ABSTRACT
This research is conducted to apply one of many tax planning methods, which is based on Income Tax of Article 21st . Tax planning is a process of organizing taxpayer or a group of taxpayer’s venture in a way that their tax debt stays in the minimum position, as long as it is feasible to do so by legislation or commercially. In Income Tax of the 21st article concerning employee's salary, there are 4 methods, which is : 1) In Income Tax of the 21st Article is paid by employee, 2) In Income Tax of the 21st Article is paid by employer, 3) In Income Tax of the 21st article is given in the form of tax allowance, 4) In Income Tax of the 21st Article is given using gross up method. Case study was conducted in one of consultant and construction venture in Bandung, CV. X. Implementation of Income Tax of the 21st Article counting method on CV. X's permanent employees resulted in a conclusion that the best alternative counting method of Income Tax of the 21st Article is covered by employer, as applied in CV. X and all its permanent employee. Test on the counting effect with respect to employee's take home pay resulted in the highest effect on the Income Tax of the 21st Article covered by employee, while the lowest on the 21st Article covered by venture. The research's result cannot be generalized because of the difference of state and condition in this venture is different from the others.
vii
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan salah satu dari banyak metode perencanaan pajak, yaitu alternatif metode perhitungan PPh pasal 21. Perencanaan Pajak berarti suatu proses mengorganisasi usaha Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya berada dalam posisi paling minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan baik oleh ketentuan perundang-undangan perpajakan maupun secara komearsial. Dalam alternatif metode perhitungan PPh pasal 21 atas penghasilan pegawai , terdapat 4 cara, antara lain: 1) PPh pasal 21 ditanggung oleh karyawan, 2) PPh pasal 21 ditanggung pemberi kerja, 3) PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan pajak, 4) PPh pasal 21 menggunakan metode gross up. Studi kasus dilaksanakan pada salah satu perusahaan jasa konsultan dan konstruksi di Bandung, CV "X". Hasil penerapan metode perhitungan PPh pasal 21 atas karyawan tetap CV "X" didapat bahwa metode perhitungan PPh pasal 21 yang ditanggung pemberi kerja adalah alternatif terbaik, baik diterapkan bagi CV "X" dan juga pada seluruh karyawan tetap CV "X". Hasil pengujian pengaruh dari metode perhitungan PPh pasal 21 terhadap take home pay karyawan diperoleh hasil pengaruh terbesar diberikan oleh alternatif PPh pasal 21 ditanggung karyawan. Sedangkan pengaruh terkecil diberikan alternatif PPh pasal 21 ditanggung perusahaan. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi karena kondisi dan keadaan di dalam sebuah perusahaan berbeda satu dengan yang lainnya.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1.1.4 Teori-Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak ... 10
2.1.1.5 Asas Pemungutan ... 12
2.1.1.6 Sistem Pemungutan Pajak ... 13
2.1.1.7 Hukum Pajak Materil dan Pajak Formil ... 14
ix
Universitas Kristen Maranatha
2.1.1.9 Hambatan Pemungutan Pajak ... 16
2.1.1.10Tarif Pajak ... 17 Pengurang (Deductible Expense) ... 34
2.1.3 PPh Pasal 21 ... 37
2.1.3.1 Pengertian ... 37
2.1.3.2 Wajib Pajak PPh Pasal 21 ... 37
2.1.3.3 Tidak Termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21 ... 39
2.1.3.4 Objek Pajak PPh Pasal 21 ... 39
2.1.3.5 Tidak Termasuk Objek Pajak PPh Pasal 21 ... 41
2.1.3.6 Pemotong Pajak PPh Pasal 21... 42
2.1.3.7 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak PPh Pasal 21 ... 45
2.1.3.8 Hak dan Kewajiban Pemotong PPh Pasal 21 ... 46
2.1.3.9 Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 48
2.1.3.10Surat Pemberitahuan (SPT)... 49
2.1.3.11Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)... 51
2.1.4 Manajemen Pajak ... 52
2.1.4.1 Perencanaan Pajak ... 53
2.1.4.2 Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak ... 54
2.1.4.3 Tahapan dalam Membuat Perencanaan Pajak... 56
2.1.4.4 Alternatif Perhitungan PPh Pasal 21 ... 58
2.2 Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis ... 65
2.3 Hipotesis ... 66
BAB III METODE PENELITIAN
