• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SENI PERTUNJUKAN DI MENDUT1

D. Seni Pertunjukan Topeng Ireng 1988 Sampai Dengan

kesenian daerah yang merupakan produk budaya rakyat, yang memiliki ciri-ciri kerakyatan yaitu: sederhana, sepontan dan akrab dengan penonton. Bahkan pada umumnya juga bersifat ritual dan magis. Seni pertunjukan tradisional hadir bukan dari konsep seseorang, seni pertunjukan tradisional tidak dapat dipastikan siapa penciptanya. Hadirnya di tengah-tengah masyarakat karena improvisasi atau sepontanitas para pelakunya. Tindakan itu dilakukan berulang- ulang sehingga menjadi kebiasaan.

Seni pertunjukan tradisional akan hidup terus- menerus apabila selama tidak ada perubahan pandangan hidup pelaku dan masyarakat pendukungnya. Pandangan hidup yang telah mantap tidak akan mudah goyah dan berubah, namun pandangan hidup dapat berkembang menurut kebutuhanya. Sedangkan seni pertunjukan tradisional fungsi dan peranannya terpadu di dalam segala aktifitas sehari- hari. Oleh karena itu seni pertunjukan tradisional bukanlah sesuatu yang baku, melainkan sesuatu yang memiliki kemungkinan untuk berkembang

Perkembangan seni pertunjukan tradisional sejalan dengan pertumbuhan adat budaya masyarakat pendukungnya. Corak dan gaya khas yang terdapat dalam seni pertunjukan tradisional mencerminkan pribadi masyarakat pemiliknya. Dalam bidang seni pertunjukan setiap kelompok etnis di Indonesia ingin menampilkan jatidiri mereka.10 Oleh karena itu seni pertunjukan tradisional memiliki sifat kedaeraha n dimana seni itu lahir, tumbuh dan berkembang, sehingga seni pertunjukan tradisional sering disebut seni daerah.

Ungkapan kesenian tradisional yang merupakan unsur kebudayaan11 adalah juga lambang yang memberi identitas masyarakat pendukungnya. Sebagai suatu gagasan dan simbol ungkapan tradisional dapat dipergunakan untuk saling berkomunikasi. Dengan demikian seni yang seperti itu menjadi salah satu untuk memperkuat solidaritas masyarakat pendukungnya.

Begitu juga yang terjadi di dalam seni pertunjukan Topeng Ireng dari sejak awal kenunculanya hingga kini. Seni pertunjukan Topeng Ireng mengalami perkembangan yang cukup cepat dan luas, dari lingkup kecil menjadi luas keluar dari kabupaten Magelang. Perkembangan seni pertunjukan topeng Ireng sudah ada sejak tahun 1988 dari desa Bojong, Mendut. Namun jauh sebelum ada seni pertunjukan Topeng Ireng sudah ada kesenian sejenis di daerah Borobudur, yaitu di desa Tuksongo.

Seni pertunjukan Topeng Ireng dalam penampilannya selalu dengan mewarnai wajah dan tubuh seperti suku-suku pedalaman. Wajah pemain diberi warna hitam dengan paduan putih dan merah. Pakaian yang dipakai juga mirip

10

Suwaji Bustomi, Seni Dan Budaya Jawa, IKIP Semarang Press, 1992, hal 6

11

dengan rumbai-rumbai pada suku Asmat di Papua. Seiring dengan berkembangnya seni pertunjukan Topeng Ireng, pada beberapa grup kesenian mengganti pakaian seragamnya dengan pakaian mirip kubro siswo. Sedangkan ikat kepala atau sering disebut kuluk pada seni pertunjukan Topeng Ireng mirip dengan yang dipakai suku Indian yaitu dengan bulu-bulu angsa. Mungkin pemberian nama topeng Ireng karena dalam mewarnai wajah seperti orang menggunakan topeng dengan dominasi warna hitam.

