• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN

5.3 Sensitivitas, Spesifisitas dan Akurasi FSSG dan GerdQ

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji ROC, diperoleh hasil bahwa dalam menetapkan diagnosis esofagitis refluks berdasarkan hasil endoskopi, kuesioner GerdQ lebih baik daripada FSSG (Nilai P 0,001 vs. 0,318) dengan sensitifitas 100%, spesifisitas 73,8%, dan akurasi 86,9% (Tabel 5.2 dan Gambar 5.1). Penjelasan yang bisa dikemukakan untuk spesifisitas dan akurasi FSSG yang lebih rendah (23,1% dan 61,5%) adalah bahwa kuesioner FSSG (memuat 12 pertanyaan; meliputi 7 pertanyaan untuk gejala refluks dan 5 pertanyaan untuk dismotiliti yang sifat pertanyaannya lebih detil dibandingkan GerdQ ) rumit untuk dipahami oleh subyek penelitian. Hal ini mungkin terletak pada kesulitan dalam membedakan antara gejala refluks dan gejala dismotiliti secara tepat, sehingga dapat terjadi tumpang tindih yang berbeda dari kenyataan yang dirasakan subyek sebenarnya. Di samping itu, penilaian untuk frekuensi masing-masing gejala pada FSSG bisa

dikatakan “kurang definitif” ( jarang vs kadang-kadang, sering vs selalu; opsi-opsi ini kemungkinan besar membingungkan pasien serta menyulitkan untuk mendapatkan frekuensi gejala yang akurat ). Sementara itu, kuesioner GerdQ terdiri dari 6 pertanyaan yang walaupun juga memuat gejala refluks dan dispepsia/dismotiliti namun lebih sederhana serta frekuensi gejala dinyatakan dengan

“satuan” yang lebih pasti yaitu jumlah hari dalam satu minggu (0-7 hari).

Gambar 5.1 Kurva ROC Perbandingan antara Kuesioner FSSG dan GerdQ dalam memprediksi Esofagitis Refluks

Tabel 5.2. Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Kuesioner FSSG dan GerdQ terhadap Hasil Endoskopi

Variabel Normal Esofagitis Lainnya

Sensitifitas FSSG 70,4% 100% 81,6% GerdQ 29,6% 100% 23,7% Spesifisitas FSSG 15,6% 23,1% 23,5% GerdQ 64,4% 73,8% 55,9%

Positive predictive value

FSSG 33,3% 12,3% 54,4%

GerdQ 33,3% 29,2% 37,5%

Negative predictive value

FSSG 53,3% 0,0% 46,7% GerdQ 39,6% 0,0% 60,4% Akurasi FSSG 43% 61,5% 52,6% GerdQ 47% 86,9% 39,8% Nilai P FSSG 0,320 0,318 0,710 GerdQ 0,675 0,001* 0,137

Keterangan: uji sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi dilakukan menggunakan uji kurva ROC.

Keterangan. Nilai signifikansi antara kelompok normal dan lainnya dilakukan menggunakan uji Student T-Test sedangkan antara kelompok normal vs. Esofagitis dan kelompok lainnya vs. Esofagitis menggunakan uji Mann-Whitney dengan batas signifikansi jika P<0.05.

Gambar 5.2 Perbandingan antara Skor Kuesioner FSSG dan GerdQ terhadap Hasil Temuan Endoskopi

Ketika dilakukan uji hipotesis dengan uji Student T dan uji Mann Whitney-U

terhadap masing-masing skor FSSG total dan skor GerdQ total, ternyata hasil yang didapatkan mengkonfirmasi hasil yang diperoleh dari uji ROC, yaitu GerdQ lebih superior daripada FSSG dalam membedakan esofagitis refluks dengan dispepsia fungsional (dinyatakan dengan hasil endoskopi normal tanpa gejala GERD) dan diagnosis lainnya (gastritis, ulkus antrum, hernia hiatal esofagus). Dengan demikian, GerdQ dapat diaplikasikan dalam praktik klinik sehari-hari untuk membantu menegakkan diagnosis esofagitis refluks tanpa pemeriksaan endoskopi sebelumnya. Sampai saat laporan hasil penelitian ini ditulis, sepanjang pengetahuan peneliti belum ada penelitian yang membandingkan antara FSSG dan GerdQ dengan gambaran endoskopi baik di Indonesia maupun di negara lainnya.

