• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.2 Teori yang Mendukung

2.1.2.3 Sensitivitas

Sensitivitas adalah pertimbangan resiko yang harus diperhitungkan (Kasmir, 2010: 275). Sensitivitas adalah perihal cepat menerima rangsangan ataupun kepekaan (KBBI Daring). Sensitivitas adalah respon seseorang atau organisasi dalam menghadapi suatu peristiwa yang dapat menguntungkan, merugikan atau membahayakan. Indikator sensitivitas terdapat pada tabel 2.3.

Tabel 2. 3 Tabel Sensitivitas Siswa

No Indikator Contoh

1. Menunjukkan sikap partisipasi terhadap lingkungan hijau

Mengikuti kegiatan Gotong Royong.

2. Menunjukkan pemahaman tentang kebersihan Lingkungan

Membuang sampah pada tempatnya.

3. Menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan hijau

Membantu membersihkan lingkungan sekitar.

4. Menunjukkan sikap menghargai terhadap makhluk hidup di lingkungan

Membantu merawat tanaman di lingkungan sekitar.

5. Menumbuhkan rasa empati terhadap lingkungan

Membantu teman atau orang di sekitar untuk membersihkan

lingkungan.

20 2.1.2.4 Lingkungan

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.

Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik (Harun, 1993). Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).

Dalam arti luas, lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain, lingkungan adalah sesuatu yang tampak dan terdapat pada alam kehidupan yang senantiasa berkembang (Zakiah Daradjat). Secara umum lingkungan hidup diartikan sebagai segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempat dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia (Salim, 1976).

Secara garis besar ada 2 (dua) macam lingkungan yaitu alami dan lingkungan buatan. Pertama lingkungan hidup alami adalah lingkungan yang terbentuk dari proses alam. Terdiri dari berbagai sumber dari alam juga ekosistem beserta komponen-komponen di dalamnya, baik berupa fisik, biologis, dan non biologis. Lingkungan alami terbentuk secara dinamis karena memiliki keragaman atau heterogenitas makhluk hidup dan organisme yang sangat tinggi. Contoh dari lingkungan alami adalah Gunung, Danau, Lembah, Bukit dan masih banyak lainnya. Kedua Lingkungan buatan adalah sebuah lingkungan yang terbentuk diakibatkan campur tangan manusia.

Lingkungan ini sengaja dibuat oleh manusia dengan dukungan teknologi yang mereka miliki, baik itu teknologi yang sederhana ataupun modern untuk membentuk lingkungan baru untuk ditempati. Contoh dari lingkungan buatan adalah perkampungan, jalan, sekolah, taman dan masih banyak lainnya.

Ciri-ciri lingkungan yang nyaman dan sehat antara lain sebagai berikut: 1) Udara bersih, segar, dan terasa sejuk (Isbandi, 2000: 16). Selain itu, juga tidak berbau.

21

2) Ada tempat sampah dan keadaannya bersih. Dengan adanya tempat sampah, sampah jadi tidak berserakan. Dengan demikian, tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. 3) Terdapat saluran air yang bersih dan lancar. Air dalam saluran air akan mengalir dengan lancar. Hal ini karena tidak tersumbat oleh sampah. 4) Terdapat berbagai tumbuhan hijau yang terpelihara dan tertata rapi. Dengan adanya tumbuhan, udara akan menjadi lebih bersih. Sel ain itu, keadaan lingkungan rumah akan terlihat lebih indah . Ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang bersih. Langkah-langkah tersebut di antaranya adalah:

1. Memberikan kesadaran tentang arti penting lingkungan yang bersih kepada masyarakat, terutama pada anak-anak agar kesadaran tersebut bisa tumbuh sejak usia dini. Membiasakan hidup bersih sejak usia anak-anak tentu lebih membuahkan hasil yang luar biasa daripada pembiasaan diri pada usia setelahnya. Alasannya tentu saja berkaitan dengan kesadaran yang berhasil muncul melalui kebiasaan.

