• Tidak ada hasil yang ditemukan

tasamuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "tasamuh"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Selasa, 16 Agustus 2011

A. Pengertian Tela’ah Penjelasan Materi Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Akidah akhlak merupakan mata pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, yang bisa mendidik manusia supaya menjadi manusia yang bermoral dan berakhlakul karimah. Maka dari itu dalam pembelajaran, akidah akhlak diajarkan mulai dari tingkat dasar kepada anak-anak disekolah.

Dengan penjelasan materi akidah akhlak di tingkat MTs yang akan kami paparkan, hal ini bisa membantu siswa didik untuk lebih mengetahui tentang materi ajar itu sendiri, dan tentang

akhlakul karimah yang baik serta pengembangan moral siswa didik dalam kehidupan sehari-hari. B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka kita dapati rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengertian tentang Tela‟ah Penjelasan Materi Akidah Akhlak pada MTs ? 2. Bagaimana Penjelasan materi Akidah Akhlak pada MTs ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian dari Tela‟ah Penjelasan Materi Akidah Akhlak pada MTs. 2. Untuk mengetahui penjelasan materi akidah akhlak pada MTs.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang dapat diamlbil dari penulisan makalah ini yaitu : 1. Manfaat Teoritis

Dapat mengetahui tentang Tela‟ah Penjelasan Materi Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah. 2. Manfaat Praktis

a. Manfaat untuk Guru

1. Dengan adanya penjelasan mengenai Tela‟ah Penjelasan Materi Akidah Akhlak MTs, akan memudahkan guru untuk memahami tentang Tela‟ah dan Penjelasan Materi Akidah Akhlak. 2. Dengan adanya penjelasan ini, guru akan lebih mudah untuk memberikan materi kepada peserta didik.

b. Manfaat untuk Siswa

1. Siswa dapat mengerti tentang pentingnya menela‟ah untuk memahami suatu materi ajar. 2. Untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran.

c. Manfaat untuk Mahasiswa

1. Mengetahui tentang penjelasan materi akidah akhlak pada madrasah tsanawiyah.

2. Supaya mahasiswa dapat menjelaskan tentang materi akidah akhlak dengan baik kepada siswa didiknya kelak, dengan adanya tela‟ah ini.

E. Sistematika Penulisan Makalah

Pada makalah yang kami buat, kami menyusun sistematika penulisan pada makalah, dimana pada makalah kami terdapat halaman judul, serta adanya kata pengantar dan daftar isi sebagai kata pembuka pada makalah kami.

(2)

Pada Bab I pada makalah kami, terdapat bab pendahuluan dimana dalam bab tersebut terdapat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan manfaat penulisan serta sistematika penulisan.

Pada Bab II makalah kami berisi tentang kajian pustaka, dimana dalam bab ini menerangkan tentang pengertian tela‟ah penjelasan materi akidah akhlak pada MTs dan penjelasan materi akidah akhlak pada tingkatan MTs.

Pada Bab III, kami pemakalah mencantumkan analisis, yang terdiei dari hasil analisis tentang materi penjelasan akidah akhlak pada MTs dan menganalisis aspek-aspek yang terkandung dalam materi penjelasan akidah akhlak pada MTs.

Pada Bab IV makalah kami berisi tentang penutup, dimana pada makalah kami terdapat kesimpulan dan saran serta kata penutup. Dan yang terakhir yang terdapat pada makalah kami yaitu daftar pustaka.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Tela‟ah Penjelasan Materi Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah a. Pengertian Tela‟ah

1. Secara Etimologi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tela‟ah merupakan suatu penyelidikan, kajian, pemeriksaan dan penelitian.

2. Secara Terminologi

Tela‟ah adalah penyelidikan mengenai beberapa materi tentang kesulitan-kesulitan yang mungkin ada pada materi yang dikaji.

b. Pengertian Penjelasan 1. Secara Etimologi

Penjelasan berasal dari kata jelas yang berarti nyata, dan gamblang. 2. Secara Terminologi

Penjelasan adalah keterangan yang lebih jelas, uraian yang menjelaskan tentang bahan yang disampaikan.

c. Pengertian Materi 1. Secara Etimologi

Materi mempunyai arti benda. 2. Secara Terminologi

Materi adalah sesuatu yang menjadi bahan untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan, dikaryakan, dll.

d. Pengertian Akidah Akhlak 1. Pengertian Akidah

a. Secara Etimologi

Akidah merupakan kepercayaan dasar atau keyakinan pokok. b. Secara Terminologi

(3)

Akidah adalah sesuatu yang dipercayai atau diyakini atau perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

2. Pengertian Akhlak a. Secara Etimologi

Akhlak yaitu budi pekerti atau kelakuan. b. Secara Terminologi

Akhlak yaitu perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah.

Jadi yang dimaksud dengan akidah akhlak adalah suatu kepercayaan atau keyakinan yang berupa budi pekerti atau kelakuan baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah.

e. Pengertian Madrasah Tsanawiyah 1. Pengertian Madrasah

a. Secara Etimologi

Madrasah dilihat dari segi bahasa Arab berasal dari kata darasa yang artinya belajar, sedangkan madrasah itu sendiri berarti tempat belajar.

b. Secara Terminologi

Madrasah berarti lembaga pendidikan yang mempunyai porsi lebih terhadap mata pelajaran agama Islam.

2. Pengertian Tsanawiyah a. Secara Etimologi Tsanawiyah adalah tengah b. Secara Terminologi

Tsanawiyah adalah sebuah tingkatan yaitu tingkatan menengah dalam suatu pendidikan.

Jadi yang dimaksud dengan Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran tingkat menengah dan menjadikan mata pelajaran agama islam

sebagai mata pelajaran dasar.

Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Tela‟ah Penjelasan Materi Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah adalah penyelidikan mengenai beberapa materi tentang kesulitan-kesulitan yang mungkin ada pada materi yang dikaji, dengan menjelaskan tentang bahan yang disampaikan yaitu yang mengenai suatu kepercayaan atau keyakinan yang berupa budi pekerti atau kelakuan baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah pada lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan

pengajaran tingkat menengah dan menjadikan mata pelajaran agama islam sebagai mata pelajaran dasar.

B. Penjelasan Materi Akidah Akhlak MTs

1. Penjelasan Materi Akidah Akhlak Kelas VII MTs a. Semester I Kelas VII

(4)

Bab I : Akidah Islam

A. PENGERTIAN AKIDAH ISLAM 1. Pengertian Akidah Islam Menurut Bahasa

Akidah adalah kata sifat dalam bahasa Arab yang berarti dari kata aqada Menurut bahasa, kata tersebut mempunyai arti ikatan.

2. Pengertian Akidah Islam Menurut Istilah

Akidah menurut istilah adalah beberapa urusan yang harus dibenarkan oleh hati yang

mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan, dan tidak tercampur sedikitpun dengan keraguan.

B. DASAR-DASAR HUKUM AKIDAH ISLAM 1. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an adalah firman Allah swt. Yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW. Dengan perantara malaikat Jibril. Di dalam kitab suci Al-Qur‟an diterangkan akidah islam yang sesuai kehendak Allah swt. Akidah islam termuat didalam kedua kalimah syahadat yang artinya sebagai berikut.

“Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah”. 2. Hadist

Hadist ialah segala ucapan, perbuatan dan takrir (sikap diam) nabi Muhammad saw. Hadist dijadikan sebagai dasar hukum kedua dengan beberapa alasan, antara lain sebagai berikut. a. Segala yang diucapkan rasulullah saw berdasarkan petunjuk wahyu dari Allah swt sebagai berikut firman-Nya dalam Q.S. al-Haqqah/69:44-46

b. Allah SWT telah member petunjuk kepada manusia agar menguti kebenaran yang disampaikan Rasulullah SAW sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. al-Hasyr/59:7

c. Banyak hadist yang menjelaskan maksud beberapa Al-Qur‟an yang masih bersifat global, termasuk masalah akida Islam. Contohnya Allah SWT berfiman dalam Q.S. an-Nisa‟/4:36

C. Tujuan Mempelajari Akidah Islam

1. Untuk mengetahui petunjuk hidup yang benar dan dapat membedakan mana yang benar dan yang salah sehingga hidupnya diridhoi AllahSWT. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah/2:185.

2. Untuk menghindarkan diri dari pengaruh kehidupan yang sesat atau jauh dari petunjuk hidup yang benar. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. al-An‟am/6:153.

D. Manfaat Mempelajari Akidah Islam

1. Dapat memperoleh petunjuk hidup yang benar, yang sesuai kehendak Allah SWT yang telah mencipta alam semesta, termasuk diri kita sendiri.

2. Selamat dari pengaruh kepercayaan lain yang hanya akan membawa kerusakan dan hidup yang jauh dari kebenaran.

3. Memperileh ketentraman dan kebahagiaan hidup yang hakiki karena mempunyai hubungan batin yang dekat dengan Allah SWT.

E. Hubungan Iman, Islam, dan Ihsan 1. Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan a. Iman

Pengertian iman terungkap dalam percakapan antara rasulullah SAW dan malaikat Jibril sebagai berikut.

(5)

“ Jibril bertanya, “Apakah iman itu?” Beliau menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab, nabi-nabi, kematian dan hisup sesudah mati, surge dan neraka, hisab dan mizan, serta takdir yangbaik maupun yang buruk….” (H.R.Ahmad nomor 16851dari Abi Malik) Menurut hadist diatas, iman meliputi enam perkara, yaitu

1) Iman kepada Allah SWT

2) Iman kepada hari akhir (termasuk kematian dan hidup sesudah mati, surga dan neraka, hisab dan mizan)

3) Iman kepada malaikat

4) Iman kepada kitab-kitab Allah 5) Iman kepada rasu-rasul Allah 6) Iman kepada takdir

b. Islam

Pengertin islam terungkap dalam hadist berikut ini

“ Islam dibangun (ditegakkan) di atas lima pekara, yaitu persaksian bahwa tiada Ilah selain Allah dan Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, melaksanakan haji, dan puasa Ramadan.” (H.R. al-Bukhari nomor 8dan dari ibnu Umar)

c. Ihsan

Ihsan ada dua macam, yakni Ihsan kepada Allah dan Ihsan kepada sesame manusia. Pengertia Ihsan kepada Allah terungkap dalam hadist berikut.

