• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Kuman Penderita Fraktur Terbuka Grade III Sebelum Dan Sesudah Debridement Di RSUP H.Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pola Kuman Penderita Fraktur Terbuka Grade III Sebelum Dan Sesudah Debridement Di RSUP H.Adam Malik Medan"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KUMAN PENDERITA FRAKTUR TERBUKA GRADE III SEBELUM DAN SESUDAH DEBRIDEMENT

DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

OLEH : Sugiarso

PEMBIMBING :

Dr Chairiandi Siregar SpOT

DEPERTEMEN ILMU BEDAH

(2)

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Keahlian

Dalam Bidang Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

POLA KUMAN PENDERITA FRAKTUR TERBUKA GRADE III SEBELUM DAN SESUDAH DEBRIDEMENT DI RSUP H.ADAM MALIK

MEDAN Peneliti :

Sugiarso

Disetujui oleh :

Dr. Chairiandi Siregar, SpOT

NIP. 1963092241989031002

Diketahui oleh :

Ketua Departemen Bedah Ketua Program Studi Bedah

Prof.Dr.Bachtiar Surya,SpB(K)BD Dr.Emir T Pasaribu,SpB(K)Onk

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT,Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Karena atas ridho- Nya jualah, sehingga saya berkesempatan mengikuti program pendidikan dokter spesialis bedah di Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan , serta kesempatan yang diberikan-Nya untuk dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian ini sebagai salah satu syarat akhir pendidikan.

Rasa hormat dan ucapan terima kasih saya ucapkan kepada Dr Chairiandi Siregar, SpOT, sebagai pembimbing penelitian, yang senantiasa memberikan bimbingan dalam penulisan karya tulis ini, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dr. Arlinda Sari Wahyuni M .Kes sebagai konsultan metodologi penelitian, yang telah meluangkan waktu membantu menyelesaikan penelitian ini.

Rasa hormat dan ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Prof. Dr. Bachtiar Surya SpB. KBD, sebagai Ketua Departemen Ilmu Bedah FK USU dan Ketua Sub Departemen Bedah Digestif.

Rasa hormat dan ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dr. Emir Taris Pasaribu, SpB .(K) Onk , sebagai Ketua Program Studi Ilmu Bedah, Dr .Asrul Simangunsong SpB. KBD, sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Bedah dan Dr.Erjan Fikri SpB. SpBA , sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Bedah, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis . Untuk dapat mengikuti program pendidikan ini.

(4)

Rasa hormat dan ucapan terima kasih saya sampaikan kepada guru- guru saya: DR. Dr. Humala Hutagalung SpB (K) Onk; Prof .Dr. Hafas Hanafiah, SpB, SpOT,(K) FICS ; Prof . Dr. Adril A Hakim, SpS, SpBS (K) ; Prof . Dr. Usul M Sinaga,SpB (K) Finacs;Prof Dr.Nazar Moesbar,SpB,SpOT(K);Prof.Dr.A Gofar Sastrodiningrat, SpBS (K); Prof. Dr. Iskandar Japardi, SpBS (K); Dr. Ismet, SpB; Dr.Syahbudin Harahap ,SpB;Dr . Harry Soedjatmiko, SpB, SpBTKV ; Dr. Ronald Sitohang, SpB ; Dr. Bungaran Sihombing, SpU; Dr . Marshal, SpB, SpBTKV; Dr. Riasyah Damanaik,SpB (K)Onk; Dr. Edi Soetrisno, SpBP; Dr. Syah Mirsa Warli,Spu; Dr.Liberty Sirait,SpB(K)BD;Dr.Tiur Purba,SpB;Dr. Supredo Kembaren SpB; Dr. Nino Nasution, SpOT; Dr.Otman Siregar, SpOT(K )Spine; Dr. Husnul Fuad Akbar SpOT; Dr. Frank Bietra Buchari, SpBP; Dr.Budi Irwan, SpB(K)BD Dr. M Iqbal, SPBA, Dr. Suyatno, SpB (K) Onk dan lain-lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang tanpa pamrih telah memberikan bimbingan, koreksi dan isaran-saran kepada saya selama mengikut pendidikan ini.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada senior-senior yang lebih dahulu menyelesaikan program pendidikan dan teman - teman peserta program pendidikan yang bersama - sama menjalani suka duka selama pendidikan.

Rasa syukur dan terimakasih sebesar- besarnya saya persembahkan untuk kedua orang tua saya, terutama kepada ibunda Misem ,yang telah mengasuh, membimbing dan mendidik saya. Demikian halnya kepada kedua mertua saya yang senantiasa memberikan semangat dan nasehat.

(5)

Terima kasih yang tak terkira untuk istriku tercinta Muthia Amanda dan anak -anakku . Regina Sabella, Regita Saraswati dan Bagaskara ,atas segala pengertian, dorongan, semangat, kesabaran dan kesetiaan dalam segala suka dan duka mendampingi saya selama menjalani masa pendidikan yang panjang panjang dan melelahkan ini.

Semoga ilmu dan ketrampilan yang telah saya dapatkan, bantuan dan kemurahan hati yang telah diberikan kepada saya selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah, dapat menjadi bekal untuk mengabdi kepada sesama insan yang membutuhkan.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah kita kembali , semoga kita senantiasa diberi ampunan, rahmat dan karunia-Nya ,Amin.

