HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Separasi Polyprenol dan Dolichols
Gambar 8.Separasi polyprenol dan dolichols. 1-3 daun intensitas cahaya 100 %, 4-6 daun intensitas cahaya 25 %, 7-9 akar intensitas cahaya 100 %, dan 10-12 akar intensitas cahaya 25 %.
Pada gambar 8, tidak nampak seperasi polyprenol dan dolichols karena berat kering daun pada bibit S.caseolaris tidak mencukupi untuk melakukan uji polyisoprenoid (lihat Gambar 5).
Pembahasan
Pada penelitian ini, semaiS.caseolaris dapat bertumbuh karena adanya cahaya yang masuk sebagai cadangan makanan melalui proses fotosintesis. Seperti yang dikatakan oleh Kramer dan Kozlowski (1960) bahwa keberhasilan pertumbuhan suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh cadangan makanan yang ada dalam jaringan sel tanaman tersebut. Pada masa 12 minggu setelah tanam pertumbuhan jumlah akar sekunder mulai menunjukkan respon terhadap cahaya yang masuk ke dalam naungan untuk melakukan fotosintesis. Sama halnya dengan pemberian naungan agar saat proses fotosintesis mendapat intensitas cahaya yang sesuai. Hal ini juga diungkapkan oleh Wachjar (2002) bahwa naungan akan mempengaruhi jumlah intensitas cahaya matahari yang mengenai tanaman. Setiap jenis tanaman membutuhkan intensitas cahaya tertentu untuk memperoleh fotosintesis yang maksimal. Oleh karena itu,
pemberian naungan bertujuan mendapatkan intensitas cahaya matahari yang sesuai untuk fotosintesis.
Pada Tabel 1, menunjukkan bahwa semaiS.caseolarispada intensitas cahaya 75 % dan 50 %, persen hidup 100 % sedangkan pada intensitas cahaya25 % yang paling tinggi tingkat mortalitasnya. Hal ini dikarenakan, semaiS.caseolaris sangat membutuhkan cahaya yang cukup bagi pertumbuhan hidupnya.Hal ini sesuai pernyataan Marschner (1995) yang mengatakan bahwa cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bibit di dalam persemaian. Dan hasil ini juga didukung oleh study Heddy (1996) bahwa perilaku tertentu dalam pertumbuhan bisa dianggap sebagai respon terhadap bermacam-macam rangsangan yang mempengaruhi tumbuhan.
Pada Gambar 3 dan 4, pertumbuhan tinggi, diameter, dan jumlah daun yang menujukkan bibit S.caseolaris dapat tumbuh lebih baik pada intensitas cahaya yang 50 %.Artinya, bibit S.caseolaris tidak dapat tumbuh dengan baik dengan tanpa cahaya atau terbatas. Pada penelitian Kurniaty, dkk (2009) menjelaskan bahwanaungan 40% memberikan pengaruh yangnyata terhadap pertumbuhan bibit suren(Toona sureni MERR) berumur5 bulan. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalampertumbuhannya, suren sangat memerlukan cahaya, sehingga ketika mendapatkan cahayayang cukup untuk aktivitas fisiologisnya (0-40%).Seperti study Morais (2004) yang melaporkan cahaya merupakan salah satu kunci penentu dalam proses metabolisme dan fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu dalam kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran.Hal ini juga sesuai dengan pendapat Marjenah (2001), bahwa pada
intensitas cahaya yang cukup tanaman cenderung memacu pertumbuhan diameternya sehingga tanaman yang tumbuh pada tempat terbuka mempunyai tendensi untuk menjadi pendek dan kekar.
Pada Gambar 4, yaitu jumlah daun yang terbaik ialah intensitas naungan 50 %. Hal ini karena pada cahaya 50 % menghasilkan daun yang lebih besar dan pastinya jumlah stomata yang besar.Hal ini didukung juga oleh hasil penelitian Widiastoety dkk (2000), yang menunjukkan tanaman yang dihadapkan pada intensitas cahaya 55% memberikan produksi bunga dan lebar daun tertinggi serta pembentukan tunas terbaik, sedangkan naungan 75% menyebabkan tanaman menghasilkan panjang tangkai bunga tertinggi.Sutarmi (1983) juga menyatakan dengan intensitas cahaya yang rendah, tanaman menghasilkan daun lebih besar, lebih tipis dengan lapisan epidermis tipis, jumlah stomata lebih banyak. Sebaliknya pada tanaman yang menerima intensitas cahaya tinggi menghasilkan daun yang lebih kecil, lebih tebal, lebih kompak dengan jumlah stomata lebih sedikit, dan tekstur daun keras.Daun merupakan organ tanaman tempat berlangsungnya proses fotosintesis.
Pada Gambar 6, menunjukkan bahwa berat kering dan berat basah tanaman yang terendah ialah intensitas cahaya yang 25 %. Hal ini dikarenakan, semakin tinggi taraf naungan maka berat basah dan kering tanaman menurun dan respirasi meningkat serta biomassa yang menurun. Harjadi (1991) menyatakan besarnya cahaya yang tertangkap pada proses fotosintesis menunjukkan biomassa, sedangkan besarnya biomassa dalam jaringan tanaman mencerminkan bobot kering. Peningkatan intensitas cahaya dari 75% menjadi 100% menyebabkan bobot kering tajuk menurun, dengan meningkatnya intensitas cahaya maka akan meningkatkan suhu lingkungan tanaman, yang mengakibatkan respirasi tanaman meningkat, sehingga hasil fotosintesis bersih (biomassa) yang tersimpan dalam jaringan tanaman sedikit, menyebabkan bobot kering tajuk pada tanaman dengan perlakuan intensitas cahaya 75% lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas cahaya 100%. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian
Tunggal (2004) melaporkan bahwa pada tanaman meniran(Phyllanthus niruri), semakin tinggi taraf naungan maka bobot basah dan bobot kering tanaman menjadi semakin rendah.