“ Apakah Ihsan? Ihsan adalah bahwasannya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya (di depanmu) . Apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Dia melihatmu.” (H.R. al-Bukhari nomor 48 dari Abu Hurairah)

2. Hubungan Islam, Iman, Ihsan

Untuk mengetahui hubungan iman, islam, dan ihsan, kita perlu memerhatikan sunnah (praktik) Rasulullah SAW sebagai pengemban amanah dari Allah SWT. Dalam praktiknya, Rasulullah SAW menyatukan ketiga hal tersebut. Iman sebagai landasan keyakinannya, sedangkan islam dan ihsan sebagai bukti nyata adanya keimanan tersebut. Islam dan ihsan berupa perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Pengakuan iman seseorang tidak ada artinya sama sekali apabila tidak dibuktikan dengan amal nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, islam dan ihsan (perbuatan nyata) dalam kehidupan sehari-hari tidak diterima Allah apabila tidak dilandasi dengan iman yang benar. Dengan demikian, jelaslah kiranya bahwa iman, islam, dan ihsan merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan.

F. Perilaku yang Sesuai dengan Nilai-NIlai Akidah Islam

1. Beribadah kepada Allah SWT dengan hati yang ikhlas, tanpa perasaan terpaksa dan terbebani. Dan Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memurnikan niat dalam beribadah hanya kepada AllahSWT.

2. Berusaha menghindarkan diri dari segala bentuk kemusyrikan, baik dalam beribadah maupun perbuatan lain dalam kehidupan sehari-hari, senagaimana pernyataan pada setiap melakukan shalat yang berbunyi sebagai berikut.

Bab II : Sifat-sifat Allah SWT

A. Sifat - Sifat Wajib, Mustahil, dan Jaiz Allah SWT

Sifat-sifat Allah berarti keadaan yang berhubungan dengan zat Allah, sesuai dengan keagungan-Nya. Zat dan sifat Allah tidak dapat dibayangkan oleh pikiran manusia. Sifat Allah dibagi menjadi tiga macam, yaitu sifat wajib, mustahil dan jaiz.

(6)

1. Sifat wajib Allah SWT

Yang dimaksuk sifat wajib Allah SWT ialah sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT yang sesuai dengan keagungan-Nya sebagai pencipta alam seisinya. Dalam ilmu aqa‟id, disebutkan bahwa sifat wajib Allah SWT ada 13, antara lain sebagai berikut.

a. Allah SWT bersifat Ada (wujud)

Adanya Allah SWT dapat dibuktikan dengan adanya alam ini. Semua barang yang ada di lingkungan kita pasti ada yang menbuat. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ali Imran/3:2

b. Allah SWT bersifat Terdahulu (Qidam)

Allah SWt adalah pencipta alam semesta. Dia lebih dahulu ada sebelum ala mini ada. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. al-Hadid/57:3

c. Allah SWT berdifat Kekal (Baqa‟)

Semua mahkluk ciptaan Allah SWT akan rusak, sedangkan Dia sebagai pencipta tidak akan rusak. Allah SWT akan kekal selamanya dan Dia tidaka akan pernah mati, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. ar-Rahman/55:26-27

d. Allah SWY berdifat Berbeda dengan Ciptaan-Nya (Mukhalafatu lil Hawadisi)

Allah SWY memiliki sifat yang sempurna dan istimewa. Sifat Allah SWT berbeda dengan sifat makhluk-Nya. Jika ada kesamaan, hanya sama namanya, sedangkan kesempunaan-Nya tidak sama. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. asy-Syura/42:11

e. Allah SWT berdifat berdiri dengan sendirinya (Qiyamuhu Binafsihi)

Allah SWT sebagai pencipta alam adalah Mahakuasa. Dia tidak memerlukan bantuan dari kekuatan lain karena mempunyai kekuatan yang ada pada diri-Nya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ali „Imran/3:2

f. Allah SWT bersifat Maha Esa (Wahdaniyyah)

Manusia dituntut untuk meyakini bahwa wujud Allah Naha Esa, artinya Dia tidak terbilang dua, tiga, dan seterusnya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. al-Ikhlas/112:1-4

g. Allah SWT bersifat Maha Kuasa (Qudrah)

Dia kuasa menciptakan alam, mampu memelihara, dan sanggup menghancurkannya tanpa bantuan kekuasaan lain. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. al-Baqarah/2:20 h. Alah SWT bersifat Berkehendak (Iradah)

Jika Allah berkehendak, tidak satu pun yang dapat menolak. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Yasin/36:82

i. Allah SWT bersifat Maha Mengetahui („Alim)

Allah SWT adalah pencipta alam ini dan Dia mengetahui semua cptaan-Nya. Allah berfirman sebagai berikut.

“….dan Allah Maha Mengetahui segala sesuati.” (Q.S. al-Hujarat/ 49:16) j. Allah SWT bersifat Hidup (Hayat)

Seluruh kehidupan makhluk tunduk kepada Allah SWT. Dia yang mengatur semua kehidupan makhluk hidup. Allah tidak akan mati dan kekal selamanya. Firman Allah dalam Q.S.Ali „Imran/3:2

k. Allah SWT bersifat Maha Mendengar (Sama‟)

Tidak ada sesuatu yang tidak didengar oleh Allah SWT. Walaupun jumlah suara manusia ratusan juta, semua akan didengar oleh Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Hujarat/49:1

(7)

l. Allah SWT bersifat Maha Melihat (Basar)

Allah yang mengatur, yang menjalankan , dan mengawasi benda-benda, seperti matahari, bulan, bintang, dan planet-planet lainnya. Semua itu bagi Allah tidak ada yang lepas dari penglihatan-Nya. Allah SWT berfirman sebagai berikut.

“…..Akkah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Baqarah/2:265) m. Allah SWT bersifat Berfirman (Kalam)

Kalam berarti Allah berbicara melalui firman-Nya yang berupa wahyu. Allah berfirman sebagai berikut.

“…..Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung.” (Q.S. an- Nisa‟/4:164)

Adapun sebagian ulama yang menambahkan dengan tujuh sifat wajib Allah sehingga menjadi dua puluh. Tujuh sifat wajib yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Qadiran

Berarti Allah maha kuasa b. Muridan

Berarti Allah maha berkehendak c. „Aliman

Berarti Allah maha menegtahui d. Hayyan

Berarti Allah maha hidup e. Sami‟an

Berarti Allah maha mendengar f. Basiran

Berarti Allah maha melihat g. Mutakalliman

Berarti Allah maha berbicara 2. Sifat Mustahil Allah SWT

Sifat mustahil Allah berarti sifat yang secara akal tidak mungkin dimiliki Allah. Dalam ilmu Tauhid , dinyatakan bahwa sifat mustahil Allah ada 13, yaitu

a. „adam, artinya tidak ada b. Hudus, artinya tidak ada c. Fana‟, rudak

d. Mumasalatu lil-hawadisi, artinya menyerupai makhluk

e. Qiyamuhu bigairihi, artinya membutuhkan sesuatu selain diri-Nya f. Ta‟addud, artinya lebih dari Satu

g. „ajzun, artinya lemh h. Karahah, rtinya terpaksa i. Jahlun, artinya bodoh j. Mautun, artinya mati k. Summun, artinya tuli l. „umyun, artinya buta m. Bukyun, artinya bisu 3. Sifat Jaiz Allah SWT

Sifat jaiz Allah berarti sifat kebebasan Allah, yakni bebas yang dimiliki-Nya sebagai Tuhan semesta alam. Sifat jaiz Allah ialah kebebasan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya yang mutlak. Berikut ini kebebasan-kebebasan mutlak yang diiliki Allah.

(8)

a. Kebebasan untuk Menciptakan atau tidak Menciptakan Sesuatu Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. al-Qasas/28:68

Ayat di atas menjelaskan bahwa apa yang hendak diciptakan Allah tergantung pada kehendak-Nya semata.

Manusia hanya diberi hak untuk memohon kepada-Nya. Jika Allah mengabulkan, jadilah apa yang dikehendaki manusia. Sebaliknya, jika Allah tidak menghendaki, apapun yang diinginkan manusia tidak akan terjadi. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. an-Nur/24:45

b. Kebebasan untuk Mengatur Semua Makhluk Sesuai yang Dia Kehendaki

Kebebasan Allah dalam mengatur semua makhlik telah ditegaskan dalam firman-Nya yang sekaligus merupakan do‟a tuntunan bagi kita. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Ali Imran/ 3:26

Semua perjalanan hidup yang dialami manusia ada pada kekuasaan Allah SWT. Naiknya seseorang ke derajat yang tinggi atas turunnya dari derajat rendah tidak terlepas darikuasa dan kehendak-Nya.

B. Klasifikasi Sifat-Sifat Allah SWT 1. Sifat Nafsiyah

Sifat nafsiyah adalah sifat yang berhubungan dengan zat Allah semata,. Yang tergolong sifat nafsiyah adalah difat wujud. Wujud adalah zat Allah yang mutlak atas diri-Nya, bukan merupakan tambahan dari zat-Nya. Allah SWT sebagai penyebab pertama adanya sesuatu dengan sendiri-Nya. Seandainya wujud Allah disebabkan atau dicptakan oleh sesuatu selain Dia, berarti Allah tidak sempurna sifat-Nya. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S.

as-Sajadah/32:4-5

Dari kedua ayat tersebut, dapat diambil pokok-pokok pengertian sebagai berikut. a. Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, yakni

1) Masa pertama, semua alam masih berupa asap atau kabut raksasa, lalu kabut raksasa pecah dan sakah satunya menjadi bumi;

2) Masa kedua, asap atau kabut berubah menjadi air;

3) Masa ketiga, mulai timbul kekeringan yang akhirnya menjadi perbukitan; 4) Masa keempat, mulai ada kehidupan di air dan di bumi;

5) Masa kelima dan kekenam, seperti yang kita saksikan sekarang ini.

b. Tidak ada penolong dan pemberi syafaat selain Allah SWT. Ini berarti kekuasaan tunggal ada pada Allah.

c. Semua urusan ada di tangan Allah dan tidak ada pihak lain yang ikut campur tangan dengan-Nya.