3.6.1 Uji Pengaruh – Pengujian Secara Parsial (Regresi Sederhana) .. 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Subjek Penelitian ... 75
4.2 Penerapan Pemilihan Metode PPh Pasal 21 atas Penghasilan yang Diterima Karyawan ... 77
4.2.1 Alternatif 1: PPh pasal 21 ditanggung pegawai ... 77
4.2.2 Alternatif 2: PPh pasal 21 ditanggung pemberi kerja ... 80
4.2.3 Alternatif 3: PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan pajak ... 83
4.2.4 Alternatif 4: PPh pasal 21 di gross up ... 86
4.3 Ringkasan Perhitungan dan Analisa ... 90
4.4 Pengujian Hipotesis ... 91
4.4.1 Uji Pengaruh – Pengujian Secara Parsial (Regresi Sederhana) .. 91
4.4.2 Pembahasan Pengujian Hipotesis Menggunakan SPSS 20 ... 97
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 98
5.2 Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 65
Gamber 4.1 Hasil Uji SPSS Alternatif 1 ... 91
Gamber 4.2 Hasil Uji SPSS Alternatif 2 ... 93
Gamber 4.3 Hasil Uji SPSS Alternatif 3 ... 94
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Data Pegawai CV “X”... 69
Tabel 4.1 Daftar Karyawan Tetap ... 75
Tabel 4.2 Daftar Gaji Karyawan ... 76
Tabel 4.3 Penghasilan Tidak Kena Pajak ... 76
Tabel 4.4 Perhitungan PPh Pasal 21 – Ditanggung Pegawai ... 78
Tabel 4.5 Laporan Laba Rugi... 79
Tabel 4.6 Perhitungan PPh Pasal 21 – Ditanggung Perusahaan ... 81
Tabel 4.7 Laporan Laba Rugi... 82
Tabel 4.8 Perhitungan PPh Pasal 21 – Tunjangan Pajak ... 84
Tabel 4.9 Laporan Laba Rugi... 85
Tabel 4.10 Perhitungan PPh Pasal 21- Gross Up ... 88
Tabel 4.11 Laporan Laba Rugi... 89
xiii
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan penerimaan negara terbesar, bahkan dari tahun ke tahun jumlah
penerimaan Negara dari perpajakan dalam APBN selalu meningkat, misalkan dalam
dibuktikan, diambil contoh APBN tahun 2011, pada penerimaan dalam negeri
sebesar 77,55 % adalah berasal dari pajak. Oleh karena itu, pajak merupakan hal
yang potensial dan penting bagi pendapatan Negara.
Ketentuan perpajakan telah mengalami reformasi melalui beberapa kali
perubahan pada sistem perpajakan nasional. Sistem pemungutan pajak yang dianut
oleh Indonesia adalah sistem self assessment, yaitu suatu sistem pemungutan pajak
yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya
pajak yang terutang (Mardiasmo, 2011). Selain dari pada itu Wajib Pajak diwajibkan
pula melaporkan secara teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar
sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagi Negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting untuk
membiayai pengeluaran, baik berupa pengeluaran rutin maupun pengeluaran
pembangunan. Pemerintah pun menjadikan pajak sebagai alat kebijakan moneter.
Bagi perusahaan atau pelaku usaha, pajak menjadi beban yang memengaruhi laba
bersih. Baik omset ataupun laba bersih perusahaan merupakan salah satu objek pajak
yang akan dihitung besar pajaknya kemudian disetorkan kepada Negara. Perubahan
BAB I Pendahuluan 2
Universitas Kristen Maranatha pribadi atau badan usaha untuk selalu mengikuti setiap perubahan peraturan
perpajakan.
Menurut Erly Suandy (2011), upaya meminimalkan pajak secara eufimisme
sering disebut dengan perencanaan pajak (tax planning) atau tax sheltering.
Umumnya perencanaan pajak menunjuk pada proses merekayasa usaha dan transaksi
wajib pajak supaya utang pajak berada dalam jumlah yang minimal tetapi masih
dalam bingkai peraturan perpajakan, namun perencanaan pajak juga dapat
berkonotasi positif sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara
lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat menghindari pemborosan sumber
daya. Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Tujuan
dari manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu: menerapkan peraturan
perpajakan secara benar dan usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang
seharusnya. Pada tahap perencanaan pajak dilakukan pengumpulan dan penelitian
terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan yang
akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah
untuk meminimumkan kewajiban pajak. Untuk meminimumkan kewajiban pajak
dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan
perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful). Istilah
yang sering digunakan adalah tax avoidance (penghindaran pajak) dan tax evasion
(penyeludupan pajak). (Erly Suandy,2011).