2. Buatlah tempat sampah yang memisahkan antara sampah organik dan non organik.

Hal ini penting dilakukan agar memudahkan upaya untuk menanggulangi timbunan sampah. Jika sampah organik berhasil dipisahkan, maka akan mudah untuk merencanakan langkah positif terhadap sampah.

3. Buatlah jadwal rutin untuk melakuan aktivitas pembersihan lingkungan secara terjadwal. Melalui jadwal, maka kita akan membiasakan diri disiplin menjaga kebersihan lingkungan. .

4. Buatlah sebuah aktivitas kreatif untuk mengelola sampah non organik menjadi sebuah benda yang bersifat produktif dan bisa menghasilkan uang.

5. Biasakan untuk membuang sampah pada tempatnya. Hal ini akan sangat bermanfaatjika diberikan juga kepada anak-anak, sehingga akan menjadi sebuah pola perilaku yang tercipta di bawah sadar.

2.2 Hasil penelitian yang relevan

Jayanti (2018) meneliti penerapan model Experiential Learning untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SDN 3 Selang tahun ajaran 2017/2018. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan

22

keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SDN 3 Selang tahun ajaran 2017/2018. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SDN 3 Selang tahun ajaran 2017/2018. Hal ini dapat dilihat dengan persentase ketuntasan tes siswa pada siklus I sebesar 59,65%, pada siklus II meningkat menjadi 78,37%, dan pada siklus III meningkat menjadi 92,11%. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa melalui model Experiential Learning mampu meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SDN 3 Selang tahun ajaran 2017/2018.

Taung (2017) meneliti Penerapan Experiential Learning dalam Pembelajaran IPA pada Materi Ciri Khusus Makhluk Hidup Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN Inpres Mandok, hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar, dari siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yaitu tes hasil belajar dan hasil observasi. Hasil tes belajar siswa yang diperoleh pada siklus I, yakni siswa yang tuntas 5 dari 7 siswa atau persentase ketuntasan klasikal sebesar 71,4% dan daya serap klasikal 70%, serta aktivitas siswa dalam kategori baik. Pada siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 100% dan daya serap klasikal sebesar 82,9%, serta aktivitas siswa berada dalam kategori sangat baik.

Dengan demikian, penerapan Experiential Learning dalam pembelajaran IPA pada materi ciri khusus makhluk hidup dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VI SDN Inpres Mandok.

Darmawan (2016) meneliti hubungan antara pengetahuan dan sikap pelestarian lingkungan dengan perilaku wisatawan dalam menjaga kebersihan lingkungan di kawasan objek wisata. Penelitian yang telah dilaksanakan menggunakan pendekatan kuantita tif, dengan metode deskriptif. Berdasarkan data rata-rata kunjungan tahunan jumlah populasi yang berkunjung 532 orang Sampel dalam penelitian ini adalah wisatawan yang secara random bertemu dengan peneliti, bersedia mengisi angket secara utuh dan dapat diobservasi perilakunya yaitu sebanyak 53 orang. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hubungan Antara Pengetahuan Tentang

23

Pelestarian lingkungan dengan Perilaku dalam menjaga kebersihan lingkungan termasuk kategori erat sekali dengan nilai korelasi rank spearman 98,4 %. Sedangkan Hubungan Antara Sikap Pelestarian lingkungan dengan Perilaku dalam Pelestarian lingkungan dengan nilai determinasi 9,1%. Sementara secara bersamaan hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang pelestarian lingkungan dengan perilakunya dalam memelihara kesehatan lingkungan dengan dengan nilai uji W Kendall’s yaitu chi square sebesar 102,151.

