• Tidak ada hasil yang ditemukan

seorang yang

Dalam dokumen tasamuh (Halaman 46-67)

muslim

terhadap

seorang yang

“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadapsuatu kamu mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berbuat adillah, karena adilitu lebih dekat kepada taqwa” (QS al-Maidah [5]: 8).

Kelima

, ajaran Islam tidak pernah memaksa umat lain untuk menjadi muslimapalagi melalui jalan kekerasan. Allah SWT berfirman, “Tidak ada paksaan dalamagama” (QS. Al-Baqarah [2]: 256).

1

Islam memang agama dakwah. Dakwah dalamajaran Islam dilakukan melalui proses yang bijaksana. Allah SWT berfirman, “Serulahke jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pengajaran yang baik dan bantahlah merekadengan cara yang lebih baik” (QS. Al-Nahl [16]: 125). Tidak diragukan lagi

bahwaIslam adalah agama yang toleran. Dalam artian, agama yang senantiasa menghargai,menghormati dan menebar kebaikan di tengah umat yang lain (

rahmat

li al‟alamin ).

Keenam

, agama Islam diturunkan sesuai dengan kemampuan manusia. Hukum-hukum Islam dibangun di atas kemudahan dan tidak menyulitkan, norma-normaagama ini seluruhnya dicintai (oleh Allah) namun yang mudah dari itu semualah yang paling dicintai oleh Allah. Firman Allah, "Allah menghendaki kemudahan bagimu dantidak menghendaki kesukaran bagimu" (QS Al-Baqarah [2]:185). Oleh sebab itu, tidak boleh mempersulit diri dalam menjalankan agama Allah dan tidak boleh pulamembuat sulit hamba-hamba Allah. Tiada seorangpun yang mempersulit agama inimelainkan dia pasti akan kalah. Al-Qur‟an menjelaskan bagaimana perbuatan BaniIsrail, tatkala mereka mempersulit diri, Allah-pun mempersulit mereka. Kalauseandainya mereka mempermudahnya, niscaya mereka akan diberi kemudahan.

3. Komponen Dasar Tasamuh

Sebagaimana dipaparkan di bawah bahwa tasamuh (toleransi) dalam Islammempunyai dua komponen utama, yaitu kemurahan hati (

jud wa karam ) dankemudahan ( tasahul

). Dengan demikian, individu yang samhah/tasamuh(toleran)berarti individu yang memiliki kemurahan hati dan yang memberikemudahan. Kedua komponen ini mempersyaratkan agar setiap individu a) Mengakuihak setiap orang, b) menghormati keyakinan orang lain, c). Lapang dada menerimaperbedaan, d). Saling pengertian, dan e) Kesadaran dan kejujuran.Mengeksplorasi dua komponen tersebut, Salim bin Hilali memerinci lebih detailkarakteristik individu yang

samhah /

(toleransi) sebagai berikut, yaitu antara lainindividu yang memiliki, 1) kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan, 2)kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan, 3) kelemah-lembutan

karenakemudahan, 4) muka yang ceria karena kelapangan dan kegembiraan, 5) rendah hati

1

Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut: ”Janganlah memaksa seorangpun untuk masuk Islam.Islam adalah agama yang jelas dan gamblang tentang semua ajaran dan bukti kebenarannya, sehinggatidak perlu memaksakan seseorang untuk masuk ke dalamnya. Orang yang mendapat hidayah, terbuka,lapang dadanya, dan terang mata hatinya pasti ia akan masuk Islam dengan bukti yang kuat. Danbarangsiapa yang buta mata hatinya, tertutup penglihatan dan pendengarannya maka tidak layak baginya masuk Islam dengan paksa. Ibnu Abbas mengatakan ayat "

la

ikraha fi al-din

" diturunkanberkenaan dengan seorang dari suku Bani Salim bin Auf bernama Al-Husaini bermaksud memaksakedua anaknya yang masih kristen. Hal ini disampaikan pada Rasulullah saw, maka Allah menurunkanayat tersebut. Demikian pula Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa telah berkata bapakku dari Amrbin Auf, dari Syuraih, dari Abi Hilal, dari Asbaq ia berkata, "Aku dahulu adalah