Wassalam Penulis

(……….) Sugiarso

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ABSTRACT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian 1.2 Identifikasi Masalah Penelitian 1.3 Hipotesis Penelitian

1.4 Tujuan Penelitian 1.5 Kontribusi Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fraktur Terbuka 2.1.1 Definisi

2.2 Klasifikasi Fraktur Terbuka 2.3 Penanganan Fraktur Terbuka 2.4 Debridement

2.4.1 Definisi 2.5 Kultur

(7)

KERANGKA KONSEP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

3.2 Tempat dan Waktu Peneltian 3.3 Sample Penelitian

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitian 3.5 Besar Sample Penelitian

3.6 Pelaksanaan Penelitian 3.7 Variable Penelitian 3.8 Analisa Data Penelitian

3.9 Definisi Operasional Penelitian 3.10 Kerangka Kerja Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Distribusi Fraktur Berdasarkanr Jenis Kelamin 4.1.2 Distribusi Fraktur Berdasarkan Umur

4.1.3 Distribusi Fraktur Lokasi 4.1.4 Distribusi Kuman

4.1.5 Sensitivitas Antibiotika 4.2 Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

(8)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN I Daftar isian penelitian LAMPIRAN II Hasil penelitian

(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulan rawan dan umumnya disebabkan adanya trauma ataupun rudapaksa.Berdasarkan data di Indonesia penyebab trauma paling banyak adalah kecelakaan lalulintas . Hampir ± 12 ribu orang setiap tahun meninggal dunia akibat kecelakaan lalulintas (Salter,1994 ; Rasjad , 2003 ) .

Data di RSUP H . Adam Malik Medan didapatkan penderita yang mengalami patah tulang dari periode januari 2005 sampai maret 2007 sebanyak 846 orang. Penderita paling banyak adalah usia dewasa muda, yaitu usia 15 tahun sampai dengan 50 tahun. Laki - laki lebih banyak dibandingkan wanita dan bagian tubuh yang paling banyak menderita fraktur yaitu anggota gerak bawah (Moesbar,2007)

(10)

Dikarenakan adanya hubungan dengan dunia luar, maka pada fraktur terbuka sering terjadi komplikasi berupa infeksi. Insidensi terjadinya infeksi pada luka fraktur terbuka bervariasi. Dilaporkan jumlah infeksi pada fraktur terbuka di Rumah Sakit Kanton Hospital .Departemen of surgery of Basel University. Dari 214 kasus fraktur terbuka maka grade I 41% , grade II 11% dan grade III 15%. Pada kasus ini, 65 % adalah fraktur pada daerah ekstremitas bawah, setelah dilakukan pemeriksaan didapat angka infeksi superfisial 4,5%, infeksi jaringan bagian dalam 3 % , sedangkan osteoitis didapat 7 % ( Seekamp, 2000 ).

Fraktur terbuka mudah mengalami infeksi, maka penanganan luka, pada pada, fraktur terbuka harus benar. Pemberian antibiotika dan debridement memegang peranan penting untuk mencegah infeksi ( Gustilo , 1993 ). Fraktur terbuka yang dilakukan penanganan (debridement ) dibawah 6 jam, memperlihatkan tidak ada perbedaan bermakna antara pola kuman sebelum dan sesudah debridement . Dengan kuman yang paling banyak dijumpai yaitu Staphylococus ( Parikh , 2003 ).

(11)

dilakukan penanganan (debridement ) dengan waktu penanganan dibawah 6 jam. Dengan kuman yang paling banyak dijumpai Staphylococus 37 % , Pseudomonas 12 % serta Klebsiella 5% (Setyawan , 2003 ).

Dari 31 penderita fraktur terbuka di RSUP Sanglah Denpasar didapatkan adanya perbedaan pola kuman yang dijumpai sebelum dan sesudah dilakukan debridement , dengan waktu penanganan dibawah 8 jam. Kuman yang paling banyak sebelum debridement yaitu Pseudomonas 35% dan Staphylococus 15%, Sedang sesudah debridement yang paling banyak adalah Staphylococus 29 % dan Pseudomonas 13 % ( Eka , 2006 ).

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimanakah pola kuman penderita fraktur grade III sebelum dan sesudah debridement di RSUP H. Adam Malik Medan ?

1.3 Hipotesis :

Adanya perbedaan pola kuman penderita fraktur terbuka grade III sebelum dan sesudah dilakukan debridement .

1.4. Tujuan Penelitian :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pola kuman pada penderita fraktur terbuka grade III sebelum dan sesudah debridement.

(12)

penderita fraktur terbuka grade III sebelum debridement .

3. Untuk mengetahui pola kuman yang paling banyak dijumpai pada penderita fraktur terbuka grade III sesudah debridement .

4. Untuk mengetahui resistensi kuman dan sensitivitas kuman terhadap anti mikroba.

1.5. Kontribusi Penelitian :

1. Dengan dilakukan penelitian ini dapat mengetahui pola kuman pada fraktur terbuka grade III .

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2 .1 Fraktur Terbuka 2.1.1 Definisi :

Fraktur terbuka adalah fraktur dimana terdapat hubungan fragmen fraktur dengan dunia luar, baik ujung fragmen fraktur tersebut yang menembus dari dalam hingga kepermukaan kulit atau kulit dipermukaan yang mengalami penetrasi suatu objek yang tajam dari luar hingga kedalam ( Salter ,1994).