Dengan adanya naungan yang diberikan pada bibit S.caseolaris maka evaporasi dapat dikurangi dengan adanya berat basah akar pada tabel 3 yang terbaik pada naungan 50 %.Hal ini seperti yang dikatakan oleh Suhardi (1995) yaitu pengaturan naungan sangat penting untuk menghasilkan semai-semai yang berkualitas. Naungan berhubungan erat dengan temperatur dan evaporasi. Oleh karena adanya naungan, evaporasi dari semai dapat dikurangi. Beberapa spesies lain menunjukkan cahaya yang tinggi tetapi beberapa spesies tidak.
Hal identik ditemukan pada studi Nagasubramaniam (2007), menyatakan aktifitas fotosintesa yang baik terdapat pada naungan sekitar 60 %. Dalam konteks ini, intensitas cahaya berpengaruh terhadap aktivitas pertumbuhan, perubahan morfologi dan karakter fisiologis, aktivitas metabolisme metabolit primer dan sekunder. Jumlah klorofil a, klorofil b semakin meningkat dengan meningkatnya tingkat naungan setara dengan naungan 60%. Namun laju fotosintesa justru meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya 790 μmol m−2s−1 setara dangan kondisi intensitas cahaya 40.
Bobot kering tajuk dan akar pada bibit S.caseolaris yang paling tinggi pada Gambar 6ialah pada intensitas cahaya 50 %. Pada kondisi ini biomassa yang terbesar terdapat pada intensitas cahaya 50 %. Seperti studi Tohari dkk (2004) mengatakan bahwa besarnya cahaya yang tertangkap pada proses fotosintesis menggambarkan besarnya biomassa yang ada, sedangkan besarnya biomassa dalam jaringan tanaman mencerminkan bobot kering.
Intensitas cahaya 50 % memiliki perakaran yang tumbuh cukup baik dibandingkan dengan sistem perakaran di intensitas cahaya100 %, 75 %, dan 25 % (Gambar 5G).Intensitas cahaya 50 % dianggap mampu mempertahankan keseimbangan fisiologisnya untuk bertumbuh
dengan baik.Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata rasio tajuk dan akar yang terbaik terdapat di intensitas naungan 50 % sebesar 1.790. Hal ini sesuai dengan pernyataan Baluska (1995) bahwa akar berfungsi menyerap air dan nutrisi dari tanah–tanah disekitar tanaman, sistem akar yang baik adalah kunci untuk menghasilkan tanaman yang baik, rasio akar dan pucuk adalah suatu metode pengukuran yang membantu kita untuk mendata tingkat kesuburan tanah.Hasil ini juga didukung olehpenelitian Klepper (1991) mengatakan bahwa setiap tanaman mempunyai ciri khas yang berbeda untuk menggambarkan hubungan antara tajuk dan akar. Keseimbangan tajuk dan akar merupakan upaya organ tanaman tersebut dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis, sehingga masing-masing organ tanaman dapat melakukan fungsinya secara normal.
Dari data hasil penelitian (Tabel 2), mofologi dan fisiologis bibit S.caseolaris yang terbaik ada pada intensitas naungan 50 %, dimana suhu udara dan kelembaban optimal, tidak ketinggian maupun rendah.Hal ini juga diungkapkan oleh penelitian Kramer dan Kozlowski (1960) yaitu semakin besar tingkat naungan (semakin kecil intensitas cahaya yang diterima tanaman) maka suhu udara rendah, kelembaban udara semakin tinggi. Kelembaban udara yang terlalu rendah dan terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan dan pembungaan tanaman. Kelembaban udara dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena dapat mempengaruhi proses fotosintesis.
Cahaya dan suhu juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan semai di persemaian.Cahaya yang terlalu tinggi juga menyebabkan penurunan pertumbuhan sedangkan cahaya yang terlalu rendah juga menimbulkan pengaruh yang kurang baik bagi pertumbuhan bibit S.caseolaris.Sehingga bibit S.caseolaris, yang terbaik 50 %.Hal ini juga didukung oleh studi Marschner (1995) intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan bibit tumbuh kerdil, daun kering dan gugur, bahkan dapat berakibat bibit mati. Sedangkan intensitas cahaya yang rendah
atau kurang akan menimbulkan pengaruh yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan bibit serta menyebabkan etiolasi pada bibit. Dan juga pada penelitian Daniel et al. (1992) mengatakan bahwa cahaya langsung berpengaruh pada pertumbuhan pohon melalui intensitas, kualitas dan lama penyinaran Hasil penelitian menunjukan bahwa naungan mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah daun, ukuran daun, bobot basah tajuk, dan bobot kering simplisia. Secara umum perlakuan naungan 50% memberikan tinggi tanaman yang paling tinggi dari pada perlakuan naungan 25% dan tanpa naungan.