Sebelum popular dengan nama Topeng Ireng, orang mengenalnya dengan nama ndayaan namun bila diperhatikan, kata ndayaan akan memojokan suatu suku tertentu di Kalimantan, padahal suku dayak sendiri orangnya putih-putih dan cantik, sedangkan asumsi kita terhadap ndayaan adalah mirip orang asmat. Sisi lain untuk meluruskan maksud ndayaan adalah karena lidah jawa yang mengubahnya dari kata kebudayaan yang disingkat menjadi ndayaan. Maksud dari ndayaan adalah kebudayaan yang memiliki cipta, rasa dan karsa yang diwujudkan dalam bentuk kesenian.12

Penjelasan Ngasijan itu kemudian dipertegas oleh Jane Perlez yang mengatakan bahwa:

A Presentation of the traditional Topeng Ireng dance (literally, black mask) was updated with costumes designed to resemble the gear of American Indians.13

(Pertunjukan tari tradisional Topeng Ireng (harafiah, bertopeng hitam) desain kostum seperti pakaian orang-orang Indian Amerika.)

Ada kemungkinan juga disebut Ndayaan karena mirip dengan suku Indian yang ada di Amerika(sic.). Namun demikian seni pertunjukan Topeng Ireng tetap

12

Wawancara dengan Bapak Ngasijan, Mantan Ketua Kesenian Topeng Ireng Bojong, tanggal 31 Juli 2008 di Bojong

13

Jane Perlez, Budaya Lima Gunung Belum Tergantung Trias Politika, Komunitas Lima Gunung, Magelang, hal 46

mempunyai ciri khas budaya lokal dengan kearifan dan identitas masyarakat pedesaan.

Perkembangan seni pertunjukan Topeng Ireng mencapai puncaknya pada dekade 90-an. Pada dekade ini banyak bermunculan kelompok seni pertunj ukan Topeng Ireng di sekitar wilayah Magelang. Banyak desa-desa yang mulai mengembangkan kesenian ini dengan belajar dari desa Bojong maupun dari desa Tuksongo. Seni pertunjukan Topeng Ireng desa Bojong dijadikan tempat untuk belajar dengan ikut bergabung dalam setiap pertunjukan maupun latihan bersama. Setelah mahir dalam seni pertunjukanya mereka kembali ke desanya untuk menularkan kepada teman-temanya sehingga bisa mendirikan seni pertunjukan yang sama dengan dimodifikasi dan dengan namanya masing- masing.

Gerak tari seni pertunjukan Topeng Ireng, menggambarkan masyarakat desa dan gunung-gunung di Kabupaten Magelang yang me lakukan olah fisik setiap hari, dengan diiringai gamelan rampak.14 Seni pertunjukan Topeng Ireng di beberapa desa di Kabupaten Magelang mempunyai mana yang berbeda-beda seperti: grup "Lowo Ireng" dari desa Sidomulyo, Salaman, "Seto Aji Kumitir" dari desa Kepil, Dukun, "Satrio Mudo" dari desa Gupit, Borobudur, "Gagak Ngampar" dari desa Bandung Paten, Dukun, "Topeng Krido" dari desa Pabelan IV, Mungkid, "Topeng Seto" dari desa Cakran, Borobudur, "Anak Rimba" dari desa Srigetan, Borobudur, "Topeng Purba" dari desa Kurahan Borobudur 15 dan masih banyak lagi.

14

http://www.wisatanet.com/berita/berita_detail.php?kode=1&idnews=2734

15 Ibid.

Kehadiran kelompok-kelompok kesenian diberbagai daerah me nambah warna tersendiri bagi seni pertunjukan Topeng Ireng yang beragam dengan ciri khas masing- masing daerah. Perkembangan seni pertunjukan Topeng Ireng tidak hanya di Magelang saja, tetapi juga di daerah Yogyakarta.

