• Tidak ada hasil yang ditemukan

seperangkat komputer dengan program CAD, Trimble Sketchup 8, Adobe Photoshop CS3, Adobe Illustrator CS5 dan Lumion2.5 yang digunakan untuk

membuat gambar ilustrasi, serta Microsoft Word 2007 dan Microsoft Excel 2007 yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian.

Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan yang dimulai dari bulan Maret minggu terakhir sampai dengan bulan Desember minggu terakhir dengan kegiatan lapang (persiapan – pengumpulan data) pada bulan Maret hingga Mei, dan kegiatan studio (analisis – pekerjaan akhir) pada bulan Juni hingga Desember. Seminar dan sidang skripsi direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Januari 2014.

Table 3. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Penelitian Waktu Pelaksanaan Maret 2013 April 2013 Mei 2013 Desember 2013 Februari 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Tahap Persiapan 2 Tahap Pengumpulan Data 3 Tahap Analisis 4 Tahap Penyusunan dan Pengembangan Konsep 5 Tahap Pekerjaan Studio 6 Tahap Pekerjaan Akhir 7 Seminar 8 Sidang Skripsi

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peraturan Perundangan

Berdasarkan peraturan daerah Kota Bandung No.18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung, pada Bab Asas dan Tujuan Pasal 3 yang di dalamnya termuat pernyataan bahwa salah satu tujuan dalam penataan ruang kota yakni mewujudkan tata ruang yang nyaman, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. Selanjutnya, pada bagian Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang Pasal 12 dijelaskan bahwa strategi untuk peningkatan kualitas, kuantitas, keefektifan, dan efisiensi pelayanan prasarana kota yang terpadu dengan sistem regional diantaranya dilakukan dengan mempertahankan kualitas air permukaan dan air tanah dangkal, mewajibkan penyediaan sumur resapan dalam setiap kegiatan pembangunan, dan meningkatkan pelayanan prasarana drainase dalam rangka mengatasi permasalahan banjir dan genangan, sedangkan dalam Pasal 14 dijelaskan mengenai strategi untuk perwujudan keseimbangan proporsi kawasan lindung yang dilakukan dengan beberapa cara yang diantaranya dengan mempertahankan dan merevitalisasi kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air dan kesuburan tanah serta melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi serta mempertahankan fungsi dan menata RTH yang ada dan tidak memberi izin alih fungsi ke fungsi lain di dalam mencapai penyediaan ruang terbuka hijau (BAPPEDA 2011).

Kondisi Umum Taman Cilaki Atas

Kondisi Fisik dan Biofisik

Penelitian ini akan memberikan gambaran umum bagaimana kondisi eksisting dari Taman Cilaki Atas. Kemudian akan dibahas beberapa kondisi fisik dan biofisik yang terdapat di Taman Cilaki Atas, antara lain: batas tapak dan geografi, iklim, geologi dan tanah, topografi dan drainase, hidrologi, pemandangan (view), vegetasi, satwa, sirkulasi dan aksesibilitas, serta fasilitas dan utilitas taman.

Batas Taman dan Geografi

Taman Cilaki Atas berlokasi di Jl. Cilaki, Kecamatan Bandung Wetan, Wilayah Pengembangan Cibeunying, Kota Bandung, Jawa Barat. Taman ini secara umum berada pada ketinggian 791 meter di atas permukaan laut (BAPPEDA 2011) dengan luas area 1.58 ha dan panjang keliling taman 612 m (Dinas Pertamanan 2012). Tapak penelitian ini secara geografis terletak pada koordinat 6054’4.34”LS dan 107037’15.71” BT dengan batas wilayah sebagai berikut:

a. Jalan Diponegoro di sebelah utara b. Jalan Cimanuk di sebelah selatan c. Jalan Cilaki di sebelah barat d. Jalan Cisangkuy di sebelah timur

