• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semut Jepang (ulomoides dermestoides)

HASIL DAN PEMBAHASAN

6. Semut Jepang (ulomoides dermestoides)

Masyarakat Juwana tidak asing dengan hewan yang bernama semut Jepang.

Semut Jepang merupakan salah satu jenis hewan yang biasa dimanfaatkan sebagai

obat oleh masyarakat Juwana. Mengkonsumsi semut jepang sebagai obat pernah

dilakukan oleh Bapak Wasiman (55 tahun) dan Bapak Sudarto (62 tahun).

Ciri-ciri semut jepang yang dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat

Juwana diungkapkan oleh Bapak Sudarto (62 tahun). Berikut pernyataannya:

“Yo cilik koyok walang sangit gus, wernane ireng, ora koyok semut tapi malah koyok wawung tapi cuilik ngono lho, wong sak durunge gede yo dadi uler sek, koyok uler hongkong pakan manuk iku, tapi ukurane iku cuilik tenan, ngko nek wes gede dadi koyok kepompong terus metune yo koyo wawung iku mou, malah koyok jenis kumbang daripada semut”.

“Ya kecil seperti walang sangit gus, warnanya hitam, tidak seperti semut tapi malah seperti kumbang tapi kecil banget gitu loh, orang sebelum besar ya jadi ulet dulu, seperti ulet hongkong makanan burung itu, tapi ukurannya itu kecil sekali, nanti kalau sudah besar jadi seperti kepompong terus keluarnya ya seperti kumbang itu tadi, malah seperti jenis kumbang daripada semut” (wawancara dengan Bapak Sudarto pada tanggal 4 November 2019).

Bapak Sudarto mengungkapkan bahwa bentuk dari semut jepang lebih menyerupai

kumbang daripada semut. Selain bentuknya yang lebih menyerupai kumbang alur

159

menetas menjadi larva, kemudian kepompong dan keluar menjadi semut jepang

dewasa.

Gambar 4.14 Hewan Semut Jepang Sumber: Dokumentasi Pribadi

Cara untuk memperoleh semut jepang antara Bapak Sudarto (62 tahun)

dengan Bapak Wasiman (55 tahun) berbeda. Bapak Sudarto memperoleh semut

jepang dengan cara membeli kemudian diternakan sendiri. Berikut pernyataannya:

“Iku lho gus, awale kan njagong karo kancaku sg bengkelno motor nek bengkel, biasa nek omongane wong tuo iku mesti bahase nek ora masalah kerjaan yo masalah penyakit, lhah ndekne iku nduwe penyakit gulo kembar aku, biasa penyakite wong tuo yo nek ora darah tinggi yo gulo iku nek ora malah loro-lorone, lhah jarene iku semut jepang iso nggo menstabilkan gula darah, ndekne iku yo wes nguntal semut jepang iku wes suwe, jarene lumayan kepenak. Terus aku yo penasaran akhire pengen njajal, aku ditawani yo terus tak tuku, larang kok gus ndisek iku, seketewu iku entuk sak pasang, lhah aku tuku rung pasang terus tak ingoni nganti akeh lagi tak untali. Gampang ingon-ingonane gus, karek mbok deleh nek toples dikekki kapas terus dipakani ragi tape, dienteni yo manak-manak dewe”.

160

“Itu lho gus, awalnya kan ngobrol sama teman saya yang membengkelkan motornya di bengkel saya. Biasa kalau obrolannya orang tua itu pasti yang dibahas kalau tidak masalah kerjaan ya masalah penyakit, lha dia itu punya penyakit yang sama dengan saya, biasa penyakitnya orang tua ya kalau tidak darah tinggi ya diabetes itu, kalau tidak ya dua-duanya, dia itu ya sudah minum semut Jepang bisa buat menstabilkan gula darah, dia itu minum semut Jepang ya sudah lama, katanya ya lumayan enak. Terus saya ya penasaran akhirnya pengen nyoba, saya ditawari ya terus saya beli, mahal kok gus dulu itu, lima puluh ribu itu dapat satu pasang, lha saya beli dua pasang kemudian tak ternak sampai jadi banyak baru tak minum. Mudah perawatannya gus, hanya kamu taruh toples dikasih kapas terus dikasih makan ragi tape, ditunggu nanti ya beranak sendiri” (wawancara dengan Bapak Sudarto pada tanggal 4 November 2019).