Fraktur terbuka sering tmbul komplikasi berupa infeksi. Infeksi bisa berasal dari flora normal di kulit ataupun bakteri pahthogen khususnya bakteri gram (-). Golongan flora normal kulit, seperti Staphylococus, Propionibacterium acne , Micrococus dan dapat juga Corynebacterium (Gustilo ,1993 ).

(14)

penyebab infeksi luka pada fraktur terbuka. Kuman yang paling sering dijumpai Staphylococus aureus ( Gustilo , 1993 ).

2.2. Klasifikasi

Fraktur terbuka dibagi menjadi tiga kelompok : 1. Grade I :

Fraktur terbuka dengan luka kulit kurang dari 1 cm dan bersih Kerusakan jaringan minimal, frakturnya simple atau oblique dan sedikit kominutif .

2. Grade II :

Fraktur terbuka dengan luka robek lebih dari 1 cm, tanpa ada kerusakan jaringan lunak, flap kontusio avulsi yang luas serta fraktur kominutif sedang dan kontaminasi sedang .

3. Grade III :

Fraktur terbuka segmental atau kerusakan jaringan lunak yang luas atau amputasi traumatic,derajad kontaminasi yang berat dan trauma dengan kecepatan tinggi .

Fraktur grade III dibagi menjadi tiga yaitu :

(15)

grade IIIb : Trauma sangat berat atau kehilangan jaringan lunak yang cukup luas , terkelupasnya daerah periosteum dan tulang tampak terbuka , serta adanya kontaminasi yang cukup berat.

grade IIIc : Fraktur dengan kerusakan pembuluh darah.

2.3. Penanganan fraktur terbuka Prinsip penanganan fraktur terbuka

1. Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi .

2. Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang dapat mengancam jiwa .

3. Berikan antibiotika yang sesuai dan adekuat . 4. Lakukan debridement dan irigasi luka . 5. Lakukan stabilisaasi fraktur .

6. Lakukan rehabilitasi ektremitas yang , mengalami fraktur . (Gustilo ,1993 )

2.4 Debridement 2.4.1 Definisi

(16)

luka lama dapat diperluas, jika diperlukan dapat membentuk irisan yang berbentuk elips , untuk mengangkat kulit, fasia serta tendon ataupun jaringan yang sudah mati. Debridement yang adekuat merupakan tahapan yang penting untuk pengelolaan. Debridement harus dilakukan sistematis, komplit serta berulang. Diperlukan cairan yang cukup untuk. fraktur terbuka. Grade I diperlukan cairan yang bejumlah 1-2 lite , sedangkan grade II dan grade III diperlukan cairan sebanyak 5-10 liter, menggunakan cairan normal saline ( Salter , 1994 ).

2.5 Kultur 2.5.1 Definisi :

Kultur adalah metode pembenihan mikroorganisme terhadap sediaan (bahan) dalam suatu medium yang sesuai untuk pertumbuhan. Medium tersebut harus mempunyai semua zat yang dibutuhkan, hingga mikroorganisme dapat dibiakan. Kultur dapat dilakukan dari sediaan (bahan) yang berasal dari luka. Namun idealnya bahan harus segera diperiksa ke laboratorium. (Jawetz , 1993 )

2.6 Antibiotika

Pemberian antibiotika adalah efektif mencegah terjadinya infeksi pada pada fraktur terbuka .Antibiotika yang diberikan sebaiknya dengan dosis yang besar. Untuk fraktur terbuka antibiotika yang dianjurkan adalah golongan

(17)

KERANGKA kONSEP

Pre Test Post Test

Fratur Terbuka Inklusi (+)

Pola Kuman

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Pre dan post test design

3.2 Tempat dan Waktu

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP ) H. Adam Malik Medan Penelitian dilakukan dari mei sampai juni 2010 .

3.3 Sample Penelitian

Sample : Pasien yang datang dengan fraktur terbuka grade III di Instalasi Rawat Darurat ( IRD ) Bedah RSUP H. Adam Malik Medan.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi :

1. Semua pasien baru yang datang ke Instalasi Gawat Darurat ( IRD ) Bedah RSUP H. Adam Malik Medan dengan diagnosis fraktur terbuka terbuka grade III .

(19)

2. Onset kejadian dibawah 8 jam . Kriteria Eksklusi :

Pasien dengan fraktur terbuka grade III yang sudah didebridement.

3.5 Besar Sample

(Za( √ 2P1Q1)1/2 + Zb( √P1Q1+P2Q2) )2 n =

( P1-P2 )2

n = Jumlah sample Za = 95% = 1,96 Zb = 80% = 0,84 P1 = Proporsi kuman sebelum debridement = 50%

P2 = Proporsi kuman sesudah debridement = 25%

Jadi besar sample 43,5 , penelitian ini menggunakan sample sebanyak 50 orang.

3.6 Pelaksanaan Penelitian Bahan dan alat

1. Sarung Tangan

2. Lidi Kapas Steril (Kapas Swab) 3. Botol ( Media Transport)

(20)

Teknik Pelaksanaan Penelitian

1. Siapkan bahan dan alat yang digunakan serta form permintaan pemeriksaan .

2. Berikan penjelasan kepada penderita prosedur pemeriksaan. 3. Pengambilan spesimen dilakukan dikamar operasi, dimana pasien pasien sudah diberikan tindakan anastesi.

