• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III MEDIASI DALAM PERBANKAN DI INDONESIA

D. Sengketa Perbankan Yang Dapat Diselesaikan Melalui

Seiring meningkatnya jumlah nasabah dan bertambahnya produk-produk perbankan, jumlah sengketa perbankan yang diterima Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan (DIMP) Bank Indonesia (BI) juga ikut meningkat. Berdasarkan data BI, sejak 2006-2011 total sengketa yang diterima DIMP mencapai 1.525 laporan.46

Mediator Senior BI Sondang Martha Samosir mengungkapkan di tahun 2011 jumlah sengketa yang ditangani BI mencapai 510 kasus. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan pengaduan yang diterima 12 bank peserta working group mediasi sepanjang 2011, yakni sekitar 853.000 laporan.47

Sengketa yang ditangani TIM Mediasi BI adalah yang tidak mencapai kesepakatan atau penyelesaian di tingkat bank. Sengketa tersebut juga tidak sedang dalam proses atau belum pernah diputus oleh pengadilan maupun lembaga arbitrase, atau belum terdapat kesepakatan. Adapun nilai tuntutan finansial yang diajukan paling besar Rp. 500 juta per sengketa. Selain itu, pengajuan sengketa paling lambat 60 hari kerja sejak tanggal surat penyelesaian pengaduan disampaikan bank kepada nasabah. Sondang menuturkan dari total 512 kasus kelompok produk yang banyak disengketakan adalah yang terkait sistem pembayaran (206 sengketa). Sengketa tersebut paling banyak karena paling dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari.48

46

http://www.tribunnews.com/2012/04/05/bi-selama-5-tahun-mediasi-1.525-sengketa-nasabah pada tanggal 20 Juni 2012 pukul 13.29 WIB.

47

ibid

48

Menurut data dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) ada 105 laporan masalah kartu kredit untuk periode Januari-Februari 2012. Angka ini melonjak tajam dibandingkan 68 laporan sepanjang tahun 2011. Ada 10 masalah kartu kredit bank lokal dan bank asing di Indonesia. Masalah-masalah tersebut misalnya, tagihan kartu kredit, minim informasi dan layanan dari bank, kesalahan sistem, penggunaan jasa pihak ketiga atau debt collector yang tidak sesuai etika, permainan data konsumen, bunga berbunga dan denda, pembobolan kartu kredit, pemblokiran, penutupan kartu kredit yang dipersulit serta penjadwalan ulang.49

Dari data YLKI tersebut ada 14 bank penerbit kartu kredit yang dilaporkan nasabah ke YLKI yakni HSBC, Bank Permata, Citibank, Bank Danamon, Bank Central Asia (BCA), BNI, Bank Mandiri, ANZ, Bank Mega, Bank Internasional Indonesia (BII), UOB Buana, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Standard Chartered, dan CIMB Niaga. Citibank tercatat paling banyak bermasalah dengan 17 kasus, Bank Mega 15 kasus, menyusul HSBC dan UOB Buana dengan 11 kasus.

Masalah yang paling dominan adalah tagihan dan pembobolan, untuk masalah tagihan misalnya ada nasabah yang tidak melakukan registrasi permintaan kartu kredit tetapi mereka terdaftar dan memiliki tagihan sehingga mereka harus membayara tagihan itu dan ini merugikan konsumen. Terdaftarnya nasabah walaupun belum registrasi terjadi karena penyalahgunaan data nasabah oleh tim pemasaran, hal ini dilakukan untuk mengejar target penyaluran kredit. Kemudian utnuk masalah pembobolan kartu kredit, YLKI menilai seharusnya perbankan melakukan konfirmasi

49

http://www.tribunnews.com/2012/04/05/data-YLKI -sengketa-nasabah pada tanggal 23 Juni 2012 pukul 13.47 WIB

49

kepada debitur ketika ada transaksi dengan nilai besar, misalnya transaksi senilai Rp. 5 juta – Rp.9 juta per hari seharusnya bank patut curiga dengan transaksi itu. Karena hal ini dapat menjadi kerugian bagi debitur akibat tidak adanya perlindungan bank.50