‟abid

(hamba sahaya)Umar bin Khaththab dan beragama Nasrani. Umar menawarkan Islam kepadaku dan aku menolak.Lalu Umar berkata:

la ikraha fi al-din

, wahai Asbaq jika anda masuk Islam kami dapat minta bantuanmudalam urusan-urusan muslimin" (Ibnu Katsir, t.t., I/383)

(

tawadhu‟

) dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan, tetapi karena saling menghargai dan ta‟at kepada Allah 6) memberi kemudahan (

tasahul

) dalamberhubungan sosial ( mu'amalah

) tanpa penipuan dan kelalaian, 7) Menggampangkandalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa-basi, 8) Terikat dan tunduk kepada agamaAllah Subhanahu wa Ta'ala tanpa ada rasa keberatan. Selanjutnya, menurut Salim al-Hilali, jika karakteristik tersebut itu dapat terpenuhi maka toleransi merupakan [a] IntiIslam, [b] Seutama iman, dan [c] Puncak tertinggi budi pekerti (akhlaq).Dalam konteks ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda, “Sebaik-baik orang adalah yang memiliki hati yang

mahmum

dan lisan yang jujur. Ditanyakan,‟Apa hati yang mahmum

itu? Jawabnya, 'Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak adadosa, tidak ada sikap melampui batas, dan tidak ada rasa dengki'. Ditanyakan, ‟Siapalagi (yang lebih baik) setelah itu?. Jawabnya, 'Orang-orang yang membenci dunia dancinta akhirat'. Ditanyakan : Siapa lagi setelah itu? Jawabnya, 'Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur."Dasar-dasar al-Sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk

menegaskanbahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba-meliputi. Baik lahirmaupun batin. Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak lahir dari hati, daridalam. Ini berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk menerimaperbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material maupun spiritual, lahirmaupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi (

-

samahah

) menjadi dasarbagi umat Islam untuk melakukan mu‟amalah

(

habl min al-nas

) yang ditopang olehkaitan spiritual kokoh ( habl min Allāh

).Misalnya, Rasulullah bersikap toleran terhadap pada budak dari Habasyah.

DariAisyah Radliyallahu 'anha dia menceritakan : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallammemanggilku sementara anak-anak Habasyah bermain tombak di masjid pada hariraya, beliau menawariku : "Wahai Humairo ! Apakah engkau suka melihat permainanmereka ?" Jawabku : Ya !. Maka beliau menyuruhku berdiri di belakangnya, lalu beliaumenundukkan kedua pundaknya supaya aku dapat melihat mereka, akupunmeletakkan daguku di atas pundak beliau dan menyandarkan wajahku pada pipibeliau, lalu akupun melihat dari atas kedua pundak beliau, sementara itu beliaumengatakan : "Bermainlah wahai bani Arfadah !" Kemudian selang setelah itu beliaubertanya : "Wahai Aisyah ! Engkau sudah puas ?" Kataku : "Belum" Supaya akumelihat kedudukanku disisi beliau, hingga akupun puas. Kata beliau : "Cukup?"Jawabku : "Ya". Beliau berkata : "Kalau begitu pergilah!". Aisyah berkata : "LaluUmar muncul, maka orang-orang dan anak-anak tadi berhamburan meninggalkanmereka (Habasyah), Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Saya melihat parasyaithan manusia dan jin lari dari Umar". Aisyah mengatakan : Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam ketika itu bersabda. "Artinya : Supaya orang Yahudi tahu bahwapada agama kita ada keleluasaan, aku diutus dengan Al-Hanifiyah (agama yang lurus)As-Samhah (yang mudah)". [Muttafaq 'Alaihi, kecuali lafadh yang dijadikan dalil yang diriwayatkan oleh Ahmad 6/116 dan 233 dan Al-Humaidi 254 dengan sanad yang shahih]. 4.

