• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Serat Kasar

Serat kasar adalah bahan organik dari bahan pakan yang tahan terhadap hidrolisis asam encer dan basa encer dengan kondisi tertentu. Mengandung selulosa, hemiselulosa, polisakarida dan lignin yang berfungsi sebagai pelindung tanaman. Serat kasar sukar dicerna oleh organ pencernaan manusia maupun hewan (Sumardji, 1989).

Presentase serat kasar pada biji yang belum di proses akan lebih tinggi dibandingkan dengan biji yang telah dipisahkan dari kulitnya, karena kulit biji mengandung fraksi serat kasar untuk melindungi biji dari faktor lingkungan.

Fraksi serat kasar seperti selulosa, hemiselulosa dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansia dengan adanya aktivitas mikrobiologi di dalam rumen menghasilkan enzim yang dapat mendegradasi serat kasar sehingga menghasilkan asam lemak volatil. Sedangkan untuk ternak non-ruminansia seperti unggas memiliki keterbatasan dalam pemanfaatan serat kasar, kandungan nutrisi dalam serat kasar yang tergolong rendah sehingga biasa digunakan dalam jumlah yang relatif sedikit

Berdasarkan kandungan serat kasarnya bahan pakan ternak dapat dibagi kedalam dua golongan yaitu:

1. Bahan penguat (konsentrat)

Berasal dari bahan pangan atau tanaman seperti serealia (misalnya jagung, padi, dan gandum), kacang kacangan (misalnya kacang hujau, kedelai), umbi-umbian (misalnya ubi kayu dan ubi jalar) dan buah-buahan (misalnya kelapa dan

20

kelapa sawit). Kosentrat juga berasal dari hewan seperti tepung daging dan tepung ikan. Disamping itu juga dapat berasal dari industri kimia seperti limbah atau hasil ikutan dari produksi bahan pangan seperti dedak padi dan hasil ikutan proses ekstraksi seperti bungkil kelapa dan bungkil kedelai

2. Hijauan

Dapat berasal dari hijauan limbah pangan (jerami padi, jerami kedelai, pucuk tebu) atau yang berasal dari pohon-pohonan seperti daun gamal dan daun lamtoro

2.5.1 Penetuan Kadar Serat Kasar

Serat kasar adalah semua zat-zat organik yang tidak larut dalam H2SO4 0,3N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturut-turut dimasak selama 30 menit.

Analisa bahan makanan terhadap kadar serat kasar dilakukan sebagi berikut:

bahan makanan dimasak denagan asam lemah sehingga menididih untuk menghidrolisa karbohidrat dan protein yang terdapat di dalamnya. Pemasakan lebih lanjut dengan alkali menyebabkan terjadinya penyabunan dari zat-zat lemak yang ada dalam bahan makanan. Zat-zat makanan yang tidak larut selama pemasakan terdiri dari serat kasar dan zat-zat mineral yang kemudian terus disaring, dikeringkan dan ditimbang. Kemudian terus dipijarkan dalam tanur lalu disaring, didinginkan dan ditimbang lagi. perbedaan dari kedua berat tadi menunjukan berat serat kasar yang ada dalam bahan makanan (Sumardji, 1989).

21

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 ALAT DAN BAHAN 3.1.1 Alat

Nama Alat Merk

1. Neraca analitik Mark M-5 Ion 2. Oven

3. Kertas saring (10×7,5) 4. Desikator

5. Sokhlet 6. Water bath

7. Fiber tec balance Kjeltech 8. Krusible silika

9. Tanur 3.1.2 Bahan

1. Bungkil kacang kedelai( S )

2. Dietil Eter( l )

3. Asam Sulfat( l ) 1,25%

4. N–Oktanol( l )

5. KOH( l ) 1,23%

6. Aquadest(aq )

3. 2 PROSEDUR PERCOBAAN 3.2.1 Penentuan kadar Air

1. Ditimbang kertas saring

2. Ditambahkan sampel 2 gram kemudian dibungkus

3. Dikeringkan di dalam oven pada suhu 105ºC selama 2 jam

22

4. Dikeringkan di dalam desikator selama 1 jam dan ditimbang kembali 3.1.2 Penentuan kadar Lemak

1. Hasil dari penetapan kadar air setelah ditimbang dimasukkan ke dalam soklet dan ditambahkan dengan dietil ether

2. Waterbath dihidupkan dan air pendingin dijalankan

3. Apabila ehter di dalam soklet sudah jernih, maka sampel diangkat dan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam

4. Kemudian sampel didinginkan di dalam desiktor selama 1 jam dan sampel sebanyak 1 gram ke dalam krusible

3. Letakkan krusible ke dalam Hot Ext Unit dan arahkan kran pada posisi tertutup

4. Isi ke dalam Boiling Column Asam Sulfat 1,25% 100 ml

5. Kemudian tambahkan 3 tetes N–Oktanol masing–masing Boiling Column dan ditutup Heater Compartment dalam Reflector

6. Buka kran pendingin untuk Boilling column sambil dipanaskan KOH 1,23% dengan tempratur kecil

7. Putar tombol Heater sampai penuh selama 5 menit, lalu atur Heater pada skala 4,5 atau 5 selama 30 menit

8. Lalu saring atau buang larutan dengan cara mengarahkan kran pada posisi vakum dan buka aliran air aspirator dan nyalakan tombol Pressure lalu kembali ke vakum

9. Setelah selesai penyaringan larutan I ini, diarahkan kembali kran pada posisi tertutup dan tutup Aspirator (kran pendingin tetap dibuka hingga selesai)

23

10. Lakukan seperti prosedur di atas dengan menggunakan larutan KOH 1,23% kemudian bilas dengan aquadest panas

11. Pindahkan krusible ke dalam Cold Extraksi Unit, bilas dengan aseton, vakum dan saring seperti di atas

12. Keringkan krusible di dalam oven selama 1 jam, kemudian masukkan ke dalam desikator selama 1 jam lalu ditimbang

13. Abukan dalam tanur selama 2 jam dengan suhu 400ºC. Lalu matikan tanur dan turunkan suhu sampai 100ºC

14. Keluarkan krusible dan dinginkan dalam desikator lalu timbang kembali

24

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan analisis kadar air, lemak dan serat kasar pada bungkil kacang kedelai sebagai bahan baku pakan ternak di PT. Mabar Feed Indonesia, maka diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

4.1.1 Analisis Kadar Air

Hasil analisis kadar air pada bungkil kacang kedelai dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kadar Air No Sampel W

*BKK ARG = Bungkil Kacang Kedelai Argentina

Keterangan : W = Berat sampel (g) X = Berat kertas saring (g)

Y1 = Berat kertas saring + Sampel basah (g) Y2 = Berat kertas saring + Sampel kering (g)

25

4.1.2 Analisis Kadar Lemak

Hasil analisis kadar lemak pada bungkil kacang kedelai dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4. 2 Hasil Analisis Kadar Lemak No Sampel W

Hasil analisis kadar serat kasar pada bungkil kacang kedelai dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

26

Tabel 4.3 Analisis Kadar Serat Kasar No Sampel W1

*BKK ARG = Bungkil Kacang Kedelai Argentina

Keterangan : W 1 = Berat sampel (g)

W2 = Berat krusible + Sampel setelah di oven (g) W3 = Berat krusible + Sampel setelah di tanur (g)

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan % Kadar Air Kertas Saring

Penentuan kadar air kertas saring dapat dihitung dengan cara berikut:

27

4.2.2 Perhitungan Kadar Air

Penentuan Kadar Air pada Bungkil Kacang Kedelai dapat dihitung dengan cara berikut:

BKK ARG 1

Berat Sampel (W) = 1,7016 g Berat Kertas Saring = 0,3513 g Berat Kertas Saring + Sampel Basah (Y1) = 2,0529 g Berat Kertas Saring + Sampel Kering (Y2) = 1,8437 g Kadar Air Kertas Saring = 4,4%

(4.2)

= 11,38%

4.2.3 perhitungan Kadar Lemak

Penentuan Kadar Lemak pada Bungkil Kacang Kedelai dapat dihitung dengan cara berikut :

BKK ARG 1

Berat sampel (W) = 1,7016 g Berat kertas saring + Sampel setelah di oven (X) = 1,8437 g Berat kertas saring + Lemak (Y) = 1,8200 g

%

(4.3)

× 100%

= 1,39%

28

4.2.4 Perhitunan Kadar Serat Kasar

Penentuan kadar serat kasar pada bungkil kacang kedelai dapat dihitung dengan cara berikut:

BKK ARG 1

Berat krusible + Sampel (W1) = 1,7016 g Berat krusible setelah di oven (W2) = 28,0585 g Berat krusible setelah di tanur (W3) = 28,0004 g