Perkembangan Topeng Ireng tidak hanya didominasi laki- laki remaja tetapi juga diikuti kelompok seni pertunjukan Topeng Ireng anak-anak dan perempuan. Dengan banyaknya bermunculan grup-grup seni pertunjukan Topeng Ireng menunjukkan bahwa masyarakat menjadi pendukung kesenian tersebut, karena kesenian tanpa ada dukungan dari masyarakat tak akan bisa hidup dan berkembang. Mati hidupnya kesenian tidak bisa dilepaskan dari komunitas pendukungnya.16

Berkembangnya seni perunjukan Topeng Ireng sangat mendukung industri pariwisata di kabupaten Magelang. Dinas pariwisata melihat hal ini sebagai aset untuk mempromosikan kabupaten Magelang sehingga beberapa kali diadakan festival kesenian diantaranya pada tahun 1997 yang diadakan di candi Borobudur dan pada tahun 2000 yang diadakan di hotel Pondok Tingal Borobudur. Sehingga seniman Magelang terus berupaya melakukan berbagai kreativitas untuk mengajarkan cinta akan kesenian daerah pada masyarakat selain untuk memperkaya sekaligus melestarikan budaya Jawa yang begitu kaya dan menakjubkan. Acara-acara festival kesenian sampai dengan diadakannya Festival Lima Gunung yang diprakarsai oleh Bapak Sutanto pemilik studio Mendut dan para seniman dari berbagai daerah pada tahun 2001.

16

Dwi Anugerah, Budaya Lima Gunung Belum tergantung Trias Politika, Komunitas Lima Gunung, Magelang, hal 160

Lingkungan Bojong, sebagai bagian dari kelurahan Mendut sudah sejak lama hidup berdampingan dengan kesenian tradisional. Seni pertunjukan Topeng Ireng yang dikembangkan oleh masyarakat Bojong banyak diminati masyarakat. Seni pertunjukan Topeng Ireng pun berkembang luas dengan varian yang beragam.

Seni pertunjukan merupakan salah satu bidang seni yang secara langsung menggunakan gerak tubuh manusia sebagai media ekspresi. Dalam seni pertunjukan Topeng Ireng ada unsur bela diri, Topeng Ireng adalah bentuk penggabungan olah raga dan bela diri atau silat dengan tari yang diluweskan

diberi tembang-tembang atau nyanyian. Seni pertunjukan Topeng Ireng tidak ada pakemnya atau lebih bersifat dinamis, berbeda dengan lain seperti wayang atau ketoprak yang mengambil cerita Ramayana dan Mahabarata.

Dimulai dari tahun 1988 masyarakat dan pemuda Bojong mendirikan sebuah kreasi kesenian baru untuk menjalin persatuan dan kesatuan pemuda. Dari semangat persatuan dari masyarakat dan pemuda maka didatangkan guru kesenian dari desa Tuksongo, Borobudur. Menurut cerita kesenian semacam Topeng Ireng pada tahun 1924 sudah ada di desa Tuksongo Borobudur.

Dengan belajar dari guru kesenian ini tercipta kreasi kesenian dengan diberi nama Topeng Ireng. Pemberian nama Topeng Ireng ini didasarkan pada gerakan-gerakan dan irama dari kesenian yang dipelajari. Ada makna yang terkandung dibalik nama kesenian itu yaitu: TOTO LEMPENG IRAMA BARENG. Maksud dari toto lempeng irama bareng adalah berjajar rapi dengan gerak ritmis dan indah mengikuti irama dari alat musik dan dengan syair-syair

yang dinyanyikan. Atau TOTO LEMPENG INTINE PEMUDA BOJONG dijabarkan menjadi: melaksanakan apa yang menjadi perintah agama maupun pemerintah dan menjauhi laranganNya dengan berkehidupan secara lurus. Toto lempeng itu berarti lurus dengan membangun pemuda Bojong ke jalan yang benar.17