Batas Tasamuh (Toleransi) dalam IslamHari ini, Islam dicurigai sebagai agama yang tidak toleran. Hari ini juga makna

tasamuh dan toleran

juga telah disalah-artikan sehingga akhirnya agama menjadi objek permainan. Tugas bersama bagi kita adalah memahamkan kembali tentang konsep

tasamuh dan toleransi

dalam Islam secara benar. Kesalahan memahami arti toleransi

dapat mengakibatkan talbisul haq bil bathil

(mencampuradukan antara hak dan batil),suatu sikap yang sangat terlarang dilakukan seorang muslim, seperti halnya nikahantar agama yang dijadikan alasan adalah tole-ransi padahal itu merupakan sikapsinkretis yang dilarang oleh Islam. Setiap individu, terutama Muslim, harus mampumembedakan antara sikap toleran dengan sinkretisme. Sinkretisme adalahmembenarkan semua keyakinan/agama. Hal ini dilarang oleh Islam karena termasuk Syirik. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya agama (yang diridai) disisi Allah hanyalah Islam". (QS. Ali Imran: 19). Sinkretisme mengandung talbisul haq bil bathil

(mencampurkan yang haq dengan yang bathil). Sedangkan toleransi tetapmemegang prinsip al-furqon bainal haq wal bathil

(me-milah/memisahkan antara haq dan bathil). Toleransi yang disalahpahami seringkali mendorong pelakunya pada alamsinkretisme. Gambaran yang salah ini ternyata lebih do-minan dan bergaung

hanyademi kepentingan kerukunan agama.Sudah tentu sikap toleransi ini pun bukannya tanpa batas, sebab toleransi yang tanpa batas bukanlah toleransi namanya, melainkan"luntur iman." Batas toleransi ituialah,

pertama

: apabila toleransi kita tidak lagi disambut baik atau ibarat "bertepuk sebelah tangan," di mana pihaklain itu tetap memusuhi apalagi memerangi Islam.Kalau sudah sampai"batas" ini, kita dilarang menjadikan mereka sebagai temankepercayaan. Firman Allah SWT, "Sesungguhnya Allah hanya melarang kalian menjadikan sebagai kawan kalianorang-orang yang memerangi kalian karena agama dan mengusir kalian darinegeri kalian, dan membantu (orang lain) untuk mengusir kalian. Danbarangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang zhalim." (Q.S. Al-Mumtahanah : 9). Akan tetapi hal ini tidak lantas berarti bahwa kita boleh langsung membalas,melainkan lebih dulu menghadapinya dengan pendekatan untuk "memanggil" ataumenyadarkan. Bukankah Islam mengajarkan ummatnya agar menolak kejahatandengan cara yang baik? "Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan)dengancara yang lebih baik, sehingga orang yang antaramu dengannya adapermusuhan itu seolah-olah menjadi teman yang setia." (Q.S. Al-Fushshilat :34). Apalagi kalau yang "memusuhi" aqidah kita adalah orang tua kitasendiri, makapenolakannya harus dengan cara yang lebih baik lagi dan tetap bersikap sebagai anak yang berbakti kepada kedua orang tua (

birru al-walidain

). Dengan kata lain, sekali punberbeda agama atau keyakinan dengan orang tua, namun dalam hubungan

antarmanusia (hablun min an-nas), harus tetap baik. Setiap anak harus berbakti kepadakedua orang tuanya. Akan tetapi kalau orang tua memaksa anak untuk berbuat syirik,maka "fala tuthi'huma!" (jangan sekali-kali kamu ikuti), dan pergaulilah keduanya didunia dengan baik -- demikian firman Allah dalam surat Luqman : 15.