4. Cuci tangan dan memakai sarung tangan steril.

5. Untuk pengambilan spesimen pertama kapas lidi diusapkan kedasar luka dengan cara berputar kemudian masukan kapas lidi kedalam botol (media ) transport , botol ditutup dan diberi label.

6. Pengambilan spesimen kedua sama dengan spesimen pertama dilakukan sesudah debridement selesai, sebelum luka dijahit.

3.7 Variable Penelitian

Variabel Independen : Debridement. Variabel Dependen : Hasil kultur kuman.

3.8 Analisa Data

(21)

3.9 Definisi Operasional Kultur

Suatu metode pembenihan mikroorganisme terhadap suatu sediaan (bahan) dalam suatu medium tertentu ( Jawetz , 1993 ).

Debridement

Pengangkatan jaringan yang rusak dan mati sehingga luka menjadi bersih ( Salte , 1994

Pola Kuman

Adalah gambaran jenis kuman yang tumbuh dari bahan sediaan yang ditanamkan pada medium tertentu . Cara Ukur adalah kultur pada, medium tertentu. Alat ukur adalah mikroskop (Jawetz , 1993 ) Onset Kejadian

(22)

4.10 Kerangka Kerja

Penderita baru di IRD RSUP H.Adam Malik Medan

Variable Independen Debridement

Variable dependen Kultur

Predebridement dan Postdebridement

(23)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

Berdasar hasil penelitian dari bulan April sampai dengan Agustus 2010, terhadap penderita dengan fraktur terbuka grade III yang datang ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP H. Adam Malik Medan, dimana subjek penelitian sebanyak 50 penderita,dan telah dikultur dan uji sensitivitas .Dilakukan analisa data, dan didapat beberap karakteristik sampel yaitu :

4.1.1 DISTRIBUSI FRAKTUR BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Tabel 1. Fraktur terbuka grade III berdasarkan jenis kelamin di IRD RSUP H. Adam Malik Medan periode April s/d Agustus 2010.

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) 1 Laki-laki 43 86 2 Perempuan 7 14 Jumlah 50 100

Berdasarkan jenis kelamin didapatkan penderita yang paling banyak menderita fraktur adalah laki-laki yaitu 43 orang (86 %) ,sedangkan perempuan 7 orang (14 %).

Grafik 1.Persentase fraktur terbuka grade III berdasarkan jenis kelamin

(24)

         

4.1.2 DISTRIBUSI FRAKTUR BERDASARKAN UMUR

Tabel 2. Fraktur terbuka grade III berdasarkan umur di IRD RSUP H. Adam Malik Medan periode April s/d Agustus 2010.

NO UMUR (TH) JUMLAH PERSENTASE (%) 1 0 - 14 4 8 2 15 - 29 29 58 3 30 - 44 12 24 4 > 45 5 10 Jumlah 50 100

Pada tabel 2 ,berdasar umur didapat penderita yang paling banyak menderita fraktur adalah kelompok umur 15-34 tahun yaitu 29 orang ( 58% ), sedang kelompok umur 0-14 tahun paling sedikit menderita fraktur.

(25)

4.1.3 DISTRIBUSI FRAKTUR BERDASARKAN LOKASI

Tabel 3. Fraktur terbuka grade III berdasarkan lokasi fraktur di IRD RSUP H. Adam Malik Medan periode April s/d Agustus 2010.

NO TULANG YANG FRAKTUR

JUMLAH PERSENTASE (%) 1 HUMERUS 4 8 2 RADIUS/ULNA 3 6 3 RADIUS 2 4 4 ULNA 1 2 5 FEMUR 11 22 6 TIBIA/FIBULA 10 20 7 TIBIA 16 32 8 FIBULA 3 6

Jumlah 50 100

Pada table 3 ,dapat dilihat menurut lokasi fraktur didapat bahwa lokasi yang terbanyak adalah fraktur didaerah tulang tibia yaitu sebanyak 16 orang (32%), sedang tulang ulna paling sedikit mengalami fraktur yaitu sebanyak 1 orang (2%)

(26)

4.1.4 DISTRIBUSI KUMAN

Tabel 4. Jenis kuman pada fraktur terbuka grade III sebelum dan sesudah dilakukan debridement di IRD RSUP H .Adam Malik Medan periode April s/d Agustus 2010.

X2 hit = 5.63 X2 Table =12.

Pre Debridement Post Debridement Jenis Kuman

Jumlah Persentase (%)

Jumlah Persentase (%) Staphylococus 20 40 19 38 Streptococus 3 6 2 4 Pseudomonas 16 32 15 30 Klebsiella 7 14 5 10 Proteus 2 4 (-) (-) E.Coli 1 2 1 2 Enterobacter 1 2 1 2 Jumlah 50 100 43 86

(27)

Grafik 4. Persentase kuman pada fraktur terbuka grade III, sebelum dan sesudah debridement di IRD RSUP H . Adam Malik Medan ,periode, April s/d Agustus 2010.

Tabel 5.Jumlah penderita hasi l kultur (+) dan jumlah penderita hasil kultur (-), pada penderita fraktur grade III di IRD RSUP H. Adam Malik Medan Periode April s/d Agustus 2010.

Pre Debridement Post Ddebridement Fraktur

Jumlah Persentase (%)

Jumlah Persentase (%) Hasil Kultur (+) 50 100 % 43 46 Hasil Kultur (-) - - 7 14 Jumlah 50 100 % 50 50 X2 hit=4.28 Xtab=3.48

(28)

Grafik 5. Persentase jumlah penderita hasil kultur (+) dan jumlah penderita hasil kultur (-), penderita fraktur grade III di IRD RSUP H. Adam Malik Medan periode April s/d Agustus 2010.

