• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode 2014-2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode 2014-2015."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

UNI VERSI TAS SUMATERA UTARA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit ginjal kronis (PGK) didefinikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi penurunan fungsi ginjal sepanjang waktu, ditandai oleh penurunan laju filtrasi glomerulus hingga kurang dari 60 mL/menit/1.73 m3. Pasien dengan PGK stadium 1 dan 2 biasanya tidak memiliki tanda dan gejala klinis. Berbeda dengan pasien dengan PGK stadium akhir (stadium 4 dan 5), pasien pada stadium ini telah mengalami tanda-tanda klinis gangguan cairan atau elektrolit, seperti malnutrisi, penurunan berat badan yang signifikan, dan kelemahan otot. Pasien dengan PGK dilaporkan memiliki risiko 3-5 kali lebih tinggi untuk kejadian rawat inap di rumah sakit dibandingkan dengan pasien tanpa PGK, dengan tingkat kematian mencapai 76%. Pasien dengan PGK juga dikaitkan dengan peningkatan risiko hemodialisis, gangguan seksual dan reproduksi, dan kekurangan kadar vitamin D dibawah normal dalam tubuh1

Penyakit ginjal kronik tidak hanya akan menyebabkan gagal ginjal, tetapi juga menyebabkan komplikasi kardiovaskular, infeksi, gangguan kognitif dan gangguan metabolik dan endokrin seperti anemia, renal osteodistrofi, dan osteomalasia.2, 3, 4

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Menurut World Health Organization (WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian.5

(2)

UNI VERSI TAS SUMATERA UTARA intertisial.7,6 Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis seperti hipertensi, diabetes melitus, pertambahan usia, ada riwayat keluarga penyakit ginjal kronik, obesitas, penyakit kardiovaskular, berat lahir rendah, penyakit autoimun seperti lupus eritematosus sistemik, keracunan obat, infeksi sistemik, infeksi saluran kemih, batu saluran kemih dan penyakit ginjal bawaan.8, 9

Di Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insidensi penyakit ginjal kronis diperkirakan 100 kasus per juta penduduk per tahun, dan angka ini meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Prevalensi penyakit ginjal kronis atau disebut juga Chronic Kidney Disease (CKD) meningkat setiap tahunnya. Dalam kurun waktu 1999 hingga 2004, terdapat 16,8% dari populasi penduduk usia di atas 20 tahun mengalami PGK. Persentase ini meningkat bila dibandingkan data 6 tahun sebelumnya, yaitu 14,5%.2

Pada derajat awal, penyakit ginjal kronis belum menimbulkan gejala dan tanda, bahkan hingga laju filtrasi glomerulus sebesar 60% pasien masih asimtomatik tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.8, 10 Keluhan yang timbul pada fase ini biasanya berasal dari penyakit yang mendasari kerusakan ginjal, seperti edema pada pasien dengan sindroma nefrotik atau hipertensi sekunder pada pasien dengan penyakit ginjal polikistik. Kelainan secara klinis dan laboratorium baru terlihat dengan jelas pada derajat 3 dan 4.8 Saat laju filtrasi glomerulus sebesar 30%, keluhan seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan mulai dirasakan pasien. Pasien mulai merasakan gejala dan tanda uremia yang nyata saat laju filtrasi glomelurus kurang dari 30%.10

(3)

UNI VERSI TAS SUMATERA UTARA Pengurangan massa ginjal menyebabkan hipertrofi sruktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephron) sebagai kompensasi. Respon terhadap penurunan jumlah nefron ini dimediasi oleh hormon vasoaktif, sitokin dan faktor pertumbuhan. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang tersisa. Proses ini akan diikuti oleh penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.10

Penyakit ginjal kronis merupakan penyakit yang saat ini jumlahnya sangat meningkat, dari survei yang dilakukan oleh Pernefri (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) pada tahun 2009, Prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 12,5%, yang berarti terdapat 18 juta orang dewasa di Indonesia menderita penyakit ginjal kronik.11

Hasil penelitian Sinabariba (2002), terdapat 158 penderita PGK di RSUP. H. Adam Malik Medan selama periode tahun 2000-2001.9

Hasil penelitian Handayani (2006) di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP. Nusantara II Medan terdapat 126 penderita PGK yang dirawat inap di rumah sakit tersebut selama priode 2002-2004, dimana tahun 2002 sebanyak 32 orang (25,40%) tahun 2003 sebanyak 36 orang (28,57%) dan tahun 2004 sebanyak 58 orang (46,03%).12