12 Ga mbar 3. P eta Kondisi Umum

13 Iklim

Berdasarkan data dari BPS dalam buku Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2012, suhu udara rata-rata pada kawasan Kota Bandung adalah 23,40C dengan suhu maksimum terjadi pada bulan Oktober, yakni sebesar 24,10C, sedangkan suhu udara minimum terjadi pada bulan Januari dan Agustus, yakni sebesar 23,00C. Tingkat kelembaban nisbi udara pada tapak ini rata-rata sebesar 76,5% dengan kelembaban nisbi maksimum terjadi pada bulan November, yakni sebesar 83%, sedangkan kelembaban nisbi minimum terjadi pada bulan Agustus dan September, yakni sebesar 69%. Kawasan ini dilalui angin dengan kecepatan rata-rata sebesar 3 knot dengan kecepatan maksimum terjadi pada bulan Februari, yakni sebesar 5 knot, sedangkan kecepatan angin minimum terjadi pada interval bulan Maret hingga Desember, yakni sebesar 3 knot, dan curah hujan rata-rata sebesar 149,06 mm/bulan dengan curah hujan maksimum terjadi pada bulan April, yakni sebesar 381,5 mm, sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Agustus yakni sebesar 3,1 mm. Grafik curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin pada tahun 2011 masing-masing disajikan pada gambar berikut.

Gambar 4. Grafik rata-rata curah hujan Kota Bandung tahun 2011 (Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika 2012)

Gambar 5. Grafik rata-rata suhu udara Kota Bandung tahun 2011 (Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika 2012)

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Curah Hujan (mm) 2011 22 22.5 23 23.5 24 24.5

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Suhu Udara (C) 2011

14

Gambar 6. Grafik rata-rata lembab nisbi Kota Bandung tahun 2011 (Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika 2012)

Gambar 7. Grafik rata-rata kecepatan angin Kota Bandung tahun 2011 (Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika 2012)

Geologi dan Tanah

Berdasarkan laman berkala pemerintah Kota Bandung (2013), kawasan Bandung wilayah timur secara geologis tersusun atas endapan alluvium vulkanik hasil letusan dari Gunung Tangkuban Perahu. Jenis tanah pada kawasan ini pada umumnya di dominasi oleh sebaran tanah jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan liat.

Topografi dan Drainase

Berdasarkan hasil survey tapak, Taman Cilaki Atas memiliki tipe topografi yang beragam dengan kecuraman yang variatif. Pada bagian welcome area cenderung bertopografi landai, sedangakan pada bagian yang berbatasan langsung dengan sungai cenderung memiliki kecuraman tinggi. Secara umum, taman ini terletak pada ketinggian 790 meter di atas permukaan laut. Saluran drainase pada tapak ini terdapat dua jenis, yakni terbuka dan tertutup, dimana limpasan akhir dari drainase tersebut bermuara pada sungai kecil yang membelah taman. Keadaan topografi dan drainase di sekitar tapak dapat dilihat pada analisis hidrologi.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Lembab Nisbi (%) 2011 0 1 2 3 4 5 6

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Kecepatan Angin (knot) 2011

15 Hidrologi

Taman Cilaki Atas dibelah oleh sungai kecil tepat di tengah taman. Sungai tersebut berfungsi sebagai area limpasan terakhir aliran air yang ada di sekeliling area taman. Aliran limpasan air dari jalan yang mengelilingi lokasi penelitian disalurkan melalui drainase tertutup menuju ke sungai, sedangkan pada bagian taman itu sendiri tidak terdapat drainase yang menampung limpasan air. Aliran limpasan air terutama pada saat hujan langsung menuju ke arah sungai kecil yang terletak pada bagian tengah tapak. Keadaan hidrologi tapak beserta foto dapat dilihat pada sub bab analisis hidrologi.

Pemandangan (View)

Tapak penelitian ini merupakan area yang didominasi dengan tegakan pohon tinggi dan rapat. Nuansa alami tegakan pohon dengan topografi yang beragam membuat tapak memiliki potensi pemandangan yang dapat diekspos dan dimaksimalkan keindahannya. Berikut pemandangan eksisting yang berada di dalam tapak penelitian.