Permasalahan klasik kartu kredit lain adalah penawaran kartu kredit maupun Kredit Tanpa Agunan (KTA) melalui pesan singkat atau telepon yang mengganggu nasabah. Untuk hal ini Bank Indonesia sedang menyusun Surat Edaran (SE) mengenai tata cara penawaran kartu kredit dan penagihannya. BI menjanjikan SE akan keluar Maret 2012, tetapi SE belum juga diterbitkan hingga awal April.51

Dalam Forum Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan BI dan YLKI pada Maret lalu, ada beberapa masalah yang diselesaikan oleh FGD. Misalnya, penagihan di Citibank. Namun masalah nasabah hanya selesai jika ada yang melapor pada FGD. Ketika melapor diluar FGD masalah menjadi sulit selesai.52

Menurut pendapat dari Steve Martha, General Manager Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) bahwa nasabah berhak menolak jika ada bank yang mendaftarkan naman mereka sebagai debitur kartu kredit tanpa kesepakatan nasabah. Jika ada bank yang bermasalah dengan kartu kredit, hanya BI yang mampu memberikan tindakan langsung kepada bank tersebut. Sedangkan Kepala Biro Humas BI, Difi Ahmad Johnsyah memberikan penjelasan bahwa BI akan mempelajari laporan permasalahan nasabah dan bank penerbit kartu kredit yang datanya ada pada YLKI ini. Jika dibutuhkan, regulator akan mengadakan mediasi. Bila memang bank terbukti melakukan kesalahan, BI akan menegur atau menindak apabila nasabah dirugikan, 50 ibid 51 ibid 52 ibid

bank yang bersangkutan dapat diadukan ke Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan (DIMP). 53

Menurut data Bank Indonesia (BI) hingga akhir triwulan I-2012 ini, Bi telah menerima 148 kasus sengketa perbankan. Dari jumlah tersebut, BI menangani 25 kasus melalui layanan mediasi, total kasus sengketa yang diterima BI mencapai 510 kasus. Mayoritas dari kasus tersebut merupakan kasus terkait ATM dan Kartu kredit. Biasanya penyelesaian kedua jenis kasus itu relatif cepat. Namun apabila sifatnya perbedaan pendapat, maka penyelesaiannya menjadi agak lama.54

Menurut Deputi Gubernur BI Muliaman Darmansyah Hadad bahwa fokus dari mediasi perbankan yaitu melindungi nasabah sebelum terpaksa dibawa ke pengadilan. Oleh sebab itu bagi nasabah-nasabah kecil, tidak ada pembebanan biaya dalam mediasi BI karena gratis dan prosedurnya sederhana. Sekitar 90 persen dari total kasus sengketa yang diterima BI, telah berhasil dimediasi tahun ini. Dengan adanya edukasi lebih banyak kepada nasabah, nilai sengketa dapat semakin menurun. Namun, mediasi Bi hanya merupakan pertahanan terakhir setelah nasabah dan banknya tidak bisa menyelesaiakn sengketanya. Di Bank sendiri terdapat mekanisme

Dispute Resolution, yang jika diselesaikan, nasabah tidak perlu melanjutkan ke mediasi BI.55

53

ibid

54

Seminar Nasional : Optimalisasi Perlindungan Nasabah di Jakarta

55

60

SENGKETA ANTARA BANK DAN NASABAH DI PT. BANK DANAMON CABANG MEDAN

A. Pengaturan Mediasi dalam Hukum Perbankan

Mediasi sebenarnya terdapat pada banyak peraturan perundang-undangan, di antaranya :

a. HIR dan Rgb

Mediasi di pengadilan telah lama dipraktekkan melalui lembaga perdamaian (Pasal 130 HIR dan Pasal 154 Rbg). Dimana hakim wajib terlebih dahulu mendamaikan para pihak yang berperkara sebelum perkaranya diperiksa.

b. Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Mediasi diatur pada Pasal 23 UU ini, yang bunyinya sebagai berikut :

“Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi tanggapan dan/atau tidak memnuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dapat digugat melalui badan penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen.”