2. Sifat Salbiyah

Salbiyah berarti negative atau buruk. Sifat salbiyah berarti sifat yang tidak sesuai atau tidak layak untuk zat Allah. Sifat salbiyah ada lima macam yang berlawanan dengan sifat qidam, baqa‟, mukhalafatu lil hawadisi, qiyamuhu binafsihi, dan wahdaniyyah.

Kelima sifat itu adalah sebagai berikut. a. Hudus

Hudus berarti permilaan. Sifat qidam menolak adanya sifat hudus. Berdasarkan teori ad-Daur, alam ini adalah ciptaan Allah, adanya Allah juga karena adanya alam. Pendapat demikian adalah mustahil karena Allah disamakan dengan makhluk ciptaan-Nya.

Allah SWT berfirman.

“Dialah Yang Awal, dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. al-Hadid/57:3)

(9)

Allah tidak berawal dan tidak berakhir. Jika Allah berawal, sebelum Allah berarti ada

kekosongan. Hal ini sangat bertentangan dengan akal. Oleh karena itu, sifat qidam menolak sifat qudum.

b. Fana‟

Jika Allah SWT bersifat fana‟, berarti Allah mengalami kerusakan dan kepunahan. Dia tidak akan mengalami kerusakan dan kepunahan sebagaimana makhluki-Nya.

“….segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah ….”(Q.S. al-Qasa/28:88) c. Mumasalatu lil Hawadisi

Jika Allah bersifat Mumasalatu lil Hawadisi yang artinya Allah serupa dengan makhluk-Nya. Allah tidak akan pernah memerlukan apa yang diperlukan makhlk-Nya. Allah berfirman “…tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Q.S. asy-Syura/42:11)

d. Ihtiyajun ila Ghairihi atau qiyamuhu Ligairihi

Jika Allah bersifat ini berarti Allah memerlukan bantuan pihak lain. Allah tidak memerlukan bantuan pihak lain dalam menciptakan alam seisinya. Allah berfirman sebagai berikut. “….Sunnguh Allah Maha Kaya..” (Q.S. al-Ankabut/29:6)

e. Ta‟addud

Ta‟adud berarti bebilang dua, tiga, atau lebih. Seandainya Allah lebih dari satu, pasti timbul perebutan kekuasaan dan aturan-aturan yang berbeda. Tuhan yang satu akan menyaingi Tuhan yang lain sehingga akan mengakibatkan kehancuran. Allah berfirman dalam surat al-

Ikhlas/112:1 3. Sifat Ma‟ani

Sifat ma‟ani adalah sifat wajib Allah yang dapat digambarkan olah akal pikiran manusia dan dapat meyakinkan orang lain karena kebenarannya dapat dibuktikan dengan panca indra. Sifat wajib Allahyang tergolong dalam sifat ma‟ani ialah qudrah, iradah, ilmu, hayat, sama‟, basar, dan kalam.

a. Qudrah

Allah bersifat qudrah berarti Mahakuasa. Mustahil Allah bersifat „ajzun yang berarti lemah atau tidak berdaya.

Alla SWT berfirman.

“ Dan Dialah yang berkuasa atas hamba-hamba-Nya. Dan Dia Maha bijaksana, Maha Mengetahui.” (Q.S. al-An‟am/6:18)

b. Iradah

Allah SWT bersifat iradah yang berarti berkehendak, mustahil bersifat karahah yang berarti dipaksa. Allah adalah zat yang mengatur segala-galanya karena Dialah yang berkuasa dan memiliki alam ini.

Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S.an-Nahl/16:40 c. „Ilmu

Ilmu berarti mengetahui segala sesuatu. Lawan katanya adalah jalun yang berarti bodoh. Allah mengetahui segala sesuatu, baik yang telah, sedang, maupun yang akan terjadi. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. al-Hujarat/49:18

d. Hayat

Hayat berarti hidup, sedangkan kebalikannya adalah mautun yang berarti mati. Allah adalah zat yang hidup dan muastahil mati. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. al-Furqan/25:58 e. Sama‟

(10)

Sama‟ berarti mendengar, sedangkan kebalikannya adalah summon yang berarti tuli. Allah Maha Mendengar segala macam bunyi dan suara makhluk, baik yang keras maupun yang pelan.

Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. al-Baqarah/2:127 f. Basar

Basar berarti melihat sesuatu, baik yang telah, sedang, maupun yang akan terjadi. Penglihatan Allah tidak dibatasi oleh alat dan waktu. Kebalikannya adalah „umyun yang berarti buta. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-Hujarat/49:18.

g. Kalam

Kalm berarti berbicara, sedangkan kebalikannya adalah bukmun yang berarti bisu. Karena Allah berbicara, Dia dapat berfirman, member janji, dan peringatan yang ditunjukkankepada makhluk-Nya. Firman-firman-Nya tersusun dengan rapi di dalam kitab suci yang diturunkan lepda rasul-rasul-Nya. Hal itu menunjukkan bahwa Allah tidak mungkin brsifat bisu. Allah berfirman dalam surat an-NIsa‟/4:164

4. Sifat Ma‟nawiyah

Sifat ma‟nawiyah adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan sifat ma‟ani atau merupakan kelanjutan sifat-sifat ma‟ani. Dengan kata lain, adanya tujuh sifat ma‟ani berarti ada tujuh sifat ma‟nawiyah. Ketujuh sifat ma‟nawiyah dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Qadiran (Mahakuasa)

Allah SWT bersifat qadiran yang berarti Dia Mahakuasa. Allah berfirman dalam surat al- An‟am/6:37.

b. Muridan (Maha Berkehendak)

Allah bersifat muridan yang berarti Dia Maha Berkehendak. Allah berfirman dalam surat an-NIsa‟/4:26.

c. „Aliman (Maha Mengetahui)

Allah bersifat „aliman yang berarti Dia Maha Mengetahui. Allah berfirman dalam suratal-Hujarat/49:16.

d. Hayyan (Maha Hidup)

Allah bersifat hayyan yang berarti Dia maha hidup. Allah berfirman dalam surat Ali Imran/3:2.

e. Sami‟an (Maha Mendengar)

Allah bersifat sami‟an yang berarti Dia Maha Mendengar. Allah berfirman dalam surat an-NIsa‟/4:134.

f. Basiran (Maha Melihat)

Allah bersifat basiran yang berarti Dia Maha Melihat. Allah berfirman dalam surat al-Isra‟/17:17.

g. Mutakalliman (Maha Berbicara)

Allah bersifat mutakalliman yang berarti Dia Maha Berbicara. Allah berfirman dalam surat at-Taubah/9:6.

C. Perilaku Orang Yang Beriman kepada Sifat-Sifat Alla SWT

1. Menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya denganselain Dia ksrena Dia berbeda dengan semua makhluk ciptaan-Nya.

2. Tidak berprasangka buruk krpada Allah walaupun hanya dalam hati karena Dia Maha Mendengar terhadap segala sesuatu meskipun tidak bersuara.i dari segala yang buruk. Dan berusaha tidak sombong.

Bab III : Akhlak Terpuji Kepada Allah SWT A. Ikhlas

(11)

1. Pengertian Ikhlas

Kata ikhlas kata ikhlas berasal dari bahasa arab akhlasa, yukhlisu, ikhlasan yang artinya memurnikan niat hanya semata-mata mencari rida Allah. Atau semata-mata menaati perintah-Nya. Sebagaimana terungkap dalam surat al-An‟am/6:162.

2. Perintah untuk Beramal secara Ikhlas

Orang yang beramal baik, tetapi tidak ikhlas, ia akan rugi sendiri. Allah tidak akan menerima amal tersebut, dalam hadis Qudsi Allah berfirman.

“ Aku adalah sebaik-baik sekutu (teman). Barang siapa memperskutukan Aku bersama yang lain, dia (diserahkan) kepada sekutu itu. Wahai sekalian manusia, ikhlaskan amalmu karena Allah tidak akan menerima akal seseorang, kecuali amal yang diikhlaskan kepada-Nya.” (H.R. al- Bazzar)

3. Bentuk-Bentuk (contoh) Perilaku Ikhlas

a. Tidak pernah mengeluh dan tak mengharapkan penghargaan setiap ia menjalankan tugas b. Melaksanakan sesuatu karena semata-mata melaksanakan perintah Allah dalam kandungan Surah al-Ma‟un.

4. Dampak Positif Beramal secara Ikhlas

a. Memperoleh kepuasan batin karena merasa bahwa kebaikan yang dilakukan sesuai kehendak Allah yang menyuruhnya.

b. Merasa senang karena adanya harapan rida dari sisi-Nya.

c. Dapat menjaga kerutinan dalam berbuat baik, walaupun amal baiknya tidak dilihat orang lain. 5. Membiasakan Diri Beramal secara Ikhlas

a. Melatih diri agar tidak merasa bangga jika perbuatan baiknya dipuji orang. b. Tidak kecewa apabila perbuatan baiknya diremehkan orang lain.

c. Melatih diri untuk beramal baik saat tidak dilihat orang lain, misalnya sedekah secara sembunyi-sembunyi.

d. Tidak suka memuji perbuatan baik yang dilakukan seseoranga karena hal itu dapat mendorong pelakunya menjadi ria.

B. Taat

1. Pengertian Taat

Kata taat berasal dari bahasa Arab yang berarti tunduk, patuh, dan setia kepada si fulan atau Allah dan rasul-Nya, baik dalam bentuk pelaksanaan perintah Maupin meninggalkan larangan-Nya.

2. Perintah untuk Taat kepada Allah dan Rasul-Nya

Taat termasuk perkara yang diwajibkan dalam islam. Dengan demikian, seorang mukmin adalah orang yang setia dan taat kepada Allah dan rasul-Nya. Allah berfirman dalam surat

an-Nisa‟/4:59.

3. Bentuk-Bentuk (Contoh) Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya a. Taat kepada syariat Islam dalam pembagian warisan

b. Meskipun saling mencintai, Karena Islam muslimah melarang menikah dengan lelaki nonmuslim, akhirnya Nur Hasanah menolak lamaran tersebut dengan sopan.

4. Dampal Positif Ketaatan kepada Allah dan Rasul-NYa

a. Memperoleh kepuasan batin karena telah mampu melaksanakan salah satu kewajibannya lepada Allah dan Rasul-Nya.