Keindahan tari tidak hanya keselarasan gerakan-gerakan badan dengan iringan gamelan saja, tetapi seluruh ekspresi itu harus mengandung maksud-maksud isi tari yang dibawakan.18 Seni pertunjukan Topeng Ireng merupakan salah satu seni tradisional yang identik dengan kebersamaan. Dari intinya topeng ireng itu menujukan bahwa nilai kebersamaan ditanamkan kepada masyarakat dengan tujuan kebersamaan. Kehadiran tari tak lepas dari beberapa aspek yang dapat dilihat secara terperinci antara lain: geraknya, iringan, tempat, pola lantai, waktu, tata pakaian, rias, dan properti.19

Seni pertunjukan Topeng Ireng dibagi atas tiga babak yaitu babak pertama Rodhatan, pada babak kedua Monolan atau Montholan kemudian babak ketiga kewan-kewan. Bila waktu masih memungkinkan ditutup lagi dengan Rodhatan. Pada pementasan seni pertunjukan Topeng Ireng desa Bojong dalam tiga babak tersebut dijelaskan sebagai berikut :

17

Wawancara dengan bapak Mursanyoto, ketua kesenian Topeng Ireng Bojong dari 1993 sampai sekarang, tanggal 14 Agustus 2008 di Bojong

18

Sumandiyo Hadi, Sosiologi Tari, Pustaka, Yogyakarta, 2005, hal 15 19

1. Rodhadtan

Rodhad adalah tarian yang terdiri dari dua baris, setiap baris bisa terdiri dari 10 orang atau bisa juga terdiri dari 12 orang yang dipimpin oleh ketua suku. Dalam penampilanya maksimal 25 orang penari per Rodad dengan iringan alat musik dan irama lagu, sedangkan pakaiannya mirip dengan suku Indian di Amerika. Tarian ini mengambil nuansa warna dan gerak yang sangat khas dibanding kesenian-kesenian lainya. Setelah dimainkan beberapa tarian diganti dengan babak

2. Monolan

Monolan adalah babak yang berisi humor atau sindiran-sindiran. setelah tampil dengan suasana keras seperti pada Rodad dan kewanan diberi suguhan monolan dengan nuansa humor untuk meredakan ketegangan dengan kesan kelucuan. Monolan menggunakan tata rias sepertu badut, lagu- lagu yang digunakan menggunakan sair-sair yang menyinggung masalah- masalah sosial masyarakat.

3. Kewan-kewanan

Kewan-kewanan adalah babak akhir yang terdiri dari lima binatang yaitu: Simo atau Harimau, Gajah, Warak/Badak, Sapi dan Kerbau. Kelima binatang itu dijabarkan sebagai wujud dari rukun Islam. Harimau yang dalam bahasa jawa disebut simo juga diartikan isine limo. Sebagai orang Indonesia lima juga diartikan sebagai pancasila. Penggunaan nama binatang warak dimaksudkan adalah wulang wuruk atau pitutur luhur yang diselipkan lewat kesenian. Sedangkan sapi dan kerbau dilambangkan

sebagai teman kerja petani, gajah sebagai lambang kekuatan. Pada babak ini biasanya pemain yang menggunakan pakaian binatang-binatang ini akan lupa diri atau biasa disebut ndadi (in trance) kerasulan ruh. Makna dari kewanan adalah bahwa ada perbedaan mendidik manusia dan binatang. Dengan mencambuki itu berarti bahwa manusia tidak bisa berkomunikasi dengan binatang. Pada babak ini ingin menunjukan bagaimana perbedaan mendidik manusia dengan binatang

Dalam setiap pertunjukanya seni pertunjukan Topeng Ireng Bojong menggunakan alat-alat musik tradisional. Setiap alat musik yang digunakan untuk mengiringi tariannya mempunyai makna sendiri-sendiri. Kesenian merupakan salah satu aktivitas yang dalam pengungkapannya penuh dengan tindakan tindakan simbolis. Hal itu karena tidak semua tindakan dan pergaulan manusia sehari- hari dapat diungkapkan secara benar, melainkan melalui bentuk-bentuk perlambang dalam seni pertunjukan. Iringan maupun lagu- lagu dalam seni pertunjukan Topeng Ireng mengambil beberapa makna dari alat-alat musik yang digunakan, seperti :

1. Bende

Ben podo nduwe niat dewe-dewe. Artinya biar setiap orang punya niat sendiri-sendiri untuk mencari kebaikan yang diperintahkan agama. Setiap manusia harus punya inisiatif dalam menjalankan perintah agama maupun dalam kehidupan sosial.