Terdapat dua hal penting dalam Pasal 23 tersebut, yaitu :

1) Bahwa UU Perlindungan konsumen memberikan alternatif penyelesaian sengketa melalui badan di luar sistem peradilan yang disebut Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

2) Bahwa pilihan penyelesaian sengketa konsumen dilakukan dengan pelaku usaha (bank) bukanlah pilihan eksklusif, yang tidak dapat tidak harus dipilih. Pilihan penyelesaian sengketa melalui BPSK adalah paralel atau sejajar dengan pilihan penyelesaian sengketa melalui badan pengadilan.

c. Undang-Undang No.30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Pengaturan mengenai mediasi dapat ditemukan dalam ketentuan Pasal 6 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999.Ketentuan mengenai mediasi yang diatur dalam pasal 6 ayat (3) UU. No. 30 Tahun 1999 merupakan suatu proses kegiatan sebagai kelanjutan dari gagalnya negosiasi yang dilakukan para pihak menurut ketentuan Pasal 6 ayat (2) UU No.30 Tahun 1999. Menurut rumusan dari pasal tersebut juga dikatakan bahwa atas kesepakatan tertulis para pihak sengketa atau beda pendapat diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun melalui seorang mediator. Namun UU ini tidak akan memberikan rumusan definisi atau pengertian mediasi secara jelas dan tegas.

d. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Pendekatan mufakat dan mediasi khususnya sebagai cara penyelesaian sengketa pelanggaran hak asasi manusia dapat dilihat dalam Pasal 89 ayat (4) a Undang-Undang No.39 Tahun 1999 Tentang Pengadilan HAM. Namun tidak ada aturan tegas semua kasus pelanggaran HAM dapat dilakukan mediasi oleh komnas HAM.

e. PERMA No.1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Disamping HIR/Rbg, pengaturan mediasi di pengadilan terdapat dalam PERMA No.1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

f. Peraturan Bank Indonesia No.10/1/PBI/2008 Tentang Mediasi Perbankan Dalam dunia perbankan, mediasi diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.10/1/PBI/2008 Tentang Medaisi Perbankan, Mediasi Perbankan dilaksanakan dalam hal terjadi sengketa antara nasabah dan bank yang disebabkan tidak terpenuhinya tuntutan finasial nasabah oleh bank dalam penyelesaian pengaduan nasabah.

Sesuai dengan peraturan perbankan No.8/5/PBI/2006 tentang mediasi perbankan, penyelenggaraan mediasi dilakukan apabila sengketa antara dan bank yang disebabkan tidak terpenuhinya tuntutan financial nasabah oleh bank dalam penyelesaian pengaduan nasabah dapat diupayakan penyelesaiannya melaui mediasi perbankan.

Inisiatif untuk mengatur mediasi perbankan berasal dari bank sentral Indonesia (Bank Indonesia/BI) dan untuk melakukan itu, pada tahun 2006 BI mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 tentang mediasi Perbankan (PBI tentang Mediasi Perbankan). PBI tentang mediasi perbankan diberi mandat untuk pembentukan lembaga mediasi perbankan independen yang dibentuk oleh asosiasi perbankan paling lambat tanggal 31 Desember 2007. Dan sejauh lembaga perbankan independen mediasi belum terbentuk, fungsi mediasi perbankan dilaksanakan oleh BI. Namun, sampai tahun 2008 lembaga perbankan independen mediasi belum terbentuk dengan baik, dan dari tahun 2008 PBI Nomor yang dikeluarkan Bi; 10/1/PBI/2008

tentang Perubahan aras Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8 /5/PBI/2006 tentang Mediasi.

B. Pelaksanaan Mediasi Pada PT. Bank Danamon, Tbk Cabang Medan

Dalam penyelesaian suatu perbuatan hukum, dapat ditempuh dua jalan yaitu dengan jalan litigasi dan non litigasi.Penyelesaian melaui jalur litigasi atau sering disebut dengan melakuan suatu mekanisme peradilan, dapat diajukan dua hal yaitu tindakan perdata maupun pidana. Pengajuan perkara perdata melalui pradilan mempunyai segi positif dan negatif, dari segi positif, apabila menang maka ada kekuatan hukum yang mengikat yang harus segera dilaksanakan, tetapi dari segi negatifnya hasil yang akan dicapai nantinya bisa tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Untuk itu PT. Bank Danamon di dalam menyelesaikan suatu perkara keperdataan selalu menggunakan jalur non litigasi terlebih dahulu sebelum melakukan penyelesaian melalui jalur litigasi.