Gamabar 8. Kondisi Taman Cilaki Atas (Sumber: Dokumentasi pribadi) Vegetasi

Berdasarkan pengamatan dan menurut Hidayah (2010), jenis vegetasi yang terdapat dalam tapak penelitian ini anatara lain adalah Sukun (Artocarpus commanis), Nangka (Artocarpus heterophylla), Rumput gajah (Axonopus compressus), Kupu-kupu (Bauhinia blacheana), Galinggem (Bixa arborea), Bougenvile (Bougenviellea spechtabilis), Kenanga (Cananga odorata), Mangga (Cerbera mangans), Kayu manis (Cinnamomun burmanii), Hanjuang (Cordyline terminalis), Flamboyan (Delonix regia), Lengkeng (Dinocarpus longan), Ganitri (Elaeocarpus ganitrus), Salam (Eugenia aperculata), Kerai payung (Felicium decipiens), Melinjo (Gnetum gnemon), Bungur (Langrestomia indica), Sawo Kecik (Manilkara kauki), Nagasari (Mesua nagasarium), Tanjung (Mimusoph elengi), Kismis (Muehlenbeckia platyclada), Alpukat (Persea americana mill), Jambu (Psidium guajava), Angsana (Pterocarpus indicus), Takokak (Solanum tarvum), Kecrutan (Spatodhea campanulata), Kepel (Stelechocarpus burahol), Mahoni (Swietenia mahogany), dan Ketapang (Terminalia catappa). Populasi tanaman pada tapak ditunjukkan pada Tabel 4.

16

Tabel 4. Jenis tanaman dan populasinya di dalam tapak

No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah Klasifikasi

1 Sukun Artocarpus commanis 11 Pohon

2 Nangka Artocarpus heterophylla 5 Pohon

3 Rumput Gajah Axonopus compressus 1 Penutup Tanah

4 Bunga Kupu-kupu Bauhinia blacheana 5 Pohon

5 Galinggem Bixa arborea 19 Pohon

6 Bougenvile Bougenviellea spechtabilis 24 Semak

7 Kenanga Cananga odorata 6 Pohon

8 Mangga Cerbera mangans 4 Pohon

9 Kayu manis Cinnamomun burmanii 11 Pohon

10 Hanjuang Cordyline terminalis 70 Semak

11 Flamboyan Delonix regia 38 Pohon

12 Lengkeng Dinocarpus longan 1 Pohon

13 Ganitri Elaeocarpus ganitrus 7 Pohon

14 Salam Eugenia aperculata 34 Pohon

15 Kerai Payung Felicium decipiens 5 Pohon

16 Melinjo Gnetum gnemon 10 Pohon

17 Bungur Langrestomia indica 8 Pohon

18 Sawo Kecik Manilkara kauki 2 Pohon

19 Nagasari Mesua nagasarium 11 Pohon

20 Tanjung Mimusoph elengi 8 Pohon

21 Kismis Muehlenbeckia platyclada 6 Pohon

22 Alpukat Persea americana mill 6 Pohon

23 Jambu Psidium guajava 15 Pohon

24 Angsana Pterocarpus indicus 37 Pohon

25 Takokak Solanum tarvum 3 Pohon

26 Kecrutan Spatodhea campanulata 3 Pohon

27 Kepel Stelechocarpus burahol 2 Pohon

28 Mahoni Swietenia mahogany 74 Pohon

29 Ketapang Terminalia catappa 3 Pohon

Jumlah 429

Sumber: Dinas Pertamanan Kota Bandung (2009) dalam Hidayah (2010) Satwa

Berdasarkan pengamatan di tapak, tidak terdapat satwa endemik yang mampu menjadi ciri khas dalam tapak penelitian ini. Satwa yang ada dalam tapak diantaraya adalah satwa liar seperti burung kutilang, burung perkutut, tupai, dan hewan melata lainnya.