(12)

c. Memperoleh kemenangan (keuntungan) yang besar sesuai firman Allah dalam surat an-Nisa‟/4:13.

5. Membiasakan Diri Taat lepada Allah dan Rasul-Nya

a. Segera mempersiapkan diri untuk salat apabila sudah tiba waktunya.

b. Melatih diri untuk disiplin dalam berbagai hal, termasuk belajar dan mengrjakan tudas sekolah.

c. Selalu disiplin dalam mengikuti tata tertib sekolah, baik dilihat guru maupun tidak. C. Khauf

1. Pengertian Khauf

Kata khauf berasal dari bahasa arab khafa, yakhafu, khaufan yang artinya takut. Islam mendidik umatnya agar memiliki sifat khauf, yakni takut akan murka Allah apabila terkena ancaman atau siksa-Nya.

2. Perintah untuk Memiliki Khauf

Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. al-A‟raf/7:56

Yang dimaksud rasa takut dan penuh harap pada ayat di atas ialah sebagai berikut.

a. Takut akan dilepaskan oleh Allah hidup sendirian sehingga tersesat dari jalan yang benar, yakni tuntunan Islam.

b. Takut akan mendapat siksa karena melanggar aturan-arturan-Nya.

c. Sangat mngharapkan rida Allah sehingga hidupnya senantiasa memperoleh bimbingan dari wahyu-Nya.

3. Contoh khauf

Senantiasa meningkatkan kualitas beribadah, baik yang berhubunagn secara langsung kepada Allah maupun yang berhubungan dengan sesama manusia.

4. Dampak Positif Khauf

a. Dapat menjaga kerutinan perbuatan baiknya karena belum yakin bahwa kebaikan yang telah lalu diterima dan diridai Allah.

b. Dapat meningkatkan kualitas perbuatan baiknya karena mengharapkan rida Allah. 5. Membiasakan Diri Bersifat Khauf

a. Mengingat-ingat dosanya si masa lalu sebab belum tentu dimaafkan Allah.

b. Melupaka kebaikan di masa lalu karena belum tentu Allah berkenan menerimnya.

c. Mengukur dirinya dengan orang –orang yang saleh agar bersemangat untuk mengikuti amal baik seperti mereka.

D. Tobat

1. Pengertia Tobat

Kata tobat berasal dari kata taba, yatubu, taubatan yang berarti kembali, menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan.

Orang yang bertobat berarti berhenti dari perbuatan dosa yang telah dilakukan, kemudian kembali kejalan yang benar.

2. Hukum Bertobat

Bertobat termasuk pekara yang diwajibkan dalam agama. Firman Allah dalam surat an-Nur/24:31.

Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda sebagai berikut.

“ Sesungguhnya Allah Yang Mahamulia dan Mhaagungmembentangkan tangan-Nya diwaktu malam untuk menerima tobat hamba yang berbuat dosa pada siang harinya, dan membentangkan tangan-Nya diwaktu siang untuk menerima tobat hamba yang berbuat dosa pada malam hrinya sehingga matahari terbit dari tempat terbenamnya (hari akhir) .” (H.R . Muslim)

(13)

Tobat nasuha harus memenuhi tiga perkara yakni :

a. Harus segera menghentikan perbuatan disa yang dilakukan. b. Harus menyesali sedalam-dalamnya atas perbuatan dosa tersebut.

c. Harus bertekad yang sungguh-sungguh tak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut. 3. Contoh Perilaku Tobat Kepada Allah

a. Memperbanyak membaca istigfar dan menemui orang yang pernah dijahtinya untuk minta maaf.

b. Menyesali perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan serta berjamji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya.

4. Dampak Positif Perilaku Bertobat a. Bagi Pelakunya Sendiri

1) Memperoleh semangat dan gairah hidup baru karena Allah berkenan menerima tobatnya 2) Dapat memperoleh kembali jalan yang benar

3) Memperoleh simpati msyarakat lagi, seperti dahulu sebelum bertobat. b. Bai Orang lain Termasuk keluarga

1) Lambat laun dapat mengembalikan nama baik keluarga. 2) Hilangnya kecemasan keluarga dan masyarakat.

5. Perilaku Membiasakan Diri Bertobat

a. Tidak memandang remeh terhadap perbuatan dosa sekecil apapun,

b. Berusaha menutup perbuatan dosanya dengan perbuatan baik sesuai kemampuan yang dimiliki c. merasa tidak senang apabila melihat oramg lain berbuat dosa

Menurut hasil tela‟ah kami tentang materi penjelasan pada semester I kelas VII MTs, penjelasannya sudah baik, akan tetapi terdapat kekurangan dalam penyusunannya. b. Semester II Kelas VII

Bab IV : Asmaul Husna A. Pengertian Asmaul Husna 1. Arti secara bahasa dan istilah

Kata asmaul husna berasal dari bahasa arab al asma‟ yang berarti nama, beberapa nama dan al husna yang berarti baik, indah. Menurut istilah, asmaul husna berarti nama-nama yang indah bagi Allah.

2. Sejarah diturunkannya Ayat tentang Asmaul Husna

Di dalam kitab asbabunnuzul diterangkan bahwa pada suatu hari Rasulullah saw melakukan shalat di mekkah dan berdoa dengan kata-kata, “ Ya Rahman, Ya Rahim”. Do‟a tersebut terdengar oleh sebagian kaum musyrikin. Kala itu berkatalah mereka, “perhatikan orang yang murtad dari agamanya! Ia melarang kita menyeru dua Tuhan, dan dia sendiri menyeru dua Tuhan.” Dengan adanya ucapan mereka itu, turunlah Ayat sbb:

Yang artinya:

Katakanlah: "Serulah Allah atau Serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik)..(Q.S. al-isra‟/17:110)

B. Memahami Sepuluh Asma‟ul Husna

Asma‟ul Husna Allah swt. Amat banyak, namun menurut keterangan yang masyhur ada 99 macam. Sepuluh diantaranya adalah Al- „Azi, Al-Gaffar, Al-Basit, An-Nafi‟, Ar-Rauf, Al-Barr, Al-Hakim, Al-Fattah, Al-„Adl, dan Al-Qayyum.

(14)

1. (Yang Maha Perkasa)

Allah maha perkasa atas segala mahluk-Nya. Segala yang dikehendaki Allah swt pasti terlaksana, tak satupun mahluk yang dapat menghalangi-Nya.

2. ) Yang Maha Pengampun)

Allah adalah zat yang maha pengampun, ampunan Allah diberikan kepada siapapun yang bersalah, selama orang tersebut mau bertobat, memohon ampun atas dosa-dosanya. 3. (Yang Melapangkan Rezeki)

Allah swt. senantiasa membentangkan rahmat-Nya (kasih sayang-Nya) untuk menerima taubat hamba yang terlanjur berbuat dosa. Dia membentangkan rezeki (memperbanyak rezeki) yang dibutuhkan hamba-Nya, dan Dia pula mempersempit rezeki kepada hamba yang dikehendaki. 4. (Yang Memberi Manfaat)

Allah swt. mencipta segala sesuatu yang dikehendaki dan memberi manfaat atas sesuatu buat siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Dialah yang mampu memberi manfaat dan Dialah yang mampu memberi madarat ( kerugian ) atas sesuatu.

5. ( Yang Maha Pengasih)

Allah swt. adalah zat Yang Maha Pengasih terhadap hamba-hamba-Nya. 6. (Yang Melimpahkan Kebaikan)

Allah Maha Pengasih dan Allah juga yang Maha Melimpahkan kebaikan. 7. (Yang Maha Bijaksana)

Allah zat yang Maha Bijaksana, kebijaksanaan Allah mencakup segala hal. 8. (Yang Maha Memberi Keputusan)

Pada hari akhir kelak, Allah swt akan memutuskan perkara hamba-Nya, kemudian memasukkan hamba-Nya ke jannah atau nar.

9. (Yang Maha Adil)

Dalam hidup didunia ini, Allah memberlakukan hamba-Nya secara adil. Ia memberikan rezeki terhadap semua manusia, baik yang taat maupun yang durhaka kepada-Nya. Diakhirat kelak Allah juga berlaku adil. Hamba yang taat selama hidupnya di dunia akan diberi balasan nikmat di jannah, sedangkan hamba yang durhaka diberi balasan siksa di nar.

10. (Yang Terus-menerus Mengurus)

Sesuai dengan kebesaran dan kekuasaan-Nya, Allah tidak memerlukan bantuan dari siapapun dalam mencipta, mengatur, dan memelihara alam semesta.

C. Bukti Tanda-Tanda Kebesaran Allah Melalui Pemahaman terhadap Sepuluh Asma‟ul Husna a. Al-„Aziz : Apapun yang dikehendaki Allah pasti terjadi, tak satupun mahluk yang dapat menghalangi kehendak-Nya.

b. Al-Gaffar : Allah senantiasa membuka kesempatan bertobat bagi hamba-Nya yang berbuat salah sampai datangnya yaumus-sa‟ah.

c. Al-Basit : Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki kepada hamba yang di kehendaki-Nya.

d. An-Nafi‟ : Hanya Allah yang dapat memberi manfaat atau madarat terhadap sesuatu buat hamba-Nya.

e. Ar-Rauf : Allah tidak menyia-nyiakan iman hamba-Nya, terbukti Dia memberi bimbingan hidup berupa petunjuk agama.

f. Al-Barr : Allah melimpahkan nikmat-Nya kepada hamba yang beriman, baik di dunia maupun diakhirat dengan kenikmatan di jannah.

(15)

g. Al-Hakim : Allah bijaksana dalam mencipta dan mengatur alam semesta serta memberi balasan manusia di akhirat sesuai amalnya selama hidup di dunia.

h. Al-Fattah : Allah yang menentukan keberhasilan usaha manusia sesuai kehendak-Nya. i. Al-„Adl : Allah adil dalam memberi rezeki terhadap hamba-Nya. Manusia yang memiliki kemampuan berusaha secara baik dan menggunakan teori yang baik dapat memperoleh hasil yang baik pula.

j. Al-Qayyum : Allah swt mencipta dan mengatur alam semesta dengan sendiri-Nya, tanpa bantuan pihak lain.

