TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR 2.1 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
2. Penelitian Etnozootherapy
2.2 Landasan Teori
2.2.2 Sistem Medis Tradisional (Etnomedisin)
sosial. Sementara Sardjono (2010) mendefinisikan pengetahuan lokal sebagai
pengetahuan yang dimiliki atau dikuasai dan digunakan oleh suatu komunitas,
masyarakat, atau suku bangsa tertentu yang bersifat turun temurun dan berkembang
sesuai dengan perubahan lingkungan. Dengan demikian secara sederhana
pengetahuan lokal digambarkan sebagai pengetahuan yang menjadi bagian identitas
budaya atau spiritual dari suatu komunitas, masyarakat, atau suku bangsa tertentu
yang didapatkan secara turun temurun.
World Intellectual Property Organization atau WIPO (2013) memberikan
definisi pengetahuan lokal sebagai berikut:
“Knowledge, know-how, skills and practices that are developed, sustained and passed on from generation to generation within a community, often forming part of its cultural or spiritual identity”.
“Pengetahuan, bagaimana bisa tahu, keterampilan dan kebiasaan yang dilakukan, didukung dan diteruskan dari generasi ke generasi dalam masyarakat, sering kali membentuk bagian dari identitas budaya atau rohani”.
Pengetahuan lokal dapat diklasifikasikan menjadi pengetahuan pertanian
(agricultural knowledge), pengetahuan ilmiah (scientific knowledge), pengetahuan
lingkungan (ecological knowledge), pengetahuan obat-obatan termasuk di
dalamnya obat dan penyembuhan (medicines knowledge including related medicine
and remedies), pengetahuan terkait keanekaragaman hayati (biodiversity-related knowledge), ekpresi foklor di bidang musik, tari, lagu, kerajinan tangan,
unsur-unsur bahasa, dan benda budaya yang bergerak (WIPO, 2013).
2.2.2 Sistem Medis Tradisional (Etnomedisin)
Foster danAnderson (2006) mengemukakan bahwa “Sistem medis adalah
25
serta pengetahuan ilmiah maupun keterampilan anggota-anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut”. Dalam pengertian di atas mencakup keseluruhan dari
pengetahuan kesehatan, kepercayaan, keterampilan dan praktik-praktik para
anggota dari tiap kelompok. Sistem medis mencakup pula semua aktivitas klinik
dan non klinik, pranata-pranata formal dan informal serta segala aktivitas lain, yang
betapapun menyimpangnya, berpengaruh terhadap derajat kesehatan kelompok
tersebut dan meningkatkan berfungsinya masyarakat secara optimal. Pada
umumnya sistem medis dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu sistem medis
tradisional dan sistem medis modern. sistem medis modern merupakan sistem
medis yang dilandasi oleh rasionalitas, kajian ilmiah berdasarkan uji laboratorium,
sentuhan teknologi sangat terasa dan obat-obatannya berbahan dasar unsur kimia,
sedangkan sistem medis tradisional merupakan sistem medis yang tidak
menggunakan bahan-bahan kimia dan tidak menggunakan peralatan teknologi
modern atau masyarakat umum mengenalnya sebagai pengobatan alternatif karena
pada jaman sekarang menjadi pilihan kedua setelah sistem medis modern.
Kepustakaan antropologi mengistilahkan pengetahuan pengobatan tradisional
disebut sebagai etnomedisin (Foster dan Anderson, 2006).
Etnomedisin merupakan studi mengenai praktek medis tradisional yang
mencakup tentang asal mula penyakit, sebab-sebab dan cara pengobatan yang tidak
berasal dari medis modern, klasifikasi penyakit lebih dibatasi pada pengaruh
penyakit dan ditandai oleh variasi-variasi yang berbeda disetiap kebudayaan (Foster
dan Anderson, 2006). Foster dan Anderson (2006) mengemukakan bahwa
26
yang berasal dari rasa ingin tahu dan metode-metode penelitian yang digunakan
untuk menambah pengetahuan itu, menarik minat ahli-ahli antropologi, baik dari
alasan teoritis maupun alasan praktis. Di tingkat teoritis, kepercayaan-kepercayaan
medis dan pelaksanaannya merupakan unsur utama dalam tiap kebudayaan. Di
tingkat pelaksanaan, pengetahuan mengenai kepercayaan medis pribumi dan
pelaksanaan-pelaksanaannya penting untuk perencanaan program kesehatan dan
dalam pengadaan pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat
tradisional.
Joyomartono (dalam Wicaksono, 2011) mengemukakan bahwa etnomedisin
mengkaji pengobatan rakyat (folk medicine) klasifikasi penyakit yang berbeda,
terapi dan prevensi tradisional. Etnomedisin sendiri berarti kepercayaan dan
praktik-praktik berkaitan dengan penyakit yang merupakan hasil dari
perkembangan budaya asli dan yang secara eksplisit tidak berasal dari kerangka
konseptual kedokteran. Foster dan Anderson (2006) mengklasifikasikan sistem
medis dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu sistem teori penyakit dan sistem
perawatan kesehatan.
Foster dan Anderson (2006), mengungkapkan bahwa sistem teori penyakit
berisi sistem pengetahuan serta pemahaman maupun pemikiran seseorang yang
didasarkan dari ilmu pengetahuan, hal ini dapat dijadikan sebagai peninjauan dalam
menentukan sikap yang tepat dan benar dalam mengambil keputusan. Sistem teori
penyakit ini berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang maupun
sekelompok orang tentang kondisi sehat, penyebab timbulnya sakit serta
27
merupakan pengetahuan awal seorang individu untuk mengambil berbagai langkah
dalam proses perawatan kesehatan dalam menyembuhkan sakit.