PT. Bank Danamon Tbk, dalam melakukan penyelesaian kredit bermasalah lebih mengutamakan penyelesaian melalui jalur non litigasi, hal ini dikarenakan penyelesaian kredit bermasalah melalui jalur non litigasi lebih menguntungkan bagi debitor maupun kreditor, penyelesaian kredit bermasalah melalui jalur non litigasi adalah penyelesaian yang saling menguntungkan (win-win solution). Langkah-langkah untuk mencapai penyelesaian kredit bermasalah dengan cara yang paling menguntungkan demikian dapat dicapai melalui cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.56

56

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2006, hlm.560

Pertimbangan mengapa PT. Bank Danamon Tbk, Cabang Medan lebih memilih jalur non litigasi, diantaranya berkaitan dengan masalah:

1. Biaya

Biaya di sini adalah dana taktis yang harus dikeluarkan selama proses berperkara di pengadilan dengan perkiraan hasil akhir yang mungkin tidak sesuai dengan harapan kita, pembiayaan ini tentu saja selain untuk biaya perkara juga untuk membiayai petugas yang mengurus proses perkara, dengan mengambil penyelesaian melalui jalur non litigasi biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan akhirnya dicadangkan untuk biaya lainya.

Praktek beracara di pengadilan dalam rangka penyelesaian kredit melalui jalur litigasi cenderung terlalu berlarut-larut bahkan tidak menutup kemungkinan bank akan menemui kegagalan dalam penyelesaiannya. Para pihak berperkara dalam hal berkebratan terhadap isi putusan data menggunakan haknya untuk melakukan upaya hukum. Upaya upaya hukum baik berupa banding. Kasasi ataupun permohonan peninjauan kembali serta adanya bantahan ataupun perlawanan versetdari para pihak berpekara ataupun pihak ketiga lainnya jelas akan semakin memperpanjang dan memperumit proses penyelesaian kredit yang ditempuh oleh bank.

Penyelesaian kredit hanya dilaksanakan untuk menangani kredit bermasalah yang sudah tidak dapat terselamatkan dan bertujuan untuk tidak memperpanjang hubungan dengan debitor.

Penyelesaian kredit melalui lembaga peradilan merupakan salah satu bentuk

law enforcement yang dijalankan bank sebagai upaya the last action dalam rangka memperoleh tingkat pengembalian kredit yang maksimal. Penyelesaian yang

berlarut-larut di dalam pengadilan mengakibatkan biaya yang diperlukan sangat besar dibandingkan dengan penyelesaian kredit bermasalah dengan melalui jalur non litigasi yang relatif lebih kecil biaya yang diperlukan.

Penyelesaian kredit bermasalah melalui jalur non litigasi lebih menguntungkan debitor yang bermasalah dalam menyelesaikan kreditnya hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan oleh debitor tidak besar57

2. Waktu

Dari segi waktu, proses litigasi lebih banyak menyita waktu dari mulai penyampaian somasi kepada debitor bersangkutan, proses pendaftaran perkara sampai dengan putusan hakim, belum lagi setelah putusan hakim tingkat pertama, pihak debitor mengajukan banding yang mengakibatkan berlarut-larutnya penyelesaian kredit bermasalah tersebut. Akibatnya bagi debitor tunggakan bunga akan selalu menambah kepinjaman pokok sehingga pinjaman akan semakin besar, yang akhirnya juga akan berpengaruh terhadap nilai jaminan yang mungkin tidak akan bisa menutup jumlah pinjaman.

Penyelesaian kredit melalui jalur litigasi yaitu melalui jalur pengadilan pada umumnya memerlukan waktu yang relatif lama, meskipun sesuai surat edaran Mahkamah Agung No. 6 Tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992 tentang Penyelesaian Perkara di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi harus dapat diselesaikan dalam waktu 6 (enam) bulan, namun karena para pihak bersangkutan seringkali tidak puas terhadap isi putusan maka para pihak yang bersengketa akan mengajukan upaya hukum sehingga proses penyelesaiannya akan semakin berlarut-larut.