Dalam studi dengan 475 sampel yang dilakukan oleh berbagai institusi kedokteran dan rumah sakit di Jepang terlihat bahwa ketika dibandingkan dengan gambaran endoskopi, tidak ditemui perbedaan antara kuesioner FSSG dengan QUEST dalam hal sensitivitas, spesifisitas maupun akurasi baik untuk diagnosis GERD maupun semua diagnosis lainnya. Masih dalam penelitian yang sama, 27

didapatkan hasil yang menunjukkan gambaran endoskopi bahwa skor FSSG merefleksikan keparahan endoskopis GERD, sehingga FSSG dapat digunakan untuk evaluasi gejala/respon terapi pasien GERD (Danjo dkk, 2009).

Penggunaan endoskopi saluran cerna bagian atas sebagai standar baku emas penegakan diagnosis telah disetujui di Indonesia, yang dituangkan dalam Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal di Indonesia tahun 2004 (Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia, 2004). Sementara itu, standar baku emas diagnosis GERD berdasarkan Konsensus Montreal tahun 2006 adalah pemantauan pH esofagus 24 jam (Vakil dkk, 2006). Beberapa studi menunjukkan bahwa pemantauan dengan kapsul pH nirkabel 48 jam memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan pemantauan pH esofagus tradisional 24 jam dengan menggunakan kateter transnasal, di antaranya yaitu dapat mengidentifikasi pasien dengan refluks asam dalam jumlah yang lebih banyak, data yang didapatkan juga lebih banyak, dan ditoleransi dengan lebih baik oleh pasien karena tidak mengganggu aktifitas sehari-hari (Lacy dkk, 2010), (Wong dkk, 2006), (Wenner dkk, 2007). Terdapat satu penelitian baru-baru ini yang melibatkan 180 pasien, dilakukan di Libanon dan Amerika Serikat yang membandingkan kuesioner GerdQ dengan pemantauan pH esofagus 48 jam (nirkabel menggunakan kapsul) untuk identifikasi GERD. Ternyata, dibandingkan dengan pemantauan kapsul pH nirkabel, GerdQ hanya memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang moderat (berturut-turut 66% dan 48%) sehingga tidak direkomendasikan untuk sarana skrining GERD. Masih dalam penelitian yang sama, didapatkan bahwa skor GerdQ yang lebih/makin tinggi bersifat prediktif terhadap pH esofagus yang abnormal pada subyek yang tidak mengkonsumsi PPI (Lacy dkk, 2011).

Penelitian ini memiliki kelemahan. Pertama, jumlah sampel yang sedikit dan prevalensi esofagitis refluks yang rendah sehingga tidak diperoleh keseluruhan grade

esofagitis. Hal ini menyebabkan hubungan antara jumlah skor FSSG maupun jumlah skor GerdQ dengan tingkat keparahan secara endoskopik tidak dapat dianalisis, sehingga kuesioner mana yang lebih baik untuk mengevaluasi terapi esofagitis refluks tidak dapat ditentukan. Kedua, penelitian ini menggunakan klasifikasi endoskopik Los Angeles yang tidak memasukkan grade M (minimal changes) 28

sehingga bagi sebagian kalangan akan dapat dianggap sebagai kelemahan yang signifikan, karena mungkin saja sebagian dari hasil temuan endoskopi yang normal sebenarnya adalah grade M yang mengkonfirmasi diagnosis NERD. Ketiga, tidak dilakukan penyesuaian (adjustment) secara statistik terhadap factor-faktor bias yang dapat mempengaruhi pemahaman pasien dalam mengisi kuesioner, seperti usia, tingkat pendidikan, pekerjaan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil yang diperoleh pada penelitian ini serta pembahasannya, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut :

Kuesioner GerdQ lebih baik dibandingkan dengan kuesioner FSSG dalam hal spesifisitas dan akurasi untuk menegakkan diagnosis esofagitis refluks di RSUP Haji Adam Malik Medan.

6.2 Saran

1. Mengacu pada hasil penelitian, perlu diadakan suatu validasi secara resmi terhadap penerjemahan kuesioner GerdQ ke dalam bahasa Indonesia, sehingga diperoleh keseragaman dalam pemakaiannya secara luas di seluruh Indonesia.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar yang tidak hanya berfokus pada manfaat kuesioner-kuesioner GERD dari segi diagnostik, namun juga untuk evaluasi terhadap respon terapi dan dampak GERD terhadap kualitas hidup.