D. Perilaku Orang yang Mengamalkan Asma‟ul Husna

a. Tunduk dan rela menerima ketentuan Allah yang berlaku atas dirinya.

b. Tidak putus asa atas perbuatan dosa yang terlanjur dilakukan dan memohon ampunan-Nya. c. Bersikap qanaah, tidak mengangan-angan nikmat yang diterima orang lain.

Bab V : Iman Kepada Malaikat Allah SWT. Dan Makhluk Gaib selain Malaikat A. Malaikat-Malaikat Allah swt.

1. Pengertian Iman Kepada Malaikat Allah swt.

Malaikat adalah mahluk yang diciptakan Allah swt. dari cahaya. Dia selalu menaati perintah Allah swt. dan tidak mendurhakai-Nya. Adapun inti beriman kepada malaikat ialah meyakini keberadaannya sebagai mahluk ciptaaan Allah swt. Serta meyakini jenis-jenis tugas yang diamanahkan kepadanya. Keyakinan tersebut dibuktikan dengan perbuatan sehari-hari. 2. Sifat-Sifat Malaikat Allah swt.

Al-Qur‟an menjelaskan bahwa malaikat adalah hamba Allah swt. yang mulia karena Allah memuliakannya, tidak pernah durhaka, tidak pernah maksiat, dan tidak pernah menentang perintah Allah swt.

3. Nama-Nama Malaikat dan Tugasnya

a. Jibril : menyampaikan wahyu Allah swt. kepada para rasul-Nya. b. Mikail : bertugas untuk menurunkan hujan dan membagi rezeki. c. Israfil : bertugas meniup sangkakala.

d. Izrail : bertugas mencabut nyawa.

e. Munkar dan Nakir : bertugas menanyai manusia di alam kubur.

f. Raqib dan Atid : bertugas mencatat amal perbuatan manusia selama hidup di dunia. g. Malik : bertugas menjaga neraka.

h. Ridwan : bertugas menjaga surga. B. Mahluk Gaib Selain Malaikat

Mahluk gaib yang diciptakan Allah bermacam-macam, antara lain: jin, iblis atau setan. 1. Jin

Jin adalah Mahluk Allah mahluk gaib yang diciptakan dari nyala api. Sebagian taat kepada Allah swt. (seperti yang menjadi tentara Nabi Sulaiman a.s.) dan sebagian lagi kafir serta durhaka kepada Allah swt.

2. Iblis atau Setan

Iblis adalah Mahluk gaib yang dicipta Allah dari api. Sifat dasar iblis adalah sombong dan durhaka kepada Allah swt. Setan adalah mahluk yang sifatnya menggoda manusia agar terjerumus ke lembah dosa.

3. Perbedaan antara Malaikat, Jin, dan Iblis atau Setan No. Nama Asal Kejadian Sifatnya

(16)

2. Jin Nyala Api Ada yang beriman dan ada pula yang kafir.

3. Iblis atau Setan Api Mendurhakai Allah swt. Dan selalu berusaha untuk menjerumuskan manusia ke jalan yang sesat.

C. Perilaku yang Mencerminkan Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah swt. dan Mahluk Gaib Selain Malaikat.

Iman terdiri dari tiga unsur, yaitu kemantapan hati, ucapan, dan perbuatan. Iman kepada malaikatpun perlu dibuktikan dengan perbuatan nyata setiap hari, antara lain meneladani sifat taat malaikat kepada Allah swt.

Adapun sikap meneladani ketaaatan malaikat kepada Allah swt. antara lain:

a. Senantiasa berusaha untuk menaati Allah swt. sebagaimana ketaatan malaikat kepada Allah swt.

b. Bersikap tawaduk kepada Allah swt. dan mengagungkan-Nya.

c. Bersikap hati-hati dalam hidup ini, tidak melanggar hukum Allah swt. sebagaimana malaikat tidak maksiat kepada-Nya.

Bab VI : Akhlak Tercela kepada Allah SWT A. Ria

1. Pengertian Ria

Ria berarti beramal baik dengan tujuan memperoleh pujian dari orang lain. 2. Contoh Perbuatan Ria

Seorang siswa mau melaksanakan tugas piketnya secara baik sesudah guru masuk ke kelas, dengan harapan agar guru menilai bahwa siswa tergolong siswa yang rajin melaksanakan tugas. 3. Larangan Berbuat Ria

Ria termasuk larangan dalam islam. Islam mendidik umatnya agar perbuatan baik yang dilakukan didasari dengan niat ikhlas, yakni semata-mata mencari ridha Allah atau menaati perintah-Nya.

4. Akibat Buruk Ria

a. Menghapus pahala amal baik

b. Mendapat dosa besar karena ria termasuk perbuatan syirik

c. Tidak selamat dari bahaya kekafiran karena ria sangat dekat hubungannya dengan sikap kafir. 5. Perilaku Menghindari Ria

a. Melatih diri untuk beramal secara ikhlas, walaupun sebesar apapun yang dilakukan.

b. Mengendalikan diri agar tidak merasa bangga apabila ada orang lain memuji amal baik yang dilakukan.

B. Nifak

1. Pengertian Nifak

Secara bahasa nifak berarti pura-pura pada agamanya. Secara istilah berarti sikap yang tidak menentu, tidak sesuai antara ucapan dan perbuatannya. Orang yang mempunyai sifak nifak disebut munafik.

2. Ciri-Ciri Sifat Nifak

Perlu diketahui bahwa orang yang munafik pandai bersilat lidah dan memutar balikkan persoalan sehingga banyak orang terpedaya karenanya. Kepandaian bersilat lidah sebagai hasil dari

sikapnya yang selalu mendua (bermuka dua). Disamping itu munafik juga suka mengobral janji terhadap orang lain, tetapi janji-janji-Nya banyak yang di ingkari sendiri.

3. Larangan Bersifat Nifak

(17)

Allah swt. berfirman yang terjemahnya “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah petkataan yang benar”. (Q.S. al-Ahzab/33: 70).

4. Akibat Buruk Sifat Nifak a. Bagi Diri Sendiri

1) Tercela dalam pandangan Allah swt. dan sesama manusia sehingga dapat menjatuhkan nama baiknya sendiri.

2) Hilangnya kepercayaan dari orang lain atas dirinya 3) Tidak disenangi dalam pergaulan hidup sehari-hari.

4) Mempersempit jalan untuk memperoleh rezeki karena orang lain tidak mempercayai lagi. 5) Mendapat siksa yang amat pedih kelak di hari akhir.

b. Bagi Orang Lain

1) Menimbulkan kekecewaan hati sehingga dapat merusak hubungan persahabatan yang terjalin baik.

2) Membuka peluang munculnya fitnah karena ucapan atau perbuatannya yang tidak menentu. 3) Mencemarkan nama baik keluarga dan masyarakat sekitarnya sehingga merasa malu

karenanya.

5. Membiasakan Diri Menghindari Sifat Nifak

a. Nifak merupakan larangan agama yang harus di jauhi dalam kehidupan sehari-hari. b. Nifak akan merugikan diri sendiri dan orang lain sehingga dibenci dalam kehidupan masyarakat.

Menurut hasil tela‟ah kami, Pada semester II kelas VII MTs, dalam penjelasan materinya sudah baik, akan tetapi terdapat kurangnya penjelasan dalam bab IV tentang asmaul husna.

2. Penjelasan Materi Kelas VIII MTS a. Semester 1 Kelas VIII

Bab I : Iman kepada kitab-kitan Allah SWT

A. Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah SWT.

Beriman kepada kitab suci berarti menyakini adanya kitab tersebut serta meyakini kebenaran ajarannya.

a. Inti beriman kepada kitab-kitab Allah SWT, yaitu :

Iman kepada kitab-kitab Allah SWT meliputi tiga perkara pokok, yaitu :

1. Meyakini bahwa Allah SWT memiliki beberapa kitab suci yang diwahyukan kepada rasul-Nya untuk dijadikan pedoman hidup manusia.

2. Meyakini kebenaran ajaran yang ada di dalamnya secara mutlak tanpa keragu-raguan sedikit pun.

3. Mengamalkan ajaran-ajaran yang ada di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu, anggota keluarga, maupun anggota masyarakat.

b. Kitab dan Suhuf

Kitab adalah kumpulan firman Allah SWT yang diwahyukan kepada rasul-Nya. Suhuf adalah lembaran-lembaran yang berisi kumpulan wahyu Allah SWT. c. Fungsi Iman kepada kitab-kitab Allah SWT

Fungsi iman kepada kitab-kitab Allah SWT adalah sebagai petunjuk hidup manusia di dunia. B. Bukti/dalil kebenaran adanya kitab-kitab Allah SWT

Adapun dalil-dalil kebenaran adanya kitab-kitab suci Allah, antara lain sebagai berikut : 1. Kitab Taurat

(18)

• Surat Al-Isra‟ ayat 2

Dan Kami berikan kepada Musa, Kitab (Taurat) dan Kami jadikannya petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman),”Janganlah kamu mengambil (pelinding) selain Aku.”

• Surat Ali-Imran ayat 3

“Dia menurunkan Kitab(Al-Qur‟an) kepada (Muhammad) yang mengandung kebenaran, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan Injil.”

• Surat Al-A‟la ayat 18-19

“Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab terdahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. 2. Kitab Zabur

Dalil kebenaran Zabur antara lain : • Surat Al-Isra‟ ayat 55

“…..Dan sungguh, Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian nabi-nabi atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Dawud.”

3. Kitab Injil

Dalil kebenaran Injil antara lain : • Surat Ali-Imran ayat 3

“Dia menurunkan Kitab(Al-Qur‟an) kepada (Muhammad) yang mengandung kebenaran, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan Injil.”

4. Kitab Al-Qur‟an

Dalil kebenaran Injil antara lain : • Surat Al-Baqarah ayat 185

“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur‟an, sebagai petunjuk bagi manusia…….”

• Surat Ibrahim ayat 1

“Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engakau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji.”