Berdasarkan hasil penelitian Ginting (2008) terjadi peningkatan penderita PGK dari tiga tahun sebelumnya di RSUP. H. Adam Malik Medan, dimana selama periode 2004-2007 terdapat 934 penderita PGK yang dirawat inap dengan perincian, pada tahun 2004 sebanyak 116 orang (12,5%) tahun 2005 sebanyak 189 orang (20,2%) tahun 2006 sebanyak 275 orang (29,4%) dan tahun 2007 sebanyak 354 orang (37,9%).13

(4)

UNI VERSI TAS SUMATERA UTARA Berdasarkan survei pendahuluan di RSUP. H. Adam Malik Medan, terdapat peningkatan jumlah penderita PGK yang sangat drastis mencapai 633 penderita pada tahun 2011. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, diperlukan penelitian untuk mengetahui karakteristik dan faktor risiko penyakit ginjal kronik di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan huraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat utama baik di negara maju maupun berkembang khususnya Indonesia karena angka kematian dan prevalensi yang terus bertambah dan menyebabkan dampak secara individual maupun sektor kesehatan secara keseluruhan sehingga harus segera dicegah. Untuk itu peneliti berpikir bahwa perlu diteliti prevalensi dan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian penyakit ginjal kronis pada pasien hemodialisis di RSUP H. Adam Malik, Medan, Indonesia pada tahun 2014-2015.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko penyakit ginjal kronis pada pasien hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan, Indonesia pada tahun 2014-2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mendata distribusi prevalensi penyakit ginjal kronispada pasien hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarakan jenis kelamin

2. Mendata distribusi prevalensi penyakit ginjal kronis pada pasien hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015 bersarkan tingkatan umur

(5)

UNI VERSI TAS SUMATERA UTARA 4. Mendata distribusi prevalensi penyakit ginjal kronis pada pasien

hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan riwayat penyakit hipertensi

5. Mendata distribusi prevalensi penyakit ginjal kronis pada pasien hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan riwayat penyakit diabetes mellitus

6. Mendata distribusi prevalensi penyakit ginjal kronis pada pasien hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan riwayat infeksi saluran kemih

7. Mendata distribusi prevalensi penyakit ginjal kronis pada pasien hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan riwayat batu saluran kemih

8. Mendata distribusi prevalensi penyakit ginjal kronis pada pasien hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan penyakit glomerulonefritis

9. Mendata distribusi prevalensi penyakit ginjal kronis pada pasien hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan riwayat penyakit ginjal polikistik

10. Mendata distribusi prevalensi penyakit ginjal kronis pada pasien hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2015 berdasarkan riwayat obesitas sentral

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang prevalensi dan faktor-faktor risiko penyakit ginjal kronis pada pasien hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan.

(6)

UNI VERSI TAS SUMATERA UTARA 3. Diharapkan dapat memberi informasi tambahan bagi penelitian lanjutan

tentangprevalensi dan faktor resiko penyakit ginjal kronis pada pasien hemodialisa di Medan, Indonesia di fokuskan di RSUP H. Adam Malik. 4. Diharapkan dari penelitian yang akan dilakukan dapat menentukan faktor

resiko utama penyakit ginjal kronis dan dapat di fokuskan bagi pembenterasannya.

5. Data dan sumber acuan informasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya mengenai penyakit ginjal kronik pada pasien hemodialisis 6. Pengembangan wawasan dan kemampuan peneliti dalam menyelesaikan

Referensi

Dokumen terkait

2014 menyatakan Pelelangan Gagal dengan mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun

Ada pengaruh latihan sirkuit terhadap peningkatan ketepatan membidik panahan pada anak putri usia 10-12 tahun. Berdasarkan hasil uji t mengenai perbedaan pengaruh

Data variabel salah satu sampel yang diteliti disajikan pada Tаbel 1.1 yаitu profitabilitas dengаn proksi Return On Asset (ROA), siklus konversi kas ( Cash Conversion

Kegiatan observasi ini dilakukan di sekolah yang akan dijadikan tempat PLT. Tujuan dari kegiatan observasi ini adalah agar mahasiswa mengenal dan memperoleh gambaran sekilas tentang

(2) Wajib Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat, sesuai dengan

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado. Raya Adipura, Kima Atas, Mapanget, Manado 95259, Sulawesi Utara. Pemilihan jenis tanaman yang tepat merupakan faktor penentu dalam

Namun para pemikir dan pemerhati pendidikan Islam terus berupaya untuk mengikis dikotomi tersebut, salah satu bentuknya adalah adanya pesantren yang

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna ( p=0,521>0,05), artinya setelah pemakaian medial arch support selama 4 minggu dan para orang