NO TASMUH (TOLERAN) INTOLERAN 1. Karakteristikumum Jud wa Karam (Murah Hati) Hasud (iri-dengki), su‟u al-dzan (berburuk sangka), 2. Tasahul

(Memberi kemudahan padayang lain dalam pengajaran,pendidikan, dakwah, dan penerapanhukum, tanpa penipuan, kelalaian,dan basa-basi

Ta‟assur

(menyulitkan orang lain) 3.

Lapang dada menerima perbedaanpendapat, sikap, dan perilakuKeras kepala, fanatis, danmenganggap pendapat, sikap, danperilaku dirinya sebagai yang benar

4.

Mengakui hak setiap orang didasarikebersihan dan ketakwaan

5.

6.

Memiliki kesadaran dan kejujuran Didasari emosional dan hipokrasi 7.

Memiliki kerelaan hati karenakemuliaan dan kedermawanan

8.

Lemah lembut karena kemudahan

9.

Bermuka ceria karena kelapangandan kegembiraan

10.

Rendah hati (tawadhu) dihadapankaum muslim karena salingmenghargai dan taat kepada Allah,bukan karena kehinaan

11.

Karakteristikkhusus

Meyakini bahwa manusia adalahmakhluk Allah yang mulia, apapunagama, bangsa, dan warna kulitnyaRasialis, 12.

Meyakini bahwa perbedaan manusiadalam memeluk agama adalah karenakehendak Allah dan ikhtiyari 13.

Berhati-hati dan tidak menilaikeimanan orang lain (seperti melabeliorang lain secara serampangansebagai kafir, fasik, atau ahli neraka)

14.

Berlaku adil, menyukai keadilan,berakhlak mulian, membencikedzaliman, membela yang teraniaya,serta menghukum orang-orang yangbertindak dzalim

15.

Tidak memaksa orang lain untukmengikuti pendapat atau keyakinan 16.

Menghormati keyakinan orang lain,mengakui eksistensinya, danmenjamin adanya kebebasanberagama 17.

Tidak mencela atau memakisesembahan agama lain 18.

Terikat dan tunduk kepada agamatanpa ada rasa keberatan 19.

Dapat bertetangga secara baik 20.

Saling membantu dalam menghadapimusuh bersama C.

Tipologi Tasamuh 1. Tipologi

Tasamuh Berdasarkan Subjek

Berdasarkan subjeknya, setidak-tidaknya terdapat tiga macam tasamuh

, yaitutasamuh kepada dirinya, antar sesama muslim, dan terhadap non-muslim. Pertama

tasamuh terhadap Diri Sendiri. Jikan tasamuh telah melekat pada diri sendiri, maka iaakan bersifat toleran kepada dirinya, yakni ia akan memenuhi kebutuhan fisiknyasecara baik, adil, dan proporsional, seperti makan makanan yang sehat, baik, danproporsional; ia akan tidur, bekerja, olah raga, dan aktivitas lainnya yang membuatdirinya sehat dan kuat ( basthah fi al - jism

. Ia pun akan memenuhi kebutuhan ruhaninya( basthah fi al - ‟ilm

), seperti menuntut ilmu dengan berbagai cara, di mana pun, dankapan pun. Kedua

, tasamuh pada sesama muslim ( tasamuh fi al - Islam ). Kemalakatan tasamuh

dalam dirinya pun akan diaktualisasikan kepada sesama muslim dengan sikap danperilaku tolong menolong, saling menghargai, saling mengasihi, saling menyayangi,saling menasehati, dan saling tidak curiga-mencurigai. Sifat ini ekuivalen dengan

ukhuwah fi al-Islam atau ukhuwah al-Islamiyyah . Tolerasi ini yang biasa kita sebut (

bagi kamu amalan kami dan bagi kalian amalan kalian

). Misalnya; Ada yang shalat shubuhdengan membaca qunut dan ada yang tidak. Semua itu adalah alternatif. Dulu, parapemimpin Muhammadiyah dan NU itu tidak meributkan masalah qunut karenasama-sama ngerti, misalnya pada zaman Idham Khalid dan Buya Hamka. Sekarang,anak-anak Nu dan Muhammadiyah juga tidak ribut soal qunut karena sudah tidak shalat shubuh, berarti qunutnya lewat. Ini adalah