Foster dan Anderson (2006), menjelaskan bahwa sistem perawatan
kesehatan lebih mengarah kepada langkah-langkah yang dilakukan seseorang
dalam upaya menyembuhkan sakit seperti dokter yang menyembuhkan pasiennya.
Hampir senada dengan Foster dan Anderson (2006), Joyomartono (dalam
Wicaksono 2011) mengemukakan bahwa sistem perawatan kesehatan mencakup
cara-cara yang dilakukan oleh penyembuh untuk merawat orang sakit, dan
menerapkan pengetahuan teori penyakit yang dimilikinya untuk menolong pasien.
Proses perawatan kesehatan ini didasarkan pula dengan pengetahuan serta
pemahaman seseorang baik itu pemahamannya tentang sakit, sebab-sebab sakit dan
proses pengobatan yang ditentukan dalam menyembuhkan sakit tersebut.
Pengetahuan tentang sistem medis dalam kehidupan masyarakat pada umumnya
amatlah luas, baik itu kajian mengenai pengobatan sistem medis maupun
pengobatan tradisional. Penyebab timbulnya berbagai macam sistem pengobatan
dalam kehidupan masyarakat, dan dalam sistem pengobatannya terkadang tidak
lepas dari kepercayaan maupun dari sosial budaya yang berkembang dalam
kehidupan masyarakat. Penulisan ini menggunakan pula teori mengenai Etiologi
Penyakit yang dikemukakan oleh Foster dan Anderson (2006), dimana etiologi
penyakit dibagi menjadi dua, yaitu etiologi personalistik dan naturalistic.
Foster dan Anderson (2006), mengemukakan bahwa personalistik adalah
suatu sistem dimana penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi dari suatu agen
28
makhluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur atau roh jahat) maupun
makhluk manusia (tukang sihir atau tukang tenung). Menurut sistem ini orang jatuh
sakit merupakan korban dari intervensi sebagai objek dari agresi akibat dari
kesalahan atau pelanggaran yang dilakukannya atau pelanggaran terhadap sistem
tabu yang ada pada masyarakat yang bersangkutan. Pada dasarnya sistem
penyembuhan sakit tersebut berdasarkan pengetahuan secara gaib atau
supranatural, misalnya dengan melakukan upacara atau ritual tertentu dan dengan
menyiapkan sesaji. Ritual dan sesaji ini dimaksudkan untuk menetralisir atau
membuat keseimbangan agar sebab sakit dapat dikembalikan pada asalnya,
sehingga orang tersebut kembali sehat. Ritual dan sesaji sebagai upaya
penyembuhan sakit pada sistem medis personalistik dapat dilakukan melalui
perantara orang yang mempunyai ilmu supranatural seperti dukun, tabib, serta
praktisi pengobatan tradisional lain yang dipercaya oleh masyarakat dapat
menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh gangguan dari makhluk
supranatural.
Etiologi naturalistik menurut Foster dan Anderson (2006), penyakit (illness)
dijelaskan dengan istilah-istilah sistemik yang bukan pribadi. Sistem-sistem
naturalistik, diatas segalanya, mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat
terjadi karena unsur-unsur yang tetap dalam tubuh, seperti panas, dingin, cairan
tubuh (humor atau dosha), yin dan yang, berada dalam keadaan seimbang menurut
usia dan kondisi individu dalam lingkungan alamiah dan lingkungan sosialnya.
Apabila keseimbangan ini terganggu, maka hasilnya adalah timbulnya penyakit.
29
sehat kembali, contohnya adalah individu yang sakit masuk angin, pengobatannya adalah dengan “kerokan” agar angin dalam tubuh dapat keluar.
2.2.3 Etnozootherapy
Sudah sejak lama hewan dimanfaatkan sebagai bahan utama untuk membuat
obat pada sistem pengobatan tradisional (etnomedisin) (Quave dan Andrea Pieroni,
2013). Pengobatan penyakit dengan memanfaatkan hewan sebagai obat ini biasa
disebut dengan istilah Zootherapy (Alves dan Rosa dalam Ronghang dkk, 2011).
Zootherapy adalah komponen vital dari etnomedisin (Alves dan Rosa dalam Quave
dkk, 2011). Bisa dikatakan bahwa Etnozootherapy merupakan pemanfaatan hewan
secara tradisional yang sengaja dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan. Metode pengolahan hewan obat beragam meliputi dibakar,
digoreng, direbus, ditumbuk dan lain sebagainya. Pada kebudayaan manusia yang
di dalamnya terdapat sistem medis terstruktur akan memanfaatkan hewan sebagai
obat (Marques dalam Aloufi dan Eid, 2016).
Dalam konsep ini manusia dengan hewan mempunyai hubungan yang erat.
Beberapa ahli sebelumnya telah menguraikan tentang gagasan dimana manusia
berevolusi sebagai primate pemakan daging. Tujuan manusia mengkonsumsi
daging tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Menurut
Michael Harner untuk memenuhi kebutuhan protein pada Suku Aztec melakukan
pengorbanan manusia atau ritual kanibalisme. Ritual kanibalisme tersebut bisa
dikatakan telah menjadi bagian dari kebudayaan Suku Aztec demi memenuhi
30