Aprinta (2017) meneliti hubungan penggunaan media social dengan tingkat kepekaan social di usia remaja. Penelitian dilakukan menggunakan metode kuantitatif yang melibatkan 145 responden yang bersekolah di sekolah negeri maupun swasta yang berjarak 1-15 km dari lokasi penelitian. Penelitian dilakukan dengan mendasarkan pada Uses and Gratification Theory sebagai teori payung, karena diasumsikan responden sebagai khalayak aktif yang bertujuan memenuhi kebutuhan akan informasi, serta Media Dependancy Theory, guna melihat sejauh mana remaja memiliki ketergantungan dalam penggunaan media sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin sering remaja mengakses media sosial, maka semakin sering pula pencarian informasi dilakukan sebagai pemenuhan akan informasi yang kemudian memicu kepedulian terhadap lingkungan serta membentuk kesadaran sosial.

Penelitian-penelitian relevan diatas menggunakan populasi siswa SD dan juga masyarakat sekitar. Dari penelitian-penelitian sebelumnya sudah terdapat model pembelajaran Experiential Learning yang digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian. Dalam penggunaannya, model pembelajaran Experiential Learning dapat meningkatkan variabel dependen yang diteliti. Pada beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan, belum banyak yang melakukan penelitian untuk mengukur pengetahuan dan juga sensitivitas siswa. Oleh karena itu, pada penelitian ini memiliki kekhasan yaitu peneliti mencoba menerapkan salah satu model pembelajaran yang inovatif yaitu Experiential Learning untuk mengetahui peningkatan terhadap pengetahuan dan juga sensitivitas siswa. Peneliti akan melakukan penelitian penelitian

24

menggunakan model pembelajaran Experiential Learning terhadap pengetahuan dan juga sensitivitas siswa kelas IV SD salah satu sekolah swasta yang ada di Yogyakarta.

2.2.1 Literature Map

Gambar 2. 2 Litterature Map 2.3 Kerangka Berpikir

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik. Siswa terkadang masih sulit dalam peduli terhadap lingkungan disekitar mereka, sehingga penciptaan lingkungan hijau di sekolah sedikit terhambat. Siswa dengan sendirinya dapat peka terhadap lingkungan disekitarnya supaya nantinya dapat menciptakan

Experiential Learning

Pengetahuan dan Sensitivitas

Jayanti - (2018) Experiential Learning – Keterampilan Menulis Karangan Narasi

Taung - (2017) Experiential Learning – Hasil Belajar

Darmawan – (2016)

Kuantitatif Deskriptif – Pengetahuan dan Sikap

Aprinta – (2017) Kuantitatif – Penggunaan Media Sosial

Yang akan diteliti :

Model Experiential Learning – Pengetahuan dan Sensitivitas Siswa

25

lingkungan yang nyaman. Oleh karena itu, guru haruslah memberikan pengetahuan kepada siswa dan sensitivitas kepada siswa terhadap lingkungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah penggunaan model Experiential Learning. Melalui model ini diharapkan mampu menjadi solusi untuk meningkatkan pengetahuan dan sensitivitas siswa terhadap lingkungan di sekitar mereka, hal ini harus diterapkan dimana mereka berada, seperti di sekolah, di rumah maupun di lingkungan luar mereka.

Melalui model Experiential Learning ini dimungkinkan mampu menjadi solusi untuk meningkatkan pengetahuan dan sensitivitas siswa terhadap lingkungan pada siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta. Dengan model Experiential Learning ini siswa diharapkan mampu menciptakan proses belajar yang lebih bermanfaat bagi siswa, dimana siswa secara langsung mengalami sesuatu yang telah mereka pelajari. Melalui model ini siswa tidak hanya belajar tentang konsep suatu materi, akan tetapi siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga ini dapat dijadikan sebalagi pengalaman dalam diri siswa tersebut.

Pengetahuan dan sensitivitas siswa dapat dikembangkan melalui pembelajaran dengan model-model yang tepat digunakan sesuai dengan apa yang ingin ditingkatkan.

Penelitian ini akan mengimplementasikan model Experiential Learning pada mata pelajaran IPA untuk meningkatkan pengetahuan dan sensitivitas siswa terhadap lingkungan.