2. Kendang

Kon ndang tumandang. Artinya ayo segera bertindak untuk menuju kebaikan. Sering kali manusia malas- malasan dalam bekerja dan tidak mau berusaha. Dengan segera bertindak berarti secepatnya menyelesaikan aya yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Suling / seruling

Sue-sue supoyo eling. Artinya lama- lama supaya ingat kepada keagungan Tuhan Yang Maha Kuasa dengan menjauhi larangan dan melaksanakan perintahNya. Perintah agama tidak boleh ditinggalkan atapun dilupakan sehinggan harus diingat terus menerus.

4. Kelinting

Kelingan limo kang penting. Artinya ingat lima hal yang penting seperti rukun is lam ada lima sebagai pedoman hidup seorang Muslim, pancasila sebaga i ideologi bangsa terdapat lima sila, Molimo yang harus dihindari karena bertentangan dengan ajaran agama.

5. Jedor / Beduk

Jejer-jejer mujur ngalor, Artinya berjajar menghadap ke utara sedangkan Bedug maksudnya le mlebet lebar dikeduk, artinya masuknya setelah digali. Sebagai lambang kematian karena semua orang pasti mengalami. Dalam tatacara penguburan orang Islam selalu menghadap ke utara.

6. Sempritan / peluit

Sempurnane purwo wiwitan. Artinya sempurnanya dari awal hingga akhir kehidupan. Diharapkan manusia mendapat kesempurnaan dari awal hingga maut menjemput dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.

7. Icik-icik / Tamborin

Isine kebecikan. Artinya isinya kebajikan. Diharapkan selalu membuat kebajikan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Manusia terkadang lupa diri, sering melakukan hal- hal yang menyimpang dari perintah agama maupun hukum pemerintah.

Setiap alat musik yang digunakan mempunyai makna untuk kebaikan umat manusia, meskipun menari dengan irama dan gerakan yang keras tetapi sebagai cerminan bahwa semua yang dilakukan mengandung ajaran. Tontonan seni pertunjukan Topeng Ireng tidak hanya sekedar tontonan, tetapi memberi tuntunan. Sair-sair yang ada merupakan pesan-pesan pembangunan dan petuah-petuah yang diterima dari orang tua yang dituangkan lewat lagu. Pernyataan akan menjadi lebih mendalam jika disampaikan dalam bentuk perlambang atau symbol.20 Dengan menggunakan perlambang dan sombol orang akan lebih termotivasi untuk mengetahui apa dibalik maksud yang ingin disampaikan dalam kesenian tersebut. Tentang hal ini Suwaji mengatakan bahwa:21

20

Suwaji Bustomi, Seni Dan Budaya Jawa, IKIP Semarang Press, 1992, hal 52

21

Bagi orang Jawa perlambang pada umumnya bermakna piwulang atau “pameling” (pesan-pesan) yang isinya tentu baik, menurut norma- norma Jawa. Oleh karena itu di dalam budaya Jawa terdapat kata-kata “lambang minongko piwulang” artinya lambang sebaga i ajaran, atau sebaliknya “lambang minongko piwulang” artinya ajaran sebagai lambang.

