4.1.4 DISTRIBUSI KUMAN
4.1.5 SENSITIVITAS ANTIBIOTIK
4.1.5 SENSITIVITAS ANTIBIOTIK
Table 9; Sensitivitas antibiotik terhadap Staphylococus pada penderita
fraktur terbuka di IRD RSUP H.Adam Malik Medan, periode April s/d Agustus 2010.
No Antibiotika Jumlah Susceptible (Kepekaan) Persentase ( %) 1 Fosmicin 20 15 75 2 Ceforazon 20 20 100 3 Levofloxacin 20 17 85 4 Ampicilin 20 5 25 5 Cefotaxim 20 10 50
Dari tabel 9,Menunjukan Ceforazone memiliki sensitivitas paling tinggi dibanding antibiotika lain.Dari 20 penderita semua peka Ceforazone (100 %), sedang Ampicilin mempunyai sensitivitas paling rendah hanya 5 penderita yang peka (25 %) .
Grafik 9;Tingkat sensitivitas antibiotika untuk kuman Staphylococus pada penderita fraktur terbuka grade III di IRD RSUP H. Adam Medan, periode April s/d Agustus 2010.
Table 10; Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap Streptococus pada
penderita fraktur terbuka grade III di IRD RSUP H.Adam Malik Medan, periode April s/d Agustus 2010 .
No Antibiotika Jumlah Susceptible (Kepekaan) Persentase ( %) 1 Fosmicin 3 2 66.6 2 Ceforazon 3 3 100 3 Levofloxacin 3 3 100 4 Ampicilin 3 1 33,3 5 Cefotaxim 3 2 66.6
Dari tabel 10 menunjukan bahwa Ceforazone dan Levofloxacin memiliki sensitivitas paling tinggi untuk Streptococus. Dari 3 penderita semua peka terhadap kedua sediaan (100 %), sedang Ampicilin mempunyai kepekaan paling rendah ,yaitu hanya 1 orang penderita (33.3 %).
Grafik 10;Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap kuman Pseudomonas pada penderita fraktur terbuka grade III di IRD RSUP H. Adam Malik Medan periode April s/d Agustus 2010.
Table 11;Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap Pseudomonas pada penderita fraktur terbuka Grade III di IRD RSUP H.Adam Malik Medan ,periode April s/d Agustus
No Antibiotika Jumlah Susceptible Persentase ( %) 1 Gentamicin 16 10 62.5 2 Meropenem 16 16 100 3 Ciprofloxacin 16 12 75 4 Streptomicin 16 11 68.75 5 Cefotaxim 16 8 50
Dari tabel 11 memperlihatkan bahwa Meropenem mempunyai kepekaan paling tinggi ,Dari 16 penderita semuanya peka terhadap Meropenem (100%) Sedangkan Cefotaxim dari 16 penderita hanya 8 yang peka (50 % ).Menunjukan kepekaan paling rendah dibanding yang lain.
Grafik 11; Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap kuman Pseudomonas pada penderita fraktur terbuka Grade III di IRD RSUP H. Adam Malik Medan ,periode April s/d Agustus 2010.
Table 12; Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap kuman pada Klebsiella
pada penderita fraktur terbuka Grade III di IRD RSUP H.Adam Malik Medan periode April s/d Agustus 2010.
No Antibiotika Jumlah Susceptible Persentase ( %) 1 Gentamicin 7 4 57.14 2 Meropenem 7 6 85.71 3 Ciprofloxacin 7 5 71.42 4 Streptomicin 7 4 57.14 5 Cefotaxim 7 4 57.14
Dari tabel 12, memperlihatka bahwa Meropenem mempunyai kepekaan paling tinggi. Dari 7 penderita, ada 6 penderita yang peka terhadap obat tersebut (85.71%) Sedang Gentamicin,Streptomicin dan Cefotaxim mempunyai kepekaan yang sama yaitu dari 7 penderita hanya 4 yang peka (57,14 %) .
Grafik 12; Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap Klebsiella penderita fraktur terbuka Grade III di IRD RSUP H. Adam Malik Medan ,periode April s/d Agustus 2010.
Table 13. Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap kuman pada Proteus
pada penderita fraktur terbuka di IRD RSUP H. Adam Malik Medan, periode April s/d Agustus 2010.
No Antibiotika Jumlah Susceptible Persentase ( %) 1 Gentamicin 2 1 50 2 Meropenem 2 2 100 3 Ciprofloxacin 2 1 50 4 Streptomicin 2 1 50 5 Cefotaxim 2 1 50
Dari tabel 13 memperlihatkan bahwa Meropenem mempunyai kepekaan paling tinggi. Dari 2 penderita semuanya peka terhadap obat tersebut (100% ) Sedangkan Gentamicin, Ciproflixacin, Streptomicin dan Cefotaxim mempunyai kepekaan yang sama hanya 1 penderita (50 %).