3. Mengingat gejala klinis GERD yang multidimensional dan sering bervariasi antara penderita di satu negara dengan negara lain, perlu dikembangkan satu kuesioner berdasarkan gejala-gejala umum serta gejala-gejala lainnya yang “karakteristik” dari penderita GERD di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong D, Gittens S, Vakil N. The Montreal consensus and the diagnosis of gastroesophageal reflux disease (GERD): A central American need analysis. CDDW 2008. Available from URL: http//www.pulsus.com/cddw2008/abs/ 195.htm.

Bardhan KD, Berghofer P. Look-but also listen! RequestTM : An assay on a new validated scale to access the outcome of GERD treatment. Digestion 2007; 75 (Suppl 1) : 87-100.

Carlsson R, Dent J, Bolling-Sternevald E, Johnsson F, Junghard O, Lauritsen K, et al. The usefulness of a structured questionnaire in the assessment of symptomatic gastroesophageal reflux disease. Scand J Gastroenterol. 1998;33:1023-9.

Danjo A, Yamaguchi K, Fujimoto K, Saitoh T, Inamori M, Ando T, et al. Comparison of endoscopic findings with symptom assessment systems (FSSG and QUEST) for gastroesophageal reflux disease in Japanese centres. J Gastroenterol Hepatol 2009; 24: 633-38.

Dent J. Endoscopic grading of reflux oesophagitis : The past, present, future. Best Practice & Research Clinical Gastroenterology 2008;22:585-89.

DeVault KR, Castell DO. Updated guidelines for the diagnosis and treatment of gastroesophageal reflux disease. Am J Gastroenterol 2005;100:190-200.

Fisichella PM, Patti MG. Gastroesophageal reflux disease. 2011. Available from http//www.emedicine.medscape.com/article/176595-overview. Accessed 8 October, 2011.

Goh KL, Wong CH. Gastrooesophageal reflux disease: An Emerging Disease in Asia. J Gastroenterol Hepatol 2006; 2:118-23.

Hiltz SW, Black E, Modlin EM, Johnson SP, Schoenfeld PS, Allen J, et al. American Gastroenterological Association medical position statement on the management of gastroesophageal reflux disease. Gastroenterology 2008;135:1383-91.

Hongo M, Kinoshita Y, Shimozuma K, Kumagai Y, Sawada M, Nii M. Psychometric validation of the Japanese translation of the quality of life in reflux and dyspepsia questionnaire in patients with heartburn. J gastroenterol 2007; 42: 802-15.

Jones R, Junghard O, Dent J, Vakils N, Halling K, Wernersson B, et al. Development of the GerdQ, a tool for the diagnosis and management of gastroesophageal reflux disease in primary care. Aliment Pharmacol Ther 2009;30: 1030-38. Jones R, Coyne K, Wiklund I. The gastroesophageal disease impact scale : a patient

management tool for primary care. Aliment Pharm Ther 2007;25: 1452-9.

Jung HK. Epidemiology of gastroesophageal reflux disease in Asia : A systematic review. J Neurogastroenterol Motil 2011; 17: 14-27.

Kelompok Studi GERD Indonesia. Konsensus nasional penatalaksanaan penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia 2004. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia 2004.p.7-17.

Kusano M, Shimoyama Y, Sugimoto S, Kawamura O, Maeda M, Minashi K, et al. Development and evaluation of FSSG : frequency scale for the symptoms of GERD. J Gastroenterol 2004; 39: 888-91.

Lacy BE, WeiseR K, Chertoff J, et al. The diagnosis of GERD. Am J Med 2010;123:583-92.

Lacy BE, Chehade R, Crowell MD. A prospective study to compare a symptom- based reflux disease questionnaire to 48-h wireless Ph monitoring for the identification of gastroesophageal reflux (revised 2-26-11). Am J Gastroenterol 2011;106:1604-11.

Makmun D. Penyakit refluks gastroesofageal. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009.hal.481-95.

Ndraha S. Frequency scale for the symptoms of GERD score for gastroesophageal reflux disease in Koja Hospital. The Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology and Digestive Endoscopy 2010;2:75-8.