Materi diambil dari kelas IV pada semester II Tema 4 Berbagai Pekerjaan Subtema 1. Jenis-jenis Pekerjaan Pembelajaran 1 dan Pembelajaran 3 Muatan Pembelajaran IPA.

Jika Model Experiential Learning diterapkan dalam pembelajaran IPA khususnya materi tentang lingkungan, penerapan model ini akan meningkatkan pengetahuan dan sensitivitas siswa sesuai dengan materi yang dipelajari.

26 2.4 Hipotesis Tindakan

2.4.1 Penerapan model Experiential Learning meningkatkan pengetahuan terhadap lingkungan pada siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta.

2.4.2 Penerapan model Experiential Learning meningkatkan sensitivitas terhadap lingkungan pada siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta.

27 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini berisi metode penelitian yang digunakan dalam penelitian.

Metode penelitian membahas jenis penelitian, setting penelitian, persiapan penelitian, rencana tindakan, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data serta indikator keberhasilan.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris, yaitu Classroom Action Research, yang berarti penelitian dengan melakukan tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru (Susanto, 2013: 6). Tujuan dari PTK ini adalah meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran di sekolah (Arikunto, 2010: 4). Penelitian tindakan kelas juga merupakan kebutuhan bagi guru dalam meningkatkan profesionalitasnya sebagai guru. Basrowi dan Suwandi (dalam Nuryati, 2008: 26).

Penelitian yang berjudul “Peningkatan Pengetahuan dan Sensitivitas Terhadap Lingkungan Menggunakan Model Experiential Learning Pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta” merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Kemmis dan Mc. Taggart.

Penelitian akan dilakukan dalam dua siklus. Model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto, 2010: 137) dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.

28

Gambar 3. 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan gambar diatas, Model PTK Kemmis dan Mc Tagart dimulai dari perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) yang berulang pada siklus berikutnya dan dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan (planning)

Dalam melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan untuk (a) Mengkaji kompetensi dasar dan materi pokok pembelajaran yang mengalami permasalahan, (b) Mengambil tindakan yang diharapkan mampu menghasilkan dampak kearah perbaikan program, (c) Mempersiapkan silabus. Silabus yang disusun dengan mengambil standar kompetensi dari tiga kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum kelas IV semester 2 yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti, (d) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tiap siklus.

29 2. Pelaksanaan (acting)

Jika semua persiapan dan perencanaan sudah siap, maka peneliti akan melaksanakan perencanaannya. Sedangkan untuk mengetahui tindakan tersebut sudah sesuai rencana maka peneliti harus melakukan pengamatan. Pelaksanaan menggunakan model pembelajaran Experiential Learning yaitu agar siswa dapat belajar melalui pengalaman belajarnya dan mengetahui pengetahuan dan sensitivitas mengenai lingkungan sekolahnya. Tindakan yang dilakukan yaitu mengajak anak untuk memahami lingkungan sekolah dan mengajak anak mengambil sampah yang berserakan didalam maupun di halaman sekolah untuk meningkatkan kepekaan siswa terhadap lingkungan sekolah.

3. Pengamatan (observing)

Peneliti dibantu guru untuk mengamati perilaku anak. Pengamatan dilakukan dengan panduan catatan lapangan atau catatan apa saja yang akan diamati peneliti dan observer untuk mengumpulkan data tentang dampak tindakan dari awal sampai akhir. Observasi dilakukan untuk mengamati bagaimana partisipasi anak pada saat mengikuti pembelajaran menggunakan model Experiential Learning.

4. Refleksi (reflecting)

Refleksi merupakan pengukuran tindakan kelas terhadap hasil penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses selama pembelajaran beserta dampak yang muncul setelah kita melakukan tindakan tersebut. Refleksi juga bertujuan untuk mengetahui apa saja yang perlu kita perbaiki untuk siklus berikutnya supaya tidak terjadi kesalahan yang sama pada siklus selanjutnya. Refleksi dilakukan setelah guru selesai melakukan tindakan. Dalam tahapan ini juga dikaji ulang secara baik menggunakan catatan lembar observasi.

