Hanya suka mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan dan keberanian menjadi mungkin.42