C. Macam-macam Kitab Allah SWT 1. Kitab Turat

a. Pengertian dan Sejarah Turunnya Kitab Taurat

Pada saat Nabi Musa a.s. remaja beliau pernah memukul seorang pemuda dari suku Qibti hingga mati. Karena suku Qibti termasuk pendukung Raja Fir‟aun, maka raja pun berusaha menangkap Nabi Musa.a.s. Pada saat beliau melarikan diri ke Madyan, Allah menakdirkan beliau bertemu dengan Nabi Syu‟aib a.s. dan beliau dijodohkan dengan anaknya yang bernama Safira. Setelah cukup lama di Madyan, beliau minta izin kepada Nabi Syu‟aib a.s. untuk kembali ke Mesir menengok orang tuanya. Dalam perjalanan di atas bukit Tuwa, beliau melihat api. Kemudian beliau pun minta izin kepada istri dan anaknya untuk mendatangi api tersebut. Setelah sampai beliau melihat sebuah sinar yang sangat terang. Pada saat itulah adanya pertanda dari Allah SWT, bahwa Nabi Musa a. s. menerima wahyu pertama dan diangkat menjadi nabi atau rasul, sedangkan kitab Taurat turun ketika beliau meninggalkan kaumnya, Bani Israil, selama 40 hari ke Bukit Tursina atau Sinai.

b. Isi Pokok Kitab Taurat

1. Kitab Kejadian; berisi kisah kejadian alam semesta, penciptaan Nabi Adam a.s dan Hawa, turunnnya Nabi Adam dan Hawa ke bumu, serta kisah Nabi Yusuf a.s.

2. Kitab Keluaran; berisi tentang keluarga Bani Israil dari penindasan Fir‟aun di Mesir di bawah pimpinan Nabi Musa a.s.

(19)

3. Kitab Imamat; berisi himpunan syari‟at dalam agama Yahudi.

4. Kitab Bilangan; berisi cacah jiwa turunan dua belas suku bangsa Israil pada masa Nabi Musa a.s.

5. Kitab Ulangan; berisi ulangan kisah dikeluarkannya Bani Isra‟il dari tanah Mesir dan himpunan syari‟at.

2. Kitab Zabur

Zabur adalah nama kitab suci yang diberikan kepada Nabi Dawud a.s. Kitab Zabur merupakan ajaran yang berisi lima jenis nyanyian, yaitu : a. Nyanyian kebaktian untuk memuji Tuhan.

b. Nyanyian perorangan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan. c. Ratapan-ratapan jamaah.

d. Ratapan dan doa individu. e. Nyanyian untuk raja. 3. Kitab Injil

Injil adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. Kitab ini berisi tentang ajaran kepada umat Nabi Isa a.s. untuk menjauhi kerakusan dan ketamakan duniawi. Kitab Injil sekarang berbeda dengan Injil asli yang diturunkan Allah kepada Nabi Isa a.s. Dalam bentuk sekarang ada sejumlah pengikut Nabi Isa yang memasukkan karangannya ke dalam kitab Injil. Sehingga kitab Injil diberi nama sesuai dengan pengarangnya yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yahya.

4. Kitab Al-Qur‟an

a. Pengertian dan Nama-nama Al-Qur‟an

Al-Qur‟an menurut bahasa artinya bacaan, sedangkan menurut istilah yaitu firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir. Al-Qur‟an mempunyai tujuan untuk menyempurnakan kitab-kitab terdahulu (Taurat, Zabur, dan Injil)

Al-Quran juga mempunyai nama yang cukup banyak. Diantaranya yaitu : 1. Al- Kitab (Kitab)

2. Al- Furqan (Pembeda) 3. Az-Zikr (Peringatan) 4. Al-Huda (Petunjuk) 5. An-Nur (Cahaya)

6. Al-Bayyinah (Keterangan)

b. Hikmah dan Fungsi Diturunkannya Al-Quran

Hikmah diturunkannya Al-Qur‟an adalah untuk menuntun manusia ke jalan yang benar agar selamat hidup di dunia dan akhirat.

Kitab suci diturunkan oleh Allah kepada rasul-rasul-Nya berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman hidup manusia.

Kedudukan Al-Qur‟an terhadap kitab-kitab suci yang lain adalah sebagai penyempurna. Dimana kedudukan Al-Qur‟an terhadap kitab-kitab yang lain adalah sebagai berikut :

1. Membenarkan isi kitab sebelumnya, yakni Taurat, Zabur, Dan Injil. Yakni membenarkan tentang ajaran mengesakan Allah SWT.

2. Menjadi batu ujian, yakni apabila apa yang tersebut di kitab-kitab terdahulu sesuai dengan Al-Qur‟an itu adalah benar. Tapi sebaliknya apabila yang disebut itu tidak sesuai dengan Al-Al-Qur‟an itu adalah salah.

(20)

1. Akidah ; yakni mengajarkan kepercayaan yang terdapat dalam rukun iman. 2. Ibadah; yakni mengajarkan tentang cara-cara beribadah kepada Allah.

3. Muamalah; yakni mengajarkan hubungan antar manusia, baik dalam keluarga, tetangga, maupun masyarakat.

4. Akhlak karimah; yakni mengajarkan tentang budi pekerti yang mulia, baik dengan anggota keluarga dan masyarakat secara luas maupun dengan Allah sebagai penciptanya.

5. Tarikh; yakni menceritakan sejarah umat terdahulu untuk diambil pelajaran bagi umat sesudahnya.

6. Syari‟at; yakni mengajarkan tentang peraturan perundang-undangan secara menyeluruh yang berkaitan dengan ibadah, akidah, dan muamalah.

d. Kelebihan Al-Quran dibandingkan Kitab Suci yang lain 1. Segi Keaslian Al-Qur‟an

Al-Qur‟an tidak mengalami perubahan sedikit pun, baik itu tulisan maupun isi kandungannya sampai akhir kehidupan dunia ini. Keaslian Al-Qur‟an telah ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya dalam surat al-Hijr ayat 9 “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur‟an , dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.”

2. Segi Isi Al-Qur‟an

a. Dalam bidang ibadah, Al-Qur‟an antara lain menjelaskan salat, zakat, puasa dan haji yang dinamakan dengan ibadah mahdah, yakni ibadah yang sudah ada aturan-aturannya secara rinci dalam agama.

b. Dalam bidang akidah, Al-Qur‟an menegaskan bahwa satu-satunya sembahan manusia yang hak adalah Allah SWT.

c. Dalam bidang muamalah, Al-Qur‟an menegaskan bahwa gotong-royong yang dibenarkan dalam Isalam adalah gotong-royong dalam hal kebaikan dan ketakwaan, bukan dalam hal dosa dan permusuhan.

d. Dalam bidang akhlak karimah, Al-Qur‟an memberikan bimbingan kepada manusia agar memiliki akhlak karimah.

e. Dalam bidang hukum, Al-Qur‟an mengakui dan menghargai hak setiap manusia. 3. Segi Susunan Bahasanya

Al-Qur‟an diturunkan dalam Bahasa Arab, tetapi sangat berbeda dengan bahasa Arab pada umumnya. Keindahan gaya bahasa Al-Qur‟an hanya dapat dirasakan oleh orang yang paham terhadap sastra Arab. Pada masa Abu Bakar as-Siddiq, muncul orang murtad yang mengaku sebagai nabi yang ingin membuat tandingan terhadap Al-Qur‟an, tetapi tandingan yang mereka buat tidak ada nilainya sama sekali dibanding dengan Al-Qur‟an.

4. Segi Misi yang diemban

Kitab-kitab suci sebelum Al-Qur‟an berlaku hanya sementara dan hanya untuk umat

tertentu(temporer dan local). Sedangkan Al-Qur‟an berlaku untuk selama-lamanya dan untuk semua manusia(abadi dan universal).

D. Fungsi Kitab-Kitab Allah WST. 1. Sebagai Petunjuk Hidup

Pada hakikatnya , semua kitab suci Allah mempunyai fungsi yang sama, yakni sebagai petunjuk hidup manusia.Dimana telah ditegaskan dalam firman-Nya, yaitu

Dalam surat al-Isra‟ ayat 2

“Dan Kami berikan kepada Musa, Kitab (Taurat) dan Kami jadikannya petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman-Nya),” Jangan kamu mengambil (pelindung) selain Aku”

(21)

“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur‟an, sebagai petunjuk bagi manusia……”

2. Sebagai Hakim dalam Penyelesaian Persoalan

Semua umat para nabi terdahulu wajib menggunakan hukum kitab sucinya, sesuai kedudukan kitab suci itu sendiri.Sebagai seorang muslim, wajib menggunakan hukum Al-Qur‟an sebagai solusi dalam menyelesaikan persoalan hidup yang dihadapi.

E. Perilaku yang Mencerminkan Beriman kepada Kitab-kitab Allah SWT

1. Memiliki rasa hormat dan menghargai kitab suci sebagai kitab yang memiliki kedudukan di atas segala kitab yang lain.

2. Berusaha menjaga kesucian kitab suci dan membelanya apabila ada pihak lain yang meremehkannya.

3. Mau mempelajari dengan sungguh-sungguh petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya, baik dengan membaca sendiri maupun menghadiri majelis taklim.

Bab II : Akhlak Terpuji kepada Diri Sendiri A. Tawakal

1. Pengertian Tawakal

Kata tawakal berasal dari bahasa Arab (Tawakkala-yatawakkalu-tawakkulan), yang berarti berserah diri, mewakilkan. Secara istilah, tawakal adalah berserah diri kepada Allah atau menyerahkan suatu urusan kepada kebijakan Allah yang mengatur segala-galanya. 2. Perintah Bertawakal

Tawakal kepada Allah termasuk perkara yang diwajibkan dalam Islam. Allah berfirman dalam surat Ali-Imran ayat 159, yang artinya “ …Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah, Sungguh Allah mencintai orang yang bertawakal”. Dan dalam surat al-Maidah ayat 23 yang artinya “…dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang yang beriman.

3. Bentuk-bentuk Bertawakal

a. Rajin belajar dan tawakal dengan berdoa kepada Allah akan menghasilkan kemudahan dalam mengerjakan soal .

b. Ayah dan Ibu Ahmad adalah petani kecil. Ia sangat mendambakan agar Ahmad kelak menjadi anak saleh yang cerdas. Sebagai muslim dan muslimat yang taat beragama, setiap hari mereka selalu berdoa dan bertawakal kepada Allah semoga keluarganya hidup tentram di bawah ridho Allah.