30 3.2 Setting Penelitian

Setting penelitian ini meliputi tempat penelitian, waktu penelitian, subjek penelitian dan objek penelitian yang akan dijelaskan di bawah ini:

3.2.1 Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019. Partisipan dalam penelitian ini adalah kelas IV dengan jumlah siswa 13 siswa yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Dengan melihat keadaan siswa yang berbeda gender, berasal dari berbagai daerah yang berbeda, dan memiliki karakteristik yang berbeda sehingga menyebabkan siswa/siswi dikelas tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

3.2.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengetahuan dan sensitivitas siswa terhadap lingkungan pada kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta menggunakan model Experiential Learning.

3.2.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019. Mulai dari bulan Mei 2019 sampai dengan Oktober 2019.

3.2.4 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020. Tepatnya di Jl. Ireda No.18, Keparakan, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tlp. (0274) 387381. Dengan 9 tenaga kependidikan dan dengan siswa/siswi dari kelas 1-6 yang rata-rata kelas terdiri dari 18 siswa/siswi.

3.3 Rencana Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, yaitu siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap satu kali pertemuan memerlukan 3 jam pelajaran dengan rentang waktu tiap jam pelajaran adalah 35 menit. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan berbagai hal

31

yang akan diperlukan dalam penelitian yang meliputi persiapan dan rencana setiap siklus. Berikut ini penjelasannya.

3.3.1 Persiapan

Penelitian ini dimulai dengan menentukan sekolah yang akan digunakan untuk penelitian, yaitu SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Ireda No.18, Keparakan, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tlp. (0274) 387381.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta sebagai berikut: (1) Peneliti meminta izin kepada Kepala Sekolah dan guru kelas IV SD Kanisius Kintelan Yogyakarta untuk melaksanakan penelitian. (2) Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta. (3) Peneliti melakukan observasi dalam kelas guna mengetahui kondisi pembelajaran yang sedang berlangsung. (4) Peneliti menarik kesimpulan dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, selanjutnya peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi. (5) Peneliti mengkaji kompetensi dasar, materi pokok, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran serta menyiapkan dan menyusun instrument pengumpulan data. (6) Peneliti melakukan validasi rencana pelaksanaan pembelajaran dan validasi soal ervaluasi serta ujian keterbacaan soal oleh siswa. (7) Peneliti menyiapkan media dan sarana yang mendukung dalam pembelajaran. (8) Peneliti melaksanakan penelitian di kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta.

Informasi mengenai gambaran kondisi awal kelas diperoleh dengan melakukan kegiatan awal kelas diperoleh dengan melakukan kegiatan wawancara dan observasi dengan guru kelas IV di SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta. Kegiatan observasi dilakukan sebanyak 2 kali dalam pembelajaran IPA di kelas IV dan pada saat istirahat berlangsung di luar kelas. Setelah observasi dan wawancara dilakukan, peneliti menyebar kuesioner sensitivitas untuk siswa.

32

Hasil dari wawancara, observasi, dokumentasi nilai dan penyebaran kuesioner menjadi dasar dalam perumusan masalah, penyusunan hipotesis, dan penyusunan rencana penelitian dalam setiap siklus. Dalam penyusunan rencana setiap siklus, peneliti mengkaji Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator dan materi yang akan diteliti. Setelah itu peneliti membuat instrumen pembelajaran yang meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi ajar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), kisi-kisi soal evaluasi dan instrumen penilaian. Peneliti juga menyiapkan media yang akan digunakan di dalam kegiatan pembelajaran.