Untuk dapat melakukan penghematan terhadap pajak, terutama Pajak
Penghasilan orang pribadi dan badan dapat dilakukan dengan perencanaan pajak
pada biaya-biaya yang berkaitan dengan kesejahteraan bagi karyawan, antara lain
BAB I Pendahuluan 3
perhitungan, pemotongan, dan penyetoran atas PPh 21 atas karyawan secara benar
akan menghindarkan perusahaan dari pemeriksaan ataupun sanksi yang bersifat
pemborosan. Tanggungan beban pajak PPh 21 karyawan akan memengaruhi
besarnya laba perusahaan. Semakin besar beban pajak yang berasal dari PPh 21 atas
karyawan maka laba perusahaan akan semakin kecil.
Metode perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan karyawan ada empat cara
alternatif. Menurut Mohammad Zain (2008), perhitungan PPh pasal 21 dapat
dilakukan dengan empat cara:
1. Alternatif 1: PPh pasal 21 ditanggung pegawai
2. Alternatif 2: PPh pasal 21 ditanggung pemberi kerja
3. Alternatif 3: PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan pajak
4. Alternatif 4: PPh pasal 21 di gross up
Penggunaan pemilihan metode perhitungan PPh pasal 21 atas karyawan
dapat menjadi salah satu penerapan metode perpajakan yang diijinkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak dimana dapat berguna pada penghematan dari beban pajak
yang ditanggung oleh perusahaan.
Dalam penelitian Whedy Prasetyo (2008) yang berjudul Analisis Tax
Planning Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan terhadap Pajak Penghasilan
Terutang Badan (PPh Pasal 25) (Studi Survei Pada Wajib Pajak (WP) Badan yang
Diperiksa Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak Malang), diperoleh
kesimpulan bahwa tax planning PPh pasal 21 karyawan memiliki pengaruh yang
signifikan dalam meminimumkan beban pajak perusahaan (PPh pasal 25), dimana
pelaksanaan tax planning mempunyai potensi untuk meningkatkan laba perusahaan
BAB I Pendahuluan 4
Universitas Kristen Maranatha Penelitian lainnya oleh Stefanny (2008) yang berjudul Pengaruh Pemilihan
Metode Perhitungan PPh Pasal 21 terhadap Besarnya PPh Terutang Sebelum dan
Sesudah Diterapannya Undang-Undang PPh No.36 Tahun 2008 diperoleh
kesimpulan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara besarnya PPh pasal 21
yang terutang menurut UU PPh No.17 tahun 2000 dengan UU PPh No. 36 tahun
2008. Berdasarkan hasil analisis terhadap alternatif kebijakan, disimpulkan bahwa
lebih menguntungkan menggunakan kebijakan PPh pasal 21 di gross-up untuk UU
PPh No.17 tahun 2000 dan kebijakan PPh pasal 21 ditunjang perusahaan untuk UU
PPh No.36 tahun 2008. Hal ini dikarenakan perusahaan dapat membebankan
tunjangan pajak yang diberikan sebagai unsur beban dan tunjangan tersebut
dikenakan PPh pasal 21.
Penelitian lainnya oleh Hendra Arifianto (2009) yang berjudul Penerapan
Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Sebagai Strategi Penghematan
Pembayaran Pajak (Studi Kasus pada PT.X), diperoleh kesimpulan bahwa
perencanaan pajak terbukti dapat meminimalkan besarnya pajak terutang melalui
penerapan metode perhitungan PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan pajak
karyawan. Penggunaan metode tunjangan pajak akan memberikan penghematan
terbaik jika dibandingkan metode lain pada PT “X” .
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Pemilihan Metode Perhitungan PPh Pasal 21 terhadap
BAB I Pendahuluan 5
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, penulis merumuskan masalah:
1. Bagaimana penerapan pemilihan metode perhitungan PPh pasal 21 atas
penghasilan yang diterima karyawan?
2. Bagaimana perbandingan pengaruh diantara penerapan pemilihan metode
perhitungan PPh pasal 21 terhadap besarnya PPh terutang badan?