Sirkulasi dan Aksesibilitas

Taman Cilaki Atas berbatasan dengan jalan protokol sehingga taman ini dapat dikategorikan sebagai taman prioritas utama Kota Bandung yang juga mencerminkan wajah Kota Bandung itu sendiri. Aksesibilitas menuju tapak ini dapat dicapai melalui beberapa jaringan jalan yang mengelilingi taman. Jaringan jalan tersebut dapat dilalui baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum seperti angkutan kota dengan jurusan Dago-Riung Bandung, Cicaheum-Ledeng, Sadang Serang-Stasiun Hall Bandung, dan Dago-Ciwastra.

17 Fasilitas dan Utilitas pada Tapak

Taman Cilaki Atas merupakan salah satu taman kota yang sering dikunjungi oleh masyarakat setempat khususnya untuk kegiatan rekreasi keluarga maupun untuk berolahraga. Taman ini pada dasarnya diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan rekreasi masyarakat setempat khususnya kegiatan rekreasi dalam bentuk olahraga. Fasilitas yang nyaman dan aman merupakan poin penting yang disajikan dalam taman, fasilitas dalam taman tersebut diantaranya yaitu: jalur pejalan kaki atau jogging track, jalur refleksi, toilet, bangku taman, tempat sampah, dan lampu taman.

Gambar 9. Fasilitas dan utilitas eksisting (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Kondisi Sosial

Pengunjung tapak penelitian ini pada umumnya adalah masyarakat sekitar dan pegawai pemerintahan. Pengunjung pada lokasi ini didominasi oleh remaja dan keluarga yang ingin bersantai menikmati suasana taman. Meskipun nama taman saat ini berupa "Taman Lansia Cilaki Atas" namun pada kenyataannya pengunjung taman ini justru sedikit didominasi oleh pengunjung lanjut usia. Pengunjung lanjut usia pada taman bahkan tidak mencapai 20% dari total pengunjung taman baik pada hari kerja maupun pada akhir pekan. Intensitas pengunjung pada taman ini tergolong cukup tinggi pada saat pagi dan siang hari dengan aktivitas jogging pada pagi hari dan aktivitas relaksasi seperti duduk-duduk atau sekedar berjalan pada siang hari. Pada sore hari, pengunjung didominasi oleh remaja yang melakukan kegiatan berdiskusi dan bermain.

Analisis Sintesis

Kondisi Fisik dan Biofisik

Pada dasarnya, awal mula dibuatnya Taman Cilaki Atas tersebut bertujuan untuk menunjang kebutuhan aktivitas ruang sosial bagi masyarakat Kota Bandung. Oleh Dinas Pertamanan Kota Bandung, konsep yang coba dihadirkan pada taman tersebut adalah taman yang difungsikan sebagai taman aktif untuk melakukan kegiatan rekreasi terutama rekreasi dalam bentuk olahraga. Secara garis besar taman ini ditujukan untuk masyarakat secara umum, namun pada

18

perkembangannya nama taman yang sebelumnya hanya berupa "Taman Cilaki Atas" kemudian disisipkan kata "Lansia" di dalamnya menjadi "Taman Lansia Cilaki Atas".

Pengunjung mayoritas dari taman ini didominasi oleh kalangan remaja dan hanya sedikit dari kalangan lanjut usia yang memanfaatkan taman tersebut. Terkait dari gubahan topografi eksisting pada taman dapat dikatakan kurang sesuai jika dikembangkan sebagai taman yang khusus diperuntukkan bagi pengguna lanjut usia. Oleh karena itu alangkah lebih baik apabila kata "Lansia" pada nama taman ini dihilangkan dan dikembalikan namanya seperti sebelumnya yakni "Taman Cilaki Atas". Selanjutnya akan dibahas analisis dan sintesis terkait kondisi fisik dan biofisik beserta alasan yang melatar belakangi mengapa dikembalikannya nama taman ini menjadi "Taman Cilaki Atas" antara lain, batas tapak dan geografi, iklim, geologi dan tanah, topografi dan drainase, hidrologi, pemandangan (view), vegetasi, satwa, sirkulasi dan aksesibilitas, serta fasilitas dan utilitas pada tapak.