Grafik 13;Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap Proteus pada penderita fraktur terbuka Grade III di IRD RSUP H. Adam Malik Medan, periode April s/d Agustus 2010
Table14;Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap kuman pada Enterobacter
penderita fraktur terbuka Grade III di IRD RSUP H .Adam Malik Medan , periode April s/d Agustus 2010.
No Antibiotika Jumlah Susceptible Persentase ( %) 1 Gentamicin 1 1 100 2 Meropenem 1 1 100 3 Ciprofloxacin 1 ‐ 0 4 Streptomicin 1 1 100 5 Cefotaxim 1 1 100
Dari table 14 dapat dilihat bahwa Gentamicin, Meropenem, Streptomicin dan Cefotaxim mempunyai kepekaan yang sama terhadap Enterobacter. Sedangkan Ciprofloxacin tidak peka
Grafik 14; Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap kuman Enterobacter pada penderita fraktur terbuka Grade III di IRD RSUP H. Adam Malik Medan periode April s/d Agustus 2010.
Table 15; Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap kuman pada E .Coli pada penderita fraktur terbuka Grade III di IRD RSUP H.Adam Malik Medan Medan,periode April s/d Agustus 2010.
No Antibiotika Jumlah Susceptible Persentase ( %) 1 Gentamicin 1 1 100 2 Meropenem 1 1 100 3 Ciprofloxacin 1 1 100 4 Streptomicin 1 1 100 5 Cefotaxim 1 ‐ 0
Dari tabel 15 ditunjukan hanya Cefotaxim yang tidak peka terhadap E.Coli Sedang Gentamicin, Meropenem, Ciprofloxacin dan Streptomicin semua peka
Grafik15; Tingkat sensitivitas antibiotika untuk E. Coli pada penderita fraktur terbuka Grade III di IRD RSUP H.Adam Malik Medan, periode April s/d Agustus 2010.
4.2 PEMBAHASAN
Meskipun telah banyak dilakukan penelitian tentang pola kuman pada fraktur terbuka ,baik sebelum dan sesudah debridement , ternyata terdapat perbedaan dan persamaan hasil dari penelitian sebelumnya pada tempat yang berbeda.
Penelitian ini menunjukan bahwa ada 7spesies kuman yang dijumpai pada fraktur terbuka grade III. Dua gram (+), yaitu Staphylococcus dan Streptococus. Sedangkan Gram (-) ada 5 spesies yaitu Pseudomonas, Klebsiella, Proteus,
Enterobacter dan E.Coli. Pada penelitian Parikh (2003) dan Setyawan (2003) memperlihatkan bahwa kuman terbanyak yang dijumpai adalah Staphylococus, baik sebelum dan sesudah debridement, kemudian Pseudomonas sebagai kuman terbanyak kedua. Namun ada penelitian lain, Eka (2010), didapatkan bahwa Pseudomonas adalah kuman terbanyak yang dijumpai, diikuti oleh Staphylococus.Namun dari beberapa hasil penelitian tersebut ada dua kuman yang selalu mendominasi yaitu Staphylococus dan Pseudomonas.
Pada penelitian ini kuman yang terbanyak dijumpai adalah Staphylococus dan Pseudomonas terbanyak kedua dijumpai .Hasil penelitian ini tidak berbeda variasinya dari hasil penelitian sebelumnya, dimana kuman Staphylococus dan Pseudomonas tetap mendominasi.
Secara spesies Staphylococus adalah jenis kuman terbanyak dijumpai, yang berarti bahwa bahwa kuman yang dijumpai banyak berasal dari flora normal dikulit. Namun secara pengelompokan Gram, ternyata Gram (-) lebih banyak dijumpai dibanding Gram (+). Yang berarti banyak fraktur yang terjadi terkontaminasi dengan lingkungan berair.
Berdasarkan analisa statistik tidak dijumpai perbedaan bermakna (p> 0.05), pola kuman yang dijumpai sebelum dan sesudah debridement. Baik secara spesies ataupaun secara pengelompokan dengan pewarnaan gram. Secara spesies Staphylococus adalah kuman terbanyak baik sebelum dan sesudah debridement. Sedang secara pewarnaan gram, bahwa kelompok Gram (-), terbanyak dijumpai baik sebelum ataupun sesudah debridement.
Pada penelitian ini didapat hasil kultur yang seluruhnya positif sebelum debridement. Sedangkan sesudah debridement ada 7 sampel yang hasil kultur negatif. Berdasarkan analisa statistik, dijumpai perbedaan bermakna (p<0.05).
Dalam hal ini debridement membawa manfaat yang besar untuk mengurangi angka infeksi pada fraktur terbuka.
Untuk tes sensitivitas antibiotik, untuk kuman Gram (+) yang terbaik adalah Ceforazone.Sedang untuk kuman Gram (+) pilihan terbaik adalah Meropenem.
BAB V