3. Bagaimana perbandingan pengaruh pemilihan metode perhitungan PPh Pasal 21
terhadap penghasilan yang diterima karyawan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai penelitian ini:
1. Menunjukkan penerapan pemilihan metode PPh pasal 21 atas penghasilan yang
diterima karyawan
2. Menunjukkan perbandingan pengaruh diantara penerapan pemilihan metode
perhitungan PPh pasal 21 terhadap besarnya PPh terutang
3. Menunjukkan perbandingan pengaruh pemilihan metode perhitungan PPh Pasal
21 terhadap penghasilan yang diterima karyawan
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis adalah dapat menambah
perbendaharaan pengetahuan yang berkaitan dengan peraturan dan kebijakan
perpajakan dalam salah satu bagian dari perencanaan pajak, yaitu menilai pengaruh
dari penerapan metode perhitungan PPh pasal 21, yang bertujuan penghematan pajak
BAB I Pendahuluan 6
Universitas Kristen Maranatha
memberikan masukan bagi manajemen CV. “X” untuk membuat perencanaan pajak
melalui penerapan metode perhitungan PPh pasal 21 atas gaji karyawan tetap sebagai
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan dari hasil penerapan alternatif metode perhitungan PPh pasal 21
kemudian diproyeksikan pada laporan keuangan tahun 2011 dan melakukan
pengujian hipotesis menggunakan SPSS 20, yaitu dengan metode regresi sederhana
untuk menilai pengaruh PPh pasal 21 atas karyawan dari masing-masing alternatif
metode terhadap besarnya take home pay yang diperoleh karyawan; maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari sisi perusahaan, jika diterapkan metode gross-up (alternatif 4) akan
memberikan hasil perhitungan PPh terutang badan yang terbesar, yaitu sebesar
Rp 22.465.433. Sedangkan jika menggunakan metode pajak yang ditanggung
oleh pemberi kerja (alternatif 2), maka didapat hasil perhitungan PPh terutang
badan yang terkecil sebesar Rp 14.150.226.
2. Dari sisi karyawan, take home pay yang didapat oleh pegawai tetap berdasarkan
hasil perhitungan alternatif 2 (metode ditanggung oleh perusahaan) akan
memberikan take home pay yang terbesar bagi pegawai tetap, yaitu sebesar
Rp 698.650.000. hal ini dikarenakan seluruh pajak pegawai telah ditanggung oleh
perusahaan, sehingga gaji yang diterima pegawai tidak perlu dipotong oleh pajak
lagi. Sedangkan untuk metode gross up (alternatif 4) memberikan hasil
perhitungan take home pay yang terkecil yang diterima oleh pegawai, yaitu
BAB V Simpulan dan Saran 99
Universitas Kristen Maranatha
3. Berdasarkan pengujian statistik menggunakan SPSS 20. Maka alternatif 1
(ditanggung karyawan) akan memberikan pengaruh terbesar kepada besarnya
take home pay yang didapat oleh karyawan. Hal ini karena, setiap gaji yang
diterima karyawan maka akan secara murni ditanggung karyawan sendiri,
sehingga besar take home pay akan sangat bergantung besar dari pemotongan
PPh pasal 21. Sebaliknya alternatif 2 (ditanggung perusahaan), nilai dari PPh 21
yang seharusnya dibayar oleh karyawan telah seluruhnya ditanggung oleh
perusahaan. Hal ini mengakibatkan besar gaji karyawan tidak akan terpengaruh
sama sekali dengan besar PPh pasal 21, karena telah ditanggung perusahaan, dan
besar take home pay sepenuhnya adalah gaji karyawan tanpa pemotongan PPh
pasal 21.
4. Hasil kesimpulan ini tidak dapat digeneralisasi. Hal ini dikarenakan peneliti
melakukan studi kasus pada suatu perusahaan. Hasil kesimpulan penelitian ini
pun berbeda dari hasil-hasil penelitian sebelumnya, disebabkan pada
batasan-batasan yang dihadapi peneliti, antara lain:
a. CV “X” adalah perusahaan jasa konstruksi dan konsultan arsitek,
sehingga perlakuan akuntansinya berbeda dari perusahaan manufaktur
ataupun perusahaan dagang.