3.3.2 Rencana Setiap Siklus

Setelah memperoleh gambaran kondisi awal kelas, peneliti kemudian melaksanakan kegiatan penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan siklus dalam penelitian tindakan kelas ini tidak terbatas. Namun peneliti hanya merencanakan penelitian sampai dengan 2 siklus. Apabila penelitian pada siklus I belum berhasil, maka akan dilanjutkan penelitian siklus II. Berikut penjelasan dari masing-masing siklus:

3.3.2.1 Siklus I (6 JP) 1. Perencanaan

Peneliti menyiapkan instrumen pembelajaran yang meliputi silabus, RPP, materi ajar, LKPD, kisi-kisi soal evaluasi, instrumen penilaian serta media yang mendukung pembelajaran. Instrumen penilaian terdiri dari kisi-kisi beserta soal evaluasi, lembar penilaian psikomotorik dan kuesioner sensitivitas siswa dalam pembelajaran IPA yang digunakan sebagai penilaian afektif. Selain itu peneliti juga menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran. Instrumen pembelajaran yang dibuat dalam siklus I ini mengacu pada Tema 4. Berbagai Pekerjaan, dengan Subtema 1. Jenis-jenis Pekerjaan pada Pembelajaran I Muatan Pembelajaran IPA.

2. Tindakan

Pelaksanaan dalam siklus I ini terdiri dari 2 kali pertemuan, yang setiap pertemuannya memerlukan waktu 3 jam pelajaran atau 3 x 35 menit. Kegiatan pada siklus I ini adalah siswa mengamati keadaan lingkungan di halaman sekolah mereka dan juga mengamati kebersihan lingkungan sekolah mereka.

33 3. Observasi dan Pengamatan

Pelaksanaan observasi dilakukan dengan bantuan guru kelas IV. Observasi pada siklus I ini bertujuan untuk melihat bagaimana kepekaan siswa terhadap lingkungan serta mengisi rubrik psikomotorik yang telah dibuat oleh peneliti.

4. Refleksi

Peneliti akan mengidentifikasi kesulitan atau hambatan dan kejadian khusus yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada kegiatan refleksi ini.

Peneliti juga mengolah data hasil evaluasi, observasi, dan kuesioner sensitivitas yang telah diisi oleh siswa yang kemudian dibandingkan dengan keadaan data awal yang telah diperoleh sebelumnya. Hasil refleksi akan menjadi acuan peneliti untuk melakukan tindakan siklus II atau menghentikan penelitian pada siklus I.

3.3.2.2 Siklus II (6 JP) 1. Perencanaan

Peneliti menyiapkan instrumen pembelajaran yang meliputi silabus, RPP, materi ajar, LKPD, kisi-kisi soal evaluasi, instrumen penilaian serta media yang mendukung pembelajaran. Instrumen penilaian terdiri dari kisi-kisi beserta soal evaluasi, lembar penilaian psikomotorik dan kuesioner sensitivitas siswa dalam pembelajaran IPA yang digunakan sebagai penilaian afektif. Selain itu peneliti juga menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran. Instrumen pembelajaran yang dibuat dalam siklus I ini mengacu pada Tema 4. Berbagai Pekerjaan, dengan Subtema 1. Jenis-jenis Pekerjaan pada Pembelajaran III Muatan Pembelajaran IPA.

2. Tindakan

Pelaksanaan dalam siklus II ini terdiri dari 2 kali pertemuan yang setiap pertemuan memerlukan waktu 3 jam pelajaran atau 3 x 35 menit. Kegiatan pada siklus II ini adalah siswa mengamati keadaan lingkungan di halaman sekolah, mengamati kebersihan lingkungan sekolah mereka, dan melaksanakan kegiatan pelestarian di lingkungan sekolah.

34 3. Observasi dan Pemantauan

Pelaksanaan observasi dilakukan dengan bantuan guru kelas IV. Observasi pada siklus II ini bertujuan untuk melihat jalannya kegiatan pembelajaran serta melihat bagaimana kepekaan siswa terhadap lingkungan mengisi rubrik psikomotorik yang telah dibuat oleh peneliti.

4. Refleksi

Peneliti akan mengidentifikasi kesulitan atau hambatan dan kejadian khusus

Peneliti akan mengidentifikasi kesulitan atau hambatan dan kejadian khusus

Dokumen terkait