Syair-syair yang digunakan dalam seni pertunjukan topeng Ireng dapat disesuaikan dengan kebutuhan misalnya unt uk menghibur pada peringatan hari-hari besar umat Islam seperti Maulud Nabi dan Isra Miraj. Syair yang dikumandangkan para Bawa22 bernafaskan Islam. Hal ini dapat dilihat pada isi syair yang intinya mengajak para penonton untuk memeluk agama Islam, mematuhi semua perintah dan larangan Allah, mengakui Nabi Muhammad sebagai utusan Allah serta pujian yang menggunakan kebesaran Illahi. Selain untuk kepentingan agama juga ada syair untuk kepentingan umum seperti P4, sensus, pembangunan, dan lingkungan. Pada intinya semua lagu dapat disesuaikan dengan penanggap kesenian dan sesuai dengan peringatan yang bertepatan saat kesenian dimainkan.

Pada awal kemunculannya dalam menggunakan asesoris dan pakaian yang digunakan masih sederhana. Pakaian yang dipakai hanya menggunakan celana pendek dengan diberi rumbai-rumbai dari janur (daun kelapa muda). Riasan yang digunakan untuk mewarnai wajah dan tub uh menggunakan angus dan arang. Seiring dengan perkembangannya mulai dibuatkan seragam untuk menambah estetika dalam berkesenian.

22

Orang yang membawakan lagu-lagu dalam seni pertunjukan Topeng Ireng.

Seni pertunjukan Topeng Ireng sering ditampilkan pada acara-acara seperti pada bulan Rajab, perayaan Agustusan, hajatan perkawinan maupun sunatan tergantung dengan orang yang mau menyelenggarakan kesenian tersebut. Pada kesempatan tertentu seperti festival kesenian maupun acara yang digelar dinas pariwisata di candi Borobudur, seni pertunjukan Topeng Ireng juga ditampilkan bersama dengan kesenian-kesenian tradisional lainnya.

Seni pertunjukan Topeng Ireng Bojong dalam menjalankan roda keorganisasia nnya sudah mempunya i struktur kepengurusan yang sudah baik yang resmi didirikan pada tanggan 15 Agustus 1988. Organisasi Topeng Ireng secara khusus mengelola seni pertunjukan Topeng Ireng. Kesenian ini mempunyai tujuan siar Islam, maka dalam kepengurusan Kiai dilibatkan sebagai penasihat spiritual para anggotanya. Kiai tidak terlibat langsung dalam pertunjukan kesenian, tetapi lebih pada nasihat-nasihat jika dibutuhkan anggotanya.

Suatu organisasi atau kelompok tentunya membutuhkan ketua untuk mengatur berjalanya kegiatan. Seni pertunjukan Topeng Ireng Bojong dipimpin oleh ketua I dan ketua II. Organisasi Topeng Ireng pertama kali diketuai oleh Bapak Ngasijan kemudian diganti oleh Bapak Mursanyoto pada tahun 1993 sampai sekarang. Peran ketua sangat penting karena harus bisa mengorganisir anggotanya. Sebagai ketua tugasnya tidak hanya mengurusi anggotanya saja, tetapi juga melakukan hubungan dengan pihak-pihak yang terkait dengan pertunjukan kesenian.

Organisasi Topeng Ireng lingkungan Bojong tidak berjalan sendiri-sendiri tetapi juga dibina dan diawasi oleh kepala kelurahan Mendut, kepala lingkungan Bojong I dan Bojong II, serta sesepuh lingkungan Bojong selalu mendampingi para pengelola organisasi Topeng Ireng yang merangkap sebagai pemain seni pertunjukan Topeng Ireng agar mereka tetap bersemangat dalam membina dan melestarikan seni pertunjukan Topeng Ireng.

Menurut bapak Ngasijan, ketua kesenian menjadi penghubung orang yang ingin menyelenggarakan acara kesenian dan pemain seni pertunjukan Topeng Ireng. Urusan perijinan juga dikerjakan oleh ketua karena banyak anggota yang tidak bisa melakukanya. Seringkali dalam pertunjukan para penonton berkelahi dengan sesama penonton maupun dengan rombongan kesenian, disini peran ketua sangat dibutuhkan untuk mendamaikan ataupun menyelesaikan suatu masalah dengan musyawarah. Dalam menjalankan kegiatanya ketua dibantu oleh seksi-seksi yang sudah terstruktur.