b. CV “X” merupakan perusahaan yang masih berkembang sehingga belum
stabil dari sisi internal perusahaan. Banyaknya kelemahan dari sistem
pengendalian internal perusahaan hingga prosedur akuntansi dan
perpajakan yang masih banyak perlu dibenahi menyulitkan peneliti untuk
BAB V Simpulan dan Saran 100
c. Keterbatasan sampel yang hanya 15 karyawan saja, membuat hasil
penelitian sulit untuk mewakili keadaan yang sebenarnya terjadi di CV
“X”. Sampel diambil berdasarkan pertimbangan gaji yang dibayarkan
secara rutin per bulan dan besarnya gaji diatas PTKP serta karyawan
adalah pegawai tetap perusahaan. Jika dilihat dari data pegawai CV “X”,
sebagian besar pegawai adalah karyawan kontrak.
5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti sekaligus sebagai penulis akan
mencoba untuk memberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut:
1. Peneliti menyarankan perushaaan untuk membenahi sistem informasi akuntansi
dan memperbaiki sistem pencatatan keuangan perusahaan. Dengan sistem
informasi akuntansi yang telah sesuai standar yang layak, maka perpajakan
dalam perusahaan dapat dilakukan dengan baik dan benar. Hal ini akan sangat
penting bagi perusahaan, terlebih perusahaan memiliki visi dan misi untuk
meningkatkan usahanya dari badan usaha berbentuk CV menjadi badan usaha
berbentuk PT.
2. Dalam hal kebijakan pemotongan PPh pasal 21 atas pegawai tetap, penulis
menyarankan menerapkan alternatif metode perhitungan PPh pasal 21
ditanggung pemberi kerja. Melalui penerapan metode ini baik perusahaan dan
pegawainya akan sama–sama mendapat keuntungan.
Bagi perusahaan dengan diterapkannya alternatif metode perhitungan PPh 21
ditanggung pemberi kerja, PPh terutang badan akan lebih kecil dibanding jika
BAB V Simpulan dan Saran 101
Universitas Kristen Maranatha Bagi karyawan dengan diterapkannya alternatif metode perhitungan PPh 21
ditanggung pemberi kerja akan memberikan take home pay yang terbesar
dibandingkan jika diterapkan alternatif metode lainnya.
3. Saran bagi peneliti yang akan meneliti topik sejenis. Sangat penting untuk
meninjau bagaimana kondisi perusahaan secara keseluruhan sebelum
memutuskan untuk meneliti di perusahaan tersebut. Sebaiknya jika ingin
melakukan penelitian sejenis terutama pada perusahaan konstruksi, diharapkan
meneliti pada perusahaan yang telah stabil dengan jumlah karyawan lebih banyak
dan sistem informasi akuntansi perusahaan telah terstandardisasi. Hal ini menjadi
sangat penting agar peneliti dapat mengambil data yang tepat dan meminimalkan
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pajak. UU No. 16 Tahun 2009. http://www.pajak.go.id
_________. http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pajak-penghasilan-pasal-21
Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: UNDIP
Hendra Arifianto. (2009). Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Sebagai Strategi Penghematan Pembayaran Pajak (Studi Kasus pada PT.X). Skripsi: Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi. Universitas Brawijaya. http://www.elibrary.ub.ac.id
Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE
Kementrian Keuangan. APBN. http://www.depkeu.go.id/Ind/Others/APBN_2013.pdf
Lasmana, Mienati S dan Budi Setiohardjo. (2010). Cara Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Mardiasmo. (2011). Perpajakan. Yogyakarta: Andi
Resmi, Siti. (2011). Perpajakan: Teori dan Kasus. Buku 1. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat
Stefanny. (2008). Pengaruh Pemilihan Metode Perhitungan PPh Pasal 21 terhadap
Besarnya PPh Terutang Sebelum dan Sesudah Diterapannya Undang-Undang PPh No.36 Tahun 2008. Skripsi: Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi. Universitas Kristen Maranatha (tidak dipublikasikan)
Suandy, Erly. (2011). Hukum Pajak. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat
Suandy, Erly. (2011). Perencanaan Pajak. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat
Sutedi, Andrian. (2011). Hukum Pajak. Cetakan Pertama. Jakarta: Sinar Grafika
Universitas Kristen Maranatha Survei Pada Wajib Pajak (WP) Badan yang Diperiksa Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak Malang). Jurnal Akuntansi. Volume 6. Desember 2008. Hlm 1 – 22. Universitas Jember