tasamuh

(toleransi) di antaramuslimin. selama tidak ada inhiraf

(keluar dari batas syari'at). Tasamuh bisa diartikanmau memegangi pendapat sendiri, akan tetapi mau mengerti pendapat saudaranyasesama muslim. Jadi, jangan memonopoli kebenaran, kecuali yang bersifat

qath'iy

.Kalau masih bersifat dzanny

, yaitu sesuatu yang termasuk daerah pemikiran dandaerah ijtihad, maka harus ada keseimbangan di antara ilmu dan toleransi.Ketiga,

tasamuh

terhadap Non-Muslim ( tasamuh

fi al - dini ). Tasamuh

terhadapmanusia non muslim, seperti menghargai hak-hak mereka selaku manusia dananggota masyarakat dalam satu negara. Dengan kata lain, individu yang toleransimenjalankan dasar dan prinsip-prinsip: 1. Ia mampu bertetangga secara baik; 2. Iamampu saling membantu dalam menghadapi musuh bersama; 3. Ia mampu

membelamereka yang teraniaya; 4. Ia dapat saling menasehati, dan 5. Ia menghormatikebebasan beragama.Ajaran Islam tentang toleransi beragama atau hubungan antar ummat beragamaini meliputi lima ketentuan, yakni. Pertama

, ia tidak memaksa orang lain dalamberagama, "Tidak ada paksaan dalam agama karena) sesungguhnya telah jelas jalanyang benar dari jalan yang salah." (Q.S. Al-Baqarah : 256).

Kedua

, ia mengakuieksistensi agama lain serta menjamin adanya kebebasan beragama, sebagaimanadigariskan dalam Q.S. Al-Kafirun ayat 1-6.

Ketiga

, ia tidak mencela atau memaki sesembahan mereka (Q.S. Al-An'am : 108). Keempat

, ia tetap berbuat baik dan berlaku adil selama mereka tidak memusuhi (Q.S.Al-Mumtahanah 8-9; Q.S. Fushshilat : 34).

Kelima

, ia memberi perlindungan ataujaminan keselamatan. Pesan Nabi SAW, "Barangsiapa menyakiti orang

dzimmiberarti ia menyakiti diriku!"Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi jugaterhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Dengan makna toleransiyang luas semacam ini, maka toleransi antar-umat beragama dalam Islammemperoleh perhatian penting dan serius. Apalagi toleransi beragama adalah masalahyang menyangkut eksistensi keyakinan manusia terhadap Allah. Ia begitu sensitif,primordial, dan mudah membakar konflik sehingga menyedot perhatian besar dariIslam.

2.

Tipologi Tasamuh berdasakan Level-Subjek

Berdasarkan level-subjeknya, tasamuh dapat dibagi menjadai tiga bagian pula,yakni a) tasmuh pada level individu, b) tasamuh pada level umat beragama, dan c)tasamuh pada level bangsa atau negara.

Pertama, tasamuh pada Level Individual.

Tasamuh jenis ini adalah sifat dan sikaptoleran antar individu yang seagama, sesuku dan sebangsa, dan atau antar berbedaagama, suku, dan bangsa. Setiap individu, apapun warna kulit, bahasa, suku, bangsa,dan agamanya, mempunyai posisi yang sama dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa, bernegara, dan beragama. Selama saling membantu, mengasihi, danmenyayangi, tidak saling bermusuhan, menindas, dan merugikan, mereka adalah satudan wajib dayomi dan dilindungi. Mereka berhak untuk beraktivitas dan mencarikebahagian hidup di bumi Allah ini. Kedua, tasamuh pada Level Ummat.