Rentz AM, kahrilas P, Stanghellini V, et al. Development and psychometric evaluation of the patient assessment of upper gastrointestinal symptom severity index PAGI-S in patients with upper gastrointestinal disorders. Qual Life Res 2004; 13: 1737-49.

Rubin G, Uebel P, Brimo Hayek A, et al. Validation of a brief questionnaire (ReQuest in practice) for patients with gastroesophageal reflux disease. Aliment Pharmacol Ther 2008; 27: 846-51.

Shaw M, Talley NJ, Beebe T, Rockwood T, Carlsson R, Adlis S, Fendrick AM, Jones R, Dent J, Bytzer P: Initial validation of a diagnostic questionnaire for gastroesophageal reflux disease. Am J Gastroenterol 2001, 96:52-57

Shaw M, Dent J, Beebe T, Junghard O, Wiklund I, Lind T, et al. The Reflux Disease Questionnaire: a measure for assessment of treatment response in clininical trials. Health and Quality Life Outcomes 2008; 6: 31.

Stanghellini V, Armstrong D, Monnikes H, Bardhans KD. Systematic Review: do we need a new gastro-oesophageal reflux disease questionaire? Aliment Pharmacol Ther 2004; 19: 463-79.

Vakil N, van Zanten SV, Kahrilas P, Dent J, Jones R; Global Consensus Group. The Montreal definition and classification of gastroesophageal reflux disease: a global evidence-based consensus. Am J Gastroenterol 2006;101:1900-1920.

Wenner J, Johnsson F, Johansson J,et al. Wireless esophageal Ph monitoring is better tolerated than the catheter-based technique: results from a randomized cross over trial. Am J Gastroenterol 2007;102:229-45.

Wong WM, Bautista J, Dekel R et al. Feasibility and tolerability of transnasal/per- oral placement of the wireless Ph capsule vs. traditional 24-h Ph monitoring-a randomized trial. Aliment Pharmacol Ther 2005;21:155-63.

Wong WM, Lam KF, Lai KC, et al. A validated symptoms questionnaire (Chinese GerdQ) for the diagnosis of gastroesophageal reflux disease in Chinese population. Aliment Pharmacol Ther 2003; 17: 1407-13.

Lampiran 1 : Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subyek Penelitian

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi/siang Bapak/Ibu, pada hari ini, saya Dr. Restuti Hidayani

Saragih akan melakukan penelitian yang berjudul “Perbandingan antara gambaran

endoskopi dan sistem skala Frequency Scale for The Symptoms of GERD (FSSG) dan GERD Questionnaire (GerdQ) pada pasien penyakit refluks gastroesofageal” ;

dimana kedua kuesioner tersebut masing-masing tersususun atas 12 pertanyaan dan 5 pertanyaan tentang gejala-gejala tidak enak/nyeri di bagian perut bagian atas/bawah, mual, kembung, dll, yang bapak/ibu rasakan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan antara FSSG dan GerdQ untuk mencari kuesioner yang lebih baik untuk menegakkan diagnosis penyakit refluks gastroesofageal, sehingga manfaatnya adalah penyakit yang diderita pasien lebih cepat dan lebih mudah diketahui diagnosanya oleh dokter. Adapun tidak ada efek samping yang akan dialami oleh bapak dan ibu selama berpartisipasi dalam penelitian ini. Adapun biaya penelitian ini ditanggung oleh peneliti (saya) sendiri.

Pada Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nantinya akan diharuskan mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian, memberikan keterangan berupa pengisian dua kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan seputar gejala-gejala yang bapak/ibu rasakan. Kemudian dilakukan pemeriksaan komputer (USG) perut, dan tindakan gastroskopi, di mana sebelumnya dilakukan persiapan berupa puasa 8-10 jam sebelum tindakan tersebut dilaksanakan.

Nantinya, skor/poin yang didapat dari kuesioner yang bapak/ibu isi akan dibandingkan dengan hasil gambaran gastroskopi.

Bila masih terdapat pertanyaan, maka Bapak/Ibu dapat menghubungi saya : Nama : Dr.Restuti Hidayani Saragih

Alamat :Kompleks Taman Setia Budi Indah (Jl. Setia Budi) Blok L No 21 Medan.

Telepon : 081311346887

Peneliti :

(Dr.Restuti Hidayani Saragih) 34

Dokumen terkait