%

(4.4)

= 3,41%

Dilakukan perhitungan kadar air, lemak dan serat kasar yang sama untuk sampel BKK ARG 2 dan 3. Hasil perhitungan tertera pada Tabel 4.2, 4.2 dan 4.3

29

4.3 Pembahasan

Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh kadar air pada BKK ARG 1=

11,38%, BKK ARG 2= 11,50% dan BKK ARG 3= 11,41%. Kadar lemak pada BKK ARG 1= 1,39%, BKK ARG 2= 1,32% dan BKK ARG 3= 1,35%. Kadar serat kasar pada BKK ARG 1= 3,41%, BKK ARG 2= 3,48% dan BKK ARG 3= 3,91%. Dari data yang diperoleh, hasil analisis telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh PT. Mabar Feed Indonesia yaitu untuk kadar air <12%, kadar lemak <2% dan kadar serat kasar <4%.

Kadar air ditentukan dengan metode thermogravimetri yang dilakukan dengan cara pengeringan suatu sampel selama 3 jam pada suhu 105-110ºC.

Pengujian kadar air ini penting karena air dapat mempengaruhi kesegaran dan daya awet bahan pakan. Apaila kadar air rendah maka sampel akan lebih baik, namun apabila kadar air tinggi dapat menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk tumbuh dan berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pakan yang dapat menurunkan mutu selama penyimpanan.

Kadar lemak ditentukan dengan metode ekstraksi mengunakan alat sokhlet.

Dalam analisa ini bahan pakan dikeringkan sampai bebas air kemudian diekstraksi menggunakan pelarut etil ether. Apabila kadar lemak nya terlalu rendah maka akan mengurangi ketersedian energi dalam tubuh hewan.

Kadar serat kasar ditentukan dengan metode gravimetri. Dalam analisa ini kadar serat kasar dihitung dari banyaknya jumlah zat yang tidak larut dalam asam encer maupun basa encer. Serat kasar sukar dicerna oleh hewan sehingga kekurangan serat kasar pada pakan dapat menganggu pencernaan tetapi serat kasar yang berlebih juga dapat menurunkan kemampuan suatu bahan dapat dicerna oleh hewan.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jika ditinjau dari kadar air, lemak dan kadar serat kasarnya maka bungkil kacang kedelai telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh PT. Mabar Feed Indonesia sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak.

30

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bungkil kacang kedelai sebagai bahan baku paakn ternak, diperoleh kadar air pada sampel BKK ARG 1, 2 dan 3 yaitu 11,38%, 11,50% dan 11,41% dengan rata-rata 11,43%. Kadar lemak 1,39%, 1,32% dan 1,35%

dengan rata-rata 1,35% dan kadar serat kasar 3,41%, 3,48% dan 3,91 dengan rata-rata 3,60%.

2. Hasil tersebut telah memenuhi standard yang telah ditetapkan untuk bungkil kacang kedelai sebagai bahan baku pakan ternak yaitu : kadar air <12%, kadar lemak <2% dan kadar serat kasar <4%.

5.2 Saran

Sebaiknya untuk menentukan syarat mutu bungkil kacang kedelai sebagai bahan baku pakan ternak dilakukan analisis terhadap parameter yang lain seperti kadar protein, kalsium, fosfor dan garam. Sehingga dapat diketahui standar mutu bungkil kedelai secara keseluruhan.

31

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia : Jakarta Kusharto, C.M.1992. Prinsip-Pinsip Ilmu Gizi. Kanisius : Yogyakarta

Kusneadi. 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Penebar Swadaya : Bogor Pitojo, S.2003. Benih Kedelai. Kanisius : Yogyakarta

Purbajanti, E.D.2013. Rumput dan Legum Sebagai Hijauan Makanan Ternak. Graha ilmu : Yogyakarta

Sediaoetama, A.D.2008. Ilmu Gizi. Dian Rakyat : Jakarta

Sudarmono, A.S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius : Yogyakarta Sumardji, S.1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.Liberty : Yogyakarta

Suprijatna, E.2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya : Jakarta

Tillman, A.D.1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta : Gadjah Mada University, press

Widodo,E. 2017. Ilmu Bahan Pakan Ternak dan Formulasi Pakan Unggas. UB Press : Malang

Winarsi, H. 2010. Protein Kedelai dan Kecambah. Kanisius : Yogyakarta

LAMPIRAN

Dokumen terkait