Tabel 6. Kuman gram (-) ,fraktur terbuka grade III sebelum dan sesuda sesudah dilakukan debridement di IRD RSUP H. Adam Malik Medan periode April s/d Agustus 2010.

Predebridement Post Debridement

Kuman

Gram (-) Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase (%)

Pseudomonas 16 32 15 30

Proteus 2 4 (-) (-)

E.Coli 1 2 1 2

Enterobacter 1 2 1 2

Klebsiella 7 14 5 10

Jumlah 27 54 22 44

X2 hit=1.84 Xtab=9.4

Pada table 6 ,Kuman pseudomonas adalah gram (-) , terbanyak yang dijumpai sebelum dan sesudah debridement.Sebelum debridement 16 penderita (32%) dan sesudah debridement yaitu sebanyak 13 penderita (26 %). Berdasar analisa statistik tidak dijumpai perbedaan bermakna antara kuman gram (-) sebelum dan sesudah debridement (p>0.05).

(29)

Tabel 7. Kuman gram (+) pada fraktur terbuka grade III sebelum dan sesudah debridement di IRD RSUP H. Adam Malik Medan periode April s/d Agustus 2010.

Predebridement Post Debridement Kuman

Gram (+) Jumlah Persentase (%)

Jumlah Persentase (%) Staphylococus 20 40 19 38 Streptococus 3 6 2 4 Jumlah 23 46 21 42

Dari tabel 7.Staphylococus ialah Gram (+) terbanyak ,sebelum dan sesudah sesudah debridement. Sebelum debridement 20 penderita (40 %), dan sesudah 1 penderita (38 %)

(30)

Tabel 8Pola kuman berdasarkan Gram (-) atau Gram (+) pada fraktur terbuka grade III sebelum dan sesudah debridement di IRD RSUP H. Adam Malik Medan periode April s/d Agustus 2010.

Gram Negatif Gram Positif Kuman

Jumlah Persentase (%)

Jumlah Persentase (%) Pre Debridement 27 54 23 46 Post Debridement 22 44 21 42 Jumlah 49 98 44 88

X2 hit=0.08 X2tab=3.8

Dari tabel 8 ; Kuman gram (-) lebih banyak dijumpai baik sebelum dan sesudah debridement, sebelum debridement 27 penderita (54 %) dan sesudah 22 penderita (44%).Untuk gram (+) sebelum debridement dialami 23 penderita ( 46 % ), sedang sesudah dialami 21 penderita (42%).Dari analisa statistik tidak dijumpai perbedaan bermakna pola kuman sebelum dan sesudah debridement (p>0.05).

(31)

Grafik 8. Persentase pola kuman antara Gram (+) dan Gram (-) sebelum dan sesudah debridement pada fraktur terbuka grade III,di IRD RSUP H. Adam Malik Medan periode April s/d Agustus 2010.

4.1.5 SENSITIVITAS ANTIBIOTIK

Table 9; Sensitivitas antibiotik terhadap Staphylococus pada penderita

fraktur terbuka di IRD RSUP H.Adam Malik Medan, periode April s/d Agustus 2010.

No  Antibiotika  Jumlah  Susceptible 

   (Kepekaan) 

Persentase  

( %) 

1  Fosmicin  20  15  75 

2  Ceforazon  20  20  100 

3  Levofloxacin  20  17  85 

4  Ampicilin  20  5  25 

(32)

Dari tabel 9,Menunjukan Ceforazone memiliki sensitivitas paling tinggi dibanding antibiotika lain.Dari 20 penderita semua peka Ceforazone (100 %), sedang Ampicilin mempunyai sensitivitas paling rendah hanya 5 penderita yang peka (25 %) .

Grafik 9;Tingkat sensitivitas antibiotika untuk kuman Staphylococus pada penderita fraktur terbuka grade III di IRD RSUP H. Adam Medan, periode April s/d Agustus 2010.

Table 10; Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap Streptococus pada

(33)

No  Antibiotika  Jumlah  Susceptible 

   (Kepekaan) 

Persentase  

( %) 

1  Fosmicin  3  2  66.6 

2  Ceforazon  3  3  100 

3  Levofloxacin  3  3  100 

4  Ampicilin  3  1  33,3 

5  Cefotaxim  3  2  66.6 

Dari tabel 10 menunjukan bahwa Ceforazone dan Levofloxacin memiliki sensitivitas paling tinggi untuk Streptococus. Dari 3 penderita semua peka terhadap kedua sediaan (100 %), sedang Ampicilin mempunyai kepekaan paling rendah ,yaitu hanya 1 orang penderita (33.3 %).

(34)

Table 11;Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap Pseudomonas pada penderita fraktur terbuka Grade III di IRD RSUP H.Adam Malik Medan ,periode April s/d Agustus

No  Antibiotika  Jumlah  Susceptible 

 

Persentase  

( %) 

1  Gentamicin  16  10  62.5 

2  Meropenem  16  16  100 

3  Ciprofloxacin  16  12  75 

4  Streptomicin  16  11  68.75 

5  Cefotaxim  16  8  50 

Dari tabel 11 memperlihatkan bahwa Meropenem mempunyai kepekaan paling tinggi ,Dari 16 penderita semuanya peka terhadap Meropenem (100%) Sedangkan Cefotaxim dari 16 penderita hanya 8 yang peka (50 % ).Menunjukan kepekaan paling rendah dibanding yang lain.