4. Dampak Positif Tawakal

a. Memperoleh kepuasan batin karena keberhasilan usahanya mendapat ridho Allah. b. Memperoleh ketenangan jiwa karena dekat dengan Allah yang mengatur segala-galanya. Mendapatkan keteguhan hati.

5. Membiasakan Diri Berperilaku Tawakal

Manusia harus sadar dirinya lemah, terbukti sering mengalami kegagalan. Keberhasilan usaha manusia ada pada kuasa dan kehendak Allah semata-mata. Oleh sebab itu, manusia harus mau bertawakal kepada Allah setelah melakukan usaha secara sungguh-sungguh. Orang yang tawakal berarti menunggu keberhasilan usahanya. Oleh sebab itu, pada waktu tawakal hendaknya

memperbanyak doa kepada Allah agar usahanya berhasil baik. B. Ikhtiar

1. Pengertian Ikhtiar

Kata ikhtiar berasal dari bahasa Arab ( ikhtara-yakhtaru-ikhtiyaaran) yang berarti memilih. Ikhtiar diartikan berusaha karena pada hakikatnya orang yang berusaha berarti memilih.

(22)

2. Perintah untuk Berikhtiar

Dalil-dalil yang mewajibkan kita berikhtiar, antara lain : a. Surat al-Jumu‟ah ayat 10

Yang artinya :”Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.

b. H.R. al-Bukhori nomor 1378 dari Zubair bin Awwam r.a

Yang artinya : “Sungguh, jika sekiranya salah seorang diantara kamu membawa talinya(untuk mencari kayu bakar), kemudian ia kembali dengan membawa seikat kayu di atas punggungnya, lalu ia jual sehingga Allah mencukupi kebutuhannya(dengan hasil itu) adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada manusia, baik mereka(yang diminta) member atau menolaknya.

3. Bentuk-bentuk Ikhtiar

a. Giat bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.

b. Rajin berlatih dan belajar agar bisa meraih apa yang diinginkannya. 4. Dampak Positif Ikhtiar

a. Merasa batinnya puas karena dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. b. Terhormat dalam pandangan Allah dan sesame manusia karena sikapnya. c. Dapat berlaku hemat dalam membelanjakan hartanya

5. Membiasakan Diri Berikhtiar

a. Giat dan bersemangat dalam melakukan suatu usaha.

b. Tekun dalam melaksanakan tugas, Pandai-pandai memanfaatkan waktu. c. Tidak mudah putus asa, selalu berusaha memajukan usahanya.

C. Sabar

1. Pengertian Sabar

Sabarberarti tahan menderita sesuatu, tidak lekas marah, tidak lekas patah hati, dan tidak lekas putus asa.

2. Macam-macam Sabar

Iman al-Gazali membagi kesabaran menjadi tiga macam, yaitu :

a. Sabar dalam ketaatan, yaitu melaksanakan tugas atau kewajiban dengan ikhlas.

b. Sabar dalam menghadapi musibah, yaitu tabah atau kuat hati saat menerima cobaan hidup. c. Sabar dari maksiat, yaitu rela meninggalkan perbuatan maksiat dan tidak menyesal atau iri apabila melihat orang lain dapat bersenang-senang dalam maksiat.

3. Perintah untuk Bersabar

a. Sabar dalam Ketaatan, dalam firman Allah, surat Ali-Imran ayat 200 b. Sabar dalam Musibah, dalam Firman Allah surat al-Baqarah ayat 155-156 c. Sabar dari Maksiat, dalam firman Allah surat an-Nahl ayat 126-127 4. Bentuk-bentuk atau Contoh Sikap Sabar

a. Bersabar dalam hal belajar untuk meraih cita-cita dan harapan

b. Sabar ketika diejek oleh teman-teman, karena kesabaran akan membawa hasil yang positif. 5. Dampak Positif Sikap Sabar

a. Memiliki emosi yang stabil

b. Memiliki harapan akan masuk ke surge sesuai janji Allah da;am surat al-Baqarah ayat 155 c. Berhasil mengembalikan persaudaraan yang hamper rusak.

6. Membiasakan Diri Bersikap Sabar

(23)

b. Memperbanyak bergaul dengan teman-teman yang baik, berakhlak mulia

c. Membatasi diri dan bersikap-hati-hati dalam bergaul dengan teman yang berwatak keras dan kasar.

D. Syukur

1. Pengertian Syukur

Syukur berasal dari bahasa Arab yang berarti berterima kasih. Menurut istilah, bersyukur adalah berterima kasih kepada Allah atas karunia yang dianugerahkan kepada dirinya.

2. Perintah Bersyukur

Mensyukuri nikmat Allah adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat. Dalil-dalil yang mewajibkan bersyukur, diantaranya :

 Surat al-Baqarah ayat 152  Surat an-Nahl ayat 114  Surat al-Ankabut ayat 17 3. Bentuk-bentuk Bersyukur

a. Menyisihkan sebagian harta kita untuk diserahkan ke baitul mal

b. Menyisihkan waktunya untuk membantu orang yang belum bisa membaca Al-Quran 4. Dampak Positif Bersyukur

a. Memperoleh kepuasan batin karena dapat menaati salah satu kewajiban hamba terhadap Allah b. Terhindar dari sifat tamak

c. Mendapat jaminan tambahan nikmat Allah 5. Membiasakan Diri Bersyukur

a. Menerima pemberian orang tua dengan senang hati

b. Memanfaatkan uang untuk membeli hal-hal yang bermanfaat c. Tidak boros dalam menggunakan uang

E. Qonaah

1. Pengertian Qonaah

Kata qonaah berasal dari bahasa Arab yang berarti rela, suka menerima yang dibagikan kepadanya. Adapun secara istilah, qonaah adalah rela menerima kenyataan hidup yang

dialami,tidak berkeluh kesah, tidak pula mengangan-angan kesenangan yang diterima orang lain. 2. Perintah untuk Bersifat Qonaah

Dalil tentang wajibnya memiliki sifat qonaah, antara lain :

Dalam surat an-Nisa‟ ayat 32 , dimana ayat ini berisi tentang larangan bersikap iri terhadap karunia yang diterima orang lain, sedangkan sikap iri berarti tidak suka melihat orang lain mendapatkan kesenangan.

3. Bentuk-bentuk Qonaah

a. Sudah cukup merasa senang walaupun ke sekolah dengan berjalan kaki.

b. Merasa cukup dengan kondisi yang pas-pasan,asalkan mampu menyekolahkan anaknya . 4. Dampak Positif Qonaah

a. Terhindar dari sifat tamak

b. Dapat merasakan ketenteraman hidup karena merasa cukup atas karunia Allah yang dianugerahkan kepada dirinya

c. Mendapat jaminan tambahan nikmat dari Allah dan terhindar dari ancaman siksa yang berat 5. Membiasakan Diri Bersifat Qonaah

a. Sering memperhatikan orang-orang yang lebih miskin daripada kita

b. Tidak sering memerhatikan orang yang lebih kaya agar kita tidak merasa kurang. Dan Membiasakan diri berlaku hemat

(24)

Bab III : Akhlak Tercela kepada Diri Sendiri A. Ananiah

1. Pengertian Ananiah

Kata ananiah berasal dari bahasa Arab yang artinya aku. Secara istilah, ananiah berarti sikap keakuan, sikap mementingkan diri sendiri, kurang memerhatikan orang lain.

2. Bentuk-bentuk Ananiah

a. Selalu ingin menang dalam pembicaraan bersama teman b. Kurang menghargai pendapat orang lain, walaupun benar c. Menonjolkan kemampuan dirinya di hadapan sesame manusia d. Susah menerima saran dan kritik dari orang lain

3. Larangan Bersikap Ananiah

Islam melarang umatnya bersikap ananiah dan mendidik umatnya agar pandai-pandai menghormati orang lain sebagaimana wajarnya. Diantaranya yaitu :

 H.R.Muslim dari Aisyah, yang artinya : “Rasulullah saw…. Menyuruh kita agar menghormati manusia(orang lain) sesuai dengan kedudukannya”.

 H.R.at-Tirmizi nomor 1945 dari Anas bin Malik, yang artinya : “Tidaklah seorang anak muda yang memuliakan orang tua karena ketuaannya, melainkan Allah akan mengadakan baginya orang yang akan memuliakan dia setelah tuanya”.

4. Dampak Negatif Ananiah

a. Tidak disukai dalam pergaulan karena dia meremehkan orang lain b. Menurunkan martabatnya sehingga lambat laun tidak disukai orang c. Terisolir dari pergaulan masyarakat lingkungannya

5. Menghindari Sikap Ananiah

a. Mengendalikan diri untuk tidak selalu menang dalam pembicaraan b. Tidak menganggap bahwa pendapatnya sendiri yang paling benar c. Belajar menghargai orang lain sebagaimana dirinya ingin dihargai B. Putus Asa

1. Pengertian Putus Asa

Putus asa berasal habis harapan, tidak ada harapan lagi. Seseorang dikatakan putus asa apabila tidak lagi mempunyai harapan tentang sesuatu yang semula hendak dicapai.

2. Bentuk-bentuk Putus Asa

a. Bermalas-malasan setelah mengalami kegagalan dalam suatu usaha b. Tidak bersemangat untuk meneruskan usahanya yang gagal

c. Tampak murung dan tidak memiliki gairah untuk berusaha lagi d. Mudah terpancing emosinya

3. Larangan Berputus Asa

Islam mendidik umatnya agar tidak putus asa dari rahmat Allah. Allah berfirman dalam surat Yusuf ayat 87 yang artinya : “…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir”.

4. Dampak Negatif Putus Asa a. Merugikan diri sendiri

b. Susah untuk mencapai kemajuan

c. Telah terkena sifat-sifat kafir karena putus asa dari rahmat Allah 5. MenghindarKAN Diri dari Putus Asa

a. Merenungi kegagalan yang dialami orang sehingga dapat memperoleh perbandingan dari pengalaman pahit orang lain

(25)

b. Selalu yakin bahwa Allah akan member jalan keluar atas persoalan yang dihadapi apabila dirinya dekat dengan Allah swt.

C. Gadab

1. Pengertian Gadab

Gadab berasal dari bahasa Arab yanga artinya merasa(perasaan) sangat tidak senang dan panas(karena dihina, diperlakukan kurang baik) dan sebagainya.