Batas Taman dan Geografi

Lokasi Taman Cilaki Atas pada umumnya sudah memiliki batasan yang jelas namun, di beberapa bagian titik masih terdapat aksesibilitas liar yang menghubungkan area di luar tapak dengan di dalam tapak. Pada hari Senin-Sabtu, taman ini masih berfungsi secara normal dengan beberapa pedagang kaki lima yang memanfaatkan secara liar area pedestarian yang mengelilingi tapak ini, sedangkan pada akhir pekan tepatnya pada hari Minggu, taman ini sudah tidak berfungsi optimal memenuhi kebutuhan pengguna. Ketika hari Minggu, area taman disesaki oleh pedagang dadakan (pasar kaget) yang membuat fungsi dari taman itu tereduksi.

Gambar 10. Suasana taman Iklim

Perubahan lingkungan menjadi sorotan hangat pada saat ini atau yang kerap kali kita dengar dengan istilah pemanasan global atau global warming. Iklim dunia mulai berubah dikarenakan efek dari aktifitas manusia yang ada, perubahan iklim dunia bermula disaat pencetusan revolusi industri yang berdampak pada pelepasan karbon besar-besaran pada atmosfer hingga menimbulkan efek rumah kaca berkepanjangan (Simonds dan Starke 2006).

Perubahan iklim erat kaitannya dengan faktor lingkungan yang mempengaruhi, faktor lingkungan yang mampu mempengaruhi atau mengontrol siklus organime darat terdapat empat, yakni kelembaban, suhu, angin, dan

19 G ambar 11. P eta Ana li sis F isi k

20

intensitas penyinaran matahari pada tapak (Forman dan Godron 1986). Suhu dan kelembaban merupakan faktor utama yang mempengaruhi kenyamanan dan aktivitas manusia.

Lokasi penelitian memiliki suhu rata-rata sebesar 23,40C dengan suhu maksimum terjadi pada bulan Desember, yakni sebesar 24,00C, sedangkan suhu udara minimum terjadi pada bulan Januari dan Agustus, yakni sebesar 23,00C. Tingkat kelembaban nisbi udara pada tapak ini rata-rata sebesar 76,5% dengan kelembaban nisbi maksimum terjadi pada bulan November, yakni sebesar 83%, sedangkan kelembaban nisbi minimum terjadi pada bulan Agustus dan September, yakni sebesar 69%. Berdasarkan data iklim, indeks kenyamanan manusia (Thermal Humidity Index) terhadap kelembaban dan suhu rata-rata pada lokasi penelitian dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan Kuantifikasi Kenyamanan berikut.

dengan THI = Thermal Humidity Index T = suhu (0C), dan

RH = kelembaban nisbi (%). Berdasarkan hasil perhitungan dari persamaan di atas didapatkan nilai THI sebesar 22,3 sedangkan pada daerah tropis ketidaknyamanan terjadi pada saat nilai THI lebih besar dari 27. Hasil dari perhitungan THI pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa tapak masih pada batas kenyamanan. Hal tersebut terpenuhi karena suhu pada lokasi penelitian tidak terlampau tinggi akibat adanya naungan pepohonan yang rindang. Adanya naungan pepohonan dalam tapak dapat menurunkan suhu udara. Pada dasarnya fungsi keberadaan tanaman dalam lanskap yakni untuk memodifikasi atau mengontrol iklim mikro (Carpenter et al 1975). Keberadaan tanaman dalam lokasi penelitian khususnya pepohonan mampu mereduksi intensitas sinar matahari serta proses transpirasinya mampu meningkatkan kelembaban di sekitarnya.