Jika tasamuh telah tertanam pada setiapindividu (mayoritas umat Islam), maka ia akan menjelma menjadi ummat yang toleran(

ummat samhah

). Tasamuh pada tingkat ummat seringkali berkaitan dengankeberadaan pluralitas (Arab: ta‟addud

). Dalam tulisan ini, pluralitas dimaknai sebagaikeberadaan toleransi keragaman kelompok-kelompok etnis (psiko-biologis),pandangan hidup, sosial, dan budaya dalam suatu tatanan masyarakat atau negara,keragaman kepercayaan dan atau sikap yang ada pada suatu badan, institusi,masyarakat, dan negara (bandingkan dengan Masykuri Abdullah, 1999:146).

Ketiga

, tasamuh antar bangsa dan negara. Jika pada level ummat telah terbentuk tasamuh

(toleran), maka Indonesia akan menjelma menjadi bangsa dan negara yang memiliki al- samahah

(bangsa dan negara yang toleran). Dalam hal ini, jika toleransiantar negara dan bangsa dapat terwujud, maka diharapkan tidak ada lagi intervensi,hegemoni, dan peperangan (militer, budaya, peradaban,

aparthead , etnic cleansing, konflik perbatasan ).

Kedamaian, ketentraman, dan keamanan dapat diwujudkan olehsetiap negara yang dibangun di atas kesepahaman, kepentingan bersama, persatuan,dan kesatuan dunia. 3.

Tipologi Tasamuh Berdasarkan SifatnyaDilihat dari sifatnya, tasamuh dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yakni a)tasamuh aktif-positif, serta b) tasamuh pasif-negatif, c) Tasamuh aktif-negatif.

Pertama, Tasamuh Aktif dan Positif.

Toleransi yang diajarkan Islam bukanlahtoleransi yang pasif yang hanya sekedar "menenggang-rasa, lapang dada, dan hidupberdampingan secara damai"; tetapi lebih luas lagi, yaknibersifat aktif dan positif,yakni untuk berbuat baik dan berlaku adil. Agama Islam juga mengakui adanya orang-orang ahli kitab yang baik dan perlunya perlindungan tempat-tempat ibadah agamalain (Q.S. Al-Ma'idah [5]: 82; Q.S. Al-Hajj [22]: 40).

Kedua ,

Tasamuh Pasif dan Negatif. Tasamuh pasif adalah

tasamuh yang tidak menggerakkan seseorang untuk berbuat baik pada sesamanya. Sedangkan, tasamuh

2

Salah satu kasus konflik internal umat Islam adalah antara Islam ( ahl Sunnah wa al-Jama‟ah

)

versus Jemaah Ahmadiyah. Pasca SKB 3 Menteri (Dalam Negeri, Kejaksaan dan Agama) Jema‟ahAhmadiyah Indonesia harus meluruskan kembali akidahnya secara benar dan jelas, tidak memberlakukan buku-buku panduan yang isinya penyimpangan dari ajaran Islam dan beralih ke kitab-kitab yang mu‟tamad (yang layak diperpegangi oleh umat Islam dalam menafsirkan Alqur‟an danHadits), membuka diri dan berbaur dengan umat Islam yang lain. Terakhir, pemerintah harus tetapaktif dalam mengkontrol efektifitas SKB agar berjalan maksimal.

TASHAMUH_DadanRusmana

Download this Document for FreePrintMobileCollectionsReport Document

Info and Rating

Follow

Share & Embed Related Documents PreviousNext 1. p. p.

p. 2. p. p. p. 3. p.

p. p. 4. p. p. p.

5. p. p. p. 6. p.

p. p. 7. p. p. p.

8. p. p. p. 9. p. p.

p.

10.

p.

p.

More from this user

PreviousNext

1.

13 p. 39 p. 2. 58 p. 26 p. 9 p.

3. 54 p. 55 p. 30 p. 4. 33 p. 25 p.

23 p. 5. 13 p. 18 p. 33 p. Add a Comment

Upload a Document Search Documents Follow Us! scribd.com/scribd twitter.com/scribd facebook.com/scribd

Dalam dokumen tasamuh (Halaman 46-67)

Dokumen terkait