(35)

Table 12; Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap kuman pada Klebsiella

pada penderita fraktur terbuka Grade III di IRD RSUP H.Adam Malik Medan periode April s/d Agustus 2010.

No  Antibiotika  Jumlah  Susceptible 

 

Persentase  

( %) 

1  Gentamicin  7  4  57.14 

2  Meropenem  7  6  85.71 

3  Ciprofloxacin  7  5  71.42 

4  Streptomicin  7  4  57.14 

(36)

Dari tabel 12, memperlihatka bahwa Meropenem mempunyai kepekaan paling tinggi. Dari 7 penderita, ada 6 penderita yang peka terhadap obat tersebut (85.71%) Sedang Gentamicin,Streptomicin dan Cefotaxim mempunyai kepekaan yang sama yaitu dari 7 penderita hanya 4 yang peka (57,14 %) .

Grafik 12; Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap Klebsiella penderita fraktur terbuka Grade III di IRD RSUP H. Adam Malik Medan ,periode April s/d Agustus 2010.

Table 13. Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap kuman pada Proteus

(37)

No  Antibiotika  Jumlah  Susceptible 

 

Persentase  

( %) 

1  Gentamicin  2  1  50 

2  Meropenem  2  2  100 

3  Ciprofloxacin  2  1  50 

4  Streptomicin  2  1  50 

5  Cefotaxim  2  1  50 

Dari tabel 13 memperlihatkan bahwa Meropenem mempunyai kepekaan paling tinggi. Dari 2 penderita semuanya peka terhadap obat tersebut (100% ) Sedangkan Gentamicin, Ciproflixacin, Streptomicin dan Cefotaxim mempunyai kepekaan yang sama hanya 1 penderita (50 %).

Grafik 13;Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap Proteus pada penderita fraktur terbuka Grade III di IRD RSUP H. Adam Malik Medan, periode April s/d Agustus 2010

Table14;Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap kuman pada Enterobacter

(38)

No  Antibiotika  Jumlah  Susceptible 

 

Persentase  

( %) 

1  Gentamicin  1  1  100 

2  Meropenem  1  1  100 

3  Ciprofloxacin  1  ‐  0 

4  Streptomicin  1  1  100 

5  Cefotaxim  1  1  100 

Dari table 14 dapat dilihat bahwa Gentamicin, Meropenem, Streptomicin dan Cefotaxim mempunyai kepekaan yang sama terhadap Enterobacter. Sedangkan Ciprofloxacin tidak peka

(39)

Table 15; Tingkat sensitivitas antibiotika terhadap kuman pada E .Coli pada penderita fraktur terbuka Grade III di IRD RSUP H.Adam Malik Medan Medan,periode April s/d Agustus 2010.

No  Antibiotika  Jumlah  Susceptible  Persentase  

( %) 

1  Gentamicin  1  1  100 

2  Meropenem  1  1  100 

3  Ciprofloxacin  1  1  100 

4  Streptomicin  1  1  100 

5  Cefotaxim  1  ‐  0 

(40)

Dari tabel 15 ditunjukan hanya Cefotaxim yang tidak peka terhadap E.Coli Sedang Gentamicin, Meropenem, Ciprofloxacin dan Streptomicin semua peka

Grafik15; Tingkat sensitivitas antibiotika untuk E. Coli pada penderita fraktur terbuka Grade III di IRD RSUP H.Adam Malik Medan, periode April s/d Agustus 2010.

4.2 PEMBAHASAN

Meskipun telah banyak dilakukan penelitian tentang pola kuman pada fraktur terbuka ,baik sebelum dan sesudah debridement , ternyata terdapat perbedaan dan persamaan hasil dari penelitian sebelumnya pada tempat yang berbeda.

(41)

Enterobacter dan E.Coli. Pada penelitian Parikh (2003) dan Setyawan (2003) memperlihatkan bahwa kuman terbanyak yang dijumpai adalah Staphylococus, baik sebelum dan sesudah debridement, kemudian Pseudomonas sebagai kuman terbanyak kedua. Namun ada penelitian lain, Eka (2010), didapatkan bahwa Pseudomonas adalah kuman terbanyak yang dijumpai, diikuti oleh Staphylococus.Namun dari beberapa hasil penelitian tersebut ada dua kuman yang selalu mendominasi yaitu Staphylococus dan Pseudomonas.

Pada penelitian ini kuman yang terbanyak dijumpai adalah Staphylococus dan Pseudomonas terbanyak kedua dijumpai .Hasil penelitian ini tidak berbeda variasinya dari hasil penelitian sebelumnya, dimana kuman Staphylococus dan Pseudomonas tetap mendominasi.

Secara spesies Staphylococus adalah jenis kuman terbanyak dijumpai, yang berarti bahwa bahwa kuman yang dijumpai banyak berasal dari flora normal dikulit. Namun secara pengelompokan Gram, ternyata Gram (-) lebih banyak dijumpai dibanding Gram (+). Yang berarti banyak fraktur yang terjadi terkontaminasi dengan lingkungan berair.