57

3. Hasil akhir yang di capai

Dalam pelaksanaan penyelesaian kredit bermasalah fokus utama yang hendak dicapai adalah keberhasilan dengan tingkat pengembalian kredit yang maksimal dari debitor. Pada setiap upaya penyelesaian kredit hal prinsip yang harus dipersiapakan dan diperhatikan adalah mencakup banyak aspek baik atas prosedur pemberian kredit, pencairan kredit ataupun dari sisi kelengkapan dokumen kredit serta dokumen-dokumen terkait lainnya yang akan digunakan sebagai sarana pengesahan bank yang secara yuridis formal dianggap sebagai pihak yang sah dan benar serta dilindungi hukum untuk menagih kredit debitor dengan menjual asset-assetnya guna pelunasan kreditnya. Kecakupan agunan atau collateral coverage dari nilai agunan kredit debitor merupakan instrumen pokok penting lainnya yang mutlak harus diperhatikan sehingga dalam hal bank harus berperkara melawan debitor, bank tidak hanya menang secara diatas kertas dengan tanngan hampa karena agunan kreditnya tidak mampu untuk mengcover atau mencukupi seluruh kewajiban hutang debitor, namun harus menang dalam arti yang sesungguhnya. Dalam hal demikian Legal Officer (LO)

bank memegang posisi kunci bank untuk dapat menang dalam perkara yang diajukannya dalam rangka penjualan aset debitor untuk melunasi kredit dan kewajiban debitor pada bank.

Penyelesaian terbaik yang memungkinkan untuk dilakukan oleh PT. Bank Danamon, Tbk adalah dengan melakukan negosiasi, dengan melakukan negosiasi debitor diberikan pilihan-pilihan yang tidak memberatkan. Langkah-langkah yang ditempuh oleh PT. Bank Danamon, Tbk sebelum dilakukan pelunasan maupun pengurangan pinjaman biasanya melalui jalan pengalihan fasilitas, hal ini bertujuan

untuk mengurangi jumlah pinjaman dan biasanya pengalihan fasilitas ini berupa angsuran sehingga secara perlahan pinjaman yang dimiliki menjadi berkurang, pengalihan ini sebenarnya tidak secara sepihak dilakukan tetapi melalui tahapan-tahapan berdasarkan evaluasi secara seksama terhadap debitor yang mempunyai gejala akan bermasalah, tentu saja evaluasi ini tidak hanya terhadap debitor yang mempunyai gejala akan masalah, tetapi juga bagi debitor yang telah bermasalah.

Penyelesaian melalui jalur non litigasi lebih manusiawi dibandingkan dengan melalui jalur litigasi, karena debitor diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menyelesaikan pinjamannya degan jalan apapun sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh debitor dan tentu saja pihak kreditor memberikan masukan dan pengawasan yang ketat terhadap debitor semacam ini.

Dengan demikian hasil akhir yang akan dicapai dengan penyelesaian melalui jalur litigasi tidak akan sesuai dengan yang diharapkan, selain biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses pengadilan, hasil penjualan aset juga tidak akan bisa melunasi jumlah pinjaman debitor yang semakin besar karena tidak ada pengembalian pinjaman yang memungkinkan dapat mengurangi pokoknya.

4. Itikad baik dan kemampuan usaha

Adanya itikad baik dari debitor dalam menyelesaikan masalah merupakan modal awal bagi kreditor untuk segera mencari jalan keluar yang terbaik bagi pihak debitor dan segi keamanan kreditor sendiri. Selain itu kemampuan pihak debitor merupakan salah satu pertimbangan dalam menempuh jalur non litigasi, meskipun usaha sudah menurun tetapi masih memungkinkan untuk bangkit dan memiliki kemampuan untuk melunasi hutangnya, bank memberikan dukungan dengan

memberikan penambahan dana baru, misalnya debitor mempunyai pesanan order yang tertunda, nilai nominalnya cukup besar dan prosesnya harus segera dikerjakan untuk terpenuhinya order tersebut pihak debitor bisa menggunakan hasilnya untuk mengurangi pinjamannya maka jalan penambahan pinjaman dimungkinkan, tentu saja dokumen-dokumen asli harus berada pada di pihak bank dan proses pembayaran order tersebut dilewatkan pada rekening pihak kreditor, hal ini dimaksudkan agar terdapat pengawasan yang ketat terhadap keluar masuknya keuangan debitor dan hasil yang didapat dari debitor segera dilakukan blokir agar dan yang sudah ada tidak akan bisa ditarik oleh debitor demikian seterusnya sampai hutang pokok beserta bunganya dapat dilunasi semuanya tanpa harus ada penjualan aset dari pihak debitor namun cara plafondering di atas belum pernah dilakukan oleh PT. Bank Danamon, Tbk mengingat risiko yang akan ditanggung oleh pihak kreditor akan semakin besar karena adanya penambahan dana baru meskipun ada peluang yang memungkinkan.