PENASIHAT KETUA I KETUA II BENDAHARA

ANGGOTA ORGANISASI SENI PERTUNJUKAN TOPENG PERLENGKAPAN SEKERTARIS

Dengan adanya organisasi Topeng Ireng sebagai wadah untuk masyarakat dan anggota kesenian lingkungan Bojong semakin mempererat persatuan dan kesatuan. Masyarakat Bojong mempunyai media untuk bertukar pikiran dan mengembangkan kesenian tradisional. Selain itu keakraban dalam bermasarakat terjalin dengan baik. Dalam setiap ada acara maupun gotong-royong lebih mudah dikoordinasi dengan cepat.

38 A. Fungsi Seni Pertunjukan Tradisional

Apabila dicermati dengan seksama, ternyata seni pertunjukan tradisional memiliki fungsi yang sangat kompleks dalam kehidupan manusia.1 Di setiap daerah maupun negara sangat berlainan dalam memanfaatkan seni pertunjukan, setiap seni pertunjukan pun berlainan dalam fungsinya. Oleh karena komp leksnya fungsi seni pertunjukan dalam kehidupan masyarakat tidak ada keseragaman pendapat mengenai fungsi- fungsi seni pertunjukan tradisional.

Pada zaman sekarang ini kebanyakan seni pertunjukan sebagai sarana hiburan dan tontonan terutama dengan semakin banyaknya media televisi dan media komunikasi lainnya. Sebagai hiburan, seni pertunjukan mengandung makna bahwa keindahan tari tidak hanya keselarasan gerakan-gerakan badan dengan iringan musik gamelan saja, tetapi seluruh ekspresi itu harus mengandung isi yang dibawakan penari seni pertunjukan.

Fungsi sosial seni pertunjukan tradisional rakyat bersifat profane atau sekuler sebagai sarana hiburan atau tontonan. Biasanya penonton melihat kesenian bertujuan mencari hiburan, melepas lelah, menghilangkan stres dan bersantai ria. Hal ini karena seni pertunjukan tradisional mengandung unsur keindahan yang bisa dinikmati masyarakat luas.

1

Soedarsono, Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1999, hal 54

Seni pertunjukan di Indonesia yang mengandung hiburan biasanya bersifat sederhana seperti jathilan, kubro siswo yang dalam sajiannya semata- mata untuk menarik perhatian penonton. Namun demikian dalam seni pertunjukan tradisional tersebut mengandung isi, makna atau pesan tertentu yang ingin dikomunikasikan kepada penonton. Dengan demikian sebagai sebuah seni pertunjukan, kesenian-kesenian tradisional selalu melihat atau menampilkan pesan atau nilai-nilai yang sesuai pada masanya.2 Apakah itu pesan-pesan yang bersifat sosial, politik, moral dan sebagainya.3

Namun di samping sebagai hiburan atau kesenangan, seni pertunjukan tradisional tidak lepas dari fungsinya sebagai sarana ritual maupun untuk keperluan upacara. Seni pertunjukan tradisional yang berhubungan dengan religi atau kepercayaan bersifat sakral atau suci. Kesenian yang digunakan untuk keperluan ritual biasanya dipentaskan pada saat-saat tertentu sesui dengan keperluan.

Dalam kebudayaan Jawa, seni pertunjukan memiliki fungsi ritual yang sangat beragam. Agama turut mempengaruhi bentuk-bentuk seni pertunjukan yang berkembang dalam masyarakat. Masuknya agama Hindhu turut mempengaruhi kehidupan seni pertunjukan di Indonesia. Adanya akulturasi antara kebudayaan Jawa dan agama hindhu membawa kemajuan dan membawa

Dokumen terkait