Berdasarkan analisa statistik tidak dijumpai perbedaan bermakna (p> 0.05), pola kuman yang dijumpai sebelum dan sesudah debridement. Baik secara spesies ataupaun secara pengelompokan dengan pewarnaan gram. Secara spesies Staphylococus adalah kuman terbanyak baik sebelum dan sesudah debridement. Sedang secara pewarnaan gram, bahwa kelompok Gram (-), terbanyak dijumpai baik sebelum ataupun sesudah debridement.

(42)

Dalam hal ini debridement membawa manfaat yang besar untuk mengurangi angka infeksi pada fraktur terbuka.

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Fraktur terbuka Grade III paling banyak dijumpai pada penderita laki- laki, yaitu 43 penderita (86 %) ,sedang perempuan hanya 7 penderita (14 %). Fraktur terbuka Grade III paling banyak dijumpai pada penderita umur 15 tahun sampai 29 tahun, yaitu 29 orang ( 58 % ). Fraktur terbuka Grade III paling banyak berlokasi ditulang Tibia, yaitu 16 orang (32 %) .

2. Kuman terbanyak yang dijumpai adalah Staphylococus ,baik sebelum atau sesudah debridement. Sebelum debridement 20 penderita (40%), sedang sesudah debridement 19 penderita (38 %). Secara keseluruhan lebih banyak dijumpai kuman Gram (-), dibanding dengan kuman Gram (+), baik sebelum atau sesudah debridement . Hasil sebelum debridement didapat 27 penderita (54%), sedang sesudah debridement 22 penderita (44 %).

3. Debridement mengurangi angka infeksi ,dari 50 penderita (100 %),hasil kultur kuman (+) sebelum debridement menjadi 43 penderita kultur (+). 4. Antibiotika yang paling sensitif untuk Staphylococus yaitu Ceforazone, sedang Streptococus yaitu Ceforazone dan Levofloxacin. Keduanya adalah gram (+), jadi antibiotika yang paling sensitif untuk Gram (+) adalah Ceforazone.

(44)

yaitu Gentamicin dan Meropenem, sedang untuk E.Coli yang paling sensitif adalah Gentamicin, Meropenem, Streptomicin dan Cefotaxim. Jadi pilihan terbaik untuk gram (-) adalah Meropenem.

5.2 SARAN

1. Meskipun telah didebridement, masih banyak dijumpai pertumbuhan kuman. Sehingga debridement berulang diperlukan untuk mengurangi infeksi. Inforamasi terhadap penderita dan keluarga penderita tentang debridement berulang diperlukan

(45)

Daftar Pustaka

Apley AG ,1995,” Prinsip Fraktur, “ Dalam : Solomon L , Apley AG, Buku Ajar, Ortopaedi dan Fraktur Sistem Apley , 7 th Edition , Jakarta : Widya Medika, : 238-285 .

Bobby KB , 1997, “Orthopedics,” In : Way LW , Doherty GM, Current Surgical diagnosis and Treatment,7th Edition United States of America : McGraw – Hill :1116-2229 .

Eka , 2006 , “ Pola kuman pada penderita fraktur terbuka sebelum dan sesudah debridement di RSUP Sanglah Denpasar” Universitas Udayana Bali.

Gustilo RB,1993,”Open Fraktur,In:Gustilo RB, Kyle RF,Templemen DC Fractures and Dislocations, Vol I, Philadelpia : Mosby : 169 - 193.

Jawetz E, 1993 , ” Pembiakan Jasad-Jasad Renik” Dalam Jawetz E, Melnick Melnick JL , Mikrobiologi 16 th Edition ,Jakarta : Penerbit Buku kedokteran : 96 - 105

(46)

mendapat patah tulang pada kecelakaan lalulintas” Universitas Sumatera Medan.

Rasjad C, 2003, “ Trauma ,“ Dalam : Rasjad C, Pengantar Ilmu Bedah Orthopaedi , 12 th Edition, Makasar : Bintang Lamupatue : 321-.482.

Salter RB ,1994,” Musculoskeletal Injuries,”In:Salter RB, Textbook of Disoerders Injuries The Musculoskeletal System, 3 rd, Edition Pensylvania William and Wilkins : 417-430

Seekamp A,2000,”Bacterial Culture andInfection,”In;Seekamp,Schandermarer P, Krithcek C, Fracture, Base l : Kanton : 131 - 138

Skinner HB ,2000, ‘” Musculoskeletal Trauma Surgery “,In: Skinner HB , Current , Diagnosis And Treatment in Orthopedics , 7 th Edition United

States of America McGraw - Hill, : 124 -1 55.

Sertyawan, 2003,” Perbandingan pola kuman sebelum dan sesudah debridement fraktur terbuka debridement. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

(47)

DAFTAR ISIAN PENELITIAN

1. No Penelitian : Tanggal masuk Rumah Sakit : No Rekam Medik :

2. Identitas penderita : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Diagnosis : Tanggal Pengambilan Sample I : Tanggal Pengambilan Sample II : Tanggal Kultur I : Tanggal Kultur II :

Nama dan Paraf Pemeriksa

(48)

LAMPIRAN II

DAFTAR PENDERITA FRAKTUR GRADE III JENIS KELAMIN LAKI-LAKI NO MR LOKASI FRAKTUR KULTUR

I

KULTUR II

1 425727 OS RADIUS/ ULNA STAPHYLOCOCUS STAPHYLOCOCUS

2 425793 OS TIBIA STAPHYLOCOCUS STAPHYLOCOCUS

3 425945 OS TIBIA STAPHYLOCOCUS STAPHYLOCOCUS

4 425971 OS TIBIA PSEUDOMONAS PSEUDOMONAS

5 426701 OS RADIUS PSEUDOMONAS ( - )