Menurut Hill (1995), salah satu hal yang mempengaruhiperbedaan derajat suhu dalam suatu tapak disebabkan oleh jenis material yang menutupi suatu permukaan. Material yang digunakan dalam menutupi permukaan akan berpengaruh dalam besar kecilnya intensitas sinar matahari yang mampu diserap ataupun dipantulkan kembali ke atmosfer. Menurut Carpenter et al (1975), vegetasi mampu menahan dan melindungi dari radiasi panas serta mampu mengurangi pemanasan pada permukaan tanah, sehingga mengakibatkan suhu permukaan tanah yang tertutupi oleh vegetasi menjadi lebih dingin dibandingkan dengan area yang tidak tertutupi oleh vegetasi. Pada dasarnya vegetasi mampu menjaga fluktuasi suhu prmukaan tanah sehingga udara yang berada di atasnya akan relatif lebih dingin dan nyaman untuk beraktivitas. Menurut Brooks (1988), radiasi matahari yang menyinari tapak mampu meningkatkan panas elemen lanskap yang ada, semakin licin dan terang permukaan suatu material maka radiasi yang dipantulkan kembali akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya, semakin kasar dan gelap warna dari material yang dipergunakan dalam tapak maka semakin besar radiasi matahari yang terjerap. Mengingat tingkat THI dalam lokasi yang cukup rendah yakni 23,4 atau dapat dikatakan cukup dingin sehingga dalam pemilihan penggunaan material maupun warna dalam desain perlu mempertimbangkan perihal peningkatan suhu untuk menciptkan kesan lebih

21 hangat. Perkerasan yang ternaungi oleh tanaman pada dasarnya akan lebih dingin 10-200 daripada yang tidak ternaungi sehingga perlu pemilihan warna yang mampu menciptkan kesan hangat pada tapak. Penggunaan warna-warna sejuk seperti hijau dan biru akan menciptakan susasana ruang terasa semakin dingin, sehingga pemilihan warna sebaiknya mepergunakan warna-warna panas seperti kuning, merah, atau oranye. Pemilihan warna panas dan pastel pada tapak nantinya akan menciptakan suasana yang hangat dan ceria.

Kelembaban udara rata-rata tahunan pada kawasan penelitian sebesar 76,5% dengan kelembaban tertinggi mencapai 83% dan kelembaban minimum mencapai 69%. Mengingat suhu pada tapak cukup rendah dan dikaitkan dengan nilai THI yang cukup rendah jika dibandingkan dengan batas maksimum indeks THI bisa dikatakan bahwa lokasi penelitian memiliki tingkat kenyamanan yang cukup memadai, oleh karena itu perlu dipertahankan kondisi yang telah ada. Kenyamanan yang tercipta dalam lokasi penelitian ditunjang oleh rapatnya tegakan pohon yang ada dengan naungan yang hampir 70% menutupi area. Pohon atau semak yang memberikan bayangan pada tapak mampu mereduksi sinar matahari hingga 80%. Menurut Brooks (1988), pohon decidious dengan tajuk yang rindang mampu mereduksi radiasi matahari hingga 96%.

Gambar 12. Ilustri reduksi sinar matahari oleh permukaan (Sumber: Brooks 1988)

22

Gambar 13. Ilustrasi reduksi sinar matahari oleh naungan vegetasi (Sumber: Carpenter 1975)

Geologi dan Tanah

Tanah merupakan elemen penting dalam lingkup tempat tumbuh kembang makhluk hidup terutama mikroorganisme dan tanaman. Menurut Supardi (1983), tanah merupakan tubuh alam yang berdimensi dalam dan luas serta berasal dari pelapukan bahan-bahan organik yang sesuai menjadi media tumbuh bagi tanaman.Tanah sendiri tersusun atas masa padat, cair, dan gas yang terdapat di permukaan bumi dan berasal dari pelaukan batuan dan bahan induk lain. Hasil pelapukan bahan induk atau yang biasa disebut regolit merupakan sumber mineral utama tanah yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh kembang, selain itu terdapat pula bahan organik yang menyusun tanah dimana bahan organik juga penting bagi pemenuhan kebutuhan hara tanaman.