Bapak Sudarto mengungkapkan bahwa pada waktu dulu pertama kali mengenal

semut Jepang adalah melalui temannya. Seorang teman tersebut menuturkan

pengalamannya mengkonsumsi semut Jepang untuk mengobati penyakit diabetes

militus yang dideritanya. Setelah mengkonsumsi semut Jepang dalam beberapa

waktu dirasakan ada efek positif yang ditimbulkan. Oleh karena itu Bapak Sudarto

tertarik untuk mencobanya. Bapak Sudarto tersebut memiliki riwayat penyakit yang

sama, yaitu diabetes militus. Pada akhirnya ikut mencoba dengan membeli semut

Jepang dua pasang dengan harga satu pasangnya sebesar lima puluh ribu rupiah.

Semut Jepang tersebut tidak langsung dikonsumsi, melainkan diternakan terlebih

dahulu supaya menjadi banyak dan tidak perlu membeli lagi. Cara berternak yang

dilakukan oleh Bapak Sudarto dengan cara menaruh semut jepang di dalam toples

yang berisi kapas, kemudian diberi makan ragi tape. Lama-kelamaan semut jepang

akan berkembangbiak secara sendirinya.

Kemudian Bapak Wasiman (55 tahun) memperoleh semut jepang dari

pemberian tetangga dan kemudian semut jepang tersebut diternakan sendiri.

161

“Dari tetangga, dikasih oleh tetangga, pak darto tetangga sebelah, dikasih lima biji saya pelihara menjadi banyak sekali tiap hari saya minum”

(wawancara dengan Bapak Wasiman pada tanggal 15 Juli 2019).

Bapak Wasiman mengungkapkan bahwa memperoleh semut jepang berawal dari

pemberian tetangga sebanyak 5 ekor. Semut jepang 5 ekor tersebut kemudian

diternakannya sampai dengan menjadi banyak. Pada saat semut jepang sudah

menjadi banyak baru semut tersebut dikonsumsi setiap hari.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Wasiman (55 tahun) dan

Bapak Sudarto (62 tahun) bahwa semut jepang biasa dimanfaatkan untuk

mengobati penyakit diabetes. Fungsi semut jepang dalam proses pengobatan

penyakit diabetes yaitu semut jepang berperan untuk menstabilkan kandungan gula

darah di dalam tubuh. Bagian tubuh semut jepang yang dikonsumsi sebagai obat

adalah seluruh tubuh. Pemanfaatan hewan semut jepang untuk mengobati penyakit

diabetes juga dilaporkan pada masyarakat Desa Kalipelus Kecamatan Purwanegara

(Prastikawati dan Husain, 2019).

Bapak Wasiman (55 tahun) dan Bapak Sudarto (62 tahun) mengungkapkan

bahwa cara mengkonsumsi semut jepang adalah dengan menelannya. Sebelum

ditelan, semut jepang biasa dimasukan ke dalam kapsul terlebih dahulu. Hal ini

untuk mempermudah dalam hal mengkonsumsi semut jepang tersebut. Menelan

semut jepang dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari setelah makan layaknya

meminum obat-obatan pada umumnya. Untuk dosisnya Bapak Wasiman (55 tahun)

dan Bapak Sudarto (62 tahun) sekali minum sebanyak 3 ekor semut jepang.

Efek kesembuhan setelah mengkonsumsi semut jepang kurang bisa

162

mengungkapkan bahwa sudah pernah mengkonsumsi semut jepang selama lebih

dari satu tahun, namun efek kesembuhan tidak kunjung dirasakan. Oleh karena itu

Bapak Wasiman (55 tahun) dan Bapak Sudarto (62 tahun) memutuskan untuk

berhenti mengkonsumsi semut jepang.