6 426888 OS TIBIA PSEUDOMONAS PSEUDOMONAS

7 426912 OS TIBIA STAPHYLOCOCUS STAPHYLOCOCUS

8 426971 OS TIBIA KLEBSIELLA STAPHYLOCOCUS

9 427502 OS TIBIA/FIBULA STAPHYLOCOCUS STAPHYLOCOCUS

10 427519 OS FIBULA ENTEROBACTER ENTEROBACTER

11 427781 OS TIBIA PSEUDOMONAS STAPHYLOCOCUS

12 427864 OS HUMERUS PSEUDOMONAS PSEUDOMONAS

13 428418 OS RADIUS STAPHYLOCOCUS PSEUDOMONAS

14 428752 OS HUMERUS KLEBSIELLA ( - ) 15 429081 OS TIBIA STAPHYLOCOCUS ( - )

16 429118 OS RADIUS/ULNA PSEUDOMONAS PSEUDOMONAS

17 429525 OS HUMERUS KLEBSIELLA KLEBSIELLA

18 430217 OS TIBIA/FIBULA PSEUDOMONAS PSEUDOMONAS

19 430471 OS FIBULA PSEUDOMONAS PSEUDOMONAS

20 432397 OS FEMUR KLEBSIELLA KLEBSIELLA

21 433268 OS TIBIA/FIBULA STAPHYLOCOCUS STAPHYLOCOCUS 22 433553 OS FEMUR PROTEUS ( - )

23 433857 OS FIBULA STAPHYLOCOCUS ( - )

24 433895 OS TIBIA/FIBULA STAPHYLOCOCUS STAPHYLOCOCUS

25 434059 OS TIBIA STAPHYLOCOCUS STAPHYLOCOCUS

26 434579 OS TIBIA/FIBULA STREPTOCOCUS STREPTOCOCUS

27 434858 OS TIBIA KLEBSIELLA KLEBSIELLA

28 434934 OS TIBIA PSEUDOMONAS PSEUDOMONAS

29 435002 0S TIBIA/FIBULA STAPHYLOCOCUS STAPHYLOCOCUS

30 435127 OS TIBIA PSEUDOMONAS PSEUDOMONAS

31 435460 OS FEMUR STAPHYLOCOCUS ( - )

32 435666 OS FEMUR PSEUDOMONAS PSEUDOMONAS

33 435678 OS FEMUR PROTEUS STAPHYLOCOCUS

34 435681 OS FEMUR KLEBSIELLA KLEBSIELLA

35 436299 OS FEMUR PSEUDOMONAS ( - )

36 436512 OS HUMERUS STAPHYLOCOCUS STAPHYLOCOCUS

(49)

38 436675 OS FEMUR KLEBSIELLA KLEBSIELLA 39 437068 OS TIBIA/FIBULA PSEUDOMONAS PSEUDOMONAS 40 437089 OS TIBIA/FIBULA STAPHLOCOCUS STAPHYLOCOCUS

41 437179 OS TIBIA/FIBULA E.COLI E.COLI

42 437656 OS RADIUS/ULNA PSEUDOMONAS PSEUDOMONAS

43 439826 OS TIBIA PSEUDOMONAS PSEUDOMONAS

DAFTAR PENDERITA FRAKTUR GRADE III JENIS KELAMIN PEREMPUAN NO MR LOKASI

FRAKTUR

KULTUR I

KULTUR II

1 424901 OS TIBIA STAPHYLOCOCUS STAPHYLOCOCUS

2 427530 OS TIBIA/FIBULA PSEUDOMONAS PSEUDOMONAS

3 427666 OS TIBIA STAPHYLOCOCUS STAPHYLOCOCUS

4 429247 OS FEMUR STAPHYLOCOCUS STAPHYLOCOCUS

5 431153 OS TIBIA STREPTOCOCUS STREPTOCOCUS

6 437184 OS FIBULA STAPHYLOCOCUS SYAPHYLOCOCUS

7 439060 OS ULNA PSEUDOMONAS PSEUDOMONAS

DAFTAR OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK TES SENSITIVITAS Gram (-) Gram (-)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan lari rutin selama 30 menit yang dikombinasikan dengan latihan otot inti dapat menurunkan persentase lemak secara signifikan tetapi tidak dapat meningkatkan massa

Lebih lanjut, pelatihan pengelolaan perpustakaan ini berguna untuk pencerahan atau solusi jangka pendek apa yang harus dilakukan oleh pengelola perpustakaan dalam

[r]

I Gusti Putu Sudiarta, Pengaruh Model Pembelajaran Ikrar Berorientasi Kearifan Lokal Dan Kecerdasan Logis Matematis Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, jurnal,

7,6 Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis seperti hipertensi, diabetes melitus, pertambahan usia, ada riwayat keluarga

Dengan mencermati ayat di atas, kita akan mengetahui bahwa kalimat yang disebutkan di atas adalah “kembali kepada-Nya” dan bukan “kembali di dalam-Nya” sehingga hal ini tidak

Amenore bisa terjadi akibat kelainan di otak, kelenjar hipofisa, kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium (indung telur) maupun bagian dari sistem reproduksi lainnya.Dalam

Yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Metode yang digunakan adalah metode penelitian normatif yang