Tanah memiliki beberapa lapisan atau yang dikenal dengan horizon, pada bagian permukaan tanah terdapat top soil. Ketebalan top soil variatif dengan ketebalan maksimal hanya mencapai 2m. Pada bagian ini kaya akan kandungan hara dan mineral yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Menurut Simond dan Starke (2006), top soil terdapat pada permukaan tanah dimana lapisan tanah tersebut memiliki sifat yang lembab dan subur, bagian ini merupakan akar dari sumber kehidupan bagi tanaman. Seorang perencana yang bijak tidak akan mengganggu atau memodifikasi bagian ini tanpa ada alasan yang kuat dan pada umumnya top soil akan dikonservasi untuk memproteksi kualitas tanah.

Tumbuhan dan tanah memiliki keterkaitan yang erat, terutama perihal ekologi bagi lingkungan sekitarnya. Menurut Thompson dan Sorvig (2008) dijelaskan bahwa tanaman yang menaungi tanah akan menjaga kestabilan suhu permukaan dan suhu tanah yang dinaunginya. Suhu tanah penting untuk dijaga kestabilannya, karena ketika terjadi peningkatan temperatur pada tanah maka akan mempengaruhi siklus mikroorganisme dan kecepatan dekomposi bahan organik pada tanah, hal tersebut yang menyebabkan terjadinya pelepasan karbon. Tanaman juga membantu mengurangi intensitas aliran permukaan yang mampu mereduksi jumlah kadar hara di dalam tanah. Terlihat jelas keterkaitan antara

23 tanaman dan tanah, keduanya saling mempengaruhi keberlanjutan suatu sistem dalam lingkungan. Pada lokasi penelitian ini, hampir 80% area ternaungi oleh pepohonan. Kondisi demikian mampu menjaga keberlanjutan sistem kehidupan di dalam tanah, namun tanaman yang medominasi tapak ini berupa pohon, sedangkan semak terlihat jarang menutupi permukaan tanah. Kemiringan lereng pada tapak tergolong curam pada beberapa bagian dan dengan hanya didominasi oleh penutupan permukaan oleh pohon maka pada beberapa titik masih terdapat aliran permukaan yang menggerus lapisan top soil. Pengaplikasian strata tanaman secara vertikal dengan menggunakan variasi tanaman dari groundcover, semak, dan pohon nantinya akan mampu mengurangi laju permukaan air sehingga lapisan top soil dapat lebih terjaga. Menurut Norris et al (2008) dalam penelitiannya dijelaskan bahwa penutupan tanah oleh vegetasi mampu mengurangi gaya kinetik dari air hujan yang mampu menyebabkan pengikisan permukaan tanah, serta vegetasi juga berperan dalam meningkatkan laju infiltrasi air.

Gambar 14. Stratifikasi tanaman secara vertikal pada lereng

Topografi dan Drainase

Topogafi merupakan elemen penting dalam suatu tapak. Bentuk kontur yang cenderung bergelombang dan beragam akan menjadi daya tarik sendiri dalam keindahan lanskap. Pada area penelitian, kontur tapak cenderung bergelombang dan di beberapa titik memiliki kecuraman yang relatif tinggi. Menurut Chiara dan Koppelmen (1997), terdapat beberapa hal mendasar yang membedakan antara tapak datar dengan tapak bergelombang atau tidak datar terutama perihal biaya pembangunan. Pada tapak yang relatif datar dapat meminimalkan biaya pembangunan, namun yang perlu diperhatikan dalam kondisi tapak yang datar

Semak

Groundcover Pohon

24

adalah rencana drainasenya agar aliran air mampu efektif tanpa menimbulkan genangan di beberapa titik. Tapak yang relatif bergelombang dalam pelaksanaan pembangunan terkadang membutuhkan biaya yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan pada tapak yang relatif datar terutama jika bangunan yang akan didirikan pada tapak cenderung melawan topografi. Pembangunan yang melawan topografi menurut Chiara dan Koppelman (1997) bukan merupakan keputusan yang sering diambil dalam pembuatan desain

Dokumen terkait