Dengan demikian penyelesaian sengketa melalui jalur non litigasi diharapkan ada jalan keluar yang terbaik antara debitro dengan pihak kreditor, penyeledaian kredit bermasalah selama ini selain dilakukan dengan jalan negosiasi dan

plafondering/penambahan dana juga dilakukan restrukturisasi atau penjadwalan ulang pinjaman yang diharapkan dapat membantu meringankan beban hutang dari debitor bersangkutan.

Dalam mekanisme pengajuan restrukturisasi PT. Bank Danamon Tbk. melakukan penilaian ulang baik meliputi neraca keuangan, usaha maupun jaminan, tetapi sebelumnya diberikan penawaran kepada debitor yang akan di restrukturisasi syarat yang harus dipenuhi jika telah turun persetujuan dan setelah dilakukan

penilaian ulang segera dibuat laporan yang nantinya dimintakan persetujuan kepada kantor pusat PT. Bank Danamon Tbk di Jakarta dengan kondisi-kondisi yang telah dinegosiasikan dengan debitor dimaksud. Apabila telah ada persetujuan oleh kantor pusat segera dilakukan negosiasi kembali dengan debitor apakah menyetujui dengan apa yang telah diputuskan oleh PT. Bank Danamon Tbk karena seringkali apa yang telah disepakati dengan debitor sebelumnya ternyata ada yang tidak disetujui demikian sebaliknya. Akan tetapi apabila debitor setuju maka segera dilakukan pengikatan perjanjian kredit baru dan tentu saja perjanjian kredit baru ini dilakukan secara notarial dengan klausula tambahan sesuai dengan persetujuan dari kantor pusat dan yang berkaitan dengan jaminan, apabila ternyata nilai restruktur lebih besar dengan nilai hak tanggungan, maka paada saat penandatanganan akad kredit pihak debitor dan kreditor sekaligus menandatanganni akta pembebanan hak tanggungan ditetapkan 125% dari keseluruhan pinjaman.

Setelah selesai dilakukan penandatanganan dan pengikatan kredit yang baru beserta pengikatan tambahannya yaitu pengikatan hak tanggungan, tugas kreditor selanjutnya adalah melakukan pengawasan proses restrukturisasi secara seksama terhadap debitor dan secara berkala melakukan evaluasi terhadap debitor dan memberikan laporan kepada kantor wilayah kemudian diteruskan kepada kantor pusat mengenai proses restrukturisasi dimaksud.

5. Kemampuan membayar

Pada penyelesaian kredit bermasalah lainnya yaitu dengan mengalihkan sebagian atau seluruhnya jenis pinjaman yang semula berupa pinjamamn tetap atau rekening koran menjadi fasilitas angsuran dengan bank maupun diri debitor karena

hampir tidak pernah sampai jaminan yang telah digunakan nilainya akan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan pinjaman pokoknya, dampaknya adalah jaminan yang digunakan menjadi tidak bisa menutup biaya seluruh hutang sehungga harta benda milik debitor akan ikut dipakai untuk melakukan pelunasan hutang dimaksud, sedangkan perjanjian kredit baru dipergunakan oleh pihak kreditor apabila penyelesaian melalui jalur non litigasi menemui jalan buntu.

Sebelum melakukan negosiasi pihak bank biasanya melakukan pengecekan terhadap data-data kredit yang dimilikinya agar dari sisi hokum aman, maka pihak bank baru memulai tindakan negosiasi.Tindakan ini dipilih karena yang utama dalam proses ini adalah kemampuan memecahkan persoalan dan menemukan jalan keluar yang terbaik bagi kedua belah pihak pengecualian dari hal ini adalah apabila permasalahan tersebut diselesaikan melalui jalur litigasi.

Selama ini dalam penyelesaian bermasalah melal;ui jalur non litigasi PT. Bank Danamon Tbk. selalu menggunakan jalur negosiasi terlebih dahulu, karena para pihak bank berpendapat penyelesaian melalui negosiasi adalah cara paling baik dan aman bagi pihak bank maupun debitor.

Selain penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan seperti di atas beberapa debitor bermasalah yang dilakukan penyelesaiannya melalui BPPN, mengingat pada saat itu pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan gebrakan untuk memulihkan

Dokumen terkait