2. Bentuk-bentuk Gadab

a. Pandangan mata yang tajam, dengan mata memerah dan jarang berkedip b. Wajah cemberut dan mudah terpancing emosinya

c. Susah diajak berbicara baik-baik

d. Terkadang melontarkan kata-kata kasar yang tidak enak didengar 3. Larangan Gadab

Gadab atau marah termasuk sikap yang kurang terpuji. Adapun dalil-dalil yang melarang sifat gadab, diantaranya :

 Surat Ali-Imran ayat 133-134

 H.R. al-Bukhari nomor 5651 dari Abu Hurairah

Yang artinya : “Sesungguhnya seorang lelaki berkata(meminta nasihat Rasulullah saw) “Ya Rasulullah, nasihatilah aku! Sabdanya,”Janganlah engkau marah!”Lalu beliau mengulanginya beberapa kali, dan sabdanya,”Janganlah engakau marah!”.

4. Dampak Negatif Gadab a. Bagi Pelakunya Sendiri

1) Tidak dapat berfikir secara tenang dalam menghadapi persoalan 2) Mudah terkena tekanan batin

3) Susah menerima kebenaran dan saran b. Bagi Orang Lain

1) Tidak dapat diajak berkomunikasi secara baik

2) Menimbulkan kekhawatiran apabila melakukan hal-hal yang tidak diinginkan 5. Perilaku Menghindari Gadab

a. Menyadari dengan sepenuh hati bahwa setiap orang pasti berbuat salah b. Menyadari bahwa dirinya juga pernah berbuat salah kepada orang lain c. Marah tidak dapat menyelesaikan masalah secara baik

d. Marah tidak disukai dalam pergaulan D. Tamak

1. Pengertian Tamak

Kata tamak berasal dari bahasa Arab yang berarti loba, tamak, dan rakus. Secara istilah, tamak berarti terlampau besar nafsunya terhadap keduniaan.

2. Bentuk-bentuk (Ciri-ciri) Tamak

a. Giat melakukan sesuatu apabila diperkirakan akan memperoleh hasil b. Enggan melakukan sesuatu yang memerlukan biaya

c. Enggan mengeluarkan harta yang dimiliki untuk agama dan kemanusiaan 3. Larangan Memiliki Sifat Tamak

Islam mendidik umatnya agar tidak tamak terhadap keduniaan. Larangan bersifat tamak

terungkap dalam firman Allah dalam surat al-Hadid ayat 20, ayat itu menjelaskan bahwa hidup di dunia hanyalah seperti orang yang asyik dalam permainan, berbangga-bangga kekayan dan anak, sehingga ayat ini berisi tentang larangan secara halus agar manusia tidak terlalu tamak terhadap keduniaan.

(26)

4. Dampak Negatif Tamak

a. Mudah terjerumus ke dalam kehidupan yang sesat karena keduniaan

b. Tercela dalam pandangan sesame manusia, karena orang yang tamak cenderung bakhil c. Jauh dari petunjuk agama karena waktunya habis untuk memikirkan harta

5. Menghindarkan Diri dari Sifat Tamak

a. Sering memperhatikan kehidupan orang di bawahnya agar dapat mensyukuri nikmat Allah b. Mengurangi perhatiannya terhadap orang yang diatasnya agar tidak terpengaruh olehnya. E. Takabur

1. Pengertian Takabur

Kata takabur berasal dari bahasa Arab yang berarti sombong, merasa dirinya benar. Takabur adalah sikap yang amat tercela, baik dalam pandangan Allah maupun sesame manusia. 2. Benruk-bentuk Takabur

a. Berlagak seakan dirinya sendiri yang paling pandai dan paling benar b. Mudah terpancing emosinya

c. Tidak bersedia dikritik atau diberi saran

d. Tidak mau menerima kebenaran yang datang dari orang lain 3. Larangan Bersikap Takabur

Dalil-dalil yang menunjukkan larangan takabur, diantaranya :

 Surat Al-Isra‟ ayat 37, yang artinya :”Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung”.

4. Dampak Negatif Takabur

a. Menimbulkan rasa tidak senang kepada pihak lain karena diremehkan b. Orang lain merasa tidak dihormati

c. Memperbanyak lawan dan mengurangi teman

5. Menghindarkan Diri dari Sifat Takabur

a. Selalu menyadari bahwa ukuran kemuliaan manusia di sisi Allah hanya ditentikan oleh kualitas takwanya

b. Memperbanyak bergaul dengan orang-orang saleh dan tawaduk

Menurut hasil tela‟ah kami, pada semester I kelas VIII dalam penjelasan materinya sudah baik, akan tetapi terdapat kekurangan penjelasan dalam Bab I.

b. Semester II Kelas VIII

Bab IV : Iman kepada Rasul-rasul Allah swt.

A. Pengertian dan Pentingnya Beriman Kepada Rasul-Rasul Allah swt.

Rasul Allah adalah manusia pilihan Allah swt. yang diberi amanah untuk menyampaikan wahyu atau membimbing manusia agar hidupnya berada pada jalan yang benar. Dengan demikian, para rasul adalah manusia seperti kita juga.

Sebagai manusia, rasul memiliki sifat-sifat seperti yang dimiliki manusia lainnya, misalnya makan,minum, bekerja, berkeluarga dan bermasyarakat.

B. Bukti/Dalil tentang Kebenaran Adanya Rasul-Rasul Allah swt.

Adapun bukti atau dalil tentang adanya rasul-rasul Allah swt. Antara lain :

(27)

apabila rasul mereka telah datang, diberlakukanlah hukum bagi mereka dengan adil dan (sedikitpun) tidak dizalimi”.

Pada ayat diatas dijelaskan bahwa rasul berkewajiban menegakkan hukum agama (dalam menyelesaikan perkara manusia) secara adil, tidak ada yang dirugikan.

Serta dalam firman Allah Q.S. an-Nahl : 36 yang artinya : “dan sungguh, kami telah mengutus seorang rasul untuk tipa umat (untuk menyerukan ), “sembahlah Allah dan jauhilah Tagut,” kemudian diantara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam dalam kesesatan”.

Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap rasul yang diutus kepada suatu umat bertugas mengajak manusia untuk menyembah Allah dan menjauhi sembahan selain Allah.

C. Nama-Nama Rasul Allah swt.

Dalam hadist berikut diriwayatkan tentang jumlah rasul.

Abi Zar bertanya, “Ya Rasulallah! Berapakah jumlah para nabi?”

Beliau menjawab, “ Seratus dua puluh empat ribu. Yang termasuk rasul dari mereka itu sebanyak tiga ratus lima belas, suatu jumlah yang besar.” (H.R. Ahmad No. 21257)

Rasul Allah sejumlah tiga ratus lima belas orang. Adapun nama-nama di dalam Al-Qur‟an ada dua puluh lima :

1. Nabi Adam a.s 7. Nabi Ibrahim a.s 13. Nabi Zulkifli a.s 19. Nabi Ilyas a.s 2. Nabi Idris a.s 8. Nabi Ismail a.s 14. Nabi Syu‟aib a.s 20. Nabi Alyasa a.s 3. Nabi Nuh a.s 9. Nabi Ishak a.s 15. Nabi Musa a.s 21. Nabi Yunus a.s 4. Nabi Hud a.s 10. Nabi Yakub a.s 16. Nabi Harun a.s 22. Nabi Zakaria a.s 5. Nabi Lut a.s 11. Nabi Yusuf a.s 17. Nabi Dawud a.s 23. Nabi Yahya a.s 6. Nabi Saleh a.s 12. Nabi Ayyub a.s 18.Nabi Sulaiman a.s 24. Nabi Isa a.s 25. Nabi Muhammad saw.

D. Sifat-Sifat Rasul-rasul Allah swt. 1. Sifat wajib Rasul

Yang dimaksud sifat wajib rasul ialah sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh para rasul. Adapun sifat wajib rasul adalah sebagai berikut:

a. Sidiq (Benar)

Rasul selalu benar apabila berbicara dan benar pula dalam perbuatannya. Sepanjang sejarah manusia, tak seorang rasul pun yang berdusta, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.

b. Amanah (Dapat dipercaya)

Karena kejujuran yang dimiliki para rasul, orang menaruh kepercayaan kepadanya. c. Tabligh ( Melaksanakan Tugas)

Setiap rasul melaksanakan tugasnya secara baik walaupun kaumnya menentang secara terang-terangan.

d. Fatanah (Cerdas)

Sesungguhnya para rasul bukan golongan kaum terpelajar, tetapi mereka memiliki kecerdasan yang tinggi dalam menghadapi musuh-musuh.

2. Sifat mustahil bagi Rasul

Yang dimaksud sifat mustahil bagi ara rasul adalah sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh rasul. Adapun sifat mustahil rasul sebagai berikut:

a. Kazib (dusta)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Jika pelanggaran telah melampaui batas yang ditetapkan maka pelaku pelanggaran akan mempertanggungjawabkannya kepada pihak BP dan Kesiswaan untuk selanjutnya

JUMLAH Minimarket Pasar Hewan Kelompok Pertokoan Di Kecamatan Sukadana , 2013 Desa Pasar Umum (1) http://lampungtimurkab.bps.go.id/.. Sukadana Jaya 50 2 0 773 128

Dari Tabel 3-2 diketahui bahwa sektor penerbangan atau pesawat udara yang meng- gunakan bahan bakar avtur akan menghasilkan emisi 71,5 kg CO2 dan 78 kg CHj untuk setiap 1000

Dari hasil uji numerik disimpulkan bahwa struktur buis beton dengan perletakan 1,5D lebih baik untuk menahan rayapan gelombang sehingga berpengaruh pada besar

j udul, “ Hubungan antara Likuiditas dan Pembiayaan dengan Profitabilitas pada Bank Pembiayaan Rakya t Syariah Tahun 2012”.

perbedaan dari hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan permasalahan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Apakah terdapat

Keperluan suci, agama, sesuatu yang disakralkan dan tidak dapat dimiliki oleh semua orang. Sesuatu yang disucikan tidak dapat menjadi bagian dari hak

There are, indeed, many other ways of imagining this coming together of writer and text, source and target language, foreign and domestic literature and culture, one market-place